Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN

"SARANA ILMIAH"
DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr.Drs. MUH. MAWANGIR, M.Ag.
Dr. JAMALLUDIN, S.Ag., M.Pd.I

DISUSUN OLEH KELOMPOK V


SARMOKO (95223009)
AGUS KHOLIDIN (95223023)
FITRI MULYATI (95223019)

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI : MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Salawat dan salam
dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas perjuangan beliau kita dapat
menikmati pencerahan iman dan islam dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai “SARANA ILMIAH dalam rangka memenuhi
tugas Filsafat Ilmu Pendidikan.
Makalah ini telah dibuat berdasarkan hasil diskusi kelompok kami. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Sri Gunung, Oktober 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu dan filsafat diawali dari rasa ingin tahu, kemudian meningkatnya rasa
ingin tahu, lalu kebiasaan penalaran yang radikal dan divergen yang kemudian terbagi dua
yaitu berkembangnya logika Deduktif dan Induktif, selanjutnya gabungan logika deduktif dan
induktif yaitu proses Logika. Berdasarkan perkembangan ilmu abad 20 menjadikan manusia
sebagai makhluk istimewa dilihat dari kemajuan berimajinasi. Konsep terbaru filsafat abad 20
didasarkan atas dasar fungsi berfikir, merasa, cipta‫ و‬talen dan kreativitas. Ilmu merupakan
pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara
baik perlu sarana berfikir, yang memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara
teratur dan cermat. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah
untuk memungkinkan kita melakukan penelahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan
mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan untuk
bisa memecahkan masalah sehari-hari.
Sarana ilmiah berperan sebagai alat bantu yang mengorganisasikan metode ilmiah
menjadi sebuah pengetahuan yang lebih sempurna. Tentu saja berpikir berdasarkan keilmuan
amat sangat berbeda dengan proses berpikir pada umumnya. Disnilah para filsafat
menuangkan segala bentuk pemikirannya dengan menggunakan metode dan kegiatan yang
bersifat ilmiah. Kegiatan dan metode yang tidak didasarkan pada pemikiran-pemikiran khayal
namun logis dan empiris. Semua dibuktikan secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Filsuf-filsuf mendalami apa yang mereka kembangkan dengan menggunakan langkah-
langkah ilmiah yang didalamnya juag dibutuhkan sarana untuk membantu lancarnya kegiatan
ilmaih tersebut. Maka disinilah peran sarana ilmiah amat sangat berarti.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Bagiamana seseorang dikatakan berpikir ilmiah ?

2. Apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah ?

3. Sarana apa saja yang mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Berfikir Ilmiah
Secara umum tiap perkembangan dalam ide dan konsep dapat disebut dengan berpikir
(Bochenski, 1984:52). Dan yang akan dikupas secara mendalam pada pembahasan ini adalah
berpikir yang didasarkan pada keilmuan. Tentu saja pemikiran yang didasarkan pada
keilmuan akan sangat berbeda dengan pemikiran biasa, seperti memikirkan mau membeli apa
nanti, atau berpikir untuk pergi kemana. Dalam buku Jujun S. Suriasumantri, Bochenski
(1984:52) juga menerangkan bahwa pemikiran yang didasarkan keilmuan adalah pemikiran
yang sungguh-sungguh, artinya suatu cara yang berdisiplin. Ide dan konsep itu diarahkan
pada suatu tujuan tertentu. Disini ide dan konsep tidak dibiarkan untuk berkelana dalam
angan-angan yang tak menentu. Dan kemudian akan berkembang kepada berpikir ilmiah,
cara berpikir yang dilakukan oleh para filsuf.
Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis berarti masuk akal, dan
empiris berarti dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan (Hillway: 1956). Dalam hal ini ada juga yang berpendapat bahwa berpikir ilmiah
adalah berpikir yang menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan,
mengembangkan secara ilmu pengetahuan yaitu berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan atau
menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan
kebenaran (uripsantoso.wordpress.com). Maka dapat kita garis bawahi bahwa makna dari
berpikir ilmiah adalah pemikiran yang didasarkan pada prinsip-prinsip keilmuan. Yang tentu
saja ini berarti juga erat kaitannya dengan proses untuk mendapatkan ilmu itu sendiri. Dan
untuk melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana ilmiah.

B. Sarana berfikir Ilmiah


Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuhnya (Salam: 2000). Selain itu, Salam (2000:24)
menambahkan bahwa sarana ilmiah merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai
suatu tujuan tertentu atau sarana ilmiah mempunyai fungsi – fungsi yang khas dalam kaitan
kegiatan ilmiah secara menyeluruh. Sarana ilmiah diperlukan untuk membantu kegiatan
berpikir ilmiah. Tanpa sarana berpikir ilmiah maka kegiatan berpikir ilmiah tidak akan
berjalan dengan baik. Dan pada hakikatnya sarana berpikir ilmiah terdiri dari empat bagian,
yaitu bahasa, matematika, statistik dan logika. Dan kali ini kita akan membahasnya satu
persatu secara mendalam.

1. Bahasa
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Sebagai
sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa,
seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kemampuan
kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas dunia baginya.
Bahasa bukan saja sabagai alat bagi berfikir dan berfilsafat tetapi juga sabagai bahan dasar
dan dalam hal tertentu merupakan hasil akhir dari filsafat. Bahasa memegang peranan penting
dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat
manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa,
seperti bernafas dan berjalan.
Menurut Ernest Cassirer, sebagaimana yang dikutip oleh Jujun, bahwa keunikan manusia
bukanlah terletak pada kemampuan berpikir melainkan terletak pada kemampuan berbahasa.
Berpikir sebagai proses berkerjanya akal dalam menelaah sesuatu merupakan ciri hakiki
manusia. Dan hasil kerjanya dinyatakan dalam bentuk bahasa. Bahasa memegang peranan
penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah suatu simbol-
simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat
berkomunikasi (Anonim, Tanpa Tahun). Hal senada disampaikan oleh Joseph Broam bahwa
bahasa adalah sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan
oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain. Sedangkan
menurut John W.Santrock, bahasa adalah bentuk komunikasi, entah itu lisan, tertulis atau
tanda, yang didasarkan pada sistem symbol (Depdiknas, 2003). Menurut Tim Dosen Filsafat
Ilmu UGM, bahasa adalah merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat
komunikasi manusia. Maka bahasa adalah suatu alat komunikasi yang berupa simbol-simbol
yang digunakan oleh manusia untuk berpikir atau melakukan penalaran induktif dan deduktif
dalam kegiatan ilmiah (Suryasumantri, 1999).
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah
dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain. Baik pemikiran yang berlandasan induktif maupun
deduktif. Dengan kata lain kegiatan berpikir ilmiah sangat erat kaitannya dengan bahasa. Para
ahli filsafat bahasa dan psikolinguitik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat
bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Walaupun terdapat
perbedaan tetapi pendapat ini saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum dapat
dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
 koordinator kegiatan-kegiatan dalam masyarakat;
 penetapan pemikiran dan pengungkapan;
 penyampaian pikiran dan perasaan; penyenangan jiwa; dan
 pengurangan kegonjangan jiwa.
Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu: simbolik; emotif; dan afektif Fungsi
simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah sedangkan fungsi emotif menonjol
dalam komunikasi estetik. Komunikasi dengan mempergunakan bahasa akan mengandung
unsur simbolik dan emotif. Artinya, kalau kita berbicara maka pada hakikatnya informasi
yang kita sampaikan mengandung unsur-unsur emotif, demikian juga kalau kita
menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur-unsur informatif. Kadang-
kadang dapat dipisahkan dengan jelas seperti “musik dapat dianggap sebagai bentuk bahasa,
dimana emosi terbebas dari informasi, sedangkan buku telepon memberikan kita informasi
sama sekali tanpa emosi“. Dalam komunikasi ilmiah proses komunikasi itu harus terbebas
dari unsur emotif, agar pesan itu reproduktif, artinya identik dengan pesan yang dikirimkan.
Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah
sebagai berikut: a. Fungsi Instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang
bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya b. Fungsi Regulatoris: penggunaan
bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku c. Fungsi Interaksional: penggunaan
bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain d.
Fungsi Personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran e.
Fungsi Heuristik: penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena dan keinginan
untuk mempelajarinya f. Fungsi Imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai
dengan realita (dunia nyata) g. Fungsi Representasional: penggunaan bahasa untuk
menggambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang Untuk
menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang pengolongan bahasa.
Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu:
1. Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang
tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibedakan menjadi dua bagian
yaitu; bahasa Isyarat, bahasa ini dapat berlaku umum dan dapat berlaku khusus dan bahasa
Biasa, bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari
2. Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi 2
bagian yaitu: bahasa istilah, bahasa ini rumusanya diambil dari bahasa biasa yang diberi
arti tertentu, misal demokrasi (demos dan kratien) dan bahasa artifisial, murni bahasa
buatan, atau sering juga disebut dengan bahasa simbolik, bahasa berupa simbol-simbol
sebagaimana yang digunakan dalam logika dan matematika. Dalam bahasa ini tidak ada
bentuk kiasan yang mengaburkan. Misalnya (a = b) ^ (b = d) atau (a = c).
Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah sebagai beikut: Bahasa alamiah,
antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari, karena
bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyataan langsung.
Sedangkan bahasa buatan, antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif,
atas dasar pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati,
diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan tidak langsung.
Dari uraian diatas tentang bahasa, bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah,
dengan demikian bahasa ilmiah dapat dirumuskan; bahasa buatan yang diciptakan para ahli
dalam bidangnya dengan mengunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili
pengertian-pengertian tertentu. Bahasa ilmiah inilah pada dasarnya merupakan kalimat-
kalimat deklaratif atau suatu pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah, baik
mengunakan bahasa biasa sebagai bahasa pengantar untuk mengkomunikasikan karya ilmiah.

2. Matematika
Matematika digunakan oleh seluruh kehidupan manusia. Baik matematika yang sangat
sederhana maupun yang sangat rumit. Fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa
yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan karena ilmu - ilmu
pengetahuan semuanya mempergunakan matematika. Matematika digunakan sebagai salah
satu sarana kegiatan ilmiah, yaitu meliputi sarana berpikir ilmiah, matematika sebagai bahasa,
dan sebagai berpikir deduktif.
a. Matematika sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial”
artinya setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika merupakan
kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk
menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Matematika mempunyai
sifat yang jelas, spesifik, dan informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak
bersifat emosional. Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa
numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif.
Sedangkan bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif.
b. Matematika sebagai sarana berpikir deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian
masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman melainkan didasarkan atas
deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran). Matematika lebih mementingkan bentuk
logisnya. Pernyataan- pernyataan mempunyai sifat yang jelas. Pola berpikir deduktif
banyak digunakan baik dalam bidang lain yang merupakan proses pengambilan
kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.
Dalam semua pemikiran deduktif maka kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi
logis dari fakta-fakta yang mendasarinya. Kesimpulan yang ditarik tak usah diragukan
lagi. Dalam peranan deduktif, bentuk penyimpulan yang banyak digunakan adalah system
silogisme, dan silogisme Ini disebut juga sebagai perwujudan pemikiran deduktif yang
sempurna.

3. Satistika
Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa Latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) yang artinya negara.Namun, dalam bahasa
Inggris, ada dua kata yaitu statistics yang artinya ilmu statistik dan kata statistic yag dapat
diartikan sebagi ukuran yang diperoleh atau berasal dari sample, yang berarti ukuran yang
diperoleh atau berasal dari populasi.Ditinjau dari segi terminologi, statistik setidaknya
memiliki 4 pengertian. Yaitu, Pertama, memiliki arti sebagai data statistik, adalah kumpulan
bahan keterangan berupa angka atau keterangan. Kedua, adalah kegiatan statistik. Ketiga,
dimaksudkan juga sebagai metode statistik Keempat, dapat diberi pengertian sebagai “ilmu
statistik”.
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistika
sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.
Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan
jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu
memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang
pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang
diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya.
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan untuk
mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data, metode
penelitian serta penganalisaan harus akurat. Statistika diterapkan secara luas dan hampir
semua pengambilan keputusan dalam bidang manajemen. Peranan statiska diterapkan dalam
penelitian pasar, produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi
pegawai, kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam
pemberian kredit dan lain sebagainya.
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan :
1. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populas.
2. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
3. Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
4. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
Hubungan statiska antara Sarana berfikir Ilmiah Bahasa, Matematika dan Statistika,
yaitu agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa,
matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam
kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain. Dan ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan
gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Matematika mempunyai peranan
yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting
dalam berpikir induktif. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang
memiliki ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara berpikir
dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan
memakai pola berpikir silogismus.

D.Logika
Logika merupakan sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu berfikir logis adalah berfikir sesuai dengan aturan-
aturan berfikir. Logika merupakan satu atau lebih kata yang memiliki arti tertentu, serta
memberikan contah penerapan dalam kehidupan nyata. Berfikir membutuhkan jenis - jenis
pemikiran yang sesuai, dan sebagai perlengkapan ontologisme, pikiran kita dapat bekerja
secara spontan, alami, dan dapat menyelesaikan fungsinya dengan baik terlebih dalam hal
yang biasa, sederhana dan jelas.

a. Aturan Cara Berfikir yang Benar


Untuk berfikir baik, yaitu berfikir secara benar, logis dialektis, dan juga dutuhkan
kondisi-kondisi tertentu.
1) Mencintai Kebenaran Sikap ini sangat fundamental untuk berfikir yang baik, karena sikap
ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari serta menigkatkan mutu
penalarannya.
2) Ketahuilah apa yang sedang anda kerjakan Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah
kegiatan berfikir. Seluruh aktifitas intelek kita adalah suatu usaha terus menerus mengejar
kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi
parsial sifatnya. Dengan demikian untuk mencapai kebenaran, kita harus bergerak melalui
berbagai macam langkah dan kegiatan.
3) Ketauilah yang sedang Anda katakana Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata.
Kecermatan pikiran terungkap kedalam kecermatan kata-kata, karena kecermatan
ungkapan pikiran ke dalam kata-kata merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi.
4) Buatlah pembedaan dan pembagian yang semestinya Jika ada dua hal yang tidak
mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda. Tetapi banyak kejadian dimana dua
hal atau lebih mempunyai bentuk sama, namun tidak identik. Di sinilah perlunya dibuat
suatu distingsi, suatu pembedaan.
5) Cintailah definisi yang tepat Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan
tidak ditangkap sebagaimana yang dimaksudkan, jadi jangan ragu untuk membuat definisi.
Definisi harus diburu hingga tertangkap. Definisi artinya pembatasan, yaitu membuat jelas
batas-batas sesuatu. Harus dihindari kalimat-kalimat yang dan uraian-uraian yang
gelap,tidak terang strukturnya dan tidak jelas artinya. Cintailah cara berfikir yang terang,
jelas, dan tajam membeda-bedakan, hingga terang yang dimaksud.
6) Ketahuilah mengapa Anda menyimpulkan begini atau begitu Ketahuilah mengapa Anda
berkata begini atau begitu. Anda harus bisa melihat asumsi-asumsi, implikasi-implikasi,
dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan, pernyataan, atau kesimpulan yang
Anda buat.
7) Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga Dalam belajar ilmiah
Anda tidak hanya tahu tentang hukum-hukum, prinsipprinsip, dan juga bentuk-bentuk
pikiran tetapi tetapi perlu juga. Dalam praktik, menjadi cakap dan cekatan berfikir sesuai
dengan hukum, prinsip, bntuk berpikir yang betul tanpa mengabaikan dialektika, yakni
proses perubahan keadaan. Logika ilmiah melengkapi dan mengantar kita untuk menjadi
cakap dan sanggup berpikir kritis, yakni berpikir secara menentukan karena menguasai
ketentuan-ketentuan berpikir yang baik.
b. Klasifikasi
Sebuah konsep klasifikasi, seperti panas atau dingin, hanyalah menempatkan objek
tertentu dalam sebuah kelas. Suatu konsep perbandingan, seperti lebih panas atau lebih
dingin. Mengemukakan hubungan mengenai objek tersebut dalam norma yang mencakup
pengertian lebih atau kurang, dibandingkan dengan objek lain. Jauh sebelum ilmu
mengembangkan konsep temperature, yang dapat diukur, waktu itu kita sudah dapat
mengatakan, objek ini lebih panas dibandingkan dengan objek itu. Konsep seperti ini
mempunyai kegunaan yang sangat banyak.
c. Aturan Definisi
Suatu usaha untuk memberi batasan terhadap sesuatu yang dikehendaki seseorang
untuk memindahkannya kepada orang lain. Jadi definisi yang baik adalah menyeluruh dan
membatasi. Salah satu contoh yang sering diungkapkan adalah manusia adalah binatang yang
berakal. Binatang adalah genius sedangkan berakal adalah differensia, pembeda utama
manusia dengan makhluk-makhluk lain. Jadi, definisi yang valid dalam logika perlu batasan
yang jelas antara objek-objek yang didefinisikan.

Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita
sehari-hari.
Fungsi berfikir ilmiah , sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan
ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang
ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.
Pada hakikatnya sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya
diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari
sarana-sarana berpikir ilmiah ini kita harus dapat menguasai langkah-langkah dalam kegiatan
langkah berfikir tersebut. Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia dikaruniai
kemampuan untuk mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui pengetahuan, manusia dapat
mengatasi kendala dan kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan
bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasar dari pengetahuan manusia. kita
membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya saja,
pemahaman kita tentang berfikir ilmiah belum dapat disebut benar. Perbedaan berfikir ilmiah
dari berfikir non-ilmiah memiliki perbedaan dalam dua faktor mendasar yaitu Sumber
pengetahuan dimana berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio dan
pengalaman manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan
sumber pengetahuan pada perasaan manusia dan ukuran kebenaran dimana berfikir ilmiah
mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan
berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada
keyakinan semata.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpikir adalah hakikat seorang manusia. Inilah yang membedakan manusia (homo
sapiens) dengan makhluk hidup lainnya. Manusia memiliki kemampuan untuk
menyampaikan, mengembangkan dan menemukan serta mengolah ilmu pengetahuan
melalui suatu proses rumit yang dinamakan berpikir. Berpikir untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan tentunya berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir yang didasari prinsip-
prinsip keilmuan adalah proses berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis
dan empiris. Logis berarti masuk akal, dan empiris berarti dibahas secara mendalam
berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan (Hillway: 1956).
Dalam proses berpikir ilmiah dibutuhkan alat bantu atau sarana agar kegiatan ilmiah
dapat berjalan dengan baik. Pada dasarnya sarana berpikir ilmiah terdiri dari empat hal
yaitu bahasa, matematika, statistik dan logika. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang
digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Matematika
sebagai sarana berpikir ilmiah mengacu pada fungsi matematika sebagai bahasa dan sarana
berpikir deduktif. Sedangkan statistika mengacu pada sarana berpikir induktif. Dan aspek
terakhir yaitu logika, merupakan sarana berpikir sistematis, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan.

B. Saran
Manusia dalam berbuat tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya tersilap dari yang
telah ditetapkan atau seharusnya. Apalagi dalam kegiatan menyusun makalah ini. Untuk
itu, penulis harapkan dari pembaca, mohon kritik dan sarannya guna perbaikkan
penyusunan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.


Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press.


Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
www.academia.edu/8487861/Filsafat_SARANA_BERPIKIR_ILMIAH

Anda mungkin juga menyukai