Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Syarat Mengikuti UAS

Dosen Pengampu:

DR. Heri Erlangga, S.SOS., MPD.

Dinar Wulandari S.PAR., M.I.KOM

Oleh:

Shofi Wiftania Mausul

212050402

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pasundan

2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas syarat mengikuti UAS untuk mata kuliah Filsafat Ilmu.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak terutama yang telah memberikan makalah perkelompok untuk saya
rangkum dalam makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Dan saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi saya dan bagi semua para pembaca.

Bandung, 22 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................................2
1.4 Manfaat................................................................................................................................2
BAB II PENDAHULUAN..................................................................................................................3
2.1 Pemikiran Ilmu dan Filsafat Ilmu......................................................................................3
2.2 Epistemologi: Cara Mendapatkan Pengetahuan yang Benar..........................................5
2.3 Penelitian dan Penulisan Ilmiah.........................................................................................8
2.4 Dasar dasar pengetahuan..................................................................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu
berusaha untukmengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa
adanya sesuatu itu, selalu ingintahu apa yang ada dibalik yang dilihat dan diamati.
Segala sesuatu yang dilihatnya, dialaminya,dan gejala yang terjadi di lingkungannya
selalu dipertanyakan dan dianalisis atau dikaji. Ada tigahal yang mendorong
manusia untuk berfilsafat yaitu keheranan, kesangsian, dan kesadaran
atasketerbatasan. Berfilsafat kerap kali didorong untuk mengetahui apa yang telah
tahu dan apa yangbelum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tida k
semuanya akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas.
Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Setidaknya adatiga peran utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak, pembebas,
dan pembimbing. Pendidikanadalah upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensicipta, rasa, maupun karsanya,
agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan
hidupnya.
Filsafat ilmu yaitu sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini
yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan Robert
Ackermann. Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran
ilmiah, serta menetapkan nilai dan usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan oleh Lewis
White Beck. Filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang menelaah
sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya, dan
praanggapan-praanggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang
pengetahuan intelektual oleh Cornelius Benjamin.
Berdasarkan tujuan filsafat dan implikasi untuk mempelajari filsafat ilmu. Bagi
seseorang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang
memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuan
memiliki landasan berpijak yang kuat, demikian pula seorang ahli ilmu kealaman
perlu memahami dan mengetahui secara garis besar tentang ilmu sosial. Sehingga
antara ilmu yang satu antara lainnya saling menyapa, bahkan dimungkinkan
terjalinnya kerja sama yang harmonis memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemikiran Ilmu dan Filsafat Ilmu ?
2. Bagaimana Epistemologi: Cara Mendapatkan Pengetahuan yang Benar ?
3. Bagaimana cara Penelitian dan Penulisan ilmiah ?
4. Bagaimana dasar dasar pengetahuan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pemikiran ilmu dan filsafat ilmu
2. Untuk mengetahui tentang epistemology: cara mendapatkan pengetahuan yang
benar
3. Untuk mengetahui tentang cara penelitian dan penulisan ilmiah
4. Untuk mengetahui tentang bagaimana dasar dasar pengetahuan

1.4 Manfaat
Makalah ini bisa menjadikan penambah wawasan bagi saya dan bagi para pembaca
BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Pemikiran Ilmu dan Filsafat Ilmu


Filsafat adalah pengetahuan yang non empirik yaitu tidak berdasarkan
pemahaman inderawi karena itulah filsafat tidak bisa disebut sebagai ilmu. Sedangkan
terkait ilmu adalah suatu hal yang lain dengan filsafat, ilmumemiliki sistem yang
tegas, ilmu adalah pengetahuan yang sistematis. Pengetahuanini dengan sadar
menuntut kebenaran yang bermetode dan bersistem sehinggadisebut definisi ilmu
secara khusus. Dalam “Ensiklopedia Indonesia”, kita jumpai pengertian sebagai
berikut: Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem dari pelbagai pengetahuan yang
masing-masing disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu berdasarkan suatu
pengalaman lapangan hingga menjadi kesatuan.
Ada beberapa hal di manafilsafat dan ilmu pengetahuan dapat saling bertemu.
Filsafat dan ilmu telahmengembangkan kerjasama yang baik dengan
ilmu pengetahuan. Ilmu membekalifilsafat dengan bahan-bahan yang deskriptif dan
faktual sangat penting untukmembangun filsafat. Beberapa titik pertemuan antara
filsafat dan ilmu, yaitu:
1. Banyak ahli filsafat yang termasyhur telah memberikan sumbangannyadalam
pengembangan ilmu pengetahuan, misalnya Leibniz menemukan “Diferensial
Kalkulus”, White Head dan Bertrand Russel dengan teorimatematikanya yang
terkenal.
2. Filsafat dan ilmu pengetahuan keduanya menggunakan metode-metode
reflective thinking di dalam menghadapi fakta-fakta dunia dan hidup ini.
3. Filsafat dan ilmu keduanya menunjukkan sikap kritis dan
terbuka,memberikan perhatian yang tidak berat sebelah terhadap kebenaran.
4. Keduanya tertarik terhadap pengetahuan yang terorganisir dan tersusunsecara
sistematis. 
5. Ilmu memberi filsafat sejumlah bahan-bahan deskriptif dan faktual
sertaesensial bagi pemikiran filsafat.
6. Ilmu mengoreksi filsafat dengan jalan menghilangkan sejumlah ide-ide yang
bertentangan dengan pengetahuan yang ilmiah. 
7. Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong-potong yangmenjadikan
bermacam-macam ilmu yang berbeda, dan menyusun bahan-bahan tersebut ke
dalam suatu pandangan tentang hidup dan dunia yanglebih menyeluruh dan
terpadu.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat memiliki arti yaitu
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada,
sebab, asal, dan hukumnya. Filsafat juga memiliki cabang-cabang diantaranya :

1. Logika
2. Epistemology
3. Kritik ilmu
4. Ontology
5. Teologi metafisik
6. Kosmologi
7. Antropologi
8. Etika
9. Estetika
10. Sejarah filsafat

Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan


mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi dari kehidupan manusia.

1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis,


dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan
didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta
pengalaman pribadi.
2. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-
masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya
dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum
sepenuhnya dimantapkan.
3. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan
pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan
seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek (atau alam objek) yang
sama dan saling berkaitan secara logis
4. Di pihak lain, yang seringkali berkaitan dengan konsep ilmu
(pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil
dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua
pencari ilmu.
5. Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang
dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak
terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya,
ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi.
6. Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya.
a) Teori skolastik mengenai ilmu membuat pembedaan antara objek
material dan objek formal.
b) Objek material adalah objek konkret yang disimak oleh ilmu
c) Objek formal adalah aspek khusus atau sudut pandang terhadap
objek material.
d) Yang mencirikan setiap ilmu adalah objek formalnya. Sementara
objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.
e) Pembagian objek studi mengantar ke spesialisasi ilmu yang terus
bertambah.

2.2 Epistemologi: Cara Mendapatkan Pengetahuan yang Benar


Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos
yang berarti ilmu. Jadi, epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang
pengetahuan dan cara memperolehnya. Epistemologi disebut juga teori pengetahuan,
yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan,
hakikat pengetahuan, dan sumber pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah
suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata-cara, teknik, atau
prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan.
Menurut Lahrer (2000) secara historis terdapat tiga perspektif dalam
epistemologi yang berkembang di Barat, yaitu: (i) dogmatic epistemology; (ii) critical
epistemology; dan (iii) scientific epistemology. Pertama, dogmatic epistemology
adalah pendekatan tradisional terhadap epistemologi, terutama Plato (428-348 SM).
Dalam perspektif epistemologi dogmatik, metaphysics (ontologi) diasumsikan dulu
ada, baru kemudian ditambahkan epistemologi. Kedua, critical epistemology.
Revolusi dari epistemologi dogmatik ke epistemologi kritik diperkenalkan oleh Rene
Descartes (1596-1650). Descartes membalik epistemologi dogmatik dengan
menanyakan apa yang dapat kita ketahui sebelum menjelaskannya. Pertanyakan dulu
secara kritis, baru diyakini. Ragukan dulu bahwa sesuatu itu ada, kalau terbukti ada,
baru dijelaskan. Berpikir dulu, baru diyakini atau tidak. Ragukan dulu, baru diyakini
atau tidak. Ketiga, scientific epistemology, saya berpendapat bahwa ada pendekatan
ketiga epistemologi tentang apa yang kita ketahui dan teori tentang apa yang nyata
diberikan status yang sama, tidak diasumsikan sebelum yang lain. Akibatnya, teori
pengetahuan dapat menjelaskan bagaimana kita mengetahui hal-hal itu yang paling
jelas kita ketahui dan pada saat yang sama memberikan evaluasi standar kritis untuk
klaim pengetahuan.
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan atau kajian tentang justifikasi
kebenaran pengetahuan atau kepercayaan. Untuk menemukan kebenaran dilakukan
sebagai berikut (Lacey, 1976): (i) Menemukan kebenaran dari masalah; (ii)
Pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran; (iii) Pengamatan eksperimen
untuk menemukan kebenaran; (iv) Falsification atau operasionalism (experimental
operation, operation research); (v) Konfirmasi kemungkinan untuk menemukan
kebenaran; (vi) Metode hipotetico-deduktif; (vii) Induksi dan presuposisi/teori untuk
menemukan kebenaran fakta.
Dalam teori epistemologi terdapat beberapa aliran. Aliran-aliran tersebut
mencoba menjawab pertanyaan mengenai bagaimana manusia memperoleh suatu
pengetahuan. Pertama, golongan yang menjelaskan asal atau suatu sumber
pengetahuan, yakni :
1. Empirisme adalah aliran yang mengemukakan bahwa pengetahuan manusia lahir
dari pengalaman manusia itu sendiri, melalui dunia luar yang kemudian ditangkap
oleh panca inderanya. Sifat yang menonjol dari pernyataan ini dapat diperhatikan
bila ada pertanyaan seperti : “Bagaimanakah orang mengetahui bahwa es
membeku?” maka jawabannya adalah, “Karena melihat prosesnya demikian itu,”
atau “Karena seorang ilmuwan telah melihatnya demikian.” Dengan demikian,
terdapat dua macam unsur yang mudah dibedakan, yaitu yang-mengetahui dan
yang-diketahui. Orang yang mengetahui adalah subjek yang memperoleh
pengetahuan dan dikenal dengan suatu perkataan yang menunjukkan seseorang
atau suatu kemampuan.
2. Rasionalisme merupakan aliran yang menerangkan bahwa sumber pengetahuan
manusia adalah pikiran, rasio, dan jiwa. Rasionalisme berpendirian bahwa sumber
pengetahuan terletak pada akal. Para penganut rasionalisme meyakini bahwa
kebenaran dan kesesatan terletak 'di dalam' ide kita, bukan di dalam diri sesuatu.
Apabila kebenaran (dan, ipso facto, pengetahuan) bermakna sebagai mempunyai
ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran
hanya ada di dalam pikiran dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
Descartes, bapak rasionalisme kontinental, berusaha menemukan suatu kebenaran
yang tidak dapat diragukan yang darinya dengan memakai metode deduktif dapat
disimpulkan semua pengetahuan. Descartes yakin bahwa kebenarankebenaran
seperti itu ada dan dikenal sebagai cahaya yang terang dari akal budi sebagai hal-
hal yang tidak dapat diragukan. Dengan demikian, akal budi dipahamkan sebagai :
 Sejenis perantara khusus yang dengan perantara tersebut dapat dikenal
kebenaran.
 Suatu teknik deduktif yang dengan memakai teknik tersebut dapat
ditemukan kebenaran-kebenaran, maksudnya adalah dengan melakukan
penalaran.
3. Kritisme (transendentalisme) yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan
manusia lahir dari dunia luar dan dari jiwa atau pikiran manusia itu sendiri.
Munculnya gagasan kritisme diawali atas kritik terhadap gagasan Hume tentang
hukum kausalitas yang dianggap rapuh.
Kant merumuskan beberapa tingkatan proses terjadinya pengetahuan, diantaranya
sebagai berikut :
a. Tingkat pencerapan indrawi
Kant mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan sintesis antara unsur-
unsur yang ada sebelum pengalaman (rasio) dengan unsur-unsur yang ada
setelah pengalaman (empiris).
b. Tingkat akal budi
Bersamaan pencerapan indrawi, akal budi mulai bekerja secara spontan
menggarap masukan yang diberikan pengalaman pada tingkat sebelumnya.
Akal budi bekerja dengan menerapkan kategori-kategori (struktur pengetahuan
yang tidak berasal dari pengalaman apriori) atas data-data indrawi menjadi
pengetahuan.
c. Tahap budi atau intelek
Tahap ini adalah tahap yang paling tinggi. Intelek merangkum pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya dalam kesatuan paripurna pemikiran di
bawah panduan tiga ide regulatif : jiwa, dunia, tuhan. Tiga ide regulatif ini
bukan merupakan pengetahuan, tetapi semacam orientasi yang memungkinkan
intelek menata dan mensistematisasikan fenomena-fenomena yang ada.

Golongan yang berpendapat mengenai hakikat pengetahuan manusia inklusif, aliran-


aliran tersebur diantara yaitu :

1. Realisme
Realisme, adalah aliran yang menegaskan bahwa pengatahuan manusia merupakan
gambaran yang baik dan tepat tentang kebenaran. Dalam suatu pengetahuan yang
baik akan tergambar kebenaran seperti sebenarnya.
2. Idealisme
3. Idealisme ialah aliran yang berpendapat bahwa aliran hanyalah suatu peristiwa
dalam jiwa manusia, sedangkan semua kenyataan yang diketahui oleh manusia
terletak di luar dirinya.

2.3 Penelitian dan Penulisan Ilmiah


Penelitian ilmiah adalah suatu usaha penyelidikan yang sistematis dan cermat
tentang suatu pokok persoalan atau subjek tertentu untuk menemukan atau
memperbaiki faktafakta, teori-teori, atau aplikasi. Suatu penelitian ilmiah bukanlah
suatu kegiatan atau aktivitas yang hanya mempersoalkan kepastian, tetapi juga ingin
mencari berbagai alternatif jawaban suatu masalah atau fenomena apakah dalam
lingkup sosial maupun masalah-masalah laboratoris. Maka dari itu, penelitian
memiliki tujuan untuk menemukan prinsip-prinsip umum atau menafsirkan tingkah
laku yang dapat digunakan untuk menerangkan dan mengendalikan kejadian-kejadian
dalam lingkup Pendidikan.
Penulisan ilmiah adalah suatu karya tulis yang disusun berdasarkan
pendekatan metode ilmiah (aplikasi dari metode ilmiah) yang ditujukan untuk
kelompok pembaca tertentu dan disajikan menggunakan format tertentu yang baku.
Metode ilmiah ini harus mengikuti prosedur dan langkah-langkah tertentu. Dengan
demikian aplikasi dari metode ilmiah tersebut dapat dikatakan sebagai suatu
penelitian.
Struktur penelitian dan penulisan ilmiah terdiri , diantaranya:
1. Pengajuan Masalah
Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah.
Satu hal yang harus disadari bahwa pada hakikatnya suatu masalah tidak
pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor-faktor lain. Selalu terdapat
konstelasi yang merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu. Dengan
demikian maka secara kronologis terdapat enam kegiatan dalam pengajuan
masalah
a. Latar belakang masalah
Menurut Riduan (2008) bahwa latar belakang masalah dalam
penelitian menjelaskan mengapa masalah yang diteliti itu timbul dan
penting dilihat dari segi profesi peneliti, pengembangan ilmu dan
kepentingan tertentu. Secara operasional suatu gejala baru dapat
disebut masalah bila gejala itu terdapat dalam situasi tertentu.
b. Identifikasi masalah suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah
dimana suatu objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat dikenali
sebagai suatu masalah. Melihat banyak masalah yang teridentifikasi
maka permasalahan tersebut perlu dibatasi ruang lingkupnya.
c. Pembatasan masalah upaya untuk menetapkan batas-batas
permasalahan dengan jelas. Pembatasan masalah dilakukan agar
penelitian lebih terarah, terfokus dan tidak melenceng kemana-mana.
Dari pembatasan masalah ini memungkinkan peneliti merumuskan
masalah dengan baik.
d. Perumusan masalah upaya untuk menyatakan secara tersurat
pernyataan-pernyatan apa saja yang ingin peneliti carikan jawabannya.
Perumusan masalah dijabarkan dari identifikasi dan batasan masalah,
dengan kata lain perumusan masalah merupakan pernyataan lengkap
dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti
berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah.
e. Tujuan penelitian pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan
yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
f. Kegunaan penelitian kegunaan penelitian yang merupakan manfaat
yang dapat diperoleh dari pemecahan masalah yang didapat dari
penelitian.
2. Penyusunan kerangka teoritis
Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah kedua dalam
metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau
jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan.
Secara ringkas langkah dalam penyusunan kerangka teoritis dan pengajuan
hipotesis ini dapat dibagi dalam kegiatan-kegiatan berikut:
 Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam
analisis
 Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan
 Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dengan
mempergunakan premis-premis
 Perumusan hipotesis
3. Metodologi penelitian
Metodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metodologi
penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan
dalam penelitian. Salah satu metode yang harus ditentukan dalam metodologi
penelitian adalah metode penelitian
4. Hasil penelitian
Dalam membahas hasil penelitian maka harus selalu diingat bahwa tujuan nya
adalah membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang dikumpulkan
dengan hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian dapat dilaporkan sebagai
berikut :
 Menyatakan variable-variabel yang diteliti
 Menyatakan teknik analisis data
 Mendeskripsikan hasil analisis data
 Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan terhadap kesimpulan
analisis data
 Menyimpulakn pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima
5. Ringkasan dan kesimpulan
Kesimpulan hipotesis kemudian dikembangkan menjadi kesimpulan penelitian
yang ditulis dalam bab tersendiri. Kesimpulan penelitian merupakan sintesis
dari keseluruahan aspek penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoritis,
hipotesis, metodologi penelitian, dan penemuan penelitian.
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam
membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari
pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisan. Dalam aspek gaya penulisan
tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir. Oleh karena itu maka langkah
pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah mempergunakan tata bahas
yang benar sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan”
dan “Pedoman Umum Pembentukan Istilah” yang dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. Adapula Aspek kebahasaan yang perlu diperhatikan
dalam penulisan karya ilmiah, antara lain penggunaan huruf, pengejaan kata,
pemenggalan kata, penggunaan tanda baca, pemilihan kata dan istilah, penataan
kalimat, pengefektifan paragraf, serta penulisan angka, satuan dan lambang.
Etika penulisan ilmiah adalah norma atau standar aturan perilaku yang harus
dilakukan (dan yang tidak boleh dilakukan) oleh penulis tentang baik (dan buruknya)
cara penulisan ilmiah. Karena hakikatnya yang dinilai pada karya ilmiah bukan hanya
benar atau salahnya, melainkan baik atau buruknya penulisan karya ilmiah. Penulis
bisa saja benar dalam melakukan karya ilmiah, tetapi ia tidak melihat resiko terhadap
perbuatan yang dilanggar. Oleh karena itu, tujuan etika penulisan karya ilmiah agar
para penulis dapat bertanggung jawab terhadap penulisannya sehingga karya ilmiah
terpelihara standar kualitasnya.
Teknik notasi ilmiah mempergunakan catatan kaki. Tanda catatan kaki
diletakan diujung kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan angka arab yang
diketik naik setengah spasi. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomer urut mulai dari
angka 1 sampai habis dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab yang baru. Satu
kalimat mungkin terdiri dari beberapa catatan kaki sekiranya kalimat itu terdiri dari
beberapa kutipan. Dalam keadaan seperti ini maka tanda catatan kaki diletakan di
ujung kalimat yang dikutip sebelum tanda baca penutup. Sedangkan satu kalimat yang
seluruhnya terdiri dari satu kutipan tanda catatan kaki di letakan sesudah tanda baca
penutup kalimat.

2.4 Dasar dasar pengetahuan


Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan (Suriasumantri, 2003). Karena pada hakikatnya manusia itu
sebagai mahluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak.
Penalaran mempunyai ciri-ciri yaitu :
 Suatu proses berpikir logis : dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan
berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu dan sifat
analitik dari proses berpikirnya.
 Menyandarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan
untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan : kegiatan
berpikir analisis adalah berdasarkan langkah-langka tertentu. Tidak semua
kegiatan berpikir mendasarkan pada penalaran seperti perasaan dan intuisi.
Ada dua jenis pengetahuan jika dilihat dari segi usahanya untuk menemukan
kebenaran, yaitu:
 Pengetahuan didapat melalui usaha aktif manusia untuk menemukan kebenaran
secara nalar maupun melalui hal yang lainnya seperti perasaan dan intuisi.
 Pengetahuan didapat bukan melalui usaha manusia, melainkan ditawarkan atau
diberikan seperti ajaran agama.
Logika adalah sarana berpikir sistematis, valit dan dapat dipertanggung jawabkan,
karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti
setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu. Kata Logika dapat diartikan sebagai
penalaran karena penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan.
Sumber pengetahuan adalah asal dari ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia. Jika
membicarakan masalah asal, pengetahuan dan ilmu pengetahuan tidak dibedakan
karena dalam sumber pengetahuan juga terdapat sumber ilmu pengetahuan. Sumber
utama ilmu pengetahuan sebagai berikut :
1. Rasionalisme yang artinya dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio.
2. Empirisme
empirisme menjadikan pengalaman indrawi sebagai sumber pengetahuan. Sesuatu
yang tidak diamati dengan indra bukanlah pengetahuan yang benar. Walaupun
demikian, ternyata indra mempunyai beberapa kelemahan, antara lain pertama,
keterbatasan indra, seperti kasus semakin jauh objek, semakin kecil ia
penampakannya. Kasus tersebut tidak menunjukkan bahwa objek tersebut
mengecil atau kecil. Kedua, indra menipu. Penipuan indra terdapat pada orang
yang sakit. Misalnya, penderita malaria merasakan gula yang manis, terasa pahit,
dan udara yang panas dirasakan dingin. Ketiga, objek yang menipu, seperti pada
ilusi dan fatamorgana. Keempat, objek dan indra yang menipu.
Kriteria pengetahuan
- Teori koherensi
secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koherensi suatu
pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten
dengan pernyataan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Bila kita
menganggap bahwa “semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan
yang benar, maka pernyataan bahwa “si polan adalah seorang manusia dan si
polan pasti akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah
konsisten dengan pernyataan yang pertama.
- Teori korespondensi
Menurut teori korespondensi, kebenaran atau keadaan benar itu apabila ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau pendapat dengan
objek yang dituju oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Pengetahuan ini
dikatakan benar apabila didalam kemanunggalan yang sifatnya intrinsik,
intensional, dan pasif-aktif terdapat kesesuaian antara apa yang ada di dalam
objek. Hal itu karena puncak dari proses kognitif manusia terdapat di dalam budi
pikiran subjek itu benar sesuai dengan apa yang ada di dalam objek.
- Teori pragmatis
Pragmatisme berasal dari bahasa yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang
dilakukan, perbuatan, tindakan. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa
filsafat yang kebanyakan adalah kebangasaan Amerika yang menyebabkan filsafat
ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Salah satu ahli filsafat ini yaitu
William James (1842 – 1910). Menurut filsafat ini benar tidaknya suatu ucapan,
dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap
benar jika mendatangkan manfaat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan
filsafat ilmu adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara
bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah
penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya.
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lain adalah bahwa Filsafat
mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu-ilmu
pengetahuan objeknya terbatas, khusus lapangannya saja. Selain itu Filsafat
hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam dengan
menunjukan sebab-sebab yang terakhir, sedangkan ilmu pengetahuan juga
menunjukkan sebab-sebab tetapi yang tak begitu mendalam.
 Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang berkaitan dengan hakikat atau
teori pengetahuan. Epistemologi pula memiliki aliran-aliran yang bisa
menjawab beberapa keraguan manusia. Dalam bidang filsafat, epistemologi
meliputi pembahasan tentang asal mula, sumber, ruang lingkup, nilai validitas,
dan kebenaran dari pengetahuan. Epistemologi dapat menjawab segala
keraguan melalui metode-metodenya. Dengan metode epistemologi pula kita
dapat mendapatkan pengetahuan yang benar secara mendasar. Dan melalui
epistemologi yang mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan, justifikasi,
dan rasionalitas keyakinan, kita dapat mendapatkan suatu jawaban yang jelas
dan bisa divalidasi. Semua itu bisa tercapai dan terjawab melalui epistemologi
asalkan disertai dengan tahapan-tahapan metode ilmiah dari epistemologi itu
sendiri.
 Struktur penulisan ilmiah yang secara logis dan kronologis mencerminkan
kerangka penalaran ilmiah. Pembahasan ini ditujukan bagi mereka yang
sedang menulis tesis, disertasi, laporan penelitian atau publikasi ilmiah
lainnya, dengan harapan agar mereka lebih memahami logika dan arsitektur
penulisan ilmiah. Dengan mengenal kerangka berpikir filsafati maka kita
secara lebih mudah akan menguasai halhal yang bersifat teknis. Teknik
penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yaitu gaya penulisan dalam bentuk
pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari
pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah
harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan
yang bersifat reproduktif dan impersonal.
 Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diperoleh manusia melalui
sebuah pengamatan. Saat seseorang mengamati suatu hal dan dia memperoleh
sesuatu dari pengamatannya, maka bisa disebut orang tersebut memperoleh
sebuah pengetahuan. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi setiap orang itu
berbeda-beda sehingga kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan
pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Oleh sebab itu, cara
berpikir mempunyai kriteria kebenaran yang digunakan sebagai landasan
untuk menemukan kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai