Anda di halaman 1dari 24

Makalah Filsafat Ilmu

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Amin Fauzi

DISUSUN OLEH

Muhammad Aynul Yaqin (1807025056) PS-1A

Birul Walid (1807025110) PS-1A

Naufal Syaka Sabila (1807025107) PS-1A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PERBANKAN SYARIAH
2018/20
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan

karuniaNya, sehingga makalah mata kuliah Filsafat ilmu ini dapat diselesaikan tepat

waktu tanpa adanya kendala-kendala yang berarti Makalah ini berisi kajian tentang

Pengertian filsafat ilmu, ruang lingkup, objek, dan tujuan filsafat ilmu.

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah sedikit banyak

membantu dalam proses pembuatan makalah ini, baik secara langsung ataupun tidak

langsung. Bantuan tersebut sangat membantu penyelesaian makalah ini.Semoga Tuhan

yan Maha Esa membalas segala kebaikan pihak-pihak tersebut dan meridhoi atas

selesainya makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat serta dapat membantu

proses belajar bagi siapa saja yang menggunakannya dengan baik dan benar. Amin.

Jakarta, 1 november 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB II ...................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3
A. Definisi filsafat ............................................................................................................. 3
B. Objek material dan formal filsafat ............................................................................ 6
C. Karakteristik berpikir filsafat ................................................................................... 9
D. Definisi Ilmu .............................................................................................................. 10
E. Karakteristik Ilmu Pengetahuan ............................................................................. 12
F. Pengertian Filsafat Ilmu ........................................................................................... 13
G. Objek Filsafat Ilmu ............................................................................................... 15
H. Tujuan Filsafat Ilmu ............................................................................................. 16
BAB III................................................................................................................................... 19
PENUTUP.............................................................................................................................. 19
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Fenomena perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu sistem

pengetahuan yang komprehensif dengan demikian berdampak pada ilmu pengetahuan

yang berkembang terus menerus tanpa berhenti seiring dengan perkembangan

pengetahuan manusia. Perkembangan pengetahuan manusia tentang kehidupan, alam

semesta dan hal-hal yang bersifat abstrak merupakan tantangan dan tujuan dari

pencarian kebenaran sejati.

Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan manusia

yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengatahuan, kecerdasan,

keterampilan, kemampuan komunikasi, dan kesadaran akan ekologi lingkungan

dengan tujuan menjadikan manusia tidak hanya berintelektual tingggi, tetapi juga

memilki akhlak mulia.

Hal-hal demikian menjadikan seseorang untuk berfikir secara mendalam,

merenung, menganalisis dan menguji coba, serta merumuskan sesuatu kesimpulan

yang dianggap benar sehingga dengan melakukan kegiatan terebut dengan tidak sadar

sudah melakukan kegiatan berfilsafat, maka dari itu ilmu lahir dari filsafat atau dapat

dikatakan filsafat merupakan induk dari sebuah ilmu, oleh karena itu filsafat

mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan ilmu. Adapun pengertian dari filsafat

1
2

dapat dilihat dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup, dan

filsafat sebagai ilmu. Filsafat merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengkaji hal-

hal yang ingin dicari kebenaranya dengan menerapkan metode-metode filsafat.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari filsafat?

2. Apa saja objek material dan formal filsafat?

3. Apa saja karakteristik berpikir filsafat?

4. Apakah pengertian dari ilmu?

5. Apa saja karakteristik ilmu pengetahuan?

6. Apa pengertian dari filsafat ilmu?

7. Apa saja objek dari filsafat ilmu?

8. Apakah tujuan dari filsafat ilmu

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari filsafat

2. Mengetahui objek yang ada di filsafat

3. Mengetahui katakteristik berpikir filsafat

4. Mengetahui pengertialn dari ilmu

5. Mengetahui apa saja karakteristik ilmu pengetahuan

6. Mengetahui pengertian dari filsafat ilmu

7. Mengetahui objek pada filsafat ilmu

8. Mengetahui tujuan filsafat il

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi filsafat

Istilah filsafat berasal dari bahasa Arab “falsafah” yang diarabiasi dari kata

Yunani.1 Kata ini terdiri atas dua kata, Philo (cinta) atau Philia (persahabatan, tertarik

kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman

praktis, inteligensi). Dalam Encyclopedia of Philosophy disebutkan bahwa filsafat

berarti cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran, atau ingin mencapai pandai, atau

keinginan mendalam untuk menjadi bijak.

Lalu apa yang disebut bijak atau bijaksana? Ahmad Tafsir dalam bukunya

mengutip tentang kata bijak atau bijaksana dengan “wisdom” (terjemahan dari kata

shopia), yang memiliki arti tidak saja pandai dalam bidang intelektual, akan tetapi

meliputi lapangan mana saja yang menggambarkan intelegensia.2 Tukang kayu,

misalnya, dengan kemahirannya mampu membuat meja dan kursi dari paduan bahan-

bahan seperti kayu, besi, dan plastik yang dimodifikasi hingga bernilai efektif dan

estetik.

Kemudian yang mirip dengan kata sophia, yaitu sophist (kaum sofis). Istilah ini

terkait orang-orang Yunani sebelum Socrates yang menyebut diri mereka sebagai

1
Poedjawidjatna, Pembimbing ke Alam Filsafat, Jakarta: Pembangunan, 1974, h.1.
2
Ahamd Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008, Cet. Ke-16, h.10.

3
4

cendekiawan. Mereka menjadikan persepsi manusia sebagai ukuran realitas dan

menggunakan argumen-argumen keliru dalam kesimpulan mereka. Sehingga kata sofis

mengalami dua reduksi makna, yaitu berpikir yang menyesatkan. Socrates karena

kerendahan hati dan menghindarkan diri dari pengindentifikasian dengan kaum sofis,

melarang dirinya disebut sebagai orang sofis (cendikiawan). Oleh karena itu, istilah

filsuf tidak dipakai orang sebelum Socrates.

Filsafat didefinisikan oleh Poedjawidjatna sebagai sejenis pengetahuan yang

berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan

pikiran belaka. Hasbullah Bakry, mendefinisikan sejenis pengetahuan yang

menyelidiki segala sesuatu secara mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan

manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya

sejauh yang dapat dicapai oleh akal sehat manusia dan bagaimana sikap manusia itu

seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.3

AlFarabi (W 950 M), seorang filosof Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina

berkata,”Filsafat ialah ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki

hakikatnya yang sebenarnya”.

Plato (427-348 SM) menyatakan filsafat adalah pengetahuan yang bersifat untuk

mencapai kebenaran yang asli. Adapun Aristoteles (382-322 SM) mendefinisikan

filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di

dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.

3
Hasbullah Bakry, Sistematika Filsafay,Jakarta, 1971, h. 11.
5

Adapun filsuf lainnya Cicero (106-043 SM) menyatakan filsafat merupakan induk dari

semua ilmu pengetahuan. Filsafat ialah ilmu pengetahuan terluhur dan keinginan untuk

mendapatkannya. Menurut Descartes (1596-1650), filsafat adalah kumpulan segala

pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.

Adapun Immanuel Kant (1724-1804) berpendapat filsafat ialah ilmu pengetahuan yang

menjadi pokok dan pangkal segala pengetahuan yang tercangkup di dalamnya 4

persoalan, yaitu: (i) Apakah yang dapat kita ketahui? Jawabannya termasuk dalam

bidang metafisika; (ii) Apakah yang seharusnya kita kerjakan? Jawabannya termasuk

dalam bidang etika; (iii) sampai di manakah harapan kita? Jawabannya termasuk pada

bidang agama; (iv) apakah yang dinamakan manusia itu? Jawabannya termasuk pada

bidang antropologi.4

Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu

bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja, tapi juga mengajukan pertanyaan

tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat juga selalu mempersoalkan hakikat,

prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas. Ketakterbatasan inilah yang sangat berguna

bagi ilmu pengetahuan. Itu karena filsafat tidak hanya sebagai penghubung

antardisiplin ilmu tapi sanggup memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi, dan lebih

menyempurnakan prinsip dan asas yang menjadi landasan ilmu pengetahuan itu.

4
Hasbullah Bakry, Sistematika Filsafat, Jakarta, 1971, h. 11.
6

Dari beberapa pengertian dia atas dapat disimpulkan bahwa filsafat menurut

kalangan filsuf menurut kalangan filsuf sebagai berikut:

1. Pengetahuan yang berupaya menyajikan sesuatu pandangan sistematik dan

integral tentang seluruh realitas

2. Pengetahuan yang berupaya untuk menemukan hakikat realitas akhir dan

mendasar secara nyata

3. Pengetahuan yang berupaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan

pengetahuan sumber daya, hakikat, keabsahan dan nilainya.

4. Penyelidikan kritis atas pengadaian-pengadaian dan pernyataan-pernyataaan

yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.

5. Pengetahuan yang berupaya untuk membantu membantu Anda melihat apa yang

Anda katakan dan untuk menyatakan apa yang Anda lihat.

Perbedaan-perbedaan definisi diatas disinyalir muncul karena berbedanya

konotasi filsafat pada tokoh-tokoh itu, termasuk perbedaan-perbedaan keyakinan yang

dianut mereka. Disamping perkembangan filsafat itu sendiri yang menyebabkan

beberapa pengertian khusus memisahkan diri dari filsafat.

B. Objek material dan formal filsafat

Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau

pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek, yang

dibedakan menjadi duan,yaitu objek material dan objek formal.


7

1. Objek material filsafat

Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau

pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki,

dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja,

baik hal-hal konkret ataupun hal yang abstrak.5

Objek material dari filsafat ada beberapa istilah dari para cendikiawan, namun

semua itu sebenarnya tidak ada yang bertentangan.

a. Mohammad Noor Syam berpendapat, ’Para ahli menerangkan bahwa objek

filsafat itu dibedakan atas objek material atau objek materiil filsafat; segala

sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materiil konkret, psikis maupun

nonmateriil abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian abstrak-logis,

konsepsional, spiritual, dan nilai-nilai. Dengan demikian, objek filsafat tidak

terbatas.6

b. Poedjawijatna berpendapat, ’jadi, objek material filsafat ialah ada dan yang

mungkin ada. Dapatkah dikatakan bahwa filsafat itu keseluruhan dari segala

ilmu yang menyelidiki segala sesuatunya juga?’ Dapat dikatakan bahwa objek

filsafat yang kami maksud adalah objek materialnya-sama dengan objek

5
http://darzabnintama.blogspot.com/2012/03/filsafat-ilmu-objek-material-dan-objek.html
6
Mohammad Noor Syam, 1981, hlm. 12.
8

material dari ilmu seluruhnya. Akan tetapi, filsafat tetap filsafat dan bukan

merupakan kumpulan atau keseluruhan ilmu.7

c. H.A Dardiri berpendapat, objek material filsafat adalah segala sesuatu yang

ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam

kemungkinan.8 Segala sesuatu yang ada dapat dibagi dua, yaitu ada yang

bersifat umum dan ada yang bersifat khusus

Tentang objek material ini banyak yang sama dengan material sains bedanya

ialah dalam dua hal. Pertama, sains menyelidiki objek material yang empiris sedangkan

filsafat menyelidiki objek itu juga tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian

yang abstrak. Kedua, ada objek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh

sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek material yang material yang selama-

lamanya tidak empriris. Jadi, objek material filsafat lebih tinggi dari objek material

sains.9

2. Objek formal filsafat

Objek formal, yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian

atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot.

Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat

yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau

7
Poedjawijatna, 1980, hlm. 8 .
8
H.A. Dardiri, 1986, hlm. 13-14.
9
Ahmad Tafsir, op.cit. Hal. 21.
9

dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda.

Misalnya, objek materialnya adalah ’’manusia’’ dan manusia ini ditinjau dari sudut

pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia

diantaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya.

Objek formal filsafat, yaitu sudut pandangan yang menyeluruh, secara umum

sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya.10 karena itu, yang

membedakan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak dalam objek material dan

objek formalnya. Kalau dalam ilmu-ilmu lain objek materialnya membatasi diri,

sedangkan pada filsafat tidak membatasi diri. Adapun pada objek formalnya membahas

objek materialnya itu sampai ke hakikat atau esensi dari yang dihadapinya.

C. Karakteristik berpikir filsafat

Untuk lebih memahami pengertian filsafat, perlu dipelajari mengenai

karakteristik berpikir filsafat11, sebagai berikut:

1. Berpikir sampai ke akar-akarnya (hakikat terdalam).

2. Universal: menyangkut pengalaman umum manusia (Janspers dengan aspek

keumumannya).

3. Konseptual (hasil generalisasi dan absraksi pengalaman manusia, apa itu

kebebasan, kebenaran, dan lain-lain).

10
Lasiyo dan Yuwono, 1985, hlm. 6.
11
Konrab Kebung, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Cerdas Pustaka, 2017, hlm. 7.
10

4. Koheren dan konsisten (runtut). Koheren berarti sesuai dengan kaidah-kaidah

berpikir. Komsisten berarti tidak mengandung kontradiksi.

5. Sistematik: pandangan-pandangan yang dianalisi harus saling berhubungan

secara teratur dam dengan maksud tertentu.

6. Komprehensif: menyeluruh dan melingkupi totalitas

7. Bebas: pemikiran filosofis adalah hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari

prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, dan religius.

8. Bertanggung jawab: berpikir dan bertanggung jawab atas hasil pemikirannya,

paling tidak terhadap hati nurani sendiri.

D. Definisi Ilmu

1. Pengertian Ilmu

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) mendefinisikan ilmu sebagai

pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-

metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu pula.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu ialah susunan berbagai pengetahuan

secara berstruktur untuk satu bidang tertentu. Ilmu (science) mengorganisasikan

pengetahuan-pengetahuan ilmiah (konsep, prinsip, hukum, prosedur, dan teori) ke

dalam struktur yang logis dan sistematis.

The Liang Gie (1991) ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan

kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga

menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala


11

kealaman, kemasyarakatan, atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran,

memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan.

Dipercayai bahwa kelahiran pengetahuan ilmiah bersamaan dengan kelahiran

filsafat, manakala pengetahuan diformulasi berdasarkan temuan empiris dan pemikiran

logis dan rasional serta terbebas dari mitos-mitos. Pada awal perkembangan ilmu

(masih didominasi oleh spekulasi-spekulasi), fisuf dapat juga dipandang sebagai

ilmuwan, sehingga mereka layak disebut sebagai ahli filsafat alam (natural

philosophy). Sebagai contoh, Hipocrates (460-370 SM) adalah filsuf yang juga ahli

ilmu kedokteran, Aristoteles (284-322 SM) adalah filsuf yang juga penyelidik mahluk-

mahluk hidup laut, dan Democritus (470-380 SM) yang terkenal dengan pemikiran

tentang atom (atomos) sebagai unit terkecil dari materi. Dalam perkembangan

selanjutnya, disiplin-disiplin ilmu menjadi semakin berdiri-sendiri yang terpisah dari

filsafat, seiring dengan semakin kuatnya penggunaan landasan empiris dan kuantitatif

serta metode ilmiah, khususnya eksperimen, dalam pengkajian-pengkajian terhadap

fenomena alam.12

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan atau sains adalah suatu pengetahuan ilmiah yang memiliki

syarat-syarat; pertama, dasar pembenaran yang dapat dibuktikan dengan metode ilmiah

dan teruji dengan cara kerja ilmiah; kedua, sistematik yaitu terdapatnya sistem yang

12
https://xb4mzx.wordpress.com/2011/04/27/definisi-dan-karakteristik-ilmu/
12

tersusun dan melalui proses, medote, dan produk yang saling terkait; ketiga,

intersubyektif yaitu terjamin keabsahan atau kebenarannya

Sebenarnya yang dimaksud dengan “ilmu pengetahuan” masih perlu diuraikan

lebih lanjut. Namun secara sederhana ilmu pengetahuan dapat diartikan “sebagai

pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapaiannya

dipertanggungjawabkan secara teoritis.”13 Berbeda dengan pengetahuan, ilmu

(pengetahuan) tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan sebagai suatu putusan

sendiri. Sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke Objek

yang sama dan saling berkaitan secara logis.

E. Karakteristik Ilmu Pengetahuan

Menurut Randall dan Buchker (1942) di samping memiliki syarat-syarat tertentu,

ilmu memiliki pula karakteristik atau sifat yang menjadi ciri hakiki ilmu. Randall dan

Buchler mengemukakan beberapa ciri umum ilmu, yaitu :

1. hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama,

2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan,

3. obyektif tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi. Pendapat senada

diajukan oleh Ralph Ross dan Enerst Van den Haag bahwa ilmu memiliki sifat-

sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif.

13
C.Verhaak dan R. Haryono Imam, Filsadat Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-Ilmu
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 3.
13

Menurut Ernest van den Haag (Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu,

yaitu :

1. Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal

(rasio).

2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca

indera.

3. Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.

4. Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek

penelitian selanjutnya.

F. Pengertian Filsafat Ilmu

Secara sederhana filsafat ilmu terdiri dari dua kata, yaitu filsafat dan ilmu.

Filsafat dapat diartikan sebagai berpikir bebas, radikal, dan berada pada tataran

makna.14 Bebas artinnya tidak ada yang menghalangi kerja pikiran. Radikal, artinya

berpikir mendalam sampai akar masalah, bahkan melewati batas-batas fisik atau

disebut metafisis. Adapun berpikir dalam tahap makna berarti menemukan makna

terdalam dari suatu yang terkandung di dalamnya berupa kebenaran, keindahan

maupun kebaikan.15

14
Musa Asy’ari, Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berpikir, Yogyakarta: LESFI, 1999, hlm. 1.
15
Musa Asy’ari, Filsafat Islam……,. 1-4.
14

Adapun istilah “ilmu” dalam bahasa arab berasal dari kata ‘alima yang artinya

mengetahui. Dalam kamus besar Webster New World Dictionary, dijumpai kata

Science berasal dari kata latin, Scire yang artinya mengetahui. Secara bahasa Science

(sains) berarti “keadaan atau fakta mengetahui” dan sering dimaknai dalam arti

pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan melalui intuisi atau kepercayaan. Jadi,

ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan Science, hanya ilmu memiliki ruang

lingkup berbeda dengan sains. Sains hanya dibatasi pada bidang-bidang empirisme-

positivme, sedangkan ilmu melampauinya dengan non-empirisme seperti matematika

dan metafisika.16 Dari pengertian ini, maka filsafat ilmu adalah filsafat yang

menjadikan ilmu-ilmu sebagai objek kajiannya. Tidak mengherankan apabila filsafat

ilmu dianngap sebagai bidang yang unik, lantaran di pelajari oleh dirinya sendiri.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat ilmu adalah segenap pemikirn

reflektif, radikal dan mendasar atas berbagai persolaan mengenai ilmu pengetahuan,

landasan dan hubungannya dengan segala segi kehidupan. Atau dapat dikatakan bahwa

filsafat ilmu adalah dasar dari menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh

pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan ilmiah dan tidak

ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau

disebut ilmu, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistemasi dan diorganisasi

sedemikian rupa sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis,

16
Mulyadhi Kartanegara, Menyimak Tirai Kejahilan Pengantar Epistimologi Islam, Bandung: Mizan,
2003, hlm. 4.
15

teknis dan memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, serta dapat

dipertanggungjawabkan.

Sementara itu, penyebutan pengetahuan ilmiah menyisakan istilah lainnya, yaitu

pengetahuan tidak ilmiah. Yaitu, pengetahuan yang masih tergolong pra-ilmiah. Dalam

hal ini, berupa pengetahuan hasil serapan indriawi yang secara sadar diperoleh, baik

yang telah lama maupun baru di dapat. Disamping itu termasuk yang diperoleh secara

pasif atau di luar kesadaran, seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu.

G. Objek Filsafat Ilmu

1. Objek material filsafat ilmu

Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu

ilmu, atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu. Objek material filsafat ilmu adalah

ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis

dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

secara umum.

2. Objek formal filsafat ilmu

Objek formal adalah sudut pandang darimana sang subjek menelaah objek

materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat

ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh

perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu itu

sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu


16

pengetahuan itu bagi manusia? Problem inilah yang dibicarakan dalam landasan

pengembangan ilmu pengetahuan. Yakni landasan ontologis, epistemologias dan

aksiologis.

Landasan ontologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak penelaahan ilmu

pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang

ilmuan.

Landasan epistemologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak penelaahan ilmu

pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.

Landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus

dikembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang

diyakini kebenarannya.

H. Tujuan Filsafat Ilmu

1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi

kritis dan cermat terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus

memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat

menghindarkan diri dari sikap solipsistik, menganggap bahwa hanya

pendapatnya yang paling benar.

2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan

metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan

modern adalah menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur


17

ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah

menerapkan metode ilmiah yang sesuai atau cocok dengan struktur ilmu

pengetahuan, bukan sebaliknya. Metode hanya saran berpikir, bukan

merupakan hakikat ilmu pengetahuan.

3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap

metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara

logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Semakin

luas penerimaan dan penggunaan metode ilmiah, maka semakin valid metode

tersebut. Pembahasan mengenai hal ini dibicarakan dalam metodologi, yaitu

ilmu yang mempelajari tentang cara-cara untuk memperoleh kebenaran.

4. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa

memahami, sumber, hakekat, dan tujuan ilmu.

5. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai

bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer

secra historis.

6. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di

perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non

ilmiah.

7. Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami

ilmu dan mengembangkannya.

8. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama

tidak ada pertentangan.


18

9. Memahami dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu

(misalnya alat yang digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan

masyarakat yaitu berupa tanggung jawab dan implikasi etis. Contoh dampak

tersebut misalnya masalaheuthanasia dalam dunia kedokteran masih sangat

dilematis dan problematik, penjebolan terhadap sistem sekuriti komputer,

pemalsuan terhadap hak atas kekayaaan intelektual (HAKI) , plagiarisme dalam

karya ilmiah.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
 Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu

bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja, tapi juga mengajukan pertanyaan

tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat juga selalu mempersoalkan

hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas. Ketakterbatasan inilah

yang sangat berguna bagi ilmu pengetahuan. Itu karena filsafat tidak hanya

sebagai penghubung antardisiplin ilmu tapi sanggup memeriksa, mengevaluasi,

mengoreksi, dan lebih menyempurnakan prinsip dan asas yang menjadi

landasan ilmu pengetahuan itu.

 Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau

pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki,

dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek formal, yaitu sudut

pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan

pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot.

 Berpikir sampai ke akar-akarnya, Universal: menyangkut pengalaman umum

manusia,Koheren dan konsisten (runtut). Koheren berarti sesuai dengan kaidah-

kaidah berpikir. Komsisten berarti tidak mengandung kontradiksi, Sistematik,

Komprehensif: menyeluruh dan melingkupi totalitas, Bebas, Bertanggung

jawab atas hasil pemikirannya.


 Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan

berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga

menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis.

 Filsafat ilmu adalah segenap pemikirn reflektif, radikal dan mendasar atas

berbagai persolaan mengenai ilmu pengetahuan, landasan dan hubungannya

dengan segala segi kehidupan. Atau dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah

dasar dari menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara

ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Sudibyo, Lies. (2014). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Deepublish

Burhanuddin, Nunu. (2018). Filsafat Ilmu. Jakarta: Prenadamedia Group

Nasution, Ahmad Taufik. (2016). Filsafat Ilmu Hakikat Mencari Pengetahuan. Yogyakarta:
Deepublish

http://darzabnintama.blogspot.com/2012/03/filsafat-ilmu-objek-material-dan-objek.html

https://xb4mzx.wordpress.com/2011/04/27/definisi-dan-karakteristik-ilmu/

Anda mungkin juga menyukai