Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUBUNGAN FILSAFAT AGAMA DAN SAINS


Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Ilmu dan Sains

Dosen pengampu: Dr. Sholahudin Al Ayubi. M.A.

NAMA : SITI PADLAH

NIM : 231370026

JURUSAN : ILMU HADIST

FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB

UIN SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN


2023
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan
makalah ini bisa dilakukan dengan lancar dan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Ilmu dan Sains Bapak Dr. Sholahudin Al-ayubi M.A, atas
bimbingannya dalam penyusunan makalah ini.

Makalah berjudul “HUBUNGAN FILSAFAT AGAMA DAN SAINS” ini disusun sebagai
tugas dari mata kuliah Ilmu dan Sains. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi penulis dan juga bagi para pembaca.

Terima kasih kepada seluruh teman-teman dan keluarga yang mendukung untuk membuat
makalah ini. Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia memiliki keistimewaan dibandingkan makhluk yang lain. Dia diberikan


kemampuan untuk berfikir, bertanya dan menganalisa. Dengan alat ini manusia
mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki mengantarkannyakepada posisi
yang berbeda dengan makhluk lainnya.
Objek yang dicari oleh manusia adalah sebuah kebenaran Tuhan, alam dan manusia.
Dari objek tersebut sangatlah relevan dengan tujuan berfikir filsafat yaitu mencari
kebenaran yang sebenarnya, baik secara radikal, universal dan rasional. Filsafat
merupakan proses berfikir serta produk pemikiran tentang segala sesuatu yang ada
atau mungkin ada secara radikal, universal dan rasional.
Filsafat juga merupakan hasil dari pemikiran manusia yang sangat radix terhadap
setiap persoalan. Dalam mencari kebenaran pun hanya menggunakan akal semata,
sehingga kebenarannya merupakan kebenaran rasionalitas yang tentunya bersifat
relatif dan kritis. Ilmu adalah hasil dari penelitian yang dibuktikan dengan kegiatan ilmiah
melalui tahapan pengujian, pembuktian dan penyesuaian dengan fakta yang terjadi.
Kebenarannya diperoleh melalui melalui pandangan manusia terhadap realita, sehingga
kebenaran tersebut bersifat empiris dan masih relative. Sedangkan agama merupakan
kebenaran yang diperoleh melalui wahyu yang bersifat intuisi serta rohani.
Kebenarannya pun bersifat mutlak dan hakiki.
Manusia pada awal ia dilahirkan tidak tahu dan tidak mengenal dengan apa-apa yang
ada di sekitarnya, bahkan dengan dirinya sendiri. Ketika manusia mulai mengenal
dirinya, kemudian mengenal alam sekitarnya, karena manusia berpikir,maka ketika itu
mulailah ia memikirkan dari mana asal sesuatu, bagaimana sesuatu bisa terjadi, untuk
apa sesuatu itu dikerjakan, dan apa manfaat dari suatu hal.
Sebenarnya ketika manusia telah mulai tahu dari mana asalnya, bagaimana proses
terjadinya, siapa dia, untuk apa dia, maka ketika itu ia telah berfilsafat. Karena filsafat itu
pada intinya adalah berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu, baik yang ilmiah
ataupun non ilmiah, yang nantinya menjadi suatu kesepakatan untuk diketahui secara
bersama-sama dan berlaku dilingkungannya. Kesepakatan berlaku untuk umum dan
menjadi kebiasaan pada komunitas secara turun- temurun hal tersebut yang dinamakan
tradisi, dan tradisi itulah berkembang menjadi suatu ilmu.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat dipahami bahwa terdapat hubungan yang
sangat signifikan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan (sains), demikian pula
adanya hubungan antara filsafat dengan agama, dan hubungan agama dengan ilmu
pengetahuan (sains), sehingga terjadi hubungan yang saling terkait satu sama lainnya.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB 1...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................3
A.LATAR BELAKANG..................................................................................................................3
DAFTAR ISI....................................................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. PENGERTIAN FILSAFAT..................................................................................................5
B. PENGERTIAN AGAMA......................................................................................................6
C. PENGERTIAN SAINS.........................................................................................................6
(a) Ciri-ciri sains..................................................................................................................6
(b) Hubungan Antara Filsafat, Sains dan Agama................................................................7
BAB III...........................................................................................................................................10
PENUTUP......................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian filsafat dapat ditinjau secara etimologi dan terminologi. Secara etimologi kata
filsafat yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah “falsafah” dan dalam bahasa Inggris
dengan istilah “philosophy” yang bersal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Philo = cinta,
Sophia = filsafat pertama kali digunakan oleh phytgores (496-582 SM). 1

Dalam sejarah perkembangan pemikiran filsafat, antara satu ahli filsafat lainnya selalu
berbeda pendapat tentang pengertian filsafat:

1). socrates (399-469 SM),memahami bahwa filsafat adalah suatu peninjau diri yang bersifat
reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia.

2). Plato (347-427 SM), menurutnya filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencarai
kebenaran asli dalam konsepsi plato. Filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif
atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat plato tersebut
kemudian dikenal dengan filsafat spekulatif.

3).Imam Rusdy menyatakan filsafat adalah hikmah yang merupakan pengetahuan otonom
yanhg perlu ditimba oleh manusia sebab ia dikarunia oleh Allah dengan akal. Al-qur’an
mewajibkan manusia barfilsafat untuk menambah dan memperkuat keimanan kepada
Allah.2

Dari beberapa ungkapan filosofi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa itu titik
tekannya adalah “kebenaran”. Maka filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau
kelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat juga bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala
sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Ilmu pengetahuan tentang hakikat yang menanyakan
apa inti atau esensi segala sesuatu. 3 Dalam berfikir filsafat perlu dipahami karakteristik yang
menyertai, diantaranya:

a. Sifat menyeluruh artinya seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi
pandang ilmu sendiri, tetapi melihat hakekat ilmu dalam konstalasi pengetahuan yang
lainnya.
b. Sifat mendasar artinya Bahwa seorang yang berfikir filsafat tidak sekedar melihat ke
atas, tapi juga mampu membongkar tempat berpijak secara fundamental dan ciri.
c. Sifat spekulatif, bahwa untuk dapat mengambil suatu kebenaran kita perlu spekulasi.

 Ciri-ciri filsafat:
Pemikiran kefilsafatan menurut Ali Mudhofir:
1) Berfikir secara radikal. Adalah berfikir sampai keakar-akarnya.
2) Berfikir secara universal (umum). Adalah berfikir tentang hal-hal serta proses-proses
yang bersifat umum, dalam arti tidak memikirkan hal-hal yang parsial.

1
Surajio. Ilmu filsafat. (Jakarta: Bumi Aksara,2004),hlm.1
2
Ahmad Tafsir, filsafat umum, (Bandung: Rosda Karya, 2002), hlm.10-15
3
Soetrionon & Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Anai, 2009)
3) Berfikir secara konseptual. Konsep disini adalah hasil generalisasi dari pengalaman
tentang hal-hal serta proses-proses individual.dengan ciri yang konseptual ini berfikir
secara kefilsafatan melampaui batas pengalaman hidup sehari-hari.
4) Berfikir korehen dan konsisten yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir (logis) dan
tidak mengandung kontradiksi.
5) Berfikir secara sitematik.
6) Berfikir secara komprehensip adalah mencakup secara menyeluruh. 4

B. PENGERTIAN AGAMA

Muhammad Abdullah Darraz mendefinisikan agama (‫ )دين‬sebagai: “keyakinan


terhadap eksistensi (wujud) suatu dzat atau beberapa dzat ghoib yang maha tinggi, ia
memiliki perasaan dan kehendak, ia memiliki wewenang untuk mengurus dan
mengatur urusan yang berkenan dengan nasib manusia. Secara lebih ringkas, ia
mengatakan juga bahwa agama adalah “keyakinan (keimanan) tentang suatu dzat
(Ilahiyah) yang pantas intuk menerima ketaatan dan ibadah (persembahan). 5
Penegertian agama menunjukkan kepada jalan atau cara yang ditempuh untuk
mencari keridhoan Allah SWT.

C. PENGERTIAN SAINS

Secara bahasa, Ilmu berasal dari Bahasa arab (‫علم‬-‫يعلم‬-‫ )علما‬yang berartimengetahui,
memahami dan mengerti dengan benar-benar. Dalam Bahasa Inggris disebut Science,
dalam Bahasa Latin berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui).
Sedangkan dalam Bahasa Yunani adalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus
Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun
secara bersistem menurut metode-metode yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu di bidang itu. 6 Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman yang disusun dalam satu system
untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang dipelajari.

(a) Ciri-ciri sains

1. Sistematis
Ciri sistematis ilmu menunjukkan bahwa ilmu merupakan berbagai keterangan dan data
yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan, yang mempunyai hubungan-hubungan
saling ketergantungan yang teratur.
2. Empiris
Bahwa ilmu mengandung pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengamatan serta
percobaan-percobaan secara terstruktur di dalam bentuk pengalaman-pengalaman, baik
secara langsung ataupun tidak langsung. Ilmu mengamati, menganalisis, menalar,
membuktikan dan menyimpulkan hal-hal empiris yang bersifat faktual dan objek yang
bisa kita indra.

4
Ali mudhofir, Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
1996), hlm.13-15
5
Yususf Al-Qaradhawy, Pengantar Kajian suatu analisis komprehensipteantang pilar-pilar substansial, karakteristik,
tujuan dan sumber acuan Islam,ter. Setiawan Budi Utomo, ( Jakarta: Al- Kautsar, 2000), hlm. 15
6
Tim Penulis, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1998), hlm.340
3. Obyektif
Bahwa ilmu menunjuk pada bentuk pengetahuan yang bebas dari prasangka perorangan
dan perasaan-perasaan subyektif berupa kesukaan atau kebencian pribadi. Obyektifitas
ilmu mensyaratkan bahwa kumpulan pengetahuan itu haruslah sesuai dengan obyeknya.
4. Analitis
Bahwa ilmu berusaha mencermati, mendalami dan membeda-bedakan pokok soalnya ke
dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan dan
peranan dari bagian-bagian tersebut.
5. Verifikatif
Bahwa ilmu mengandung kebenaran-kebenaran yang terbuka untuk diperiksa atau diuji
(diverifikasi) guna dapat dinyatakan sah (valid) dan disampaikan kepada orang lain.
Pengetahuan agar dapat diakui kebenarannya sebagai ilmu, harus terbuka untuk diuji
atau diverifikasi dari berbagai sudut telaah yang berlainan dan akhirnya diakui benar.

Selain, kelima ciri ilmu diatas, masih terdapat beberapa ciri tambahan lainnya,
misalnya : ciri instrumental dan ciri faktual. Ciri instrumental, dimaksudkan bahwa ilmu
merupakan alat atau saran tindakan untuk melakukan sesuatu hal.
Ilmu, dalam hal ini sukar. Namun, juga amat mudah dalam arti, senantiasa
merupakan sarana tindakan untuk melakukan banyak hal yang mengagumkan dan
membanjiri dunia dengan ide-ide baru. Ilmu berciri factual, dalam arti, ilmu tidak
memberikan penilaian, baik atau buruk terhadap apa yang ditelaahnya, tetapi hanya
menyediakan fakta.

(b) Hubungan Antara Filsafat, Sains dan Agama

Filsafat, karena selalu berhadapan dengan alam empiris, (metafisika, ghaib) maka ia
komit dengan organon (alatnya) yaitu logika. Cara kerjanya selalu diawali dengan
pertanyaan apa. Berpikir logis, sistematis, radikal, dan universal. Sains, mencari
kebenaran dengan cara penyelidikan (riset) sesuai dengan eksistensinya yang
berhubungan dengan alam empiris. Dalam penyelidikan ilmu selalu mencari hukum
sebab akibat. Sebagai hukum sebab akibat maka kebenaranya pasti ada. Agama,
menemukan konsep kebenaran bersumber pada wahyu, kebenarannya bersifat mutlak,
absolut sebagai kebenaran tertinggi.

Ilmu kebenarannya bersifat empiris, filsafat kebenarannya bersifat spekulatif


(berdasarkan nalar dan logika), keduanya bersifat nisbi. Agama kebenarannya bersifat
absolut mutlak, dalam penentuannya semua perlu perumusan. Hubungan ilmu filsafat
dan agama, Albert Einstein mengatakan dengan singkat “science with out is blind,
religion with out science is blame” Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh.
Menurut Anshari (dalam Kompasiana 2012) menyatakan, baik filsafat, ilmu dan agama,
bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama), yaitu kebenaran.
Hubungan antara filsafat, sains dan agama mempunyai titik persamaan, titik perbedaan
dan titik singgung (hubungan) antara yang satu dengan yang lainnya.

1. Titik Persamaan

Mencari kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri, mencari


kebenaran tentang alam dan termasuk di dalamnya manusia. Filsafat dengan wataknya
sendiri pula, menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia,
yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau di atas jangkauannya,
ataupun tentang Tuhan. Agama dengan karakteristiknya sendiri pula memberikan
jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam
maupun tentang manusia dan tentang Tuhan. 7

2. Titik Perbedaan

Perbedaannya terlihat dari aspek sumber, metode dan hasil yang ingin dicapai. Baik
ilmu maupun filsafat, keduanya hasil dari sumber yang sama, yaitu ra’yu (akal, budi,
rasio atau reason) manusia. Sedangkan agama bersumberkan dari wahyu Allah.

Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset), pengalaman


(empiris), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri
kebenaran dengan cara mengembarakan akal budi secara radikal (mengakar) dan
integral (menyeluruh) serta universal (alami atau mengalam) tidak merasa terikat
olehikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama logika, sebagaimana
disinggung oleh Anshari, bahwa filsafat itu ialah rekaman petualangan jiwa dalam
kosmos.

Manusia mencari dan menemukan kebenaran dalam agama dengan jalan


mempertanyakan, mencari jawaban tentang berbagai masalah asasi dari kitab suci.
Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif, kebenran filsafat adalah
kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan
eksperimen). Baik kebenaran ilmu maupun kebernaran filsafat, keduanya relatif.
Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena agama adalah wahyu
yang diturunkan oleh dzat yang Maha Besar , Maha Mutlak, dan Maha Sempurna yaitu
Allah SWT. Baik ilmu maupun filsafat, kedua-duanya dimulai dengan sikap percaya dan
iman.

3. Titik Singgung atau Relasi

Relasinya ialah saling isi-mengisi di dalam menjawab persoalan-persoalan yang


diajukan oleh manusia. Hubungan lain adalah bahwa filsafat identik dengan ilmu
pengetahuan, sebagimana juga filosof identic dengan ilmuwan. Objek materi ilmu
adalah alam dan manusia, dan objek material filsafat adalah alam, manusia dan Tuhan.

Selain itu, masih dalam kaitan antara ilmu, filsafat dan agama, bahwa filsafat
mengkaji tentang kebijaksanaan. Manusia berusaha untuk mencari kebijaksanaan,
mencari dengan cara yang ilmiah tentang kebenaran. Akan tetapi, manusia tidak akan
sampai pada derajat bijaksana, karena hanya Tuhan sajalah yang bersifat bijaksana.
Manusia hanya berusaha untuk mencari kebijaksanaan, mencari kebenaran dengan
cara yang ilmiah. Selain itu, segala aktivitas manusia yang berkenaan dengan
pemahaman terhadap dunia secara keseluruhan dengan jiwa dan pikirannya
merupakan bagian dari kajian filsafat. Filsafat sama halnya dengan agama, sama-sama
mengkaji tentang kebijaksanaan, tentang Tuhan, serta baik dan buruk. Itulah sebabnya
maka filsafat mempunyai hubungan yang dekat dengan agama di satu sisi dan ilmu
pengetahuan di sisi lain.

7
Drs. A. Sutanto, M.Pd, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.129
Hubungan yang lebih dekat lagi, dapat dilihat bahwa hal-hal yang tidak terjangkau
oleh akal pikiran (filsafat) akan terjawab melalui wahyu atau agama. Begitu juga dengan
filsafat, membahas persoalan-persoalan yang tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, antara ilmu, filsafat dan agama dapat saling mengisi dan saling
melengkapi. Sehingga menjadi lengkaplah sudah kebtuhan manusia untuk memahami
keberadaan alam, manusia, dan Tuhan.8

8
Pirhat Abbas, Hubungan Filsafat, Ilmu dan Agama, Media Akademik Volume 25, hlm. 16-20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebagai penutup dari makalah yang sangat sederhana ini, penulis akan memberikan beberapa
poin penting yang berkaitan dengan hubungan antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama, yaitu
sebagai berikut :

1. Antara filsafat, ilmu (sains) dan agama terdapat titik persamaannya, yaitu mencari kebenaran.

2. Antara filsafat, ilmu (sains) dan agama disamping terdapat persamaan, akan tetapi juga ada
perbedaannya, yaitu dari aspek sumber, metode dan hasil yang ingin dicapai.

3. Antara filsafat, ilmu (sains) dan agama mempunyai titik singgung atau relasi, yaitu saling isi-
mengisi di dalam menjawab persoalan-persoalan yang diajukan oleh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37780183/HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA
Surajio. Ilmu filsafat. (Jakarta: Bumi Aksara,2004),hlm.1
Ahmad Tafsir, filsafat umum, (Bandung: Rosda Karya, 2002), hlm.10-15
Soetrionon & Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Anai, 2009)
Ali mudhofir, Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
1996), hlm.13-15
Yususf Al-Qaradhawy, Pengantar Kajian suatu analisis komprehensipteantang pilar-pilar substansial, karakteristik,
tujuan dan sumber acuan Islam,ter. Setiawan Budi Utomo, ( Jakarta: Al- Kautsar, 2000), hlm. 15
Tim Penulis, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 1998), hlm.340
Drs. A. Sutanto, M.Pd, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.129
Pirhat Abbas, Hubungan Filsafat, Ilmu dan Agama, Media Akademik Volume 25, hlm. 16-20

Anda mungkin juga menyukai