Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FILSAFAT UMUM

IDEALISME dan REASLISME

DOSEN PENGAMPU :

Derhana Bulan Dalimunthe, S.Ag., M.A.

Disusun oleh :

Kelompok 7

Abdul Rozak syahnur 12130211987

Abu Kamil 12130210369

Alfakhrul Hamdani 12130212654

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKUTAS USHULUDDIN
LOKAL A/4
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
T/A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Waa Ta‘ala ,
Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan kita dan memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penuyusunan tugas ini dapat terselesaikan. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallaahu ‗alaihi Wa sallam ,
yang telah menunjukkan kita kepada jalan yang lurus dengan agama yang benar
dan sempurna yaitu agama islam.

Pada kesempatan kali ini, kami menyusun makalah untuk diajukan sebagai
tugas tugas kelompok mata kuliah Filsafat Umum dengan judul ― Idealisme dan
Reaslisme‖. Terima kasih kami ucapakan kepada Ustadzah Derhana Bulan
Dalimunthe, S.Ag., M.A. yang telah membimbing kami demi lancarnya tugas ini.

Demikianlah tugas ini disusun. Semoga bermanfaat bagi kita semua, dan
bagi kami khususnya selaku penyusun makalah, menyadari makalah ini jauh dari
kata sempurna. Maka dari itu kami sangat mengharapakn kritikan dan saran yang
membangun dari ustad, demi kesempuranaan makalah ini.

Pekanbaru, 21 Mei 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
BAB 2 ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
A. Defenisi Filsafat Idealisme dan Realisme ................................................. 2
B. Sejarah Aliran Idealisme ........................................................................... 4
C. Macam-Macam Aliran Idealisme dan Realisme ..................................... 7
BAB 3 ................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ............................................................................................... 11
B. Saran ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah Subhanhu Wa Ta‘ala membekali setiap manusia dengan akal dan


fikiran. Maka dari itu hendaknya manusia menggunakan akalnya untuk hal-hal
kebaikan dan dalam kemajuan peradaban manusia. Maka bisa dikatakan manusia
mengoptimalkan fungsi akalnya, bukan menggunkan akal untuk sesuatu yang
tidak baik.

Bahkan seorang Filsuf asal Perancis berkata Cogito Ergo Sum, yang
artinya aku berfikir berarti aku ada, maka di ambil kesimpulan dari perkatan
beliau, bahwa jika seseorang tidak berfikir dan tidak menggunkan akal fikirannya
berarti sama saja dia tida ada di dunia ini, sama saja ia dianggap tidak ada. Dan
Sebaliknya, keberadaan seseorang akan di anggap ada jika ia mau berfikir.

Dalam Ilmu Filsafat ada salah satu cabang dari ilmu filsafat sendiri, yaitu
Epistemologi, yaitu cabang Fisafat yan berkitan dengan teori pengetahuan. Dalam
Epistemologi pula terdapat banyak aliran-alirannya, dan pada kesempatan ini
pemakalah akan menyampaikan 2 aliran dari cabang Epistemologi. Yaitu aliran
Idealisme dan Realisme.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan idealisme dan Realisme?


2. Bagaimana sejarah filsafat idealisme?
3. Apa saja macam macam filsafat Idealisme dan Realisme?

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Fisafat Idealisme dan


Realisme, serta macam macamnya dan bagaimana sejarah dari filsafat idealisme.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Defenisi Filsafat Idealisme dan Realisme

Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil
dari kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato
dan pada filsafat modern. Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri.
Oleh karena itu, tokohtokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung
pada spirit tidak disebut idealisme karena mereka tidak menggunakan argumen
epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum
berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah mazhab epistemologi yang
mengajarkan bahwa pengetahuan apriori atau deduktif dapat diperoleh dari
manusia dengan akalnya.1

Kata idealis dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari
artinya dalam bahasa sehari-hari. Secara umum kata idealis berarti: (1) seorang
yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta
menghayatinya; (2) orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu
rencana atau program yang belum ada. Tiap pembaharu sosial adalah
seorang idealis dalam arti kedua ini, karena ia menyokong sesuatu yang
belum ada. Mereka yang berusaha mencapai perdamaian yang abadi atau
memusnahkan kemiskinan juga dapat dinamakan idealis dalam arti ini. Kata
idealis dapat dipakai sebagai pujian atau olok-olok. Seorang yang
memperjuangkan tujuan-tujuan yang dipandang orang lain tidak mungkin dicapai,
atau seorang yang menganggap sepi fakta-fakta dan kondisi-kondisi suatu situasi,
sering dinamakan idealis. Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak
oleh arti biasa dari kata ide daripada kata ideal. W.F. Hocking, seorang idealis
mengatakan bahwa kata-kata idea-isme adalah lebih tepat dari pada idealisme.
Dengan ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri atas ide-ide,
1
Muliadi, Filsafat Umum ( Bandung: Fak. Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati, 2020),
hlm. 83.

2
fikiran-fikiran, akal (mind) atau jiwa (selves) dan bukan benda material dan
kekuatan. Idealisme menekankan mind seagai hal yang lebih dahulu
daripada materi.

Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang mengatakan


bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya dengan ide, fikiran
atau jiwa. Dunia mempunyai arti yang berlainan dari apa yang tampak pada
permukannya. Dunia difahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan tentang hukum-
hukum fikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metoda ilmu obyektif semata-
mata.2

Sedangkan Realisme adalah reaksi terhadap keabstrakan dan ‖kedunia-


lainan‖ dari filsafat idealisme. Titik tolak utama realisme adalah bahwa objek-
objek dari indera muncul dalam bentuk apa adanya. Realisme adalah suatu aliran
filsafat yang luas yang meliputi materialisme disatu sisi dan sikap yang lebih
dekat kepada idealisme objektif di pihak lain. Realisme adalah pandangan bahwa
objek-objek indera adalah riil dan berada sendiri tanpa bersandar kepada
pengetahuan lain atau kesadaran akal. Diketahuinya atau menjadi objek
pengalaman, tidak akan mempengaruhi watak sesuatu benda atau mengubahnya.
Benda-benda ada dan kita mungkin sadar dan kemudian tidak sadar akan adanya
benda-benda tersebut, tetapi hal itu tidak mengubah watak benda-benda tersebut.
Benda-benda atau bojek memang mungkin memiliki hubungan dengan kesadaran,
namun benda-benda atau objek tersebut tidak diciptakan atau diubah oleh
kenyataan bahwa ia diketahui oleh subjek.3

Defenisi lain mengatakan bahwa Realisme adalah suatu aliran dalam ilmu
pengetahuan. Menurut aliaran ini ia mempersoalkan obyek pengetahuan manusia.
Aliran realisme memandang bahwa obyek pengetahuan manusia terletak di luar
diri manusia, contohnya: (1) pengetahuan tentang pohon, (2) pengetahuan tentang
binatang, (3) pengetahuan tentang bumi, (4) Pengetahuan tentang kota. Semua

2
http:/stafnew.uny.ac.id/upload/131862252/pendidikan/BAB++3+-
+Filsafat+Idealisme+Dan+Reaslime. Di akses pada tanggal 21 Mei 2023 pada jam 08:25.
3
Agus Sutoro, Aliran Realisme dalam Fisafat Pendidikan,
http:/journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/download/377/322. Di akses pada tangal 21 Mei
2023 pada jam 08:43.

3
contoh diatas tidak hanya ada dalam pikiran manusia yang mengamatinya,
melainkan juga ada dengan sendirinya dan tidak tergantung pada jiwa manusia.4

B. Sejarah Aliran Idealisme

Sejarah Idealisme tentu berkaitan dengan masa selama manusia masih


percaya bahwa dunia ini dikendalikan oleh suatu di luar hal yang material.
Kepercayaan pada benda gaib, agama animisme dan dinamisme, anggapan
daulitas ruh (jiwa) dan raga, zaman banyak dewa, hingga agama monoteisme
adalah bentuk cara pandang idealisme.Pada dasarnya, semua agama niscaya
memiliki akar dalam pandangan idealis terhadap dunia. Tetapi, yang menonjol
dari agama adalah bahwa ia memengaruhi emosi dan mengaku menyediakan satu
pemahaman yang mistis dan intuitif terhadap dunia (Penglihatan), sementara
idealisme (filsafat) berupaya menyajikan satu argumen yang logis untuk teori-
teori mereka. Sebagai filsafat, Idealisme ialah pandangan yang menganggap atau
memandang ide itu primer dan materi adalah sekundernya, dengan kata lain
menganggap materi berasal dari ide atau diciptakan oleh ide. Idealisme kuno sejak
zaman Yunani mengacu pada pemikir yang bernama Antiphon. Dalam karyanya,
Kebenaran, ia menulis, ―Waktu adalah sebuah pikiran atau ukuran, bukanlah suatu
zat.‖ Pernyataan tersebut menunjukkan waktu sebagai operasi ideasional, internal,
dan mental, daripada suatu objek yang real dan eksternal.
Kemudian, muncullah Plato, yang paling dikenal sebagai filsuf idealis dan
bapak idealisme kuno. Plato barangkali merupakan pemikir idealis pertama
setelah Yunani awalnya berngkat dari filsafat yang materialis, seperti Thales
(600–550 SM), Heraclitus, dan Parmenides. Pembalikan dari filsafat materialisme
menuju idealisme ini tak lepas dari upaya manusia untuk mencoba menggapai
suatu kebenaran dari sisi yang ―ideal‖. Sebagai filsuf idealis, Plato, misalnya,
yang percaya bahwa benda-benda yang kita amati itu hanya dapat dipandang
hanya sebagai bayangan-bayangan dari kenyataan alam benda-benda, di mana
benda-benda itu ada dalam bentuk yang lebih murni. Cita (ide) kuda, misalnya,
yang mempunyai sifat kuda dalam bentuk yang murni, tak dapat diamati di dunia

4
Musdiani, Aliran-aliran dalam Filsafat, Vol. 11, No.2 tahun 2011. Hlm. 11-12.

4
ini. Kuda-kuda yang kita lihat di sini, berbeda satu-sama lain dalam bentuk,
warna, dan sifatnya. Maka, Plato bertanya pada dirinya sendiri: apakah sebabnya
kita kenali seekor kuda dalam gejala demikian rupa meskipun banyak perbedaan-
perbedaan? Sebabnya adalah karena jiwa manusia telah bermukim lebih dulu
dalam alam serba-cita (ide) sebelum ia memasuki badan kita; di sana ia telah
melihat ide tentang kuda dan kemudian ia kenali kuda itu dalam bentuk yang
kurang sempurna di dunia ini. Jadi, berbagai ide atau serba-cita itu dianggapnya
sebagai pengertian-pengertian yang sudah ada pada saat manusia lahir. Mencari
ilmu pengetahuan berarti memunculkan kembali ingatan-ingatan dan terbit dari
kerinduan jiwa kita akan dunia serba-cita, di mana jiwa kita dulu ada.
Plato beranggapan seperti ini: mengapa kuda-kuda itu sama? Barangkali,
kita beranggapan bahwa mereka tidak sama. Namun, ada sesuatu yang sama-sama
dimiliki oleh semua kuda, sesuatu yang memungkinkan kita untuk mengenali
mereka sebagai kuda. Seekor kuda tertentu ―berubah‖, dengan sendirinya. Ia
mungkin tua dan lumpuh, dan pada akhirnya akan mati. Namun, ―bentuk‖ kuda
bentuk dalam ide itu kekal dan abadi. Berbeda dengan fi lsuf Yunani sebelumnya,
seperti Empedocles dan Democritus, Plato meyakini bahwa sesuatu yang kekal
dan abadi bukanlah ―bahan dasar‖ benda-benda fi sik. Konsepsi Plato berkaitan
dengan pola-pola yang kekal dan abadi, yang bersifat spiritual dan abstrak, yang
darinya segala sesuatu diciptakan. Aristoteles, murid Plato, sebenarnya punya
kecenderungan untuk meninggalkan ide sebagai basis ketika ia justru sangat
tertarik untuk memerhatikan perubahan-perubahan atau apa yang dinamakan
sebagai ―proses alam‖. Jadi, Aristoteles meninggalkan idealisme Plato menuju
realisme. Ia ingin menyelidiki sifat-sifat umum dari segala yang ada di dunia ini.
―Prima philosophia‖, yaitu fi lsafat yang pertama dan utama, mencari hakikat
yang terdalam dari apa yang ada. Jadi, fi lsafatnya adalah ajaran tentang
kenyataan atau ontologi, suatu cara berpikir realistis (lawan dari fi lsafat
idealistis).
Jika Plato menganggap bahwa benda-benda yang dapat dilihat itu sebagai
bayangan dari bentuk-bentuk murni yang ada di dunia lain, yaitu dunia ide (serba-
cita) Aristoteles menganggap bahwa hakikat suatu benda adalah benda itu sendiri:
hakikatnya, bentuknya, ada pada zat sehingga orang harus mencari kesatuan

5
objektif dalam bentuk yang banyak itu. Benda adalah pertama-tama substansi,
sedangkan jenisnya adalah hal yang kedua. Walaupun demikian, barang yang
umum itu tidak berdiri sendiri, ia ada kepada hal yang khusus itu. Yang umum itu
adalah, menurut nilai dan tingkatnya, yang pertama dan benda yang sebenarnya
untuk diketahui.
Perkembangan sosial-politik menakdirkan filsafat idealis untuk berjaya,
terutama ketika peradaban Yunani kehilangan kejayaannya. Munculnya Romawi
dan kemudian abad pertengahan telah menempatkan idealisme keagamaan
sebagai filsafat yang mendominasi. Idealisme keagamaan berpilar pada
kepercayaan bahwa materi hanyalah akibat dari takdir Tuhan (ide tentang Tuhan)
yang mengendalikan jagad raya seisinya. Segala tingkah laku manusia,
perkembangan kehidupan, diatur berdasarkan ide Ketuhanan ini.
Kemudian, di abad Pertengahan (Middle Ages) mulai tumbuh secara
perlahan perbedaan yang cukup mencolok antara hal-hal yang dikenal sebagai
akal yang semata dengan segala sesuatu yang hanya bisa dikenal melalui wahyu
supranatural. Istilah ―filsafat‖ (philosophy) menjadi sinonim dengan pengetahuan
yang didapat oleh cahaya alami akal. Hal ini berakibat pada pembatasan tugas-
tugas filsuf. Filsafat tidak sinonim dengan semua bentuk pengetahuan.Hal ini
berkaitan dengan munculnya agama Kristen yang segera menjadi agama yang
dominan dan para pengikutnya mendapatkan pengaruh dalam posisi politik.
Kedudukan agama Kristen mulai mendapatkan institusionalisasinya dalam
masyarakat dan negara. Jika sebelumnya orang Kristen beribadah secara
sembunyi-sembunyi, kini mereka bebas mendirikan gereja dan melakukan ibadah
secara merdeka. Pengaruhnya pada seni patung, arsitektur, dan budaya juga mulai
menguat. Di wilayah Timur juga timbullah berbagai biara. Ketika Theodosius
(379–395) telah meresmikan gereja negara, para uskup pun menjadi pegawai-
pegawai negeri dari Kekaisaran Romawi. Agama yang awalnya dianut oleh orang-
orang miskin dan orang-orang buangan ini, akhirnya menjadi agama orang-orang
bangsawan dan pejabat-pejabat terkemuka.5

5
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum ( Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2011), hlm.
260-263.

6
C. Macam-Macam Aliran Idealisme dan Realisme

A. Macam-macam Fisafat Idealisme


1. Idealisme Subyektif
Idealisme subjektif adalah fi lsafat yang berpandangan idealis dan
bertitik tolak pada ide manusia atau ide. Alam dan masyarakat ini
tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di
alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia
atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat
hanyalah sebuah ide/pikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.Ini
dikemukakan sebelum Kant oleh seorang uskup dan fi lsuf dari
Irlandia, George Berkeley, dan digemakan juga oleh empirisis klasik
Inggris, David Hume. Argumen dasarnya dapat diringkaskan sebagai
berikut.
“Saya menginterpretasi dunia melalui indra saya. Dengan
demikian, semua yang saya tahu benar-benar ada adalah citra yang
ditangkap oleh indra saya. Dapatkah saya, contohnya, bersumpah
bahwa sebuah apel benar-benar ada? Tidak. Apa yang saya dapat
katakan adalah saya melihatnya, saya merasakannya, saya
menciumnya, saya mengecapnya. Dengan demikian, saya tidak dapat
benar-benar menyatakan bahwa dunia material benar-benar ada.”
Konsekuensi dari logika dari idealisme subjektif semacam itu,
misalnya, adalah pernyataan, ―Jika saya menutup mata saya, dunia ini
akan menghilang.‖ Inilah yang menyebabkan fi lsafat ini terjatuh pada
solipisme (dari bahasa Latin solo ipsus, ―saya sendiri‖), ide bahwa
hanya ―saya‖ sendiri yang ada, yang lain tidak ada. Pandangan
semacam ini jelas senewen: masalahnya, ada atau tidak pikiran orang,
ada atau tidak dia yang berpikir, dunia tetap akan ada—artinya,
sebagaimana dipahami kaum materialis: dunia ini independen (dan tak
tergantung) pada pikiran/ide manusia.

2. Ideaslisme Obyektif
Idealisme objektif adalah suatu aliran fi lsafat yang pandangannya

7
idealis dan idealismenya itu bertitik tolak dari ide universal (Absolute
Idea milik Hegel atau Logos punya Plato) ide di luar ide manusia.
Menurut idealisme objektif, segala sesuatu baik dalam alam atau
masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Penganut aliran ini
adalah Hegel atau nama lengkapnya George Wilhelm Hegel (1770–
1831). Hegel menganggap dirinya mampu mengatasi ―Antinomi‖
Immanuel Kant dengan menganggap bahwa kontradiksi itu benar-
benar ada, bukan hanya dalam pemikiran, tapi juga dalam dunia nyata.
Baginya, bentuk-bentuk pikiran harus mencerminkan dunia objektif
semirip mungkin. Proses pengetahuan mengandung satu penetrasi
yang semakin lama semakin dalam menerobos realitas, maju dari yang
abstrak ke yang konkret, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui,
dari yang khusus menuju yang umum.6

B. Macam-Macam Filsafat Realisme


1. Realisme Rasional
Aliran realisme rasional dibagi dua lagi yaitu: realisme klasik dan
realisme relegius. Kedua aliran ini (aliran realisme klasik dan aliran
realisme relegius) berpangkal pada filsafat Aristoteles. Namun
demikian ada perbedaan antara dua aliran ini. Perbedaanya adalah
aliran realisme klasik langsung dari pandangan Aristoteles, sedangkan
aliran realisme religius tidak langsung, ia berkembang pada filsafat
Thomas Aquina, yaitu filsafat kristen yang kemudian dikenal dengan
aliran Thomisme, pandangan dari kedua aliran realisme ini setuju
bahwa dunia materi adalah nyata dan berada diluar orang yang
mengamatinya. Selanjutnya penganut aliran Thomisme ini
berpendapat bahwa jiwa itu penting walaupun tidak nyata seperti
badan. Maka aliran ini juga berpendapat bahwa jiwa dan badan
diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Aliran Thomisme juga
berpendapat bahwa pengetahuan diperoleh melalui wahyu, berpikir
dan pengalaman. Penganut aliran realisme religius juga berpandangan

6
Ibid., hlm. 272-273.

8
bahwa aturan-aturan keharminisan alam semesta ini merupakan
ciptaan Tuhan, maka kita harus mempelajarinya.

2. Realisme Alam
Golongan aliran realisme alam atau realisme ilmiah
berkembangnya ilmu pengetahuan alam. Aliran realisme alam ini
bersifat skeptis dan eksperimentil. Aliran ini berpandangan bahwa
dunia di sekeliling kita nyata, maka yang menjadi tugas ilmu
pengetahuan adalah menyelidiki semua isinya, dan ini bukan tugas
dari filsafat. Tugas filsafat tidak lain adalah mengkoordinasi
konsepkonsep dan penemuan-penemuan dari ilmu pengetahuan yang
bermacam-macam itu, menurut aliran ini alam bersifat menetap,
memang ada perubahan nya, akan tetapi perubahannya langsung
sesuai dengan hukumhukum alam yang bersifat menetap yang
membuat alam semesta ini terus berlangsung menurut susunannya
yang teratur.
Pada umumnya penganut aliran realisme alam ini menolak adanya
spiritual, dan dia juga mengatakan bahwa dunia spiritual ini tidak
dapat dibuktikan, sehingga hal ini secara filosofi tidak penting.
Mereka hanya berfikir fungsi yang koplek dari susunan tubuh, saraf
dan lainnya kemauan bebas. Mereka juga mengakui bahwa manusia
dipengaruhi dua lingkungan: (1) Lingkungan Sosial, (2) Lingkungan
fisik. Akibat kebebasan memilih dipandang sebagai ketergantungan
manusia dengan lingkungannya. Pandangan dari kaum realist, dunia
tidak tergantung pada manusia, akan tetapi alam diatur oleh
hukumhukum alam yang mampu di kontrol oleh manusia. Aliran
realisme di kenal pula sebagai aliran empirisme, yaitu aliran filsafat
dalam ilmu pengetahuan yang memandang bahwa pengalaman adalah
sumber atau dasar pengetahuan manusia. Sebaliknya aliran yang
mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah resiko disebut
rasionalisme.

9
Tokoh-tokoh dari aliran realisme alam antara lain Francis Bacon
(1561-1626), John Locke (1632-1704), David Hume (1711-1776),
John Stuart Mill(1773-1836), Alfred North Wihitehead (1861-1947)
dan Bertrand Russel (1872-1970). Semua tokoh ini berasal dari Eropa
pada abad 15 dan 16. Sedangkan tokoh realisme ilmiah adalah Kulpe
(1862-1915).7

7
Musdiani, Op.Cit.

10
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari Penyampaian di atas, dapat kita ketahui bahwasnya aliran idealism


dan realism merupakan bagian Filsafat Epistemologi. Aliran idealis adalah suatu
aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
kaitan dengan jiwa dan roh, sedangkan aliran realisme adalah suatu aliran filsafat
yang luas yang meliputi materialisme disatu sisi dan sikap yang lebih dekat
kepada idealisme objektif di pihak lain.
Dari sejarah aliran idealis, dapat diketahui bahwasanya aliran ini di
pelopori oleh Plato yang berawalan dari aliran filsafat yang materalis.
Aliran Idealisme memilki 2 macam yaitu Idealisme Subyektif dan
obyektif, sedangkan aliran Realisme juga memiliki 2 macam yaitu Realisme
Rasional dan realism alam.

B. Saran

Semoga Makalah ini dapat menambah wawasan kita tentang ilmu filsafat.
Dan kami mengharapkan kritikan dan saran dari kawan-kawan yang bersifat
membangun untukkesempurnaan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muliadi, Filsafat Umum ( Bandung: Fak. Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati, 2020).

Musdiani, Aliran-aliran dalam Filsafat, Vol. 11, No.2 tahun 2011. Hlm.11-12.
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum ( Yogyakarta: Ar-Ruz Media,
2011).
Agus Sutoro, Aliran Realisme dalam Fisafat Pendidikan,
http:/journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/download/377/322. Di
akses pada tangal 21 Mei 2023 pada jam 08:43.
http:/stafnew.uny.ac.id/upload/131862252/pendidikan/BAB++3++Filsafat+Idealis
me+Dan+Reaslime. Di akses pada tanggal 21 Mei 2023 pada jam 08:25.

12

Anda mungkin juga menyukai