DOSEN PENGAMPU :
Disusun oleh :
Kelompok 7
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Waa Ta‘ala ,
Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan kita dan memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penuyusunan tugas ini dapat terselesaikan. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallaahu ‗alaihi Wa sallam ,
yang telah menunjukkan kita kepada jalan yang lurus dengan agama yang benar
dan sempurna yaitu agama islam.
Pada kesempatan kali ini, kami menyusun makalah untuk diajukan sebagai
tugas tugas kelompok mata kuliah Filsafat Umum dengan judul ― Idealisme dan
Reaslisme‖. Terima kasih kami ucapakan kepada Ustadzah Derhana Bulan
Dalimunthe, S.Ag., M.A. yang telah membimbing kami demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun. Semoga bermanfaat bagi kita semua, dan
bagi kami khususnya selaku penyusun makalah, menyadari makalah ini jauh dari
kata sempurna. Maka dari itu kami sangat mengharapakn kritikan dan saran yang
membangun dari ustad, demi kesempuranaan makalah ini.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahkan seorang Filsuf asal Perancis berkata Cogito Ergo Sum, yang
artinya aku berfikir berarti aku ada, maka di ambil kesimpulan dari perkatan
beliau, bahwa jika seseorang tidak berfikir dan tidak menggunkan akal fikirannya
berarti sama saja dia tida ada di dunia ini, sama saja ia dianggap tidak ada. Dan
Sebaliknya, keberadaan seseorang akan di anggap ada jika ia mau berfikir.
Dalam Ilmu Filsafat ada salah satu cabang dari ilmu filsafat sendiri, yaitu
Epistemologi, yaitu cabang Fisafat yan berkitan dengan teori pengetahuan. Dalam
Epistemologi pula terdapat banyak aliran-alirannya, dan pada kesempatan ini
pemakalah akan menyampaikan 2 aliran dari cabang Epistemologi. Yaitu aliran
Idealisme dan Realisme.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil
dari kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato
dan pada filsafat modern. Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri.
Oleh karena itu, tokohtokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung
pada spirit tidak disebut idealisme karena mereka tidak menggunakan argumen
epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum
berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah mazhab epistemologi yang
mengajarkan bahwa pengetahuan apriori atau deduktif dapat diperoleh dari
manusia dengan akalnya.1
Kata idealis dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari
artinya dalam bahasa sehari-hari. Secara umum kata idealis berarti: (1) seorang
yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta
menghayatinya; (2) orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu
rencana atau program yang belum ada. Tiap pembaharu sosial adalah
seorang idealis dalam arti kedua ini, karena ia menyokong sesuatu yang
belum ada. Mereka yang berusaha mencapai perdamaian yang abadi atau
memusnahkan kemiskinan juga dapat dinamakan idealis dalam arti ini. Kata
idealis dapat dipakai sebagai pujian atau olok-olok. Seorang yang
memperjuangkan tujuan-tujuan yang dipandang orang lain tidak mungkin dicapai,
atau seorang yang menganggap sepi fakta-fakta dan kondisi-kondisi suatu situasi,
sering dinamakan idealis. Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak
oleh arti biasa dari kata ide daripada kata ideal. W.F. Hocking, seorang idealis
mengatakan bahwa kata-kata idea-isme adalah lebih tepat dari pada idealisme.
Dengan ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri atas ide-ide,
1
Muliadi, Filsafat Umum ( Bandung: Fak. Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati, 2020),
hlm. 83.
2
fikiran-fikiran, akal (mind) atau jiwa (selves) dan bukan benda material dan
kekuatan. Idealisme menekankan mind seagai hal yang lebih dahulu
daripada materi.
Defenisi lain mengatakan bahwa Realisme adalah suatu aliran dalam ilmu
pengetahuan. Menurut aliaran ini ia mempersoalkan obyek pengetahuan manusia.
Aliran realisme memandang bahwa obyek pengetahuan manusia terletak di luar
diri manusia, contohnya: (1) pengetahuan tentang pohon, (2) pengetahuan tentang
binatang, (3) pengetahuan tentang bumi, (4) Pengetahuan tentang kota. Semua
2
http:/stafnew.uny.ac.id/upload/131862252/pendidikan/BAB++3+-
+Filsafat+Idealisme+Dan+Reaslime. Di akses pada tanggal 21 Mei 2023 pada jam 08:25.
3
Agus Sutoro, Aliran Realisme dalam Fisafat Pendidikan,
http:/journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/download/377/322. Di akses pada tangal 21 Mei
2023 pada jam 08:43.
3
contoh diatas tidak hanya ada dalam pikiran manusia yang mengamatinya,
melainkan juga ada dengan sendirinya dan tidak tergantung pada jiwa manusia.4
4
Musdiani, Aliran-aliran dalam Filsafat, Vol. 11, No.2 tahun 2011. Hlm. 11-12.
4
ini. Kuda-kuda yang kita lihat di sini, berbeda satu-sama lain dalam bentuk,
warna, dan sifatnya. Maka, Plato bertanya pada dirinya sendiri: apakah sebabnya
kita kenali seekor kuda dalam gejala demikian rupa meskipun banyak perbedaan-
perbedaan? Sebabnya adalah karena jiwa manusia telah bermukim lebih dulu
dalam alam serba-cita (ide) sebelum ia memasuki badan kita; di sana ia telah
melihat ide tentang kuda dan kemudian ia kenali kuda itu dalam bentuk yang
kurang sempurna di dunia ini. Jadi, berbagai ide atau serba-cita itu dianggapnya
sebagai pengertian-pengertian yang sudah ada pada saat manusia lahir. Mencari
ilmu pengetahuan berarti memunculkan kembali ingatan-ingatan dan terbit dari
kerinduan jiwa kita akan dunia serba-cita, di mana jiwa kita dulu ada.
Plato beranggapan seperti ini: mengapa kuda-kuda itu sama? Barangkali,
kita beranggapan bahwa mereka tidak sama. Namun, ada sesuatu yang sama-sama
dimiliki oleh semua kuda, sesuatu yang memungkinkan kita untuk mengenali
mereka sebagai kuda. Seekor kuda tertentu ―berubah‖, dengan sendirinya. Ia
mungkin tua dan lumpuh, dan pada akhirnya akan mati. Namun, ―bentuk‖ kuda
bentuk dalam ide itu kekal dan abadi. Berbeda dengan fi lsuf Yunani sebelumnya,
seperti Empedocles dan Democritus, Plato meyakini bahwa sesuatu yang kekal
dan abadi bukanlah ―bahan dasar‖ benda-benda fi sik. Konsepsi Plato berkaitan
dengan pola-pola yang kekal dan abadi, yang bersifat spiritual dan abstrak, yang
darinya segala sesuatu diciptakan. Aristoteles, murid Plato, sebenarnya punya
kecenderungan untuk meninggalkan ide sebagai basis ketika ia justru sangat
tertarik untuk memerhatikan perubahan-perubahan atau apa yang dinamakan
sebagai ―proses alam‖. Jadi, Aristoteles meninggalkan idealisme Plato menuju
realisme. Ia ingin menyelidiki sifat-sifat umum dari segala yang ada di dunia ini.
―Prima philosophia‖, yaitu fi lsafat yang pertama dan utama, mencari hakikat
yang terdalam dari apa yang ada. Jadi, fi lsafatnya adalah ajaran tentang
kenyataan atau ontologi, suatu cara berpikir realistis (lawan dari fi lsafat
idealistis).
Jika Plato menganggap bahwa benda-benda yang dapat dilihat itu sebagai
bayangan dari bentuk-bentuk murni yang ada di dunia lain, yaitu dunia ide (serba-
cita) Aristoteles menganggap bahwa hakikat suatu benda adalah benda itu sendiri:
hakikatnya, bentuknya, ada pada zat sehingga orang harus mencari kesatuan
5
objektif dalam bentuk yang banyak itu. Benda adalah pertama-tama substansi,
sedangkan jenisnya adalah hal yang kedua. Walaupun demikian, barang yang
umum itu tidak berdiri sendiri, ia ada kepada hal yang khusus itu. Yang umum itu
adalah, menurut nilai dan tingkatnya, yang pertama dan benda yang sebenarnya
untuk diketahui.
Perkembangan sosial-politik menakdirkan filsafat idealis untuk berjaya,
terutama ketika peradaban Yunani kehilangan kejayaannya. Munculnya Romawi
dan kemudian abad pertengahan telah menempatkan idealisme keagamaan
sebagai filsafat yang mendominasi. Idealisme keagamaan berpilar pada
kepercayaan bahwa materi hanyalah akibat dari takdir Tuhan (ide tentang Tuhan)
yang mengendalikan jagad raya seisinya. Segala tingkah laku manusia,
perkembangan kehidupan, diatur berdasarkan ide Ketuhanan ini.
Kemudian, di abad Pertengahan (Middle Ages) mulai tumbuh secara
perlahan perbedaan yang cukup mencolok antara hal-hal yang dikenal sebagai
akal yang semata dengan segala sesuatu yang hanya bisa dikenal melalui wahyu
supranatural. Istilah ―filsafat‖ (philosophy) menjadi sinonim dengan pengetahuan
yang didapat oleh cahaya alami akal. Hal ini berakibat pada pembatasan tugas-
tugas filsuf. Filsafat tidak sinonim dengan semua bentuk pengetahuan.Hal ini
berkaitan dengan munculnya agama Kristen yang segera menjadi agama yang
dominan dan para pengikutnya mendapatkan pengaruh dalam posisi politik.
Kedudukan agama Kristen mulai mendapatkan institusionalisasinya dalam
masyarakat dan negara. Jika sebelumnya orang Kristen beribadah secara
sembunyi-sembunyi, kini mereka bebas mendirikan gereja dan melakukan ibadah
secara merdeka. Pengaruhnya pada seni patung, arsitektur, dan budaya juga mulai
menguat. Di wilayah Timur juga timbullah berbagai biara. Ketika Theodosius
(379–395) telah meresmikan gereja negara, para uskup pun menjadi pegawai-
pegawai negeri dari Kekaisaran Romawi. Agama yang awalnya dianut oleh orang-
orang miskin dan orang-orang buangan ini, akhirnya menjadi agama orang-orang
bangsawan dan pejabat-pejabat terkemuka.5
5
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum ( Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2011), hlm.
260-263.
6
C. Macam-Macam Aliran Idealisme dan Realisme
2. Ideaslisme Obyektif
Idealisme objektif adalah suatu aliran fi lsafat yang pandangannya
7
idealis dan idealismenya itu bertitik tolak dari ide universal (Absolute
Idea milik Hegel atau Logos punya Plato) ide di luar ide manusia.
Menurut idealisme objektif, segala sesuatu baik dalam alam atau
masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Penganut aliran ini
adalah Hegel atau nama lengkapnya George Wilhelm Hegel (1770–
1831). Hegel menganggap dirinya mampu mengatasi ―Antinomi‖
Immanuel Kant dengan menganggap bahwa kontradiksi itu benar-
benar ada, bukan hanya dalam pemikiran, tapi juga dalam dunia nyata.
Baginya, bentuk-bentuk pikiran harus mencerminkan dunia objektif
semirip mungkin. Proses pengetahuan mengandung satu penetrasi
yang semakin lama semakin dalam menerobos realitas, maju dari yang
abstrak ke yang konkret, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui,
dari yang khusus menuju yang umum.6
6
Ibid., hlm. 272-273.
8
bahwa aturan-aturan keharminisan alam semesta ini merupakan
ciptaan Tuhan, maka kita harus mempelajarinya.
2. Realisme Alam
Golongan aliran realisme alam atau realisme ilmiah
berkembangnya ilmu pengetahuan alam. Aliran realisme alam ini
bersifat skeptis dan eksperimentil. Aliran ini berpandangan bahwa
dunia di sekeliling kita nyata, maka yang menjadi tugas ilmu
pengetahuan adalah menyelidiki semua isinya, dan ini bukan tugas
dari filsafat. Tugas filsafat tidak lain adalah mengkoordinasi
konsepkonsep dan penemuan-penemuan dari ilmu pengetahuan yang
bermacam-macam itu, menurut aliran ini alam bersifat menetap,
memang ada perubahan nya, akan tetapi perubahannya langsung
sesuai dengan hukumhukum alam yang bersifat menetap yang
membuat alam semesta ini terus berlangsung menurut susunannya
yang teratur.
Pada umumnya penganut aliran realisme alam ini menolak adanya
spiritual, dan dia juga mengatakan bahwa dunia spiritual ini tidak
dapat dibuktikan, sehingga hal ini secara filosofi tidak penting.
Mereka hanya berfikir fungsi yang koplek dari susunan tubuh, saraf
dan lainnya kemauan bebas. Mereka juga mengakui bahwa manusia
dipengaruhi dua lingkungan: (1) Lingkungan Sosial, (2) Lingkungan
fisik. Akibat kebebasan memilih dipandang sebagai ketergantungan
manusia dengan lingkungannya. Pandangan dari kaum realist, dunia
tidak tergantung pada manusia, akan tetapi alam diatur oleh
hukumhukum alam yang mampu di kontrol oleh manusia. Aliran
realisme di kenal pula sebagai aliran empirisme, yaitu aliran filsafat
dalam ilmu pengetahuan yang memandang bahwa pengalaman adalah
sumber atau dasar pengetahuan manusia. Sebaliknya aliran yang
mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah resiko disebut
rasionalisme.
9
Tokoh-tokoh dari aliran realisme alam antara lain Francis Bacon
(1561-1626), John Locke (1632-1704), David Hume (1711-1776),
John Stuart Mill(1773-1836), Alfred North Wihitehead (1861-1947)
dan Bertrand Russel (1872-1970). Semua tokoh ini berasal dari Eropa
pada abad 15 dan 16. Sedangkan tokoh realisme ilmiah adalah Kulpe
(1862-1915).7
7
Musdiani, Op.Cit.
10
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga Makalah ini dapat menambah wawasan kita tentang ilmu filsafat.
Dan kami mengharapkan kritikan dan saran dari kawan-kawan yang bersifat
membangun untukkesempurnaan makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Muliadi, Filsafat Umum ( Bandung: Fak. Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati, 2020).
Musdiani, Aliran-aliran dalam Filsafat, Vol. 11, No.2 tahun 2011. Hlm.11-12.
Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum ( Yogyakarta: Ar-Ruz Media,
2011).
Agus Sutoro, Aliran Realisme dalam Fisafat Pendidikan,
http:/journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/download/377/322. Di
akses pada tangal 21 Mei 2023 pada jam 08:43.
http:/stafnew.uny.ac.id/upload/131862252/pendidikan/BAB++3++Filsafat+Idealis
me+Dan+Reaslime. Di akses pada tanggal 21 Mei 2023 pada jam 08:25.
12