Anda di halaman 1dari 14

Makalah

SISTEMATIKA STUDI FILSAFAT UMUM

Oleh:
Kenara

Program Studi
Filsafat Umum

Dosen : Zainal Abidin, M. Pd. I

UNIVERSITAS AL – WASHLIYAH
UNIVA MEDAN
TAHUN 2021 - 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT,atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayat – Nya, sehingga penulis sendiri dapat menyelesaikan makalah ini yaitu tentang
Sistematika Studi Filsafat Umum yang dibimbing oleh dosen saya, Zainal Abidin, M. Pd. I.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas junjungan Nabi kita Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa Ummatnya dari alam kegelapan hingga kealam terang benderang
seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Ucapan terima kasih pula saya tunjukkan kepada semua pihak yang turut membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan, demi menuju kesempurnaan makalah
ini. Dan saya selaku penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi kita dan juga generasi
muda yang kelak membangun negeri ini menjadi yang lebih baik lagi, amin.

Medan, 23 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGNTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar belakang masalah .......................................................................... 1


B. Rumusan masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan penulis........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2

A. Pengertian Ontologi dan juga alirannya....................................................... 2


B. Pengertian Apistemologi dan juga alirannya ............................................... 6
C. Pengertian Aksiologi dan juga bagiannya.................................................... 8

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 10

A. Kesimpulan ............................................................................................ 10
B. Saran ...................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Filsafat merupakan suatu bidang studi yang mengajak manusia untuk
menggunakan potensi akal yang luar biasa untuk senantiasa berpikir. Sebagai
pendapat umum, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang kebujaksanaan dan
prinsip – prinsip mencari kebenaran. Berfilsafat berarti berfikir rasional dan logis,
mendalam dan bebas untuk memperoleh kebenaran.
Dan di filsafat juga terdapat sistematika studi filsafat umum yang terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Ontologi
2. Apistemologi
3. Aksiologi
Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai Sitematika studi filsafat umum,
dan bagiannya yaitu Ontologi, Apistemologi, dan Aksiologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Ontologi dan juga apa sajakah aliran berpikirnya?
2. Apakah pengertian dari Apistemologi dan juga apa sajakah aliran
berpikirnya?
3. Apakah pengertian dari Aksiologi dan juga apa saja bagiannya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Ontologi dan juga apa sajakah aliran
berpikirnya.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Apistemologi dan juga apa sajakah
aliran berpikirnya.
3. Untuk mngetahui pengertian dari Aksiologi dan juga apa saja bagiannya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ontologi dan juga alirannya


Secara Etimologi ontologi berasal dari kata onto yang berarti organ dan logos
yang berarti perbincangan atau pemikiran1. Secara terminologi ontologi adalah
persoalan tentang sesuatu yang ada.
Ontologi salah satu cabang filsafat yang membicarakan tentang suatu hal
yang ada. Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan ontologi mempersoalkan
tentang objek yang ditelaah oleh ilmu, bagaimana wujud hakiki suatu ilmu, serta
bagaimana hubungannya dengan daya tangkap manusia yang berupa berpikir,
merasa, dan meng-indera yang membuahkan pengetahuan.
Objek pembahasan Ontologi tersebut adalah yang tidak terlihat pada satu
perwujudan tertentu, tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari
inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua
bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang
mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk hidup, antara jenis-
jenis dan individu-individu.
Ditinjau dari segi ontologi, ilmu membatasi diri pada kajian yang bersifat
empiris2. Objek penelaah ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat
diuji oleh panca indera manusia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hal-hal
yang sudah berada diluar jangkauan manusia tidak dibahas oleh ilmu karena tidak
dapat dibuktikan secara metodologis dan empiris, sedangkan ilmu itu mempunyai
ciri tersendiri yakni berorientasi pada dunia empiris.
Berdasarkan objek yang ditelaah dalam ilmu pengetahuan dua macam:
1. Obyek material (obiectum materiale, material object) ialah seluruh
lapangan atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatuilmu.

1
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
hlm.39
2
Jujun Suariasumantri, Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan tentang
Hakekat Ilmu, (Cet. IX; Jakarta: Gramedia, 1991), h., 5.

2
2. Obyek Formal (obiectum formale, formal object) ialah penentuan titik
pandang terhadap obyekmaterial3.

Dari pembahasan ontologi tersebut, memunculkan beberapa pandangan yang


dikelompokkan dalam beberapa aliran berpikir, yaitu:

a. Materialisme

Aliran yang mengatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada itu
adalah materi. Sesuatu yang ada hanya mungkin lahir dari yang ada4. Dan seluruh
yang ada di dunia ini tida ada selain materi atau alam dan dunia fisik adalah satu.
Pada abad pertama masehi, adanya faham ini belum mendapatkan suatu respon,
dan pada abad pertengahan banyak orang yang masih asing dengan adanya teori
ini. Namun pada zaman aufklarung (pencerahan), materialisme mendapat
tanggapan dan penganut di Eropa Barat. Pada pertengahan abad ke-19 faham ini
menjadi tumbuh subur seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam5.

Kemajuan aliran ini mendapat tentangan hebat dari kalangan kaum agama.
Hal ini disebabkan karena faham ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya
tuhan (ateis). Pada masa ini kritik pun mulai muncul dari kalangan ulama-ulama
barat yang menentang matrealisame.

Adapun beberapa kritik yang dilontarkan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan


sendirinya dari chaos (kacau balau). Padahal, kata Hegel, kacau balau yang
mengatur bukan lagi kacau balau namanya.

3
AM. Saefuddin et.al, op.cit., h. 50-51

4
www.kang-djoen.blogspot.com, dikutip pada tanggal, Selasa 23 Februari 2021
5
Ali Maksum, pengantar filsafat, (Jokjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), hlm.355

3
2) Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum
alam. Padahal pada hakikatnya hukum alam ini adalah perbuatan ruhani juga.

3) Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada


asal benda itu sendiri. Padahal dalil itumenunjukkan adanya sumber dari luar alam
itu sendiri yaitu tuhan.

4) Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian ruhani yang


paling mendasar sekalipun.

Diantara tokoh aliran ini adalah Anaximenes (585-528), Anaximandros (610-


545), Thales (625-545), Demokritos (460-545), Thomas Hobbes (1588-1679),
Lamettrie (1709-1715), Feuerbach (1804-1877), Spencer (1820-1903), dan Karl
Mark (1818-1883).

b. Idealisme

Aliran ini menjawab kelemahan dari materialisme, aliran ini memandang roh
sebagai kenyataan sejati, dan mengajarkan bahwa hakiat dunia fisik ini hanya
dapat dipahami dengan adanya jiwa dan ruh. Istilah Idealisme diambil dari kata
idea, yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa.

Idealisme juga didefinisikan sebagai suatu ajaran, faham atau aliran yang
menganggap bahwa realitas dalam suatu kehidupan ini terdiri atas ruh-ruh atau
jiwa, ide-ide dan fikiran atau yang sejenis dengan hal tersebut.

Pada asasnya, ucapan Descartes (1596-650) ‘cogito ergo sum’ berarti bahwa
hakikat dirinya sebahai manusia adalah berpikir. Dalam masa pencerahan,
pendirian tersebut diperuncing menjadi pemujaan terhadap akal6.

Puncak zaman idealisme pada masa abad ke-18 dan 19, yaitu saat jerman
sedang memiliki pengarh besar pada di Eropa. Namun, sekarang ini idealisme

6
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
hlm.155

4
tidak memegang peranan yang demikian penting. Kini idealisme hidup dalam
aliran Neokantisme dan Neohegelianisme.

Tokoh-tokoh aliran ini adalah Plato (477-347), B. Spinoza (1632-1677),


Liebniz (1685-1753), Barkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1881), J.
Fichte (1762-1814), F. Schelling (1755-1854), dan G. Hegel (1770-1831)

c. Dualisme

Dualisme adalah suatu ajaran ataupun faham yang memandang atau


menganggap bahwa alam ini terdiri dari dua macam hakikat, yaitu hakikat materi
dan ruhani.

Kedua hal tersebut saling berhubungan, namun keduanya saling berdiri


sendiri. Perhubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam.

Tokoh-tokoh aliran ini adalah Plato (427-347), Aristoteles (384-322),


Descartes (1596-1650), Fechner (1802-1887), Arnold Gealinex, Leukippos,
Anaxagoras, Hc. Daugall dan A.Schopenhauer (1788-1860)7.

d. Agnotisisme

Aliran ini merupakan pendapat para filsuf yang mengambil sikap skeptis,
yaitu ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar dan mungkin pula tidak.
Mereka berpendapat bahwa manusia itu tidak dapat mengetahui hakikat benda. A
artinya adalah not, gnow artinya adalah know. Di dalam bahasa Grik agnostos
berarti unknow8.

7
Ali Maksum, pengantar filsafat, (Jokjakarta: Ar-ruzz Media, 2012), hlm.357

8
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.30

5
e. Logika

Logika adalah salah satu cabang ilmu filsafat yang dikembangkan oleh
Aristoteles. Logika membahas tentang norma-norma berfikir yang benar agar
diperoleh dan terbentuk suatu pengetahuan yang benar.

Tugas logika adalah untuk membentuk pengertian menjadi definisi.


Pengertian adalah gambaran didalam jiwa tentang objek yang telah
diabstraksikan. Definisi adalah penyebutan ciri esensi dari suatu objek. Ada empat
syarat definisi yang benar menurut Bakry:

1) Ciri esensi yang disebut tidak boleh berlebihan dan tidak bleh kurang.

2) Tidak memakai kata yang berulang-ulang.

3) Tidak memakai perkataan yang terlalu umum.

4) Tidak memakai kata negatif

Logika dibagi menjadi tiga jenis yaitu logika induktif, logika deduktif dan
logika dialektis. Logika deduktif merupakan sistem mengenai prinsip-prinsip
penyimpulan yang mengarah pada penggunaan suatu prinsip. Logika induktif
merupakan teori mengenai prinsip-prinsip penyimpulan dari berbagai kenyataan.
Logika dielektis adalah teori mengenai suatu penyelesaian masalah yang tidak
dapat diselesaikan oleh logika.

B. Pengertian Apistemologi dan juga alirannya

Epistimologi adalah cabang filsafat yang mempersoalkan atau membicarakan


tentang suatu pengetahuan dan kebenaran suatu pengetahuan tersebut.

Pengetahuan manusia ada tiga macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan


filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia dari
berbagai cara dan dengan berbagai alat. Sehingga dalam epistemologi muncul
beberapa aliran yang berbicara tentang itu.

6
a. Empirisme

Empirisme berasal dari kata Yunani empeirikos yang berasal dari kata
empeiria, artinya pengalaman. Empirisme adalah aliran yang menjadikan
pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Aliran ini beranggapan bahwa
pengetahuan diperoleh dari suatu pengalaman dalam observasi atau pengindraan.

Bapak aliran ini adalah John Locke (1632-1704), yang mana pada zaman
modern mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin.
Maksutnya iaah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pegetahuan, lantas
pegalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan.
Jadi, pengalaman indra itulah sumber pengetahuan yang benar.

b. Rasionalisme

Rasionalisme adalah faham atau aliran yang berdasarkan rasio atau akal yang
mana aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur melalui akal.

Zaman rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke-17 sampai akhir


abad ke-18. Pada zaman ini khas dari keilmuan adalah penggunaan daya eksklusif
daya akal budi untuk menemukan kebenaran.

Pada abad ke-18 Isaac Newton (1643-1727) memberikan suatu pandangan


baru, yaitu tentang fisika yang terdiri dari bagian-bagian kecil (atom) yang
berhubungan satu dengan yang lainnya berdasarkan hukum sebab akibat.

c. Positivisme

Positivisme adalah suatu aliran atau faham yang berorientasi kepada ilmu
pengetahuan alam, tetapi menolah metafisika. Tokoh dalam faham ini adalah
Auguste Comte, menurutnya kita hendaknya memandang phenomenon tau gejala

7
itu sebagai sesuatu yang tunduk pada hukum alamiah yang menetap atau yang
mutlak9.

Pada dasarnya positivisme bukanah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia
hanya menyempurnakan gabungan empirisisme dan rasionalisme. Dengan kata
lain, positivisme menyempurnakan metode ilmiyah (scientific method) dengan
memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya
positivisme itu sama dengan empirisisme dan rasionalisme.

d. Intuisionisme

Intuisionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap


naluri/perasaan adalah suatu sumber dari pengetahuan dan kebenaran. Menurut
Henri Bergson (1859-1941) kemampuan indra itu terbatas, akal juga terbatas.
Objek yang kita tangkap adalah suatu objek yang selalu berbeda-beda10.

Bergson mengembangkan suatu kemampuan intuisi. Kemampuan ini mirip


dengan instinct, tapi berbeda dalam kesadaran dan kebebasannya. Kemampuan
inilah yang dapat memahami kebenaran dengan utuh, yang tetap dan unique.

C. Pengertian Aksiologi dan juga bagiannya

Aksiologi atau filsafat penilaian, secara formal baru muncul pada abad ke-19.
Aksiologi membahas tentang nilai dan penilaian yang mana menyangkut banyak
pendapat didalamnya. Menurut Nicolai Hartman, bahwa nilai adalah esensi dan
ise platonik11. Nilai selalu berhubungan dengan benda yng menjadi
penghubungnya. Hal ini berarti bahwa nilai itu tidak nyata.

9
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, (Bandung: PT Refika Aditama,
2007), hlm.`159
10
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.27

11
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, (Bandung: PT Refika Aditama,
2007), hlm.`168

8
Langeveld mengemukakan pendapat bahwa aksiologi terdiri dari dua hal
utama. Yaitu:

a. Etika

Etika adalah bagian filsafat nilai dan penilaian yang berhubungan atau yang
membicarakan tentang perilaku manusia. Semua perilaku itu memiliki nilai dan
tidak bebas dari penilaian. Tidak benar bila suatu perilaku itu dikatakan etis atau
tidak etis, lebih tepatnya prilaku itu adalah beretika baik dan tidak baik.

Etika juga disebut dengan moral, istilah moral atau etika diartikan kesusilaan.
Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedang objek
formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak bermoral.

b. Estetika

Estetika merupakan bagian aksiologi yang membicarakan permasalahan


(Russel), pertanyaan (Langer), Issue (Farber) mengenai keindahan, menyangkup
ruang lingkup, nilai, pengalaman, perilaku dan pemikiran seniman, seni, serta
persoalan estetika dan seni dalam kehidupan manusia.

Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang


berasal dari kata aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat
dicerap dengan indera atau cerapan indera. Estetika membahas hal yang berkaitan
dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut indak atau
tidak indah.

Selain itu dalam bahasa inggris istilah estetika dijadikan sebagai theory of
beauty, theory of taste, theory of fine arts,dan theory of five arts. Estetika atau
filsafat seni ini mencari landasan atau asumsi sehingga teori keindahanlebih tepat
dianggap sebagai kajian ilmiyah dalam membahas fenomena atau wujud kesenian
daripada dasar-dasar bagi wacana seni.

9
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa. Dalam
sistematika studi filsafat umum memiliki bagian yang terdiri dari : Ontologi,
Apistemologi, dan juga Aksiologi.

Ontologi adalah satu cabang filsafat yang membicarakan tentang suatu hal
yang ada, Epistimologi adalah cabang filsafat yang mempersoalkan atau
membicarakan tentang suatu pengetahuan dan kebenaran suatu pengetahuan
tersebut, dan Aksiologi membahas tentang nilai dan penilaian yang mana
menyangkut banyak pendapat didalamnya.

B. Saran

Demikianlah makalah ini penulis paparkan dan penulis merasa bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap
kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan makalah ini. Dam penulis berharap semoga isi makalah ini
bermanfaat bagi kita semua amin.

10
DAFTAR PUSTAKA
 Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2007)
 Suariasumantri, Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan tentang Hakekat
Ilmu, (Cet. IX; Jakarta: Gramedia, 1991)
 AM. Saefuddin et.al, op.cit., h. 50-51
 www.kang-djoen.blogspot.com, dikutip pada tanggal, Selasa 23 Februari
2021
 Ali Maksum, pengantar filsafat, (Jokjakarta: Ar-ruzz Media, 2012)
 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010)

11

Anda mungkin juga menyukai