KELAS C
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Problematika Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi Dalam Perspektif Filsafat Ilmu” dengan baik. Sholawat serta
salam semoga dapat tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menjadi pembimbing bagi umat islam diseluruh dunia. Kami selaku penulis makalah
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas anugerahnya kami bisa mendapatkan ide untuk membuat tugas
makalah.
2. Bapak Dr. Imam Amrusi Jailani, M.Ag selaku Dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang
mendukung tugas kelompok makalah ini.
3. Teman-teman kelompok kami yang telah ikut serta menyelesaikan tugas makalah ini.
4. Serta semua pihak yang bersangkutan yang telah membantu serta memberi saran
tugas makalah ini.
Makalah ini kami susun untuk presentasi mata kuliah Filsafat Ilmu dan kami berharap
dengan makalah ini dapat bermanfaat untuk semua, baik untuk pembaca dan menambah
pengalaman untuk kami pribadi maupun para mahasiswa lainnya.
Kami sebagai penyusun merasa masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu kami harapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaannya
makalah ini, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
2.2 Epistemologi.....................................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
Ontologi adalah teori cabang filsafat yang berkaitan dengan hakikat hidup dan
membahas realititas. Realitas merupakan kenyataan yang condong terhadap kebenaran.
Sehingga, realitas dalam ontologi ini memunculkan beberapa pertanyaan: Apa hakikat dari
realitas ini? Apakah realitas yang ada merupakan realita materi saja? Apakah realita ini
monoisme, dualisme, atau pluralisme?. Menurut Bramel, interprestasi tentang realita ada
variasinya.3
Ontologi dapat dirumuskan secara sederhana sebagai ilmu yang membahas realitas
atau kenyataan faktual secara analitis. Dalam pengetahuan ontologi bisa dijumpai pandangan
pokok pemikiran seperti berikut ini :
1. Monoisme
Yang menganggap bahwa hakikat yang ada diseluruh kenyataan itu hanya satu yang
dijadikan sebagai sumber asal, baik berupa materi maupun rohani. Sehingga tidak ada
1
Ltfltf November 2018. “problematika filsafat, epistimologi, ontology, aksiologi”
https://www.slideshare.net/Ltfltf/problematika-filsafat-epistimologi-ontologi-aksiologi diakses pada 07 Maret
2021 pukul 20.49.
2
Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu: Positivisme, PostPositivisme, Dan PostModernisme, 2nd ed. (yogyakarta:
Rakesarasin, 2001).
3
Suparman Syukur, Epistemologi Islam Skolastik : Pengaruhnya Pada Pemikiran Islam Modern / Suparman
Syukur (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007).
hakikat. Masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Thomas Davidson disebut menyebut
istilah monoisme dengan sebutan Block Universe. Paham ini akan terbagi menjadi 2 aliran:
a. Matearilisme
Sumber dari aliran matearilisme berasal dari materi bukan rohani. Aliran ini
mempunyai sebutan lain yaitu naturalisme. Menurut aliran ini zat mati adalah
kenyataan dan satu-satunya fakta yang ada hanya materi selain itu dianggap berdiri
sendiri, contohnya ialah jiwa dan ruh yang merupakan akibat dari proses gerakan
kebenaran dengan salah satu cara tertentu.
b. Idealisme
Aliran ini memiliki sebutan lain, yaitu spiritualisme. Aliran ini bertolak belakang dari
aliran matearilisme. Idealisme artinya serba cita, sedangkan spiritualisme berarti serba
ruh. Idealisme berasal dari kata “idea”. Aliran ini menganggap jika hakikat kenyataan
yang bermacam-macam berasal dari ruh. Aliran idealisme adalah aliran yang
menjadikan hal ghaib (supernatural) sebagai bahan kajian. Bentuknya dapat berupa
animisme yang dimana manusia percaya jika batu, pohon, air dan lain-lain terdapat roh
yang bersifat ghaib. Animisme adalah kepercayaan yang terdapat dalam sejarah
perkembangan kebudayaan manusia.4
2. Dualisme
Aliran yang mencoba memadukan materialisme dan idelisme yang bertolak belakang.
Menurut aliran dualisme, materi & ruh merupakan hakikat yang muncul bukan karena
adanya ruh, dan ruh pun muncul bukan karena materi. Namun, dalam perkembangan
selanjutnya aliran ini mempunyai masalah saat memadukan kedua aliran diatas.
3. Pluralisme
Paham ini menganggap jika segala macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme
bertentangan dari keseluruhan dan mengakui jika segala macam bentuk itu nyata. Dalam
Dictionary of Philosophy & Religion adalah paham yang menyatakan bahwa kenyataan
alam tersusun dari beberapa macam unsur. Buktinya dapat diketahui dalam pernyataan
tokoh pada masa Yunani kuno yang bernama a naxagoras dan Empedocles yang
4
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), hal
64.
mengemukakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu
tanah, air, api dan udara.
2.2 Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan atau ilmu
atau teori ilmu pengetahuan. Istilah “epistemologi” diperkenalkan oleh filsuf Skotlandia
James Frederick Ferrier (1808–1864). Epistemologi adalah cabang filsafat yang memberikan
fokus perhatian pada sifat dan ruang-lingkup ilmu pengetahuan, yang terdiri dari pertanyaan
berikut.
Apakah pengetahuan?
Bagaimanakah pengetahuan diperoleh?
Bagaimana kita mengetahui apa yang kita ketahui?
A. Definisi Pengetahuan
B. Sumber-Sumber Pengetahuan
1. Empirisme
Menurut aliran ini, mustahil kita dapat mencari pengetahuan mutlak dan mencakup
semua segi, apalagi jika di dekat kita terdapat kekuatan yang dapat dikuasai untuk
5
A. Susanto, Filsafat Ilmu : Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, Dan Aksiologis, ed. 1
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011).
6
Imam Syafi ’ie, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam al-Qur’an, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 26.
meningkatkan pengetahuan manusia, yang meskipun bersifat lebih lambat, lebih dapat
diandalkan. Kaum empiris cukup puas dengan mengembangkan sebuah sistem pengetahuan
yang mempunyai peluang besar untuk benar meskipun kepastian mutlak tidak akan pernah
dapat dijamin. Usaha manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak dan
pasti telah berlangsung secara terus-menerus. Namun, terdapat sebuah tradisi epistemologis
yang kuat untuk mendasarkan diri kepada pengalaman manusia yang meninggalkan cita-cita
untuk mendapatkan pengetahuan yang mutlak dan pasti tersebut. Salah satunya adalah
empirisme.
2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran
pengetahuan walaupun belum didukung oleh fakta empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes
(1596–1650), Baruch Spinoza (1632–1677), dan Gottried Leibniz (1646–1716). Secara
etimologis, rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism. Kata dasarnya berasal
dari bahasa Latin ratio yang berarti akal. Aliran ini dipandang sebagai aliran yang berpegang
pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan.akal budi (rasio)
sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan bebas (terlepas) dari
pengamatan indrawi. Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal yang memenuhi syarat
semua pengetahuan ilmiah.
3. Institusi
4. Wahyu
Sumber pengetahuan “ wahyu” identik dengan agama atau kepercayaan yang sifatnya
mistis. Wahyu merupakan pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hambanya yang
terpilih untuk menyampaikannya (nabi dan rasul).
5. Otoritas
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh
kelompoknya.10
Paradigma adalah acuan awal yang harus dilalui dalam setiap penelitian karena hal ini
akan memberi warna tersendiri terhadap suatu bentuk penelitian. Thomas Kuhn dalam sebuah
bukunya The Structure Of Scientific Revolution (1962) menjelaskan bahwa paradigma
memiliki peran penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu ilmu pengetahuan. 11
Paradigma berperan vital dalam melihat setiap kajian atau penelitian. Sebab, hal ini berkaitan
dengan aspek filosofis dalam melihat kompleksitas fenomena.
D. Tentang Kebenaran
1. Guna Kebenaran
9
Michael R.LeGault, Sekarang Bukan Saatnya untuk “Blink” Tetapi Saatnya untuk THINK: Keputusan Penting
Tidak Bisa Dibuat Hanya dengan Sekejap Mata, (Jakarta: PT.Transmedia, 2006), hlm. 8.
10
Susanto, Filsafat Ilmu : Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, Dan Aksiologis.
11
Kuhn menjelaskan bahwa perkembangan suatu ilmu pengetahuan tidak mungkin terlepas dari perubahan
paradigma yang mendasarinya. Sementara, setiap pertumbuhan ilmu melalui beberapa proses, yaitu Paradigma
I, Normal science, anomaly, krisis dan revolusi ilmu, yang diakhiri dengan paradigma II. Th omas Kuhn. Th e
Structure of Scintifi c
Revolution, (Bandung: Rosda Karya, 2000), hlm. 18
Kebenaran merupakan tema sentral dlm filsafat ilmu sebab semua orang ingin
mencapai kebenaran kebenaran.Yang benar biasanya akan dijadikan panduan. Tanpa
kebenaran, kita akan ragu untuk melangkah, dalam hal ini kebenaran memberikan
kepastian.Kebenaran memberikan keyakinan untuk melakukan sesuatu pada waktu
berikutnya.Semakin kita terbiasa dengan kebenaran dan kepastian, hidup kita juga penuh
kepastian, membuat kita optimis dan mudah untuk menghadapi persoalan, atau setidaknya
mengetahui persoalan yang kita hadapi dan dengan demikian tahu apa yang harus dilakukan
untuk mengatasinya.Karena diam itu emas dan kebenaran itu pahit, tidak ada orang yang
menyukainya.
Teori ini menganggap bahwa sesuatu dianggap benar apabila pernyataan itu koheren atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar
Suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Sebuah
pernyataan itu benar jika apa yang diungkapkannya merupakan fakta
Pragmatis
Teori ini berpandangan bahwa sesuatu dianggap benar apabila berguna. Artinya, kebenaran
suatu pernyataan bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Ajaran pragmatisme memang
memiliki banyak corak (variasi). Tetapi, yang menyamakan di antara mereka adalah bahwa
ukuran kebenaran diletakkan dalam salah satu konsekuensi.
12
Syampadzi Nurroh, “Filsafat IImu (Point of Review),” 2017, 1–23.
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang menekankan pembahasannya di
sekitar nilai guna atau manfaat suatu ilmu pengetahuan. Di antara kegunaan ilmu
pengetahuan adalah memberikan kemaslahatan dan berbagai kemudahan bagi kelangsungan
hidup manusia itu sendiri. Aspek ini menjadi sangat penting dalam proses pengembangan
ilmu pengetahuan, sebab suatu cabang ilmu yang tidak memiliki nilai aksiologis, maka
cenderung mendatangkan kemudharatan bagi kelangsungan hidup manusia. Bahkan tidak
menutup kemungkinan ilmu yang bersangkutan menjadi ancaman yang sangat berbahaya,
baik bagi keberlangsungan kehidupan sosial maupun keseimbangan alam.13
A. Pengertian Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori
tentang nilai (Salam, 1997). Sumantri (1996) menyatakan aksiologi adalah teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dan pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus bahasa
Indonesia, aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian
tentang nilai-nilai khususnya etika.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Jadi hakikat
yang ingin dicapai aksiologi adalah hakikat manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan.
Objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu karena ilmu harus
disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral sehingga nilai kegunaan ilmu itu dapat
dirasakan oleh masyarakat. Aksiologi disebut teori tentang nilai yang menaruh perhatian baik
dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tata cara dan tujuan (mean
and end). Dalam aksiologi ada dua komponen yang mendasar, yakni:
1. Etika
2. Estetika
1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
1. Menurut Idealisme
Aliran filsafat Idealisme merupakan suatu aliran filsafat yang mengagungkan jiwa.
Pertemuan antara jiwa dan cinta melahirkan suatu angan-angan, yaitu dunia idea. Pokok
pemikiran Idealisme ialah
a. Menyakini adanya Tuhan sebagai ide tertinggi dari kejadian alam semesta ini.
b. Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
c. Kenyataan sejati ialah bersifat spiritual.
d. Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan
lebih tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia.
e. Idealisme menganggap bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang muncul dan terlahir
dari kejadian di dalam jiwa manusia.
f. Menurut idealisme, tujuan pendidikan untuk menciptakan manusia yang berkepribadian
mulia dan memiliki taraf kehidupan rohani yang lebih tinggi dan ideal serta memiliki
rasa tanggung jawab kepada masyarakat.
2. Menurut Realisme
Real berarti yang aktual atau yang ada, kata tersebut menunjuk kepada benda-benda
atau kejadian-kejadian yang sungguh- sungguh, artinya yang bukan sekadar khayalan atau
apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau
sifat benda yang real atau yang ada, yakni bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti
umum, realism berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada
yang diharapka atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam
arti yang lebih teknis. Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa
obyek indra kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa
benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
Dari pernyataan tersebut, kita tidak dapat mengambil kesimpulan bahwa benda yang
tidak diketahui orang itu tidak mempunyai kualitas atau bahwa pengalaman 'mengetahui'
benda akan mengubah benda itu atau merupakan eksistensinya. Realisme menegaskan bahwa
sikap common sense yang diterima orang secara luas adalah benar, artinya, bahwa bidang
aam atau obyek fisik itu ada, tak bersandar kepada kita, dan bahwa pengalaman kita tidak
mengubah watak benda yang kita rasakan. Banyak filosof pada zaman dahulu dan sekarang,
khususnya kelompok idealis dan pragmatis berpendapat bahwa benda yang diketahui atau
dialami itu berbeda daripada benda itu sendiri sesudah mempunyai hubungan dengan kita.
3. Menurut Pragmatisme
Istilah pragmatisme berasal dari kata Yunani ”pragma” yang artinya perbuatan atau
tindakan. ”Isme” di sini sama artinya dengan isme-isme yang lainnya, yaitu aliran atau ajaran
atau paham. Dengan demikian, pragmatisme berarti ajaran yang menekankan bahwa
pemikiran itu menuruti tindakan. Kriteria kebenarannya adalah ”faedah” atau ”manfaat”.
Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil.
Dengan kata lain, suatu teori adalah benar if it works (apabila teori dapat diaplikasikan).
Aliran pragmatis ini beranggapan bahwa segala kebenaran ialah apa yang
membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan memperhatikan kegunaannya secara praktis.
Tokoh aliran ini adalah William James. Ia termasuk tokoh sangat berpengaruh dari Amerika
Serikat. Tokoh lainnya adalah John Dewey, Charles Sanders Peirce dan F.C.S. Schiller. Bagi
William James (1842-1910 M), pengertian atau putusan itu benar jika pada praktik dapat
dipergunakan. Putusan yang tidak dapat dipergunakan itu keliru. Kebenaran itu sifat
pengertian atau putusan bukanlah sifat halnya. Pengertian atau putusan itu benar, tidak saja
jika terbuktikan artinya dalam keadaan jasmani ini, akan tetapi jika bertindak dalam
lingkungan ilmu, seni dan agama.
4. Menurut Eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dari kata dasar exist. Kata exist itu
sendiri berasal dari bahasa ex: keluar, dan sister: berdiri. Jadi, eksistensi berdiri dengan keluar
dari diri sendiri. Filsafat eksistensi tidak sama persis dengan filsafat eksistensialisme. Filsafat
eksistensialisme lebih sulit ketimbang eksistensi. Dalam filsafat dibedakan antara esensia dan
eksistensia. Oleh esensia, sosok dari segala yang ada mendapatkan bentuknya. Oleh esensia,
kursi menjadi kursi. Pohon mangga menjadi pohon mangga. Namun, belum pasti apakah
semua itu sungguh ada, sungguh tampil, sungguh hadir. Disinilah peran eksistensia.
Eksistensia membuat yang ada dan bersosok jelas bentuknya, mampu berada, eksis.
Oleh eksistensia kursi dapat berada di tempat Oleh eksistensia kursi dapat berada di tempat.
Pohon mangga dapat tertanam, tumbuh, berkembang. Demikiankah penting peranan
eksistensia. Olehnya, segalanya dapat nyata ada, hidup, tampil, dan berperan. Tanpanya,
segala sesuatu tidak nyata ada, apalagi hidup dan berperan. Eksistensialisme adalah aliran
filsafat yang menekankan eksistensia. Para pengamat eksistensialisme tidak mempersoalkan
esensia dari segala yang ada. Karena memang sudah ada dan tak ada persoalan. Kursi adalah
kursi. Pohon mangga adalah pohon mangga. Namun, mereka mempersoalkan bagaimana
segala yang ada berada dan untuk apa berada. Oleh karena itu, mereka menyibukkan diri
dengan pemikiran tentang eksistensia. Dengan mencari cara berada dan eksis yang sesuai pun
akan ikut terpengaruhi.14
14
Firdausi Nuzulah, Unis Yadri, and Lailatul Fitria, “Aksiologi Pendidikan Menurut Macam-Macam Filsafat
Dunia,” Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan & Sumber Belajar Teori Dan Praktik, no. 2008
(1997): 1–15.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari beberapa pembahasan yang telah diuraikan diatas bisa ditarik
kesimpulan bahwasannya ontologi merupakan teori cabang filsafat yang berkaitan dengan
hakikat hidup dan membahas realitas, sehingga dapat dijumpai beberapa pandangan pokok
pemikiran seperti monoisme, monoisme sendiri terbagi menjadi 2 aliran, yaitu matearilisme
dan idealisme. pandangan pokok berikutnya ialah dualisme, dan yang terakhir yaitu
pluralisme. terdapat juga 3 tingkatkan abstraksi dalam ontologi, yaitu abstraksi fisik, bentuk
dan metafisik.
Kalau aksiologi ini adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai atau
sering disebut teori nilai, teori nilai ini membahas mengenai kegunaan atau manfaat dari ilmu
pengetahuan. Aksiologi disebut teori tentang nilai yang menaruh perhatian baik dan buruk
(good and bad), seperti etika dan estetika.
DAFTAR PUSTAKA