ASOBAH &
DZAWIL
Dosen Mata Kuliah : Dr. H.
NAMA ANGGOTA :
Siti Izzatul Bariyah (05010221025)
ون
َ س ُر
ِ َ
خ ٰ َّ ل ا ً
ذ ٓاَّ ن ٌ ةَ ب ص
ْ ع
ُ ن
ُ ح
ْ َ ن و
َ ْئب
ُ ِّ
ٱلذ ُ هَ ل َ
ك َأ ْن ل ۟
قَالُ ِئ
َ وا
ِإ ِإ
AL-GHAIRI
segi mu’assib segi penerima waris
Mu'assib asabah bi al-ghair ialah Pada asabah bi al-ghair baik orang yang
para asabah bi al-nafsi seperti anak laki- mendapatkan bagian asabah maupun muassib
laki, cucu laki-laki pancar laki-laki bersama-sama menerima 'uşbah dari aşbab al-
berapapun jauh menurunnya dan furud, bila ahli waris yang ada hanyalah golongan
saudara sekandung atau seayah, sedang asabah, dengan ketentuan laki-laki mendapat dua
muasshib asabah ma'a al-ghairi ialah kali lipat bagian perempuan. Sedang pada asabah
perempuan ahli waris ashab al-furud ma'a al-ghairi, muassib tidak ikut
seperti anak perempuan atau cucu menerima’usbah. Ia hanya diminta untuk
perempuan pancar laki-laki. mengasabahkan saja. Selesai tugasnya, ia
menduduki fungsinya semula sebagai aşḥab al-
furud.
PENGERTIAN DHAWY AL-
ARHAM
Dhawy al-arham berasal dari Bahasa Arab, yakni dzawu ( )ذووdan arham (ˆ)اˆˆألرحام
yang merupakan bentuk jamak dari kata rahmun yaitu tempat menyimpan janin
dalam perut ibu, kemudian dikembangkan menjadi kerabat, baik datangnya dari
pihak ayah maupun pihak ibu. Menurut istilah, dhawy al-arham mempunyai arti
yang luas sebagai sebutan untuk setiap orang yang dihubungkan nasabnya kepada
seseorang disebabkan adanya hubungan darah. Keluasan makna dhawy al-arham
tersebut diambil dari pengertian lafadz arham yang terdapat dalam Surat Al-anfal
ayat 75.
Menurut Ulama Fara’id, dhawy al-arham adalah kerabat
pewaris yang tidak mendapat bagian tertentu, baik di dalam Al-
Qur’an maupun hadist juga bukan termasuk pewaris yang
mendapat bagian sisa. Secara teknis, Ulama Fikih
mendefinisikannya sebagai anggota kerabat yang tidak menjadi
dhawy al-furud dan asabah. Para Ulama sepakat mengakui
keberadaan beberapa golongan berdasarkan Surat Al-Anfal ayat
75 dan Al-Ahzab ayat 6, tetapi mereka berbeda pendapat
tentang apakah golongan ini berhak menjadi ahli waris atau
tidak.
PENDAPAT BEBERAPA IMAM TENTANG
DHAWY AL-ARHAM
Imam Syafi'i dan Imam Malik mengambil sebagian riwayat pendapat sahabat, yaitu Zaid
ibn thabit dan Ibnu Abbas. Yang terdapat dalil landasannya yaitu :
• Sabda Rasul SAW yang ditakhrij al-Tirmidhi: “dari Ammar bin kharijah, saya
mendengar Nabi SAW bersabda: sesungguhnya Allah menetapkan pemberian hak untuk
mereka yang berhak saja”
• Hadis yang diriwayatkan Ata’ bin yasar : “bahwa Rasulullah menggunakan jubah untuk
beristikharah kepada Allah tentang pusaka ammah dan khalah kemudian memberikan
petunjuk bahwa untuk keduanya tidak ada hak waris”
• Jika diserahkan bayt al-mal, maka harta benda akan bermanfaat di kalangan orang
Islam.
Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad Ibn Hanbal berdasar pada pendapat sahabat Ali
yang yaitu Umar & Ibn Mas'ud yang berpendapat Dhawy al-arham mendapat bagian
waris jika pewaris tidak mempunyai ahli waris. Dhawy al-Arham berhak mendapat
warisan daripada yang lainnya karena terdapat hubungan kerabat dengan pewaris. Oleh
sebab itu, dhawy al-arham didahulukan daripada bayt al-mal.
CARA PEMBAGIAN
WARIS