Anda di halaman 1dari 5

ْ‫هللا َع ْن ُه َما َعن‬

ُ ‫ض‬ َّ ‫َع ْن َأ ْب َذ ٍّر ُج ْن ُدب بن ُج َن َاد َة َو َأب َع ْب ِد‬


َ ِ ‫الر ْح َمن ُم َع ِاذ ْبن َج َبل َر‬
‫ي‬ ٍ ِ ِ ‫ي‬ ُ ِ ‫ول هللا َص ىَّل‬
َ‫هللا ِ َع َل ْيه َو َس ىل َ ِم َقال‬
‫ُ ِي‬
َ
ِ ِ ِ ‫رس‬
َ َ ُ ُ َ َّ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ ِّ َّ َْ َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ َ َّ
)‫ وخ ِال ِق الناس ِبخل ٍق حس ٍن‬،‫ وأت ِب ِع السيئة الحسنة تمحها‬،‫ (ات ِق هللا حيثما كنت‬:
ُّ ٌ ْ َ َ َ َ ْ ِّّ ‫َر َو ُاه‬
.‫ َح َس ٌن َص ِح ْي ٌح‬:‫الن َس ِخ‬ ‫ض‬
ِ ‫ع‬ ْ ‫ َوف َب‬.‫ث َح َس ٌن‬
‫ِي‬ ‫ي‬ ‫د‬
ِ ‫ح‬ :‫ال‬‫ق‬‫و‬ ‫ي‬ ‫ذ‬
ِ ‫م‬ِ ‫الِت‬
Hadits Ke-18

Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal radhiyallahu
‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada; iringilah perbuatan buruk dengan
perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah
manusia dengan akhlak yang baik.”

(HR. Tirmidzi, ia mengatakan haditsnya itu hasan dalam sebagian naskah disebutkan bahwa
hadits ini hasan shahih) [HR. Tirmidzi, no. 1987 dan Ahmad, 5:153. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini hasan]

Pertama : Perintah Takwa

Hadits ini adalah hadits yang agung, di dalamnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
menyebutkan hak-hak Allah dan hak-hak hamba. Hak Allah yang disebutkan adalah bertaqwa
kepada-Nya dengan taqwa yang sejati. Yaitu menjaga diri dari murka dan adzab Allah, dengan
menjauhi larangan-Nya dan menjalankan perintah-Nya.

Wasiat taqwa ini adalah wasiat dari Allah untuk hamba-Nya dari yang paling awal hingga akhir,
ini juga merupakan wasiat para Rasul kepada kaumnya, mereka berkata:

‫اعبدوا هللا واتقوه‬


“Sembahlah Allah saja dan bertaqwalah kepada-Nya”

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

َ َ َ َ َّ َ ْ َ َّ ُ ْ ُ َ ََ ْ َ ْ َ ‫ُ َ َ ُ ُ ى‬
« ‫ َعن أ ك ِِت ما يد ِخل الناس الجنة فقال‬-‫صَّل هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬ ِ ‫س ِئل رسول‬
ُ‫ال « ْال َفم‬ َّ َ َّ ُ ْ ُ َ ََ ْ ْ َ َ ُ َ
َ ‫الن َار َف َق‬ ُ ُ ْ ُ ْ ُ َ ‫ى‬ َ ‫َت ْق‬
‫ وس ِئل عن أ ك ِِت ما يد ِخل الناس‬.» ‫اَّلل وحسن الخل ِق‬
ِ ‫ى‬ ‫و‬
َْ
»‫َوالف ْر ُج‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan
seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.”
Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab
beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004 dan
Ibnu Majah no. 4246. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Allah Ta’ala membahas masalah taqwa dalam firman-Nya:

َ‫ب‬ ِ ‫اآلخ َِر َو ْال َمالئِ َك َِة َو ْال ِكت َا‬


ِ ‫ن آ َمنََ بِاَللَِ َو ْاليَ ْو َِم‬ َْ ‫ب َولَ ِكنَ ْالبِرَ َم‬
َِ ‫ق َو َْال َم ْغ ِر‬
َِ ‫ل ْال َم ْش ِر‬ َْ َ ‫ْس ْالبِرَ أ‬
ََ َ‫ن ت ُ َولُّوا ُو ُجو َه ُك َْم قِب‬ ََ ‫لَي‬
ََ َ‫ب َوأَق‬
‫ام‬ َِ ‫الرقَا‬ِّ ِ ‫ل َوالسائِ ِلينََ َوفِي‬ َِ ‫سا ِكينََ َوابْنََ الس ِبي‬ َ ‫ل َعلَى ُحبِِّ َِه ذَ ِوي ْالقُ ْربَى َو ْاليَت َا َمى َو ْال َم‬ ََ ‫َوالن ِبيِِّينََ َوآت َى ْال َما‬
ََ‫س أُولَئِكََ الذِين‬ َ ِ ْ ‫اء َو ِحينََ ْالبَأ‬
َِ ‫اء َوالضر‬ َِ ‫س‬َ ْ ‫الصَالَة َ َوآت َى الز َكاَة َ َو ْال ُموفُونََ بِعَ ْه ِد ِه َْم إِذَا َعا َهدُوا َوالصابِ ِرينََ فِي ْالبَأ‬
ََ‫ص َدقُوا َوأُولَئِكََ ُه َُم ْال ُمتقُون‬ َ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Baqarah: 177)

juga dalam firman-Nya:

َْ ‫ض أ ُ ِعد‬
ََ‫ت ِل ْل ُمت ِقين‬ َُ ‫ض َها الس َم َاواتَُ َو ْاْل َ ْر‬ َْ ‫عوا إِلَى َم ْغ ِف َرةَ ِم‬
َ َ‫ن َربِِّ ُك َْم َو َجنة‬
ُ ‫ع ْر‬ ُ ‫ار‬
ِ ‫س‬َ ‫َو‬
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Imran:
133)

kemudian Allah melanjutkan:

ََ‫َللاُ ي ُِحبَُّ ْال ُم ْح ِس ِنين‬


َ ‫اس َو‬
َ ِ ‫ن الن‬ َ ََ‫ظ َو ْال َعا ِفين‬
َِ ‫ع‬ ََ ‫اظ ِمينََ ْالغَ ْي‬
ِ ‫اء ََو ْال َك‬ َِ ‫الذِينََ يُ ْن ِفقُونََ ِفي السر‬
َِ ‫اء َوالضر‬
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Al Imran: 134)

Allah Ta’ala mensifati orang-orang bertaqwa dengan iman yaitu pokok keimanan dan
aqidahnya, dengan amal-amal zhahir dan amal-amal batin yang dilakukannya, juga dengan
ibadah badan, ibadah maliyah (harta), kesabaran ketika mendapati dan menghadapi musibah.
Juga dengan sifat pemaaf kepada orang lain, menghilangkan gangguan, berbuat baik kepada
sesama. Juga dengan semangat untuk bertaubat ketika melakukan perbuatan maksiat atau
berbuat zhalim kepada diri sendiri. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun
memerintahkan dan mewasiatkan untuk konsisten dalam bertaqwa, dimana pun berada,
kapan pun dan dalam keadaan apapun. Karena seorang hamba senantiasa sangat-sangat
dituntut untuk bertaqwa, tidak ada satu kesempatan pun ia boleh melepaskan taqwa itu.

Kedua : Mengikuti Kejelekan dengan Kebaikan

Lalu ketika seorang hamba tidak menunaikan dengan baik apa-apa yang menjadi hak dan
kewajiban taqwa, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan untuk melakukan hal
yang dapat membayar dan menghapus kesalahan itu. Yaitu melakukan kebaikan (al hasanah)
atas keburukan yang telah ia lakukan.

Al hasanah adalah istilah yang mencakup segala hal yang mendekatkan diri hamba kepada
Allah Ta’ala. Al hasanah yang paling utama yang dapat membayar sebuah kesalahan adalah
taubat nasuha, disertai istighfar dan kembali kepada Allah. Dengan berdzikir kepada-Nya,
mencintai-Nya, takut kepada-Nya, mengharap rahmat dan karunia-Nya setiap waktu. Dan
diantara caranya adalah dengan membayar kafarah baik berupa harta atau amalan badaniyah
yang telah ditentukan oleh syariat.

Selain itu, bentuk al hasanah yang dapat menebus kesalahan adalah sikap pemaaf kepada
orang lain, berakhlak yang baik kepada sesama manusia, memberi solusi pada masalah
mereka, memudahkan urusan-urusan mereka, mencegah bahaya dan kesulitan dari mereka.
Allah Ta’ala berfirman:

ََ‫ت يُ ْذ ِهبْن‬ َ ‫ار َو ُزلَفًا َِمنََ الليْل ۚإِنَ ْال َح‬


َِ ‫سنَا‬ َ َ‫َوأَقِ َِم الص َالَة‬
َ َ‫ط َرف‬
َِ ‫ي ِ الن َه‬
َِ ‫الس ِيِّئَا‬
‫ت‬
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian
permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Hud: 114)

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ ورمضان إلى رمضان مكفرات لما بينهن‬،‫ والجمعة إلى الجمعة‬،‫الصلوات الخمس‬
‫ما اجتنبت الكبائر‬
“Shalat yang lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at selanjutnya, dari Ramadhan ke Ramadhan
selanjutnya, semua itu menghapus dosa diantara rentang waktu tersebut selama dosa besar
dijauhi”

Amalan kebaikan akan menghapus kejelekan. Bisa jadi yang dimaksud dengan kebaikan
adalah taubat, bisa pula yang dimaksud adalah amal shalih lainnya.

Dan betapa banyak nash yang menyebutkan bentuk-bentuk ketaatan sebagai sebab
datangnya ampunan Allah.

Dan yang dapat membuat Allah mengampuni kesalahan-kesalahan adalah musibah. Karena
tidaklah seorang mukmin ditimpa musibah berupa bencana, gangguan, kesulitan, meskipun
hanya berupa tusukan duri kecuali pasti jadikan hal itu sebagai kafarah atas dosa-dosanya.
Musibah dapat berupa luputnya sesuatu yang disukai atau juga berupa mendapatkan sesuatu
yang tidak disukai, baik berupa pada jasad maupun pada hati, atau juga pada harta, baik yang
eksternal maupun internal. Namun musibah itu bukanlah perbuatan hamba, oleh karena itu
Nabi memerintahkan hal-hal yang berupa perbuatan hamba, yaitu menebus kejelekan
dengan kebaikan.

Ketiga : Akhlak Mulia

Kemudian, setelah Nabi menyebutkan haq Allah dalam wasiat taqwa yang mencakup aqidah,
amal batin dan amal zhahir, beliau menyebutkan:

‫وخالق الناس بخلق حسن‬


“Bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik”

Yang paling pertama dari akhlak yang baik adalah anda tidak mengganggu orang lain dalam
bentuk apapun, dan engkau pun terjaga dari gangguan dan kejelekan mereka. Setelah itu
anda bermuamalah dengan mereka dengan perkataan dan perbuatan yang baik.

Lalu bentuk akhlak baik yang lebih khusus lagi adalah :

lemah lembut kepada orang lain, sabar terhadap gangguan mereka, tidak bosan terhadap
mereka, memasang wajah yang cerah, tutur kata yang lembut, perkataan yang indah dan enak
didengar lawan bicara, memberikan rasa bahagia kepada lawan bicara, yang dapat
menghilangkan rasa kesepian dan kekakuan.
Maka, orang yang bertaqwa kepada Allah, dan menunaikan apa yang menjadi hak Allah. Lalu
berakhlak kepada orang lain yang berbeda-beda tingkatannya itu dengan akhlak yang baik.
Maka ia akan mendapatkan semua kebaikan. Karena ia menunaikan hak Allah dan juga hak
hamba. Dan karena ia menjadi menjadi orang yang muhsinin dalam beribadah kepada Allah
dan muhsinin terhadap hamba Allah.

Anda mungkin juga menyukai