Anda di halaman 1dari 4

Bertaqwalah Dimanapun Kau Berada

Bertaqwalah dimanapun kau berada, mungkin kalimat itu yang akan kami bahas pada
artikel kali ini. Semoga pembahasan ini bisa bermanfaat untuk kita semua.
Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahu’anhu, ia berkata: ‘Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda,

‫ وخالق الناس خبلق حسن‬،‫ وأتبع السيئة احلسنة متحها‬، ‫اتق اهلل حيثما كنت‬
Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kau berada, dan hendaknya setelah melakukan
kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah
dengan orang lain dengan akhlak yang baik‘” (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987, ia
berkata: ‘hadits ini hasan shahih’)

Ada 3 tingkatan adab dlm hadits tsb.


1. Org yang Taqwa, sama sekali tidak melakukan perbuatan buruk (melaksanakan
perintah Alloh dan menjauhi larangannya)
2. Jika belum mampu Taqwa sepenuhnya, maka banyak-banyaklah berbuat
kebaikan agar dapat melebur keburukan yg kita lakukan. Dan berusaha kearah yg
lebih baik.
3. Jika belum mampu maka minimal bergaullah dengan sesama dengan adab yang
baik.

Penjelasan Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah :

Hadits ini adalah hadits yang agung, di dalamnya Rasulullah Shallallahu’alaihi


Wasallam menyebutkan hak-hak Allah dan hak-hak hamba. Hak Allah yang disebutkan
adalah bertaqwa kepada-Nya dengan taqwa yang sejati. Yaitu menjaga diri dari murka
dan adzab Allah, dengan menjauhi larangan-Nya dan menjalankan perintah-Nya.

Wasiat taqwa ini adalah wasiat dari Allah untuk hamba-Nya dari yang paling awal hingga
akhir, ini juga merupakan wasiat para Rasul kepada kaumnya, mereka berkata:
‫اعبدوا اهلل واتقوه‬
“Sembahlah Allah saja dan bertaqwalah kepada-Nya”

Allah Ta’ala  membahas masalah taqwa dalam firman-Nya:


‫ب َولَ ِك َّن الْرِب َّ َم ْن َآم َن بِاللَّ ِه َوالَْي ْوِم‬ِ ‫وه ُكم قِبل الْم ْش ِر ِق والْم ْغ ِر‬
َ َ َ َ َ ْ َ ‫س الْ َّ َأ ْن ُت َولوا ُو ُج‬
ُّ ‫لَْي رِب‬
َ
‫ال َعلَى ُحبِّ ِه ذَ ِوي الْ ُق ْرىَب َوالْيَتَ َامى‬ َ ‫ني َوآتَى الْ َم‬ َ ِّ‫اب َوالنَّبِي‬ِ َ‫اآلخ ِر والْمالِئ َك ِة والْ ِكت‬
َ َ َ
ِ
‫الز َكا َة َوالْ ُموفُو َن‬ َّ ‫الصال َة َوآتَى‬ َّ ‫اب َوَأقَ َام‬ ِ َ‫الرق‬
ِّ ‫ني َويِف‬ ِ‫السبِ ِيل و َّ ِئ‬ ِ‫والْمساك‬
َ ‫السا ل‬ َ َّ ‫ن‬ ‫اب‬
َْ َ ‫و‬ ‫ني‬
َ ََ َ
ِ َّ‫الض َّر ِاء و ِحني الْب ْأ ِس ُأولَِئك ال‬ ِ ‫الص ابِ ِرين يِف الْبْأس‬ ِِ
‫ين‬
َ ‫ذ‬ َ َ َ َ َّ ‫و‬َ َ َ َ َّ ‫اه ُدوا َو‬
‫اء‬ َ ‫بِ َع ْه ده ْم ِإ َذا َع‬
‫ك ُه ُم الْ ُمَّت ُقو َن‬ َ ‫ص َدقُوا َوُأولَِئ‬
َ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya);
dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Baqarah: 177)

juga dalam firman-Nya:


ِ ِ ‫ُأعد‬ ِ ‫السماوات واَأْلرض‬ ٍ ِ ِ
‫ني‬
َ ‫َّت لْل ُمتَّق‬
ْ ُ ‫َو َسا ِرعُوا ِإىَل َم ْغفَر ٍة م ْن َربِّ ُك ْم َو َجنَّة َع ْر‬
ُ ْ َ ُ َ َ َّ ‫ض َها‬
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”
(QS. Al Imran: 133)

ُّ ِ‫َّاس َواللَّهُ حُي‬


‫ب‬ ِ ‫ني َع ِن الن‬ِ ِِ ِ َّ ‫الس َّر ِاء و‬ ‫يِف‬ ِ ‫الَّ ِذين يْن‬
َ ‫ني الْغَْي َظ َوالْ َع اف‬
َ ‫الض َّراء َوالْ َك اظم‬ َ َّ ‫ن‬
َ ‫و‬ ‫ق‬
ُ ‫ف‬ َُ
‫ني‬ ِِ
َ ‫الْ ُم ْحسن‬
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Al Imran: 134)

Allah Ta’ala  mensifati orang-orang bertaqwa dengan iman yaitu pokok keimanan dan
aqidahnya, dengan amal-amal zhahir dan amal-amal batin yang dilakukannya, juga
dengan ibadah badan, ibadah maliyah (harta), kesabaran ketika mendapati dan
menghadapi musibah. Juga dengan sifat pemaaf kepada orang lain, menghilangkan
gangguan, berbuat baik kepada sesama. Juga dengan semangat untuk bertaubat ketika
melakukan perbuatan maksiat atau berbuat zhalim kepada diri sendiri.

Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam  pun memerintahkan dan mewasiatkan


untuk konsisten dalam bertaqwa, dimana pun berada, kapan pun dan dalam keadaan
apapun. Karena seorang hamba senantiasa sangat-sangat dituntut untuk bertaqwa,
tidak ada satu kesempatan pun ia boleh melepaskan taqwa itu. Bertaqwalah dimanapun
kau berada.

Lalu ketika seorang hamba tidak menunaikan dengan baik apa-apa yang menjadi hak
dan kewajiban taqwa, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan untuk
melakukan hal yang dapat membayar dan menghapus kesalahan itu. Yaitu melakukan
kebaikan (al hasanah) atas keburukan yang telah ia lakukan.

Al hasanah adalah istilah yang mencakup segala hal yang mendekatkan diri hamba
kepada Allah Ta’ala. Al hasanah  yang paling utama yang dapat membayar sebuah
kesalahan adalah taubat nasuha,  disertai istighfar  dan kembali kepada Allah. Dengan
berdzikir kepada-Nya, mencintai-Nya, takut kepada-Nya, mengharap rahmat dan
karunia-Nya setiap waktu. Dan diantara caranya adalah dengan membayar kafarah  baik
berupa harta atau amalan badaniyah yang telah ditentukan oleh syariat.
Selain itu, bentuk al hasanah yang dapat menebus kesalahan adalah sikap pemaaf
kepada orang lain, berakhlak yang baik kepada sesama manusia, memberi solusi pada
masalah mereka, memudahkan urusan-urusan mereka, mencegah bahaya dan kesulitan
dari mereka. Allah Ta’ala berfirman:
ِ ِّ‫السي‬ ِ ِ
‫ات‬‫ِإ َّن احْلَ َسنَات يُ ْذهنْب َ َّ َئ‬
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk” (QS. Huud: 114)
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ ورمضان إىل رمضان مكفرات ملا بينهن ما‬،‫ واجلمعة إىل اجلمعة‬،‫الصلوات اخلمس‬
‫اجتنبت الكبائر‬
“Shalat yang lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at selanjutnya, dari Ramadhan ke
Ramadhan selanjutnya, semua itu menghapus dosa diantara rentang waktu tersebut
selama dosa besar dijauhi”

Dan betapa banyak nash  yang menyebutkan bentuk-bentuk ketaatan sebagai sebab


datangnya ampunan Allah.

Dan yang dapat membuat Allah mengampuni kesalahan-kesalahan adalah musibah.


Karena tidaklah seorang mukmin ditimpa musibah berupa bencana, gangguan,
kesulitan, meskipun hanya berupa tusukan duri kecuali pasti jadikan hal itu
sebagai kafarah atas dosa-dosanya. Musibah dapat berupa luputnya sesuatu yang
disukai atau juga berupa mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, baik berupa pada
jasad maupun pada hati, atau juga pada harta, baik yang eksternal maupun internal.
Namun musibah itu bukanlah perbuatan hamba, oleh karena itu Nabi memerintahkan
hal-hal yang berupa perbuatan hamba, yaitu menebus kejelekan dengan kebaikan.

Kemudian, setelah Nabi menyebutkan haq Allah dalam wasiat taqwa yang mencakup
aqidah, amal batin dan amal zhahir, beliau menyebutkan:
‫وخالق الناس بخلق حسن‬
“Bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik”

Yang paling pertama dari akhlak yang baik adalah anda tidak mengganggu orang lain
dalam bentuk apapun, dan engkau pun terjaga dari gangguan dan kejelekan mereka.
Setelah itu anda bermuamalah dengan mereka dengan perkataan dan perbuatan yang
baik.

Lalu bentuk akhlak baik yang lebih khusus lagi adalah lemah lembut kepada orang lain,
sabar terhadap gangguan mereka, tidak bosan terhadap mereka, memasang wajah yang
cerah, tutur kata yang lembut, perkataan yang indah dan enak didengar lawan bicara,
memberikan rasa bahagia kepada lawan bicara, yang dapat menghilangkan rasa
kesepian dan kekakuan. Dan baik juga bila sesekali bercanda jika memang ada
maslahah-nya, namun tidak semestinya terlalu sering melakukannya. Karena candaan
dalam obrolan itu bagai garam dalam makanan, kalau kurang atau kelebihan akan jadi
tercela. Termasuk akhlak yang baik juga, bermuamalah dengan orang lain sesuai yang
layak baginya, dan cocok dengan keadaannya, yaitu apakah ia orang kecil, orang besar,
orang pandai, orang bodoh, orang yang paham agama atau orang awam agama.

Maka, orang yang bertaqwa kepada Allah, dan menunaikan apa yang menjadi hak Allah.
Lalu berakhlak kepada orang lain yang berbeda-beda tingkatannya itu dengan akhlak
yang baik. Maka ia akan mendapatkan semua kebaikan. Karena ia menunaikan hak Allah
dan juga hak hamba. Dan karena ia menjadi menjadi orang yang muhsinin dalam
beribadah kepada Allah dan muhsinin terhadap hamba Allah.

Jadi, bertaqwalah dimanapun kau berada.


[Diterjemahkan dari kitab Bahjatul Qulubil Abrar hal 40, Syaikh Abdurrahman As Sa’di]

Sumber: https://muslim.or.id/11102-bertaqwalah-dimanapun-kau-berada.html

Anda mungkin juga menyukai