Anda di halaman 1dari 16

KEUTAMAAN SAHABAT

Diriwayatkan dari Al Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, ia


berkata,”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan nasihat yang
membuat air mata kami mengalir, dan membuat hati kami bergetar.” Kami
berkata: “Wahai, Rasulullah! Sepertinya ini merupakan nasihat pungkasan.
Apa yang Anda wasiatkan kepada kami?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata:

‫يرً ا َف َعلَ ْي ُك ْم‬0‫اخ ِتاَل ًفا َك ِث‬


ْ ‫ك َو َمنْ َيعِشْ ِم ْن ُك ْم َف َس َي َرى‬ ٌ ِ‫ار َها اَل َي ِزي ُغ َع ْن َها َبعْ دِي إِاَّل َهال‬
ِ ‫ْضا ِء لَ ْيلُ َها َك َن َه‬َ ‫َق ْد َت َر ْك ُت ُك ْم َعلَى ْال َبي‬
‫ ِذ‬0‫ا ِبال َّن َوا ِج‬00‫وا َعلَ ْي َه‬0‫ض‬ ُّ ‫ ًّيا َع‬0‫ ًدا َح َب ِش‬0ْ‫ ِة َوإِنْ َعب‬0‫اع‬ َّ ‫ِّين َو َعلَ ْي ُك ْم ِب‬
َ ‫الط‬ َ ‫ ِدي‬0‫ِين ْال َم ْه‬
َ ‫ِب َما َع َر ْف ُت ْم مِنْ ُس َّنتِي َو ُس َّن ِة ْال ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ د‬
َ‫َفإِ َّن َما ْالم ُْؤمِنُ َك ْال َج َم ِل اأْل َنِفِ َحي ُْث َما ا ْنقِيدَ ا ْن َقاد‬

“Sungguh saya telah meninggalkan kalian (yakni para sahabat) di atas jalan
yang putih bersih, siang dan malamnya sama terangnya. Siapa saja yang
menyimpang darinya (dari jalan putih bersih yang para sahabat berada di
atasnya), pasti (ia) binasa. Barangsiapa yang hidup sepeninggalku, ia pasti
melihat perselisihan yang amat banyak. Hendaklah kalian tetap memegang
teguh sunnahku yang kalian ketahui dan sunnah Khulafaur Rasyidin (yakni
para sahabat) yang berada di atas petunjuk. Hendaklah kalian selalu patuh
dan taat, meskipun diperintah oleh seorang budak Habasyi. Peganglah erat-
erat. Sesungguhnya seorang mukmin itu laksana unta yang jinak. Apabila
diarahkan (kepada kebaikan), ia pasti menurut” [4]. Juga Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ 0‫ِين ِث ْن َت‬
‫ان‬0 ٍ ‫ِين ِملَّ ًة َوإِنَّ َه ِذ ِه ْال ِملَّ َة َس َت ْف َت ِر ُق َعلَى َثاَل‬
َ ‫ ْبع‬0‫ث َو َس‬ ِ ‫ب ا ْف َت َرقُوا َعلَى ِث ْن َتي‬
َ ‫ْن َو َس ْبع‬ ِ ‫أَاَل إِنَّ َمنْ َق ْبلَ ُك ْم مِنْ أَهْ ِل ْال ِك َتا‬
َ ‫ِي ْال َج َم‬
‫اع ُة‬ َ ‫ار َو َواحِدَ ةٌ فِي ْال َج َّن ِة َوه‬ ِ ‫ُون فِي ال َّن‬ َ ‫َو َس ْبع‬

1
“Ketahuilah, sesungguhnya Ahli Kitab sebelum kalian telah terpecah-belah
menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan bahwa umat ini, juga akan terpecah
menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua di antaranya masuk
neraka, dan satu golongan di dalam surga, yakni Al Jama’ah“. [HR Abu
Dawud dan lainnya. Derajat hadits ini shahih] Dalam riwayat lain yang
dikeluarkan oleh Al Hakim dan lainnya telah disebutkan tafsir Al Jama’ah:

‫َما أَ َنا َعلَ ْي ِه ال َي ْو َم َو أَصْ َح ِابي‬

“Pedoman yang aku dan para sahabatku berada di atasnya. Maksud Al


Jama’ah ialah, siapa saja yang mengacu kepada pedoman yang dibawa oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni Al Qur`an dan As Sunnah,
serta menurut pedoman pemahaman sahabat beliau Radhiyallahu ‘anhum.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ا‬00‫ ُث َّم إِ َّن َه‬، ‫أَمْ ِر ِه‬00‫ون ِب‬ َ ‫ُّون َوأصْ َحابٌ َيأ ُخ ُذ‬
َ ‫ون ِبس َّن ِت ِه َو َي ْق َت ُد‬ ُ َ ‫َما مِنْ َنبيٍّ َب َع َث ُه هللاُ فِي أ َّم ٍة َق ْبلِي إالَّ َك‬
َ ‫اري‬ِ ‫ان لَ ُه مِنْ أ َّم ِت ِه َح َو‬
ْ‫ َو َمن‬، ٌ‫ؤ ِمن‬0ُْ ‫و م‬0َُ ‫ ِد ِه َفه‬0‫دَ ُه ْم ِب َي‬0‫ َف َمنْ َجا َه‬، ‫رون‬ َ ُ‫ون َو َي ْف َعل‬0
َ ‫ؤ َم‬0ُْ ‫ا ال ي‬0‫ون َم‬0 َ ُ‫ا الَ َي ْف َعل‬0‫ون َم‬0
َ ُ‫َت ْخلُفُ مِنْ َبعْ ِد ِه ْم ُخلُوفٌ َيقُول‬
ٍ ْ‫ان َح َّب ُة َخر‬
‫دَل‬ َ َ‫ َول‬، ٌ‫ َو َمنْ َجا َهدَ ُه ْم ِب َق ِلب ِه َفه َُو مُؤ ِمن‬, ٌ‫لسا ِن ِه َفه َُو مُؤ ِمن‬
ِ ‫يس َو َرا َء ذل َِك م َِن اإل ْي َم‬ َ ‫َجا َهدَ ُه ْم ِب‬

Tidak ada seorang nabipun yang diutus kepada suatu umat sebelumku,
kecuali ia memiliki para pengikut dan sahabat yang setia, yang mengikuti
ajarannya dan mematuhi perintahnya. Kemudian datang setelah mereka itu
suatu generasi yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan, dan
melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. Barangsiapa memerangi
mereka dengan tangannya, maka dia itu orang yang beriman, dan
barangsiapa memerangi mereka dengan lisannya maka dia itu orang yang
beriman, dan barangsiapa memerangi mereka dengan hatinya maka dia itu

2
orang yang beriman. Setelah itu, tidak ada keimanan walau hanya sebesar biji
sawipun. [HR Muslim]

DALIL-DALIL TENTANG KEADILAN SHAHABAT DARI AL-QUR’AN DAN


SUNNAH.

1. Allah Berfirman.

‫اس َتأْ ُمر ُْو َن ِب ْال َمعْ ر ُْوفِ َو َت ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ُت ْؤ ِم ُن ْو َن ِبال ٰ ّل‬ ْ ‫ُك ْن ُت ْم َخي َْر اُ َّم ٍة ا ُ ْخ ِر َج‬
ِ ‫ت لِل َّن‬

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kalian
menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dan kalian beriman
kepada Allah“. [Ali-Imran/3 : 110].

‫َو َك ٰذل َِك َج َع ْل ٰن ُك ْم اُم ًَّة َّو َس ًطا‬

“Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kalian umat yang adil dan
pilihan”. [Al-Baqarah/2 : 143]

2. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam Menjelaskan Bahwa Para Shahabat


Dan Umat Islam Yang Mengikuti Jejak Mereka Adalah orang-orang yang adil.
Sebagaimana sabda beliau. “Artinya : Dari Abu Sa’id Al-Khudri adalah ia
berkata :”Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Nuh akan
dipanggil pada hari kiamat. Lalu ia jawab :”Aku penuhi panggilan-Mu dan
Maha Bahagia nama-Mu wahai Rabb-ku”. Allah bertanya :”Apakah sudah
engkau sampaikan (dakwah/risalah) ?”. Ia berkata :”Ya sudah”. Lalu umatnya
di tanya ;”Apakah ia sudah menyampaikan (risalah) kepada kalian ?.” Mereka

3
berkata :”Tidak pernah ada pengancam (Da’i) yang datang kepada kami ?!
Allah bertanya lagi pada Nuh ‘Alaihi sallam :”Siapakah yang akan menjadi
saksi bagimu (bahwa kamu sudah menyampaikan risalah)?” Ia (Nuh)
jawab :”Muhammad dan umatnya”. Kemudian ia menjadi saksi bahwa ia telah
menyampaikan risalah, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi
saksi atas kalian. Demikianlah Allah berfirman :”Dan demikian (pula) kami
telah menjadikan kalian umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi
atas (perbuatan) manusia dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi
saksi atas (perbuatan) kalian”. Wasath dalam ayat ini bermakna adil.[Hadits
Shahih Riwayat Bukhari/Fathul Bari 8 : 171-172 No. 4487].

3.Allah Meridhai Mereka (Para Shahabat Dari Muhajirin Dan Anshar) Dan
Orang-Orang Yang Mengikuti Jejak Mereka Dengan Baik.

ُ ‫ َي هّٰللا ُ َع ْن ُه ْم َو َر‬0‫ض‬
‫ َّد لَ ُه ْم‬0‫ ُه َواَ َع‬0‫ ْوا َع ْن‬0‫ض‬ ٍ ۙ 0‫و ُه ْم ِباِحْ َس‬0ْ 0‫ار َوالَّ ِذي َْن ا َّت َب ُع‬
ِ َّ‫ان ر‬ ِ 0‫ص‬َ ‫ري َْن َوااْل َ ْن‬0 ٰ
ِ 0‫َوال ّس ِبقُ ْو َن ااْل َ َّولُ ْو َن م َِن ْالم ُٰه ِج‬
‫ت َتجْ ِريْ َتحْ َت َها ااْل َ ْن ٰه ُر ٰخلِ ِدي َْن فِ ْي َهٓا اَ َب ًدا ٰۗذل َِك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ْي ُم‬ ٍ ‫َج ٰ ّن‬

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari


orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalirkan sungai-
sungai didalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang besar“. [At-Taubah/9 : 100].

َ ْ‫لَ َق ْد َرضِ َي هّٰللا ُ َع ِن ْالم ُْؤ ِم ِني َْن ا ِْذ ُي َب ِايع ُْو َن َك َتح‬
‫ت ال َّش َج َر ِة‬

“Sesungghnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka


berjanji setia kepada mu (Muhammad) di bawah pohon“. [Al-Fath/48 : 18].

‫ار ر َُح َم ۤا ُء َب ْي َن ُه ْم َت ٰرى ُه ْم ُر َّكعًا سُجَّ ًدا َّي ْب َت ُغ ْو َن َفضْ اًل م َِّن هّٰللا ِ َو ِرضْ َوا ًنا‬ ۤ ‫هّٰللا‬
ِ ‫م َُح َّم ٌد رَّ س ُْو ُل ِ َۗوالَّ ِذي َْن َم َع ٗ ٓه اَشِ َّدا ُء َعلَى ْال ُك َّف‬

4
“Muhammad Rasulullah dan orang-orang yang bersama beliau adalah keras
terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka ; kalian
lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya …”.
[Al-Fath/48 : 29]

4. Sifat-Sifat Para Shahabat Yang Disebutkan Dalam Al-Qur’an Adalah :


Mereka adalah orang-orang yang benar-benar beriman [Al-Anfaal/8 : 74].
Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus [Al-Hujuraat/49 :
7] Mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan [At-Taubah/9 :
20] Mereka adalah orang-orang yang benar [At-Taubah/9 : 119] Mereka
adalah orang-orang yang bertaqwa [Al-Fath/48 : 26] Mereka adalah orang-
orang yang menjengkelkan orang-orang kafir dan mereka benci kepada
kekafiran [Al-Fath/48 : 29] Dan sifat-sifat lainnya yang termasuk dalam Al-
Qur’an.

5. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Bersabda. “Artinya : Sebaik-baik


manusia adalah zamanku ini, kemudian yang sesudah itu, kemudian yang
sesudah itu, kemudian nanti akan ada satu kaum dimana persaksian seorang
dari mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya itu mendahului
persaksiannya”. [Hadits Shahih Riwayat Bukhari 4:189, Muslim 7:184-185,
Ahmad 1:378,417,434,442 dan lain-lain].

6. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Bersabda. “Artinya :Hendaklah orang


yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir”. Kata Ibnu
Hibban :”Hadits ini sebesar-besar dalil yang menunjukkan bahwa semua
shahabat adil dan tidak satupun diantara mereka yang tercela dan lemah. [Al-
Jarh wat Ta’dil oleh Abi Lubabah ; Ibnu Hibban 1:123]. “Artinya : Ibnu Abbas
berkata : ‘Janganlah kalian mencaci maki atau menghina para shahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya kedudukan salah

5
seorang dari mereka bersama Rasulullah sesaat (sejam) itu lebih baik dari
amal seorang dari kalian selama 40 (empat puluh) tahun”. [Hadits Riwayat
Ibnu Batthah dengan sanad yang shahih][10] “Artinya : Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak akan masuk neraka seorang-pun dari
orang-orang yang berba’iat di bawah pohon (di Hudaibiyyah)”. [Hadits Shahih
Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Muslim]. “Artinya : Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak akan masuk neraka seseorang
yang ikut serta dalam perang Badar dan Perjanjian Hudaibiyyah”. [Hadits
Shahih Riwayat Ahmad III:396 dari Jabir].

PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG ORANG-ORANG YANG MENCACI


MAKI/MENGHINA PARA SHAHABAT RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI
WA SALLAM.

Imam Malik berkata ;”Orang-orang yang membenci para Shahabat Rasulullah


adalah orang-orang kafir”. [Tafsir Ibnu Katsir V hal. 367-368) atau IV hal. 216
cet. Daarus Salam Riyadh.] Al-Qadhi ‘Iyaadh berkata :”Jumhur Ulama
berpendapat bahwa orang yang menghina/mencaci maki para shahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam harus dihukum ta’ziir (yakni harus
didera menurut kebijaksanaan hakim Islam -pen)”. [Fathul Bari VII hal. 36].

Kata Imam Abu Zur’ah Ar-Raazi (wafat th 264H):”Apabila engkau melihat


seseorang mencaci maki/menghina seseorang dari shahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ketahuilah bahwa orang itu adalah Zindiq
(kafir). Yang demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
haq, Al-Qur’an adalah haq dan apa-apa yang dibawa adalah haq dan yang
menyampaikan semua itu kepada kita adalah para shahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka (orang-orang zindiq) itu mencela

6
kesaksian kita agar bisa membatalkan Al-Qur’an dan Sunnah (yakni agar kita
tidak percaya kepada Al-Qur’an dan Sunnah -pen).

Merekalah yang pantas mendapat celaan”. [22] Imam Al–Hafizh Syamsuddin


Muhammad ‘Utsman Adz-Dzahabi yang lebih dikenal dengan Imam Adz-
Dzahabi (673-747H) berkata :”Barangsiapa yang mencaci mereka (para
shahabat) menghina mereka, maka sesungguhnya ia telah keluar dari agama
Islam dan telah merusak kaum muslimin. Mereka yang mencaci adalah orang
yang dengki dan ingkar kepada pujian Allah yang disebutkan dalam Al-Qur’an
dan juga mengingkari Rasulullah yang memuji mereka dengan keutamaan,
tingkatan dan cinta … Memaki mereka berarti memaki pokok pembawa
syari’at (yakni Rasulullah). Mencela pembawa Syari’at berarti mencela
kepada apa yang dibawanya (yaitu Al-Qur’an dan Sunnah)”. [23]

Pengertian Sahabat Nabi

Yang dimaksud dengan istilah ‘sahabat Nabi’ adalah:

ً ‫ لم يرو عنه شيئا‬0‫ وإن‬،‫ لم تطل صحبته له‬0‫ وإن‬0،‫ حال إسالم الراوي‬0‫من رأى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم في‬

“Orang yang melihat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam keadaan


Islam, yang meriwayatkan sabda Nabi. Meskipun ia bertemu Rasulullah tidak
dalam tempo yang lama, atau Rasulullah belum pernah melihat ia sama
sekali” [1]

Empat sahabat Nabi yang paling utama adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar
bin Khattab, Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu’ahum ajma’in.
Tentang jumlah orang yang tergolong sahabat Nabi, Abu Zur’ah Ar Razi
menjelaskan:

‫ مائة ألف‬0‫ وقبض عليه الصالة والسالم عن‬،ً‫ ألفا‬0‫ بتبوك سبعون‬0‫ وكان معه‬0،ً‫شهد معه حجة الوداع أربعون ألفا‬
‫ الصحابة‬0‫وأربعة عشر ألفا ً من‬

“Empat puluh ribu orang sahabat Nabi ikut berhaji wada bersama Rasulullah.
Pada masa sebelumnya 70.000 orang sahabat Nabi ikut bersama Nabi dalam

7
perang Tabuk. Dan ketika Rasulullah wafat, ada sejumlah 114.000 orang
sahabat Nabi”[2]

Keutamaan Sahabat
Para sahabat Nabi adalah manusia-manusia mulia. Imam Ibnu Katsir
menjelaskan keutamaan sahabat Nabi:

‫ نطقت به السنة النبوية‬0‫ وبما‬،‫ كتابه العزيز‬0‫ هللا عليهم في‬0‫ لما أثنى‬0،‫ عند أهل السنة والجماعة‬0‫والصحابة كلهم عدول‬
‫ األموال واألرواح بين يدي رسول هللا صلى هللا عليه‬0‫ وما بذلوه من‬،‫ جميع أخالقهم وأفعالهم‬0‫في المدح لهم في‬
‫وسلم‬

“Menurut keyakinan Ahlussunnah Wal Jama’ah, seluruh para sahabat itu orang
yang adil. Karena Allah Ta’ala  telah memuji mereka dalam Al Qur’an. Juga
dikarenakan banyaknya pujian yang diucapkan dalam hadits-hadits Nabi
terhadap seluruh akhlak dan amal perbuatan mereka. Juga dikarenakan apa
yang telah mereka korbankan, baik berupa harta maupun nyawa, untuk
membela Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam”[3]

Pujian Allah terhadap para sahabat dalam Al Qur’an diantaranya:

‫م‬0ْ ‫ي هَّللا ُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْن ُه َوأَ َع َّد لَ ُه‬0َ ِ‫ان َرض‬ 0َ ‫ار َوالَّذ‬
0ٍ ‫ِين ا َّت َبعُو ُه ْم ِبإِحْ َس‬ َ ‫ين َواأْل َ ْن‬
ِٰ ‫ص‬ ِ ‫ِن ْال ُم َها‬0َ ‫ون م‬
0َ ‫ج ِر‬ َ ُ ‫ون اأْل َوَّ ل‬
0َ ُ‫َوال َّس ِابق‬
ْ ْ
‫ك ال َف ْو ُز ال َعظِ ي ُم‬ َ َ َ ‫أْل‬
َ ‫ت َتجْ ِري َتحْ َت َها ا ْن َها ُر َخالِد‬
َ ِ‫ۚ ذل‬ ‫ِين فِي َها أ َب ًدا‬ ٍ ‫َج َّنا‬

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari


golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan
yang besar” (QS. At Taubah: 100)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun memuji dan memuliakan para


sahabatnya. Beliau bersabda:

0‫ رآني‬0‫ رأى من‬0‫ رأى من‬0‫ ومن‬0‫ رأى من رآني‬0‫ال تزالون بخير ما دام فيكم من رآني وصاحبني ومن‬

“Kebaikan akan tetap ada selama diantara kalian ada orang yang pernah
melihatku dan para sahabatku, dan orang yang pernah melihat para sahabatku
(tabi’in) dan orang yang pernah melihat orang yang melihat sahabatku (tabi’ut
tabi’in)”[4]

Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

8
‫ ثم الذين يلونه‬0، ‫ ثم الذين يلونهم‬0، ‫قرني‬ ‫الناس‬ ‫خير‬

“Sebaik-baik manusia adalah yang ada pada zamanku, kemudian setelah


mereka, kemudian setelah mereka”[5]

Dan masih banyak lagi pujian dan pemuliaan dari Rasulullah Shallallahu’alaihi


Wasallam  terhadap para sahabatnya yang membuat kita tidak mungkin ragu
lagi bahwa merekalah umat terbaik, masyarakat terbaik, dan generasi terbaik
umat Islam. Berbeda dengan kita yang belum tentu mendapat ridha Allah dan
baru kita ketahui kelak di hari kiamat, para sahabat telah dinyatakan dengan
tegas bahwa Allah pasti ridha terhadap mereka. Maka yang layak bagi kita
adalah memuliakan mereka, meneladani mereka, dan tidak mencela mereka.
Imam Abu Hanifah berkata:

‫ جميع أصحاب‬0‫ ثم نكف عن‬, ‫ وعثمان وعلي‬0‫ أبوبكر وعمر‬: ‫ هللا عليه وسلم‬0‫أفضل الناس بعد رسول هللا صلى‬
‫ هللا عليه وسلم إال بذكر جميل‬0‫رسول هللا صلى‬

“Manusia yang terbaik setelah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam adalah


Abu Bakar, lalu Umar, lalu Utsman lalu Ali. Kemudian, kita wajib menahan lisan
kita dari celaan terhadap seluruh sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, kita tidak boleh menyebut mereka kecuali dengan sebutan-sebutan
yang indah”[6]

Lebih lagi Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ ما بلغ مد أحدهم وال نصيف‬، ‫ أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا‬0‫ فلو‬0، ‫أصحابي‬ ‫تسبوا‬ ‫ال‬

“Jangan engkau cela sahabatku, andai ada diantara kalian yang berinfaq emas
sebesar gunung Uhud, tetap tidak akan bisa menyamai pahala infaq sahabatku
yang hanya satu mud (satu genggam), bahkan tidak menyamai setengahnya”[7]

Pemahaman Sahabat Nabi, Sumber Kebenaran


Jika kita telah memahami betapa mulia kedudukan para sahabat Nabi, dan kita
juga tentu paham bahwa tidak mungkin ada orang yang lebih memahami
perkataan dan perilaku Nabi selain para sahabat Nabi,  maka tentu
pemahaman yang paling benar terhadap agama Islam ada para mereka.
Karena merekalah yang mendakwahkan Islam serta menyampaikan sabda-
sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam  hingga akhirnya sampai kepada
kita, walhamdulillah. Merekalah ‘penghubung’ antara umat Islam dengan
Nabinya.

9
Oleh karena ini sungguh aneh jika seseorang berkeyakinan atau beramal
ibadah yang sama sekali tidak diyakini dan tidak diamalkan oleh para sahabat,
lalu dari mana ia mendapatkan keyakinan itu? Apakah
Allah Ta’ala  menurunkan wahyu kepadanya? Padahal turunnya wahyu sudah
terhenti dan tidak ada lagi Nabi sepeninggal Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam. Dari sini kita perlu menyadari bahwa mengambil metode beragama
Islam yang selain metode beragama para sahabat, akan menjerumuskan kita
kepada jalan yang menyimpang dan semakin jauh dari ridha Allah Ta’ala.
Sedangkan jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh oleh para sahabat
Nabi. Setiap hari kita membaca ayat:

َ ِّ‫ضال‬
‫ين‬ َّ ‫ب َعلَي ِْه ْم َواَل ال‬ َ ‫ِين أَ ْن َع ْم‬
ِ ‫ت َعلَي ِْه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬ َ ‫ا ْه ِد َنا الص َِّرا َط ْالمُسْ َتقِي َم صِ َرا َط الَّذ‬

“Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah: 6-7)

Al Imam Ibnu Katsir menjelaskan: “Yang dimaksud dengan ‘orang-orang yang


telah Engkau beri nikmat‘ adalah yang disebutkan dalam surat An Nisa, ketika
Allah berfirman:

‫ُن‬0َ ‫ِين َو َحس‬ َّ ‫ِين َوال ُّش َه َدا ِء َوال‬


َ ‫ص ا ل ِح‬ 0َ ‫ص ِّديق‬ 0َ ‫ِن ال َّن ِبي‬0َ ‫ِين أَ ْن َع َم هَّللا ُ َعلَي ِْه ْم م‬
ِّ ‫ِّين َوال‬ َ ِ‫ن يُطِ ِع هَّللا َ َوالرَّ سُو َل َفأُولَئ‬0ْ ‫َو َم‬
0َ ‫ك َم َع الَّذ‬
‫ك َرفِي ًقا‬َ ِ‫أُولَئ‬

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”[8]

Seorang ahli tafsir dari kalangan tabi’ut tabi’in, Abdurrahman bin Zaid bin
Aslam, menafsirkan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya[9].

Oleh karena itulah, seorang sahabat Nabi, Abdullah Ibnu


Mas’ud radhiallahu’anhu berkata:

0‫ وأعمقـُها‬،ً‫ فإنهم كانوا أبرَّ هذ ِه األم ِة قلوبا‬0,‫ علي ِه وسل َم‬0ُ‫ِهللاِ صلى هللا‬ ‫رسول‬ ‫ب‬ ِ ‫مُتأسيا ً فليتأسَّ بأصحا‬ ‫منكم‬ ‫كان‬ 0َ ‫من‬
،ِ‫ هللا ُ علي ِه وسل َم وإقا َم ِة دينِه‬0‫اختار ُه ُم هللا ُ لِصُحب ِة نب ِّي ِه صلى‬
َ ،ً‫ وأحسنـُها حاال‬0،‫ وأقومُها َهد َيا‬0،‫ وأقلـ ُّ َها تكلـ ُّ َفا‬0،ً‫ِعلما‬
‫ كانوا على الهُدى المُستقيم‬0‫ فإنهم‬،‫آثارهِم‬ ِ ‫ واتـَّبـِعُوهم في‬،‫فاعرفوا لهم فضلـَهُم‬
“Siapa saja yang mencari teladan, teladanilah para sahabat
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Karena merekalah orang yang paling
baik hatinya diantara umat ini, paling mendalam ilmu agamanya, umat yang

10
paling sedikit dalam berlebihan-lebihan, paling lurus bimbingannya, paling baik
keadaannya. Allah telah memilih mereka untuk mendampingi
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan menegakkan agama-Nya. Kenalilah
keutamaan mereka, dan ikutilah jalan mereka. Karena mereka semua berada
pada shiratal mustaqim (jalan yang lurus)”[10]

Beliau juga berkata:

‫ ُث َّم َن َظ َر فِي‬،ِ‫ َوا ْن َت َخ َب ُه ِبع ِْل ِمه‬0،‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف َب َع َث ُه ِب ِر َسالَتِ ِه‬َ ‫ار م َُح َّم ًدا‬ ْ ‫ب ْال ِع َبا ِد َف‬
َ ‫اخ َت‬ ِ ‫ قُلُو‬0‫ َن َظ َر فِي‬0‫إِنَّ هَّللا َ َت َعالَى‬
‫ُو‬0َ ‫ون َح َس ًنا َفه‬0َ ‫ َف َما َرآهُ ْالم ُْؤ ِم ُن‬،ِ‫ار دِينِه‬ َ ‫ص‬ َ ‫ َوأَ ْن‬،‫ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬0‫صلَّى‬ َ ‫ار أَصْ َحا َب ُه َف َج َعلَ ُه ْم وُ َز َرا َء َن ِب ِّي ِه‬ ْ ‫اس َف‬
َ ‫اخ َت‬ ِ ‫ب ال َّن‬ ِ ‫قُلُو‬
‫ون َقبِيحً ا َفه َُو عِ ْن َد هَّللا ِ َقبِي ٌح‬ 0َ ‫ َو َما َرآهُ ْالم ُْؤ ِم ُن‬0، ٌ‫ِع ْن َد هَّللا ِ َح َسن‬

“Allah Ta’ala memperhatikan hati-hati hambanya, lalu Ia memilih


Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan mengutusnya dengan risalah.
Allah Ta’ala  memperhatikan hati-hati manusia, lalu Ia memilih para sahabat
Nabi, kemudian menjadikan mereka sebagai pendamping Nabi-Nya dan
pembela agama-Nya. Maka segala sesuatu yang dipandang baik oleh kaum
Mu’minin -yaitu Rasulullah dan para sahabatnya-, itulah yang baik di sisi Allah.
Maka segala sesuatu yang dipandang buruk oleh kaum Mu’minin, itulah yang
buruk di sisi Allah”[11]

Dalam matan Ushul As Sunnah, Imam Ahmad bin


Hambal rahimahullah berkata:

‫ هللا عليه و سلم واالقتداء بهم‬0‫ بما كان عليه أصحاب رسول هللا صلى‬0‫…أصول السنة عندنا التمسك‬

“Asas Ahlussunnah Wal Jama’ah menurut kami adalah berpegang teguh


dengan pemahaman para sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan
meneladani mereka… dst.”

Jika demikian, layaklah bila Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam  menjadikan


solusi dari perpecahan ummat, solusi dari mencari hakikat kebenaran yang
mulai samar, yaitu dengan mengikuti sunnah beliau dan pemahaman para
sahabat beliau. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ في النار إال ملة‬0‫ وتفترق أمتي على ثالث وسبعين ملة كلهم‬، ‫ ثنتين وسبعين ملة‬0‫إن بني إسرائيل تفرقت على‬
0‫وأصحابي‬ ‫عليه‬ ‫أنا‬ ‫ما‬ : ‫ قال‬0‫ هي يا رسول هللا ؟‬0‫ قال من‬0، ‫واحدة‬

“Bani Israil akan berpecah menjadi 74 golongan, dan umatku akan berpecah
menjadi 73 golongan. Semuanya di nereka, kecuali satu golongan”

Para sahabat bertanya: “Siapakah yang satu golongan itu, ya Rasulullah?”

11
“Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku”[12]

Beliau juga bersabda menjelang hari-hari wafatnya:

‫ فعليكم‬، ‫ يعش منكم فسيرى اختالفا كثيرا‬0‫ عبدا حبشيا فإنه من‬0‫ وإن كان‬0، ‫ هللا والسمع والطاعة‬0‫أوصيكم بتقوى‬
‫ وإياكم ومحدثات األمور فإن كل‬، ‫ بها وعضوا عليها بالنواجذ‬0‫ فتمسكوا‬، ‫ وسنة الخلفاء الراشدين المهديين‬0‫بسنتي‬
‫ ضاللة‬0‫) محدثة بدعة وكل بدعة‬

“Aku wasiatkan kalian agar bertaqwa kepada Allah. Lalu mendengar dan taat
kepada pemimpin, walaupun ia dari kalangan budak Habasyah. Sungguh orang
yang hidup sepeninggalku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib
bagi kalian untuk mengikuti sunnnahku dan sunnah khulafa ar raasyidin yang
mereka telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dan gigitlah ia dengan gigi
geraham. Serta jauhilah perkara yang diada-adakan, karena ia adalah bid’ah
dan setiap bid’ah itu sesat” (HR. Abu Daud no.4609, Al Hakim no.304, Ibnu
Hibban no.5)

Jika Sahabat Berselisih Pendapat


Sebagaimana yang telah kita bahas, jika dalam suatu permasalahan terdapat
penjelasan dari para sahabat, lalu seseorang memilih pendapat lain di luar
pendapat sahabat, maka kekeliruan dan penyimpangan lah yang sedang ia
tempuh. Namun jika dalam sebuah permasalahan, terdapat beberapa pendapat
diantara para sahabat, maka kebenaran ada di salah satu dari beberapa
pendapat tersebut, yaitu yang lebih mendekati kesesuaian dengan Al Qur’an
dan sunnah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:

: ‫ قولك في اإلجماع والقياس بعد قولك في حكم كتاب هللا وسنة رسوله أرأيت أقاويل أصحاب رسول هللا‬0‫قد سمعت‬
‫إذا تفرقوا فيها ؟‬

[ ‫ السنة أو اإلجماع أو كان أص َّح في القياس‬0‫ نصير منها إلى ما وافق الكتاب أو‬0: ‫فقلت‬

“Jika ada orang yang bertanya, Wahai Imam Syafi’i, aku dengar engkau
mengatakan bahwa setelah Al Qur’an dan Sunnah, ijma dan qiyas juga
merupakan dalil. Lalu bagaimana dengan perkataan para sahabat Nabi jika
mereka berbeda pendapat?

Imam Asy Syafi’i berkata: Bimbingan saya dalam menyikapi perbedaan


pendapat di antara para sahabat adalah dengan mengikuti pendapat yang
paling sesuai dengan Al Qu’an atau Sunnah atau Ijma’ atau Qiyas yang paling
shahih”[13]
12
KISAH PALSU TENTANG SAHABAT RASULULLAH
SAW

1. Kisah Ukasyah Ingin Memukul Rasulullah Dalam


Keadaan Tidak Berbaju
Nama beliau ialah Ukasyah bin Mihsan bin Hurthan bin Qais bin Murrah dan kunyah
beliau ialah Abu Muhsin. Beliau merupakan salah seorang yang menyertai peperangan
Badar dan telah berusaha bersungguh-sungguh sehinggakan pedangnya patah. Lalu
Rasulullah SAW menggantikannya dengan sebatang ranting. Peristiwa ini dinukilkan
oleh Imam al-Zahabi di dalam kitabnya:

،ً‫ أَ ْو ع ُْودا‬،‫ عُرْ ج ُْونا ً مِنْ َن ْخ ٍل‬-‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ - ُّ‫ َفأَعْ َطاهُ ال َّن ِبي‬،ِ‫ َوا ْن َك َس َر َس ْيفُ ُه فِي َي ِده‬،ً‫َو َق ْد أَ ْبلَى ُع َّكا َش ُة َي ْوم َب ْد ٍر َبالَ ًء َح َسنا‬
ِ ‫َف َعا َد ِبإِ ْذ ِن‬
‫ َف َقا َت َل ِب ِه‬،ً‫هللا فِي َي ِد ِه َسيْفا‬

Maksudnya: “Telah diuji Ukasyah pada hari berlakunya peperangan Badar dengan
ujian yang baik iaitu pedang yang berada ditangannya telah patah. Maka Nabi SAW
memberinya sebatang pelepah daripada pohon tamar atau sebatang ranting. Kemudian
dengan izin Allah SWT batang yang berada di tangannya telah telah bertukar menjadi
pedang.” [Lihat: Siyar A’lam al-Nubala’, 308/1]

Selain itu, beliau juga telah menyertai peperangan Uhud, al-Khandaq dan beberapa
peperangan yang lain. Ketika kewafatan Rasulullah SAW usianya adalah 44 tahun.
Beliau telah syahid dalam peperangan al-Riddah di zaman Abu Bakar al-Siddiq
RA. [Lihat: Tahzib al-Asma’ wa al-Lughat, 338/1]

Tambahan pula, Rasulullah SAW telah memberi khabar gembira kepadanya bahawa
dia akan dimasukkan ke dalam syurga tanpa hisab. Hal ini ada dinukilkan di dalam
Sahih al-Bukhari dan juga Sahih Muslim di dalam hadith yang panjang. Antaranya:

Daripada Abu Hurairah RA, bahawa Nabi SAW bersabda:

13
 

‫ ُث َّم‬،‫ الل ُه َّم اجْ َع ْل ُه ِم ْن ُه ْم‬:‫ َقا َل‬،‫هللا أَنْ َيجْ َعلَنِي ِم ْن ُه ْم‬
ِ ‫ ْاد ُع‬،‫هللا‬ َ ‫َي ْد ُخ ُل مِنْ أ ُ َّمتِي ْال َج َّن َة َس ْبع‬
ِ ‫ َيا َرسُو َل‬:ٌ‫ َف َقا َل َر ُجل‬،ٍ‫ُون أَ ْل ًفا ِب َغي ِْر ِح َساب‬
َ ‫ َس َب َق‬:‫هللا أَنْ َيجْ َعلَنِي ِم ْن ُه ْم َقا َل‬
‫ك ِب َها ُع َّكا َش ُة‬ ِ ‫ َيا َرسُو َل‬:‫ َف َقا َل‬،ُ‫آخر‬
ِ ‫ ْاد ُع‬،‫هللا‬ َ ‫َقا َم‬

Maksudnya: “Akan masuk syurga daripada kalangan umatku 70 ribu tanpa hisab”.
Maka berdiri seorang lelaki sambil berkata: “Wahai Rasulullah, doalah kepada Allah
agar Allah SWT menjadikan aku sebahagian daripda mereka”. Maka Rasulullah SAW
berdoa: “Ya Allah jadikanlah dia sebahagian daripada mereka.” Kemudian berdiri
seorang lagi lelaki yang lain dengan berkata: “Wahai Rasulullah, doalah kepada Allah
agar Allah SWT menjadikan aku sebahagian daripada mereka juga”. Maka Rasulullah
SAW bersabda: “Ukasyah telah mendahuluimu dalam perkara ini.” [Riwayat Muslim
(367)]

Berdasarkan soalan di atas, kisah Ukasyah mencium perut Rasulullah SAW dikatakan
ia diriwayatkan oleh Ibn Abbas RA di dalam Mu’jam al-Kabir oleh Imam al-Thabarani
dengan panjang lebar. Di sini kami datangkan sebahagian daripada teks atau
matannya:

.‫ض َر ْب َتني َوأَ َنا حاسِ ٌر َعنْ َب ْطنِي‬ ِ ‫ َيا َرسُو َل‬:‫ َف َقا َل‬.‫ضاربًا‬
َ ،‫هللا‬ ِ ‫ت‬ َ ُّ‫ُث َّم َقا َل ال َّن ِبي‬
َ ‫ َيا ُع َّكا َش ُة اضْ ِربْ إِنْ ُك ْن‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم؟‬ ِ ‫اربٌ َرسُو َل‬
َ ‫هللا‬ ِ ‫ض‬ َ ‫ أَ ُت َرى ُع َّكا َش ُة‬:‫ َو َقالُوا‬،‫ُون ِب ْال ُب َكا ِء‬
َ ‫صا َح ْالمُسْ لِم‬ َ ‫ف َعنْ َب ْط ِن ِه‬
َ ‫ َو‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫َف َك َش‬
ْ َّ َ َّ َ
‫ َو َق َّب َل َبط َن ُه‬،ُ‫صلى هللاُ َعل ْي ِه َو َسل َم َكأنه‬َّ َ ‫هللا‬ِ ‫ُول‬ ِ ‫اض َبط ِن َرس‬ْ َ ُ َّ َ
ِ ‫َفلمَّا َنظ َر ُعكا َشة إِلى َب َي‬ َ

Maksudnya: “Rasulullah SAW berkata: Wahai Ukasyah, pukullah aku jika benar
bahawa aku pernah memukulmu”. Maka Ukasyah berkata: “Wahai Rasulullah, kamu
telah memukulku dalam keadaan perutku terdedah”. Lalu Rasulullah SAW
mendedahkan perutnya dalam keadaan umat Islam menangis dengan penuh
kesyahduan. Mereka berkata: “Adakah kamu akan melihat Ukasyah memukul
Rasulullah SAW?”. Apabila Ukasyah melihat putihnya perut Rasulullah SAW, maka
beliau terus menciumnya.” [Riwayat al-Thabarani (2676)]

Hukum Hadith

Antara ulama’ yang menilai kisah ini ialah:

 Imam Ibn al-Jauzi dengan menyatakan hadith ini adalah palsu dan semoga Allah
SWT mnghukum kepada sesiapa yang berniat merosakkan syariah dengan

14
kekeliruan yang dingin dan ucapan yang tidak layak disandarkan kepada Nabi
SAW dan juga para sahabat. [Lihat: al-Mawdhu’at, 301/1]

 Imam Ibn Hajar al-Haithami mengatakan Abd al-Mun’im bin Idris adalah seorang
pendusta dan pemalsu hadith. [Lihat: Majma’ al-Zawaid, 31/9]

 Imam al-Suyuthi juga menilai hadith atau kisah ini sebagai palsu. [Lihat: al-
La’aali al-Masnu’ah, 257/1]

 Imam Ibn Iraq al-Kinani menyatakan salah seorang perawi di dalam hadith
tersebut dinilai sebagai pendusta iaitu Abd al-Mun’im bin Idris. [Lihat: Tanzih al-
Syari’ah, 331/1]

 Imam al-Syaukani di dalam kitabnya menyatakan hadith ini telah dirosakkan oleh
Abd al-Mun’im bin Idris bin Sinan. [Lihat: al-Fawaid al-Majmu’ah, 324]

Melihat kepada beberapa pandangan para ulama’ di atas, kami cenderung untuk
menyatakan bahawa kisah Ukasyah tersebut adalah palsu. Ini kerana, terdapat perawi
yang dinilai sebagai pendusta dan pemalsu hadith. Selain itu, di dalam matan atau teks
hadith tersebut terdapat beberapa ciri-ciri yang menunjukkan bahawa ia adalah palsu
atau direka.

Penutup

Kesimpulannya, kisah Ukasyah ini adalah palsu dan tidak boleh sama sekali kita
menyampaikannya kepada orang lain melainkan untuk menyatakan kepalsuannya.
Akan tetapi kisah yang hampir sama ini berlaku kepada Usaid bin Hudhair dan
bukannya kepada Ukasyah. Hadith tersebut adalah:

:‫ َف َقا َل‬.‫ أَصْ ِبرْ نِي‬:‫ َف َقا َل‬.ٍ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي َخاصِ َر ِت ِه ِبعُود‬ َ ‫ث ْال َق ْو َم َو َك‬
َ ُّ‫ان فِي ِه م َِزا ٌح َب ْي َنا يُضْ ِح ُك ُه ْم َف َط َع َن ُه ال َّن ِبي‬ ُ ‫َب ْي َن َما ه َُو ي َُح ِّد‬
،ُ‫ض َن ُه َو َج َع َل ُي َق ِّب ُل َك ْش َحه‬ َّ
َ ‫ َفاحْ َت‬،ِ‫صلى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم َعنْ َقمِيصِ ه‬ َّ َ ُّ‫ َف َر َف َع ال َّن ِبي‬، ٌ‫ْس َعلَيَّ َق ِميص‬ َ ‫ك َقمِيصًا َولَي‬ َ ‫ إِنَّ َعلَ ْي‬:‫ َقا َل‬. ْ‫اصْ َط ِبر‬
ِ ‫ت َه َذا َيا َرسُو َل هَّللا‬ُ ‫َقا َل إِ َّن َما أَ َر ْد‬

Maksudnya: “Ketika dia (Usaid bin Hudhair) sedang berbual dengan kaumnya dan di
dalamnya terdapat gurauan yang membuatkan mereka tertawa. Maka Nabi SAW telah
memukul pinggangnya dengan sebatang kayu. Maka dia berkata: “Beri saya
kesempatan untuk melakukan qisas (membalas dengan yang setimpal)”. Beliau
bersabda, “Silakan membalas.” Dia berkata, “Kamu memakai baju, sedangkan aku
(ketika kamu memukulku) tidak memakai baju.” Maka Rasulullah SAW mengangkat
bajunya. Maka dia terus memeluk dan mencium pinggang Rasulullah SAW sambil

15
berkata: “Inilah yang aku inginkan wahai Rasulullah.” [Riwayat Abu Daud (5224)]
[Syeikh Syu’aib al-Arna’outh menyatakan ketika menilai hadith ini bahawa
perawi-perawinya adalah thiqah (dipercayai) tetapi Abdulrahman bin Abi Layla
tidak bertemu Usaid bin Hudhair]

Selain daripada Imam Abu Daud, Imam al-Baghawi di dalam Syarh al-Sunnah, Imam al-
Thabarani di dalam al-Mu’jam al-Kabir, Imam al-Hakim di dalam al-Mustadrak dan juga
Imam al-Baihaqi di dalam Syu’ab al-Iman ada menukilkan hadith ini. Akhirnya, semoga
Allah SWT menjadikan kita dalam kalangan orang-orang yang mencintai Nabi SAW dan
para sahabatnya serta memasukkan kita semua ke dalam syuga bersama dengan
mereka. Amin.

16

Anda mungkin juga menyukai