Anda di halaman 1dari 6

MEMBURU KEAMPUNAN ALLAH DI BULAN RAMADAN

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ِ
‫ص َامهُ َوقَ َام هُ إِميَانً ا‬
َ ‫ت لَ ُك ْم قيَ َام هُ فَ َم ْن‬ َ ‫ض ِص يَ َام َر َم‬
ُ ‫ض ا َن َعلَْي ُك ْم َو َس َنْن‬ َ ‫إِ َّن اللَّهَ َتبَ َار َك َوَت َع اىَل َف َر‬
ِ ِ ِ ِ ‫و‬
ُ‫احت َسابًا َخَر َج م ْن ذُنُ ْوبِه َكَي ْوم َولَ َدتْهُ أ ُُّمه‬ ْ َ
Sesungguhnya Allah mewajibkan puasa Ramadhan dan saya menyunnahkan bagi kalian
shalat malamnya. Maka barangsiapa melaksanakan ibadah puasa dan shalat malamnya
karena iman dan karena ingin mendapatkan pahala, niscaya dia keluar (diampuni) dari dosa-
dosanya sebagaimana dia dilahirkan oleh ibundanya.[5]

‫ت يَا َر ُس ْو َل اهلل‬ َ ‫ أ ََّمْن‬: ُ‫الص َحابَة‬


َّ ‫ال‬ َ َ‫ات َو ِجرْبِ يْ ُل يَ ْدعُ ْو ق‬
ٍ ‫ث م َّر‬ ِ
َ َ َ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم أ ََّم َن ثَال‬ َّ ‫أ‬
َ َّ ‫َن النَّيِب‬
َ َ‫ت الثَّانِيَ ةَ ق‬ ِ ‫ بع ًدا لِمن أ َْدر َك رمض ا َن َفلَم ي ْغ َف ر لَه ُق ْل‬: ‫ال‬ ِ
‫ال‬ ُ ‫ آمنْي َفلَ َّما َر َقْي‬:‫ت‬ ُ ُ ْ ُْ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ‫جاءَيِن ْ جرْبِ يْ ُل َف َق‬: َ ‫قَ َال‬
ِ ِ ِ ‫ك ُق ْل‬ ِ ‫بع ًدا لِمن ذُكِ ر‬
ُ‫ت الثَّالثَ ةَ قَ َال بُ ْع ًدا ل َم ْن أ َْد َر َك أ ََب َواه‬ُ ‫ آمنْي َفلَ َّما َر َقْي‬:‫ت‬ ُ َ ‫ص ِّل َعلَْي‬ َ ُ‫ت عْن َدهُ َفلَ ْم ي‬ َ ْ ْ َ ُْ
ِ ‫الْ ِكبر ِعْن َده َفلَم ي ْد ِخالَه اجْل نَّةَ ُق ْل‬
‫ت آمنْي‬ُ َ ُ ُ ْ ُ ََ

Sesungguhnya Nabi mengucapkan amîn sebanyak tiga kali tatkala Jibril berdoa. Para Sahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah! Engkau telah mengucapkan amîn”. Beliau menjawab: “Jibril
telah mendatangiku, kemudian ia berkata: “Celakalah orang yang menjumpai Ramadhan lalu
tidak diampuni”. Maka aku menjawab: “Amîn”. Ketika aku menaiki tangga mimbar kedua
maka ia berkata: “Celakalah orang yang disebutkan namamu di hadapannya lalu tidak
mengucapkan salawat kepadamu”. Maka aku menjawab: “Amîn”. Ketika aku menaiki anak
tangga mimbar ketiga, ia berkata: “Celakalah orang yang kedua orang tuanya mencapai usia
tua berada di sisinya, lalu mereka tidak memasukkannya ke dalam surga”. Maka aku jawab:
“Amîn”.[1]

CARA/SYARAT AGAR DIAMPUNKAN ALLAH

1. Tauhid

ِ ِ‫إِ َّن اللَّه اَل ي ْغ ِفر أَ ْن ي ْشر َك بِِه وي ْغ ِفر ما دو َن َٰذل‬


ُ‫ك ل َم ْن يَ َشاء‬
َ ُ َ ُ ََ َ ُ ُ َ َ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. [an-Nisâ`/4:48]

1
Siapa saja yang membawa dosa sepenuh bumi dosa bersama tauhid, maka Allah Azza wa
Jalla akan memberikan ampunan sepenuh bumi kepadanya. Namun, hal ini berhubungan
erat dengan kehendak Allah Azza wa Jalla. Apabila Dia Azza wa Jalla berkehendak, akan
mengampuni. Dan bisa saja, Dia Azza wa Jalla berkehendak untuk menyiksanya. Siapa yang
merealisasikan kalimatut tauhîd di hatinya, maka kalimatut tauhîd tersebut akan mengusir
kecintaan dan pengagungan kepada selain Allah Azza wa Jalla dari hatinya. Ketika itulah
dosa dan kesalahan dihapus secara keseluruhan, walaupun sebanyak buih di lautan.
‘Abdullâh bin ‘Amr Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengambil seorang dari umatku (untuk
dihadapkan) di depan semua makhluk pada hari Kiamat. Lalu Allah menghamparkan
sembilan puluh sembilan lembaran catatan amal miliknya. Setiap lembaran seperti
sepanjang mata memandang. Kemudian Allah berfirman: “Apakah kamu mengingkarinya?
Apakah malaikat pencatat amalan menzhalimimu”. Maka ia pun menjawab: “Tidak wahai
Rabbku”. Lalu Allah berfirman lagi: “Apakah kamu memiliki udzur?” ia menjawab: “Tidak ada
wahai Rabb”. Lalu Allah berfirman: “(Yang benar) ada, sesungguhnya kamu memiliki
kebaikan di sisi Kami, tidak ada kezhaliman atasmu pada hari ini”. Lalu keluarlah satu kartu
berisi syahadatain. Kemudian Allah berfirman: “Masukanlah dalam timbangan!” Ia pun
berkata: “Wahai Rabbku apa gunanya kartu ini dibandingkan lembaran-lembaran itu?” Maka
Allah berfirman: “Sungguh kamu tidak akan dizhalimi”. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Selanjutnya lembaran-lembaran tersebut diletakkan dalam satu anak
timbangan dan kartu tersebut di anak timbangan yang lain. Ternyata lembaran-lembaran
terangkat tinggi dan kartu tersebut lebih berat. Maka tidak ada satu pun yang lebih berat
dari nama Allah”. [2]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Qudsi menyatakan:

‫ض َخطَايَا مُثَّ لَِقيتَيِن الَ تُ ْش ِر ُك يِب ْ َش ْيئًا‬ ِ ‫َّك لَ و أََتْيتَيِن بِ ُق ر‬


ِ ‫اب اْأل َْر‬ َ ْ ْ َ ‫آد َم إن‬
ِ َ ‫ال اللَّهُ َتبَ ار َك وَت َع اىَل ي ا ابْن‬
َ َ َ َ َ َ‫ق‬
‫ك بِ ُقَراهِبَا َم ْغ ِفَر ًة‬
َ ُ‫َألََتْيت‬
Allah berfirman: Wahai anak keturunan Adam, seandainya kamu membawa sepenuh bumi
dosa kemudian kamu menjumpai-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan sesuatu
dengan-Ku (tidak berbuat syirik) tentu saja aku akan membawakan untukmu sepenuh bumi
ampunan. [HR Muslim]. Ini adalah keutamaan dan kemurahan dari Allah Azza wa Jalla
dengan adanya pengampunan seluruh dosa yang ada pada lembaran-lembaran tersebut
dengan kalimat tauhid. Karena kalimat tauhid adalah kalimat ikhlas yang menyelamatkan
pemiliknya dari adzab. Allah Azza wa Jalla menganugerahinya surga dan menghapus dosa-
dosa yang seandainya memenuhi bumi; namun hamba tersebut telah mewujudkan tauhid,
maka Allah Azza wa Jalla   menggantikannya dengan ampunan.

2
2. Doa dengan Pengharapan.
Allah Azza wa Jalla memerintahkan berdoa dan berjanji akan mengabulkannya. Allah Azza
wa Jalla berfirman:
‫َوقَا َل َربُّ ُك ُم ا ْدعُونِي أَ ْست َِجبْ لَ ُك ْم‬
Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”.
[Ghâfir/40:60]

 Doa adalah ibadah.


 Doa akan dikabulkan apabila memenuhi kesempurnaan syarat dan bersih dari
penghalang-penghalang.
 Kadangkala, pengabulan itu tertunda, karena tidak terpenuhinya sebagian syarat
atau adanya sebagian penghalangnya.
 Di antara syarat terkabulnya doa adalah:
o kekhusyukan hati
o mengharapkan ijâbah dari Allah Azza wa Jalla
o sungguh-sungguh dalam meminta
o tidak menyatakan insya Allah (Ya Allah Azza wa Jalla , kabulkanlah
permintaanku bila Engkau menghendakinya-red
o tidak tergesa-gesa mengharap pengabulan
o memilih waktu-waktu dan keadaan yang mulia
o mengulang-ulang doa tiga kali
o memulainya dengan pujian kepada Allah Azza wa Jalla dan salawat
o berusaha memilih makanan dan minuman yang halal dan lain-lain.

3. Istighfâr (Memohon Ampunan)


Dalam sebuah hadits dinyatakan :

‫َّم ِم ْن ذَنْبِ ِه‬ ِ ِ ‫من صام رمضا َن إِميَانًا و‬


َ ‫احت َسابًا غُفَر لَهُ َما َت َقد‬
ْ َ َ ََ َ َ ْ َ
Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan ingin mendapatkan pahala, maka diampuni
semua dosanya yang telah lewat.[al-Bukhâri dan Muslim]
Dalam hadits yang lain :

‫َّم ِم ْن ذَنْبِ ِه‬ ِ ِ ‫من قَام رمضا َن إِميَانًا و‬


َ ‫احت َسابًا غُفَر لَهُ َما َت َقد‬
ْ َ َ ََ َ ْ َ
Barangsiapa melaksanakan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan ingin
mendapatkan pahala, maka dia diampuni semua dosanya yang telah lewat.[4]

3
Karena permohonan ampun ini merupakan pelindung dari adzab, penjaga dari setan,
penghalang dari dari kegelisahan, kefakiran dan penderitaan, pengaman dari masa paceklik
dan dosa; meskipun dosa-dosa seseorang telah menggunung sampai menyentuh langit.

‫وب مَجِ ًيعا إِنَّهُ ُه َو‬


َ ُ‫الذن‬ ُّ ‫َسرفُوا َعلَى أَْن ُف ِس ِه ْم اَل َت ْقنَطُوا ِم ْن َرمْح َِة اللَّ ِه إِ َّن اللَّهَ َي ْغ ِفر‬ ِ َّ ‫قُل يا ِعب ِاد‬
ُ َ ْ ‫ين أ‬
َ ‫ي الذ‬َ َ َْ
ِ ِ ِ ‫) وأَنِيب وا إِىَل ربِّ ُكم وأ‬53( ‫الْغَ ُف ور ال َّر ِحيم‬
( ‫ص ُرو َن‬ ُ ‫َس ل ُموا لَ هُ م ْن َقْب ِل أَ ْن يَ أْتيَ ُك ُم الْ َع َذ‬
َ ‫اب مُثَّ اَل تُْن‬ ْ َْ َ ُ َ ُ ُ
)54
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-
dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan
kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab
kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).

Dalam hadits Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda  bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman :

ِ
‫ت‬ َ ‫يك َوالَ أُبَايِل ْ يَا ابْ َن‬
ْ َ‫آد َم لَ ْو َبلَغ‬ َ ‫ك َعلَى َم ا َك ا َن ف‬ َ َ‫ت ل‬ َ ‫آد َم إِن‬
ُ ‫َّك َما َد َع ْوتَيِن َو َر َج ْوتَيِن ْ َغ َف ْر‬ َ ‫يَا ابْ َن‬
ِ ‫اب اْأل َْر‬ ِ ‫َّك لَ و أََتْيتَيِن بِ ُق ر‬ ِ َ ‫ك والَ أُب ايِل ي ا ابْن‬ ِ َّ ‫ذُنُوب ك عن ا َن‬
‫ض‬ َ ْ َ ‫آد َم إن‬ َ َ ْ َ َ َ َ‫ت ل‬ ُ ‫اس َت ْغ َف ْرتَيِن ْ َغ َف ْر‬
ْ َّ‫الس َماء مُث‬ ََ َ ُ
ً‫ك بِ ُقَراهِبَا َم ْغ ِفَرة‬ ِ
َ ُ‫َخطَايَا مُثَّ لَقيتَيِن ْ الَ تُ ْش ِر ُك يِب َشْيئًا َألََتْيت‬
Wahai bani Adam, sesungguhnya selama engkau masih berdoa dan berharap kepada-Ku,
maka Aku akan mengampunimu semua dosa yang ada padamu dan Aku tidak akan peduli;
Wahai bani Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai langit, kemudian engkau memohon
ampun kepada-Ku, Aku akan mengampunimu dan Aku tidak peduli; Wahai bani Adam,
seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan seukuran bumi
kemudian engkau datang menjumpai-Ku dalam keadaan tidak berbuat syirik atau
menyekutukanKu dengan apapun juga, maka sungguh Aku akan datang kepadamu dengan
membawa ampunan seukuran bumi juga.(HR. at-Tirmidzi) Membaca istighfâr adalah
penutup terbaik bagi berbagai amalan dan umur serta penutup majlis.

4. Bersedekah
Bersedekah termasuk salah satu qurbah (ibadah yang mendekatkan diri) yang agung di
hadapan Allah Azza wa Jalla . Dengannya, seorang hamba memperoleh kebaikan, sesuai
dengan firman Allah Azza wa Jalla berikut:

ِ ِِ ِ ٍ ِ ِ ِ ‫ِ مِم‬ ‫رِب‬
ٌ ‫ َو َما ُتْنف ُقوا م ْن َش ْيء فَإ َّن اللَّهَ به َعل‬ ۚ ‫لَ ْن َتنَالُوا الْ َّ َحىَّت ٰ ُتْنف ُقوا َّا حُت بُّو َن‬
‫يم‬

4
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan.
sesungguhnya Allah mengetahuinya. [Ali Imrân/3:92].
Dalam hadits Mu’âdz, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ِ ِ ِ ‫ك َعلَى أ َْب و‬
َّ ِ‫اب اخْلَرْي‬
ُ‫ص الَة‬
َ ‫َّار َو‬
َ ‫الص َدقَةُ تُطْف ُئ اخْلَطيئَ ةَ َك َم ا يُطْف ُئ الْ َم اءُ الن‬
َّ ‫الص ْو ُم ُجنَّةٌ َو‬ َ َ ُّ‫أَالَ أ َُدل‬
‫ف اللَّْي ِل‬ِ ‫الرج ِل ِمن جو‬
ْ َ ْ ُ َّ
Maukah aku tunjukkan kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai. Bersedekah
itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api. Dan shalat seseorang di
kegelapan malam …[at-Tirmidzi no: 2541]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang sangat dermawan. Dan beliau
lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau berjumpa dengan malaikat Jibril. Saat
itu beliau lebih berbaik hati daripada angin yang bertiup sepoi-sepoi. Di antara bentuk
sedekah terbaik adalah memberi makan orang yang puasa (ifthârus shâim).
Disebutkan dalam hadits:

‫الصائِ ِم َشْيئًا‬
َّ ‫َج ِر‬ ِ ‫من فَطَّر صائِما َكا َن لَه ِمثْل أَج ِر ِه َغير أَنَّه الَ يْن ُق‬
ْ ‫ص م ْن أ‬
ُ َ ُ َْ ْ ُ ُ ً َ َ َْ
Barang siapa memberi buka puasa bagi orang yang puasa maka ia memperoleh pahala
sepertinya, tanpa mengurangi pahala orang itu sedikit pun. [HR. at-Tirmidzi dan dishahîhkan
oleh al-Albâni]
Pahala orang yang bersedekah dilipatgandakan sampai tujuh ratus lipat dan kelipatan yang
lebih banyak lagi. Di bulan Ramadhan, penggandaan pahala itu semakin besar. Di antara
pemandangan yang sangat menarik, berbondong-bondongnya orang di Masjidil Haram dan
Masjid Nabawi dan masjid-masjid lainnya untuk memberi buka puasa bagi kaum Muslimin di
bulan Ramadhan.

Dalam ayat lain disebutkan,


‫َن اللَّهَ ُه َو َي ْقبَ ُل الت َّْوبَةَ َع ْن ِعبَ ِاد ِه‬
َّ ‫أَمَلْ َي ْعلَ ُموا أ‬
“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-
Nya?” (QS. At Taubah: 104).
ِ ِِ ِ ِ
‫يما‬ ً ‫َو َم ْن َي ْع َم ْل ُسوءًا أ َْو يَظْل ْم َن ْف َسهُ مُثَّ يَ ْسَت ْغف ِر اللَّهَ جَي د اللَّهَ َغ ُف‬
ً ‫ورا َرح‬
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia
mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. An Nisa’: 110).

5
ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
‫َص لَ ُحوا‬ ِ
َ ‫) إاَّل الذ‬145( ‫َس َف ِل م َن النَّار َولَ ْن جَت َد هَلُ ْم نَص ًريا‬
ْ ‫ين تَ ابُوا َوأ‬ َ ‫إِ َّن الْ ُمنَ افق‬
ْ ‫ني يِف ال د َّْرك اأْل‬
ِ ِِ ِ َ ‫ك م ع الْم ْؤ ِمنِني وس و‬ ِ ِ ِ ِ َ‫و ْاعتَصموا بِاللَّ ِه وأَخل‬
‫يم ا‬
ً ‫َج ًرا َعظ‬ َ ‫ف يُ ْؤت اللَّهُ الْ ُم ْؤمن‬
ْ ‫ني أ‬ ْ َ َ َ ُ َ َ َ ‫صوا د َين ُه ْم للَّه فَأُولَئ‬ ُ ْ َ َُ َ
)146(
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah
dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.
Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada
(agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu
adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-
orang yang beriman pahala yang besar.” (QS. An Nisa’: 145-146).

Kemudian setelah itu, Allah Ta’ala berfirman,

‫يم‬ ِ ‫أَفَال يتُوبو َن إِىَل اللَّ ِه ويسَت ْغ ِفرونَه واللَّه َغ ُف‬


ٌ ‫ور َرح‬
ٌ ُ َ ُ ُ ْ ََ ُ َ

“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ?.
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Maidah: 74).

ِ ِ ِ ‫وأَنِيبوا إِىَل ربِّ ُكم وأ‬


‫ص ُرو َن‬ ُ ‫َسل ُموا لَهُ م ْن َقْب ِل أَ ْن يَأْتيَ ُك ُم الْ َع َذ‬
َ ‫اب مُثَّ اَل ُتْن‬ ْ َْ َ ُ َ
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang
azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54). Maksud
ayat ini adalah kembalilah pada Allah dengan berserah diri pada-Nya sebelum datang
siksaan yang membuat mereka tidak mendapat pertolongan, yaitu maksudnya bersegeralah
bertaubat dan melakukan amalan sholih sebelum terputusnya nikmat. Demikian uraian Ibnu
Katsir dalam kitab tafsirnya.

Anda mungkin juga menyukai