Anda di halaman 1dari 10

KATA ULAMA TENTANG BID’AH

1. IMAM SYATIBI

‫طريقة يف الدين خمرتعة تضاهي الشرعية يقصد بالسلوك عليها املبالغة يف التعبد هلل سبحانه‬

Jalan yang direka di dalam agama, yang menyerupai syariah, tujuan mengamalkannya untuk
berlebihan dalam mengabdikan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

2. AL-IMAM MALIK BIN ANAS 

،‫من ابتدع يف اإلسالم بدعة يراها حسنة فقد زعم أن حممدا صلى اهلل عليه وسلم خان الرسالة‬
.‫ت لَ ُكم ِدينَ ُك ْم) فما مل يكن يومئذ دينا فال يكون اليوم دينا‬
ُ ‫وم أ ْك َم ْل‬
َ َ‫ (الي‬:‫ألن اهلل يقول‬
Sesiapa yang membuat bid‘ah dalam Islam dan menganggapnya baik maka dia telah mendakwa
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhianati risalah. Ini kerana Allah telah berfirman:
“Pada hari ini aku telah sempurnakan agama kamu”. Apa yang pada hari tersebut tidak menjadi
agama, maka dia tidak menjadi agama pada hari ini.

20 Kesan Buruk Dan Akibat Yang Merugikan Bagi Pelaku Bid’ah

(1). Amalannya tidak akan diterima Allah Ta’ala.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ٌّ‫س ِمْنهُ َف ُه َو َرد‬ ِ ‫َأح َد َ ىِف‬


َ ‫ث َْأمرنَا َه َذا َما لَْي‬ ْ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa yang mengada-adakan suatu perkara baru dalam urusan (agama) kami ini apa-apa
yang tidak ada darinya (keterangan), maka amalan itu tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan
Muslim no. 1718 (17), hadits dari ‘Aisyah).

“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan atas perintah kami, maka ia
tertolak” (HR.Muslim no.1718 (18), Abu Dawud no.4606 dan Ahmad VI/73, hadits dari
‘Aisyah).

Allah Ta’ala berfirman :


ِ ُّ ‫ض َّل َس ْعُي ُه ْم يِف احْلَيَ ِاة‬ ِ َّ
ُ ‫الد ْنيَا َو ُه ْم حَيْ َسبُو َن َأن َُّه ْم حُيْسنُو َن‬
‫صْن ًعا‬ َ ‫ين‬
َ ‫َأع َمااًل الذ‬
ْ ‫ين‬ ْ ِ‫قُ ْل َه ْل نُنَبُِّئ ُك ْم ب‬
َ ‫اَأْلخ َس ِر‬
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling
merugi perbuatannya ?”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan
dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al-Kahfi
[18] : 103-104).

(2). Pelaku bid’ah dianggap telah mematikan Sunnah.

Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata :

“Tidaklah datang (suatu masa) kepada manusia, melainkan mereka akan membuat bid’ah di
dalamnya dan akan mematikan Sunnah, sehingga maraklah perbuatan bid’ah dan matilah
Sunnah” (Al-I’tisham I/87 oleh Imam asy-Syathibi).

(3). Pelaku bid’ah dianggap pemecah-belah umat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

، ‫يأخ ذو َن بِس نَّتِه‬ ُ ‫حاب‬ ٌ ‫ وأص‬، ‫حوا ِريُّو َن‬


ِ ‫ٍ ِ اَّل‬
َ ‫ إ ك ان ل هُ من َُّأمت ه‬، ‫يب بَعثَ هُ اهللُ يف َُّأمة ْقبلي‬ ٍّ ‫م ا من ن‬
ٌ ُ‫بعد ِه ْم ُخل‬
، ‫ ويفعلُو َن ما ال يُ ْؤ َم ُرو َن‬، ‫ يقولُو َن ما ال يَفعلُو َن‬، ‫وف‬ ِ ‫ مثَّ إهَّن ا خَت لُف من‬، ‫ويتقيَّ ُدو َن بأم ِر ِه‬
ُ ُ ْ َ
، ‫ؤمن‬ ِِ ِ ِ ِ ‫جاهد‬ ِ ِِ
ٌ ‫فهو ُم‬ َ ‫هم بق ْلب ه‬ْ ‫جاهد‬
َ ‫وم ْن‬ َ ، ‫فهو ُم ؤم ٌن‬
َ ‫هم بلسانه‬ ْ َ ‫وم ْن‬ َ ، ‫فهو ُم ؤم ٌن‬
َ ‫هم بيده‬ ْ ‫جاهد‬
َ ‫فم ْن‬ َ
‫خر َد ٍل‬ ِ
ْ ُ‫ذلك من اإلميان حبَّة‬َ َ‫ليس وراء‬

“Tidak seorang Nabi pun yang diutus Allah pada umat sebelumku kecuali ia mempunyai
sahabat-sahabat dan penolong-penolong yang setia. Mereka mengikuti sunnah-sunnahnya dan
mengerjakan apa yang diperintahkannya. Kemudian datang setelah mereka kaum yang
mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan dan “Mengerjakan Apa Yang Tidak
Diperintahkan”. Maka barang siapa yang berjihad melawan mereka dengan tangannya maka dia
adalah mukmin dan barang siapa berjihad dengan lisannya dia adalah mukmin dan siapa yang
berjihad dengan hatinya maka dia mukmin. Setelah itu tidak ada lagi iman walaupun sebesar biji
sawi” (HR. Muslim no. 50, hadits dari Ibnu Mas’ud, Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no.5790).

ِ ٍ َّ ‫ني ِملَّةً َوِإ َّن َه ِذ ِه‬


َ ‫اُأْلمةَ َس َت ْفرَتِ ُق َعلَى ثَاَل ث َو َس ْبع‬
‫ني‬ ِ ِ ِِ ِ
َ ‫ِإ َّن َْأه َل الْكتَ َابنْي ِ ا ْفَتَرقُوا يِف دين ِه ْم َعلَى ثْنَتنْي ِ َو َس ْبع‬
ِ
َ ‫اع ةُ َوِإنَّهُ َس يَ ْخُر ُج يِف َُّأميِت َأْق َو ٌام جَتَ َارى هِبِ ْم تِْل‬
‫ك‬ ِ
َ ‫اَأْله َواءَ ُكلُّ َه ا يِف النَّا ِر ِإاَّل َواح َد ًة َوه َي اجْلَ َم‬
ْ ‫ملَّةً َي ْعيِن‬
ِ
‫ص ٌل ِإاَّل َد َخلَ هُ َواللَّ ِه يَا َم ْع َش َر الْ َع َر ِب‬
ِ ‫احبِ ِه اَل يب َقى ِمْن ه ِع ر ٌق واَل م ْف‬
َ َ ْ ُ َْ
ِ ‫اَأْله واء َكم ا يتَج ارى الْ َك ْلب بِص‬
َ ُ َ َ َ َ ُ َْ
‫وم بِِه‬
َ ‫َأحَرى َأ ْن اَل َي ُق‬ ْ ‫َّاس‬ ِ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم لَغَْير ُك ْم ِم ْن الن‬
ُ
ِ ‫لَِئن مَل َت ُق مِب‬
َ ‫وموا َا َجاءَ بِه نَبِيُّ ُك ْم‬
ُ ْ ْ

“Sesungguhnya ahli kitab telah berpecah menjadi 72 firqah; dan sesungguhnya umat ini akan
berpecah menjadi 73 millah, mereka semua berada di Neraka kecuali satu, yaitu al-Jama’ah.
Nanti akan muncul pada umatku sekelompok orang yang kerasukan bid’ah dan hawa nafsu
sebagaimana anjing kerasukan rabies, tak tersisa satu pun dari urat dan sendinya melainkan telah
kerasukan. Wahai sekalian bangsa Arab, demi Allah… kalau kalian saja tidak mau melaksanakan
ajaran Nabimu, maka orang lain akan lebih tidak mau lagi” (HR. Abu Dawud no 4597 dan
Ahmad IV/102 no. 17061, hadits dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, lihat ash-Shahiihah no. 204)

(4). Pelaku bid’ah yang tidak bertaubat, maka ia akan membuat-buat bid’ah yang lebih buruk
lagi. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata :

“Tidaklah seseorang selalu mengikuti pendapat akalnya dalam hal-hal bid’ah kemudian
meninggalkannya, kecuali kepada hal-hal yang lebih buruk darinya” (Al-I’tisham I/92).

(5). Pelakunya dianggap telah terjatuh ke dalam kesesatan, karena semua bid’ah adalah sesat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat” (HR.
Muslim no. 867, hadits dari Jabir bin Abdillah).

‫وإياكم وحمدثات األمور فإن كل حمدثة بدعة وكل بدعة ضاللة‬

“Jauhilah segala perkara baru (di dalam agama) karena sesungguhnya setiap perkara baru di
dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat” [HR Abu Dawud no.4607, at-
Tirmidzi no.2678, Ibnu Majah no.43, Ahmad IV/126, Ibnu Hibban no.102, al-Hakim I/95-97 dll,
lihat Irwaa-ul Ghaliil VIII/107 no.2455, hadits dari ‘Irbadh bin Saariyah].

(6). Pelaku bid’ah adalah orang yang dilaknat menurut syari’at.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu yang baru (bid’ah) atau mendukung pelaku bid’ah
di dalam (kota Madinah), maka dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan
seluruh manusia. Allah tidak akan menerima darinya baik amalan yang fardhu maupun yang
sunnah pada hari kiamat” (HR. Bukhari no 1870 dan Muslim no.1370, hadits dari ‘Ali bin Abi
Thalib).

(7). Pelaku bid’ah tidak mendapatkan penjagaan dari Allah Ta’ala.

Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata :

“Barangsiapa mendengarkan ahlul bid’ah dengan pendengarannya, padahal dia mengetahui,


maka ia keluar dari penjagaan Allah dan (urusannya) diserahkan kepada dirinya sendiri”

Setelah membawakan perkataan Sufyan ats-Tsauri di atas, al-Hafidz adz-Dzahabi berkata:

“Kebanyakan para imam Salaf berpendapat dengan tahdzir ini, mereka melihat bahwa hati itu
lemah dan syubhat-syubhat itu menyambar-nyambar” [lihat Siyar A’laamin Nubalaa’ VII/261].

Ancaman ini bagi yang mendengarkan, lalu bagaimana bagi pelaku kebid’ahan itu sendiri?

(8). Semakin menjauhkan pelakunya dari Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ص اَل هِتِ ْم َو ِص يَ َام ُك ْم َم َع ِص يَ ِام ِه ْم َو َع َملَ ُك ْم َم َع َع َملِ ِه ْم َو َي ْق َرءُو َن‬


َ ‫ص اَل تَ ُك ْم َم َع‬
ِ ِ
َ ‫خَي ْ ُر ُج في ُك ْم َق ْو ٌم حَتْق ُرو َن‬
… ‫الر ِميَّ ِة‬َّ ‫الس ْه ُم ِم ْن‬
َّ ‫اجَر ُه ْم مَيُْرقُو َن ِم ْن الدِّي ِن َك َما مَيُْر ُق‬ِ ‫الْ ُقرآ َن اَل جُي ا ِوز حن‬
ََ ُ َ ْ
“Akan muncul diantara kalian suatu kaum yang kalian akan meremehkan salat kalian (para
sahabat), puasa kalian dan amal  kalian di samping salat mereka, puasa mereka, dan amal
mereka. Mereka rajin membaca al-Qur’an akan tetapi (pengaruhnya) tidak melampaui
tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam seperti anak panah yang keluar menembus
sasarannya” (HR. Bukhari no 5058 dan Muslim no 1064, hadits dari Abu Sa’id al-Khudri).

Ayyub As-Sikhtiyani rahimahullah (salah seorang tokoh tabi’in) berkata :

ِ ‫ ِإالَّ ْازداد ِمن‬،ً‫احب بِ ْدع ٍة اِجتِهادا‬


ً‫اهلل بُ ْعدا‬ ِ ‫ما ْازداد‬
َ ََ َْ َ ُ ‫ص‬ َ ََ َ
“Tidaklah bertambah semangat pelaku bid’ah dalam beribadah, melainkan menjadikan mereka
semakin jauh dari Allah” (Hilyatul Auliya’ 1/392).

(9). Pelaku bid’ah dianggap telah mendustakan Allah, yaitu dengan menyakini bahwa Islam itu
belum sempurna, padahal Allah ‘Azza wa Jalla telah menyempurnakannya.

Allah Ta’ala berfirman :

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu menjadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah [5]: 3)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Tidak tersisa suatu (amalan) pun yang dapat mendekatkan kepada Syurga dan menjauhkan dari
Neraka, melainkan sudah dijelaskan semuanya kepada kalian” (HR.ath-Thabrani dalam al-
Mu’jamul Kabiir no.1647 dan Ahmad V/153, 162, hadits dari Abu Dzar, lihat ash-Shahiihah
no.1803)

(10). Pelaku bid’ah ikut menanggung dosa orang yang mengikutinya hingga hari kiamat.

Allah Ta’ala berfirman :

ِ ‫لِيح ِملُوا َأو َزارهم َك ِاملَةً يوم الْ ِقيام ِة و ِمن َأو َزا ِر الَّ ِذين ي‬
‫ضلُّو َن ُه ْم بِغَرْيِ ِع ْل ٍم َأاَل َساءَ َما يَِز ُرو َن‬ َُ ْ ْ َ َ َ َ َْ َُْ ْ َْ

“Agar mereka memikul dosa-dosa mereka seluruhnya pada hari kiamat dan sebahagian dari
dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka
disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang
mereka pikul itu” (QS. An-Nahl [16]: 25).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“…Dan barangsiapa yang mengadakan suatu bid’ah lalu mengamalkannya, maka ia akan
mendapatkan dosa dari orang yang ikut melakukannya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka
sedikitpun” (HR. At-Tirmidzi no.2677 dan Ibnu Majah no.209).

(11). Pelaku bid’ah sangat sulit untuk bertaubat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


ُ‫ب بِ ْد َع ٍة َحتَّى يَ َد ْع بِ ْد َعتَه‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َ ِّ‫ب التَّوْ بَةَ ع َْن ُكل‬
َ ‫ِإنَ هللاَ َح َج‬

“Sesungguhnya Allah akan menghalangi setiap pelaku bid’ah untuk bertaubat sampai dia
meninggalkan bid’ahnya” (HR. At-Tirmidzi, ath-Thabrani dan al-Baihaqi, hadits dari Anas bin
Malik, lihat Shahihut Targhiib wat Tarhiib no. 54 dan ash-Shahiihah IV/154 no.1620)

Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata :

‫ والبدعة ال يتاب منها‬،‫ املعصية يتاب منها‬، ‫البدعة أحب إىل إبليس من املعصية‬

“Bid’ah lebih disukai oleh iblis daripada (pelaku) maksiat, sebab (pelaku) maksiat masih bisa
diharapkan taubatnya, sedangkan (pelaku) bid’ah tidak dapat diharapkan pelakunya mau
bertaubat darinya” (Ilmu Ushulil Bida’ hal 218).

(12). Pelaku bid’ah tidak akan minum dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari
kiamat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫َّه ْم قَ ْد بَ َّدلُوا َب ْع َد َك‬ ُ ‫َّال ُأنَ ِادي ِه ْم َأاَل َهلُ َّم َفُي َق‬
ُ ‫ال ِإن‬ ُّ ‫ال َع ْن َحو ِضي َكما يُ َذ ُاد الْبَعِري الض‬
ُ َ ْ ٌ ‫ض َأاَل لَيُ َذ َاد َّن ِر َج‬
ِ ‫َأنَا َفَرطُ ُه ْم َعلَى احْلَ ْو‬
‫ول ُس ْح ًقا ُس ْح ًقا‬ ُ ُ‫فََأق‬

“Aku akan mendahului mereka (umatku) menuju telaga. Sungguh, akan ada beberapa orang yang
dihalau dari telagaku sebagaimana dihalaunya unta yang sesat. Aku memanggil mereka: “Hai
datanglah kemari…!” Namun dikatakan kepadaku: “Mereka telah merubah-rubah (ajaranmu)
sepeninggalmu”. Maka aku berkata : “(kalau begitu) menjauhlah sana… menjauhlah sana” (HR.
Muslim no 249, Ibnu Majah no 4306, dan Ahmad II/300, 408 hadits no. 7980, 8865 dan 9281).

Dalam riwayat yang lain dikatakan :


Aku lantas berkata : “Wahai Rabbku, ini adalah umatku”. Lalu Allah berfirman : “Engkau tidak
mengetahui (bid’ah) apa yang mereka ada-adakan setelahmu” (HR. Bukhari no. 7049)

(13). Pelaku bid’ah secara tidak langsung menuduh Nabi Muhammad ‫لم‬jj‫ه وس‬jj‫لى هللا علي‬jj‫ ص‬tidak
amanah dan menganggapnya tidak menyampaikan seluruh ajaran agama Islam kepada umat.
Imam Malik rahimahullah berkata :

، ‫ خان الرسالة‬-‫ فقد زعم أن حممدا – صلى اهلل عليه وسلم‬، ‫من ابتدع يف اإلسالم بدعة يراها حسنة‬
‫ فما مل يكن يومئذ دينا فال يكون اليوم دينا‬،}‫{اليوم أكملت لكم دينكم‬: ‫ألن اهلل يقول‬

“Barangsiapa yang melakukan bid’ah di dalam Islam yang dianggapnya baik (hasanah), maka
sungguh dia telah menganggap (Nabi) Muhammad telah mengkhianati risalah (kenabian), karena
Allah Ta’ala berfirman : “Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agama kalian untuk kalian”
[QS Al-Maidah: 3]. Maka perkara apa saja yang pada masa itu (saat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam hidup) tidak dianggap (sebagai bagian dari) agama, maka pada hari ini pun
tidak dianggap sebagai (bagian dari) agama” [Al-I’tisham oleh asy-Syathibi 1/49].

(14). Pelaku bid’ah dikhawatirkan terjerumus ke dalam kekafiran.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


“Barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku”
(HR.Bukhari no.5063 dan Muslim no.1401, hadits dari Anas).

“Tidak termasuk golongan kami siapa saja yang mengamalkan sunnah selain sunnah kami” (HR.
At-Tirmidzi no.2695, ad-Dailami dan ath-Thabrani dalam al-Kabiir, hadits dari Ibnu Abbas,
Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no. 5439 dan ash-Shahiihah no.2194)

(15). Pelaku bid’ah dikhawatirkan akan mati dalam keadaan suu’ul khatimah.

Seorang pelaku bid’ah bererti orang yang sedang bermaksiat kepada Allah dan siapa pun yang
bersikukuh dengan maksiatnya perlu dicemaskan kalau-kalau ia mati dalam keadaan itu.

(16). Pelaku bid’ah akan mendapatkan kebinasaan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


“Jauhilah oleh kalian sikap berlebih-lebihan dalam perkara agama, karena sesungguhnya telah
binasa orang-orang sebelum kalian oleh sikap berlebih-lebihan mereka dalam perkara agama”
(HR.Ahmad I/215 dan 347, an-Nasaa’i V/268, Ibnu Majah no.3029 dan al-Hakim I/466, hadits
dari Ibnu Abbas, lihat Shahiihul Jaami no.2680).

“Sesungguhnya setiap amal mempunyai kesemangatan dan setiap kesemangatan mempunyai


masa jenuh, maka barangsiapa masa jenuhnya menuju kepada Sunnahku maka ia benar-benar
telah mendapat petunjuk dan barangsiapa masa jenuhnya kepada yang selain itu (yaitu bid’ah),
maka ia benar-benar binasa” (HR.Al-Baihaqi, hadits dari Ibnu Umar, lihat Shahiihul Jaami’ ash-
Shaghiir no. 2152)

“Sesungguhnya aku telah meninggalkan kalian di atas agama yang terang, siangnya sepertinya
malamnya. Tiada yang menyimpang darinya kecuali orang yang binasa” (HR.Ibnu Abi Ashim
dalam Kitab as-Sunnah, lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no.59).

(17). Pelaku bid’ah adalah orang yang dibenci Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


“Orang yang paling dibenci Allah ‘Azza wa Jalla adalah orang yang mencari sunnah jahiliyah
dalam Islam…” (HR.Ath-Thabrani, lihat Tafsir Ibnu Katsir III/164, tahqiq oleh Syaikh Muqbil
al-Wadi’i).

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata :


‫إن أبغض األمور إىل اهلل البدع‬

“Sesungguhnya perkara yang paling dibenci Allah adalah bid’ah” (Al-Baihaqi dalam as-Sunan
IV/316).

Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata :


“Sesungguhnya Allah memiliki Malaikat yang bertugas mencari majlis-majlis dzikir, maka
lihatlah bersama siapakah majlismu itu, janganlah bersama ahlul bid’ah, karena Allah Ta’ala
tidak melihat kepada mereka. Dan salah satu tanda nifaq adalah seseorang bangun dan duduk
bersama ahlul bid’ah. Aku mendapati sebaik-baik manusia (yakni tabi’in), mereka semuanya
adalah Ahlus Sunnah dan mereka melarang (yakni memperingatkan umat) dari ahlul bid’ah”
[lihat Hilyatul Auliyaa’ VIII/104 dan I’tiqaad Ahlis Sunnah 1/138).

(18). Pelaku bid’ah dianggap seperti dajjal.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


، ‫سمعوا أنتُ ْم وال آباُؤ ُكم‬ ِ َّ ‫دجالو َن‬
َ َ‫ مبا مل ت‬، ‫من احلَديث‬
َ ‫ببد ٍع‬
َ ‫ حيدِّثونَ ُكم‬، ‫كذابو َن‬ َّ ‫سيَكو ُن يف َّأميت‬
‫اهم ال يفتِنونَ ُكم‬ُ َّ‫فإيَّاكم وإي‬

“Akan ada para dajjal pendusta diantara umatku yang membuat bid’ah dari hadits yang tidak
pernah didengar oleh kalian mahupun bapa-bapa kalian. Maka berhati-hatilah terhadap mereka
dan janganlah kalian disesatkan dan terfitnah oleh mereka” (HR.Muslim no.7 dan Ahmad 16/245
no.8580, hadits dari Abu Hurairah).

(19). Wajah pelaku bid’ah akan menghitam di hari kiamat.

Allah Ta’ala berfirman :

ٌ‫ض ُو ُجوهٌ َوتَ ْس َو ُّد ُو ُجوه‬


ُّ َ‫َي ْو َم َتْبي‬
“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula yang hitam muram…”
(QS. Ali ‘Imran [3]: 106)

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menafsirkan ayat ini dengan mengatakan :

‫ َوتَ ْس َو ُّد ُو ُج ْوهُ َْأه ِل الْبِ ْد َع ِة َوالُُف ُرقَِة‬،‫اع ِة‬ ِ ُّ ‫ض وجوه َأه ِل‬ ِ ِ
َ ‫السنَّة َواجْلَ َم‬ ْ ُ ْ ُ ُ ُّ َ‫ حنْي َ َتْبي‬،َ‫ َي ْو َم الْقيَ َامة‬: ‫َي ْعيِن‬

“Yaitu hari kiamat… ketika wajah ahlussunnah wal jama’ah putih berseri, sedangkan wajah
ahlul bid’ah wal furqah hitam legam” (Tafsir Ibnu Katsir II/92)

(20). Pelaku bid’ah diancam dengan neraka.


Allah Ta’ala berfirman :

ۖ ‫َّم‬ ِ ِ ُ‫ول ِمن بع ِد ما َتبنَّي لَه اهْل َد ٰى ويتَّبِ ع َغي ر س بِ ِيل الْم ْؤ ِمنِني نُولِِّه م ا َت وىَّل ٰ ون‬ َّ ‫َو َم ْن يُ َشاقِ ِق‬
َ ‫ص له َج َهن‬
ْ َ َ َ َ َ ُ َ َ ْ ْ َ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ ‫الر ُس‬
ِ‫تم‬
‫ص ًريا‬ َ ْ َ‫َو َساء‬
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan “
yang bukan jalannya orang-orang mukmin (yaitu para sahabat), niscaya akan Kami biarkan ia
leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan akan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An-Nisaa’ [4]: 115)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap yang diada-adakan adalah
bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka” (HR. An-
Nasaa’i no. 1578)

Al-Imam Al-Barbahaari rahimahullah berkata :


“Hati-hatilah dari bid’ah-bid’ah yang kecil, karena bid’ah yang kecil itu akan terus meningkat
hingga menjadi bid’ah yang besar. Demikianlah setiap kebid’ahan yang diada-adakan oleh umat
ini awalnya dianggap ‘sepele’ menyerupai Al-Haq (kebenaran), sehingga tertipulah orang yang
terjatuh di dalamnya, kemudian ia tidak mampu untuk keluar darinya. Lalu membesarlah
kebid’ahan tersebut dan menjadi agamanya. Akhirnya ia pun menyimpang dari “Ash-Shiraatul
Mustaqiim” (jalan yang lurus) dan keluar dari keislamannya…” (lihat Ithaaful Qaari bit Ta’liqaat
‘ala Syarhissunnah lil Imam Al-Barbahaari 1/81).

Anda mungkin juga menyukai