1. IMAM SYATIBI
طريقة يف الدين خمرتعة تضاهي الشرعية يقصد بالسلوك عليها املبالغة يف التعبد هلل سبحانه
Jalan yang direka di dalam agama, yang menyerupai syariah, tujuan mengamalkannya untuk
berlebihan dalam mengabdikan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
،من ابتدع يف اإلسالم بدعة يراها حسنة فقد زعم أن حممدا صلى اهلل عليه وسلم خان الرسالة
.ت لَ ُكم ِدينَ ُك ْم) فما مل يكن يومئذ دينا فال يكون اليوم دينا
ُ وم أ ْك َم ْل
َ َ (الي:ألن اهلل يقول
Sesiapa yang membuat bid‘ah dalam Islam dan menganggapnya baik maka dia telah mendakwa
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengkhianati risalah. Ini kerana Allah telah berfirman:
“Pada hari ini aku telah sempurnakan agama kamu”. Apa yang pada hari tersebut tidak menjadi
agama, maka dia tidak menjadi agama pada hari ini.
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan atas perintah kami, maka ia
tertolak” (HR.Muslim no.1718 (18), Abu Dawud no.4606 dan Ahmad VI/73, hadits dari
‘Aisyah).
“Tidaklah datang (suatu masa) kepada manusia, melainkan mereka akan membuat bid’ah di
dalamnya dan akan mematikan Sunnah, sehingga maraklah perbuatan bid’ah dan matilah
Sunnah” (Al-I’tisham I/87 oleh Imam asy-Syathibi).
“Tidak seorang Nabi pun yang diutus Allah pada umat sebelumku kecuali ia mempunyai
sahabat-sahabat dan penolong-penolong yang setia. Mereka mengikuti sunnah-sunnahnya dan
mengerjakan apa yang diperintahkannya. Kemudian datang setelah mereka kaum yang
mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan dan “Mengerjakan Apa Yang Tidak
Diperintahkan”. Maka barang siapa yang berjihad melawan mereka dengan tangannya maka dia
adalah mukmin dan barang siapa berjihad dengan lisannya dia adalah mukmin dan siapa yang
berjihad dengan hatinya maka dia mukmin. Setelah itu tidak ada lagi iman walaupun sebesar biji
sawi” (HR. Muslim no. 50, hadits dari Ibnu Mas’ud, Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no.5790).
“Sesungguhnya ahli kitab telah berpecah menjadi 72 firqah; dan sesungguhnya umat ini akan
berpecah menjadi 73 millah, mereka semua berada di Neraka kecuali satu, yaitu al-Jama’ah.
Nanti akan muncul pada umatku sekelompok orang yang kerasukan bid’ah dan hawa nafsu
sebagaimana anjing kerasukan rabies, tak tersisa satu pun dari urat dan sendinya melainkan telah
kerasukan. Wahai sekalian bangsa Arab, demi Allah… kalau kalian saja tidak mau melaksanakan
ajaran Nabimu, maka orang lain akan lebih tidak mau lagi” (HR. Abu Dawud no 4597 dan
Ahmad IV/102 no. 17061, hadits dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, lihat ash-Shahiihah no. 204)
(4). Pelaku bid’ah yang tidak bertaubat, maka ia akan membuat-buat bid’ah yang lebih buruk
lagi. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Tidaklah seseorang selalu mengikuti pendapat akalnya dalam hal-hal bid’ah kemudian
meninggalkannya, kecuali kepada hal-hal yang lebih buruk darinya” (Al-I’tisham I/92).
(5). Pelakunya dianggap telah terjatuh ke dalam kesesatan, karena semua bid’ah adalah sesat.
“Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat” (HR.
Muslim no. 867, hadits dari Jabir bin Abdillah).
“Jauhilah segala perkara baru (di dalam agama) karena sesungguhnya setiap perkara baru di
dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat” [HR Abu Dawud no.4607, at-
Tirmidzi no.2678, Ibnu Majah no.43, Ahmad IV/126, Ibnu Hibban no.102, al-Hakim I/95-97 dll,
lihat Irwaa-ul Ghaliil VIII/107 no.2455, hadits dari ‘Irbadh bin Saariyah].
“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu yang baru (bid’ah) atau mendukung pelaku bid’ah
di dalam (kota Madinah), maka dia akan mendapatkan laknat dari Allah, para malaikat dan
seluruh manusia. Allah tidak akan menerima darinya baik amalan yang fardhu maupun yang
sunnah pada hari kiamat” (HR. Bukhari no 1870 dan Muslim no.1370, hadits dari ‘Ali bin Abi
Thalib).
“Kebanyakan para imam Salaf berpendapat dengan tahdzir ini, mereka melihat bahwa hati itu
lemah dan syubhat-syubhat itu menyambar-nyambar” [lihat Siyar A’laamin Nubalaa’ VII/261].
Ancaman ini bagi yang mendengarkan, lalu bagaimana bagi pelaku kebid’ahan itu sendiri?
(9). Pelaku bid’ah dianggap telah mendustakan Allah, yaitu dengan menyakini bahwa Islam itu
belum sempurna, padahal Allah ‘Azza wa Jalla telah menyempurnakannya.
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu menjadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah [5]: 3)
“Tidak tersisa suatu (amalan) pun yang dapat mendekatkan kepada Syurga dan menjauhkan dari
Neraka, melainkan sudah dijelaskan semuanya kepada kalian” (HR.ath-Thabrani dalam al-
Mu’jamul Kabiir no.1647 dan Ahmad V/153, 162, hadits dari Abu Dzar, lihat ash-Shahiihah
no.1803)
(10). Pelaku bid’ah ikut menanggung dosa orang yang mengikutinya hingga hari kiamat.
ِ لِيح ِملُوا َأو َزارهم َك ِاملَةً يوم الْ ِقيام ِة و ِمن َأو َزا ِر الَّ ِذين ي
ضلُّو َن ُه ْم بِغَرْيِ ِع ْل ٍم َأاَل َساءَ َما يَِز ُرو َن َُ ْ ْ َ َ َ َ َْ َُْ ْ َْ
“Agar mereka memikul dosa-dosa mereka seluruhnya pada hari kiamat dan sebahagian dari
dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka
disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang
mereka pikul itu” (QS. An-Nahl [16]: 25).
“…Dan barangsiapa yang mengadakan suatu bid’ah lalu mengamalkannya, maka ia akan
mendapatkan dosa dari orang yang ikut melakukannya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka
sedikitpun” (HR. At-Tirmidzi no.2677 dan Ibnu Majah no.209).
“Sesungguhnya Allah akan menghalangi setiap pelaku bid’ah untuk bertaubat sampai dia
meninggalkan bid’ahnya” (HR. At-Tirmidzi, ath-Thabrani dan al-Baihaqi, hadits dari Anas bin
Malik, lihat Shahihut Targhiib wat Tarhiib no. 54 dan ash-Shahiihah IV/154 no.1620)
والبدعة ال يتاب منها، املعصية يتاب منها، البدعة أحب إىل إبليس من املعصية
“Bid’ah lebih disukai oleh iblis daripada (pelaku) maksiat, sebab (pelaku) maksiat masih bisa
diharapkan taubatnya, sedangkan (pelaku) bid’ah tidak dapat diharapkan pelakunya mau
bertaubat darinya” (Ilmu Ushulil Bida’ hal 218).
(12). Pelaku bid’ah tidak akan minum dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari
kiamat.
َّه ْم قَ ْد بَ َّدلُوا َب ْع َد َك ُ َّال ُأنَ ِادي ِه ْم َأاَل َهلُ َّم َفُي َق
ُ ال ِإن ُّ ال َع ْن َحو ِضي َكما يُ َذ ُاد الْبَعِري الض
ُ َ ْ ٌ ض َأاَل لَيُ َذ َاد َّن ِر َج
ِ َأنَا َفَرطُ ُه ْم َعلَى احْلَ ْو
ول ُس ْح ًقا ُس ْح ًقا ُ ُفََأق
“Aku akan mendahului mereka (umatku) menuju telaga. Sungguh, akan ada beberapa orang yang
dihalau dari telagaku sebagaimana dihalaunya unta yang sesat. Aku memanggil mereka: “Hai
datanglah kemari…!” Namun dikatakan kepadaku: “Mereka telah merubah-rubah (ajaranmu)
sepeninggalmu”. Maka aku berkata : “(kalau begitu) menjauhlah sana… menjauhlah sana” (HR.
Muslim no 249, Ibnu Majah no 4306, dan Ahmad II/300, 408 hadits no. 7980, 8865 dan 9281).
(13). Pelaku bid’ah secara tidak langsung menuduh Nabi Muhammad لمjjه وسjjلى هللا عليjj صtidak
amanah dan menganggapnya tidak menyampaikan seluruh ajaran agama Islam kepada umat.
Imam Malik rahimahullah berkata :
، خان الرسالة- فقد زعم أن حممدا – صلى اهلل عليه وسلم، من ابتدع يف اإلسالم بدعة يراها حسنة
فما مل يكن يومئذ دينا فال يكون اليوم دينا،}{اليوم أكملت لكم دينكم: ألن اهلل يقول
“Barangsiapa yang melakukan bid’ah di dalam Islam yang dianggapnya baik (hasanah), maka
sungguh dia telah menganggap (Nabi) Muhammad telah mengkhianati risalah (kenabian), karena
Allah Ta’ala berfirman : “Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agama kalian untuk kalian”
[QS Al-Maidah: 3]. Maka perkara apa saja yang pada masa itu (saat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam hidup) tidak dianggap (sebagai bagian dari) agama, maka pada hari ini pun
tidak dianggap sebagai (bagian dari) agama” [Al-I’tisham oleh asy-Syathibi 1/49].
“Tidak termasuk golongan kami siapa saja yang mengamalkan sunnah selain sunnah kami” (HR.
At-Tirmidzi no.2695, ad-Dailami dan ath-Thabrani dalam al-Kabiir, hadits dari Ibnu Abbas,
Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no. 5439 dan ash-Shahiihah no.2194)
(15). Pelaku bid’ah dikhawatirkan akan mati dalam keadaan suu’ul khatimah.
Seorang pelaku bid’ah bererti orang yang sedang bermaksiat kepada Allah dan siapa pun yang
bersikukuh dengan maksiatnya perlu dicemaskan kalau-kalau ia mati dalam keadaan itu.
“Sesungguhnya aku telah meninggalkan kalian di atas agama yang terang, siangnya sepertinya
malamnya. Tiada yang menyimpang darinya kecuali orang yang binasa” (HR.Ibnu Abi Ashim
dalam Kitab as-Sunnah, lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no.59).
“Sesungguhnya perkara yang paling dibenci Allah adalah bid’ah” (Al-Baihaqi dalam as-Sunan
IV/316).
“Akan ada para dajjal pendusta diantara umatku yang membuat bid’ah dari hadits yang tidak
pernah didengar oleh kalian mahupun bapa-bapa kalian. Maka berhati-hatilah terhadap mereka
dan janganlah kalian disesatkan dan terfitnah oleh mereka” (HR.Muslim no.7 dan Ahmad 16/245
no.8580, hadits dari Abu Hurairah).
َوتَ ْس َو ُّد ُو ُج ْوهُ َْأه ِل الْبِ ْد َع ِة َوالُُف ُرقَِة،اع ِة ِ ُّ ض وجوه َأه ِل ِ ِ
َ السنَّة َواجْلَ َم ْ ُ ْ ُ ُ ُّ َ حنْي َ َتْبي،َ َي ْو َم الْقيَ َامة: َي ْعيِن
“Yaitu hari kiamat… ketika wajah ahlussunnah wal jama’ah putih berseri, sedangkan wajah
ahlul bid’ah wal furqah hitam legam” (Tafsir Ibnu Katsir II/92)
ۖ َّم ِ ِ ُول ِمن بع ِد ما َتبنَّي لَه اهْل َد ٰى ويتَّبِ ع َغي ر س بِ ِيل الْم ْؤ ِمنِني نُولِِّه م ا َت وىَّل ٰ ون َّ َو َم ْن يُ َشاقِ ِق
َ ص له َج َهن
ْ َ َ َ َ َ ُ َ َ ْ ْ َ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ الر ُس
ِتم
ص ًريا َ ْ ََو َساء
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan “
yang bukan jalannya orang-orang mukmin (yaitu para sahabat), niscaya akan Kami biarkan ia
leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan akan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS. An-Nisaa’ [4]: 115)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap yang diada-adakan adalah
bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka” (HR. An-
Nasaa’i no. 1578)