Anda di halaman 1dari 10

AYAT AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTAR AGAMA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah

“TAFSIR AQIDAH”

Dosen Pengampuh:

Hermansah, M.Ag.

Disusun Oleh:

Kun Muhammad Naufal Maulana

Muhammad Faris

Ilham Akbar

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

JURUSAN USHULUDDIN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FITHRAH


SURABAYA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan antar umat beragama menjadi pembahasan yang sangat


menarik untuk dikaji lebih mendalam, karena di dunia ini terdapat banyak
sekali bentuk agama yang menurut sebagian ahli membaginya ke dalam dua
bagian yaitu agama samawi dan agama ardhi. Agama samawi merupakan
agama yang diturunkan langsung tuhan kepada manusia lewat wahyu-
wahyunya, sedangkan agama ardhi merupakan agama lokal yang berasal
dari keyakinan masyarakat. Walalupun dibagi menjadi dua, namun pada
dasarnya agama menyampaikan pesan kebaikan dan perdamaian manusia,
olehnya itu manusia yang berbeda agama perlu membangun komunikasi dan
hubungan yang baik.

Islam sebagai salah satu agama yang ada di dunia ini berbicara juga
tentang hubungan manusia yang berbeda agama, karena pada dasarnya
manusia sejak dahulu diciptakan berbeda-beda untuk saling kenal
mengenal. Untuk itu maka, hubungan antar umat beragama dapat dilihat di
dalam al-Quran sebagai berikut.

B. Rumusan Masalah
1) Apa saja ayat-ayat tentang hubungan antar agama?
2) Bagaimana konsep toleransi antar umat beragama dalam Al-Qur’an?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat Tentang Hubungan Antar Agama

Ayat-ayat tentang hubungan umat beragama dapat dilihat dalam (1) surat
al-Baqarah ayat 62, 120 dan 213, (2) surat Ali Imran ayat 61 dan 118, , sebagai
berikut:
1. Surat Al-Baqarah ayat 62,120 dan 213
‫صا ِل ًحا فَلَ ُه ْم اَ ْج ُرهُ ْم‬
َ ‫عمِ َل‬
َ ‫اْلخِ ِر َو‬ ِ ‫صا ِبـ ِٕـيْنَ َم ْن ٰا َمنَ ِب ه‬
ٰ ْ ‫اّٰلل َو ْال َي ْو ِم‬ َّ ‫ا َِّن ا َّل ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َوالَّ ِذيْنَ هَاد ُْوا َوالنَّصٰ ٰرى َوال‬
َ‫علَ ْي ِه ْم َو َْل هُ ْم يَحْ زَ نُ ْون‬ ٌ ‫ِع ْن َد َربِ ِه ْۚ ْم َو َْل خ َْو‬
َ ‫ف‬
62. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-
orang Nasrani, dan orang-orang Sabiin,) siapa saja (di antara mereka) yang
beriman kepada Allah dan hari Akhir serta melakukan kebajikan (pasti)
mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut yang menimpa mereka
dan mereka pun tidak bersedih hati.)

َ‫ّٰللا ه َُو ْال ُه ٰدى ۗ َولَ ِٕى ِن اتَّبَعْت‬


ِ ‫ع ْنكَ ْاليَ ُه ْو ُد َو َْل النَّصٰ ٰرى َحتهى تَتَّبِ َع مِ لَّت َ ُه ْم ۗ قُ ْل ا َِّن هُ َدى ه‬ َ ‫َولَ ْن ت َْرضٰ ى‬
ِ ‫ي َج ۤا َءكَ مِ نَ ْالع ِْل ِم ۙ َما لَكَ مِ نَ ه‬
ِ ‫ّٰللا مِ ْن َّولِي ٍّ َّو َْل ن‬
‫َصي ٍّْر‬ ْ ‫ا َ ْه َو ۤا َءهُ ْم بَ ْع َد الَّ ِذ‬

120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Nabi
Muhammad) sehingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah,
“Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Sungguh,
jika engkau mengikuti hawa nafsu mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai
kepadamu, tidak ada bagimu pelindung dan penolong dari (azab) Allah.

‫اس‬ِ َّ‫ق ِليَحْ ُك َم بَيْنَ الن‬ِ ‫ب بِ ْال َح‬ َ ‫ّٰللا النَّبِ ّٖينَ ُمبَش ِِريْنَ َو ُم ْنذ ِِريْنَ ۖ َواَ ْنزَ َل َمعَ ُه ُم ْال ِك ٰت‬ ُ‫ث ه‬ َ َ‫اس ا ُ َّمةً َّواحِ َدة ً ۗ فَبَع‬
ُ َّ‫َكانَ الن‬
ُ ‫ف فِ ْي ِه ا َِّْل الَّ ِذيْنَ ا ُ ْوت ُ ْوهُ مِ ْۢ ْن بَ ْع ِد َما َج ۤا َءتْ ُه ُم ْالبَيِ ٰنتُ بَ ْغيًا ْۢ بَ ْينَ ُه ْم ْۚ فَ َه َدى ه‬
َ‫ّٰللا الَّ ِذيْن‬ َ َ‫اختَل‬
ْ ‫فِ ْي َما ا ْختَلَفُ ْوا فِ ْي ِه ۗ َو َما‬
ِ ‫ي َم ْن يَّش َۤا ُء ا ِٰلى‬
‫ص َراطٍّ ُّم ْستَ ِقي ٍّْم‬ ِ ‫ٰا َمنُ ْوا ِل َما ا ْختَلَفُ ْوا فِ ْي ِه مِ نَ ْال َح‬
ُ ‫ق ِب ِا ْذن ِّٖه ۗ َو ه‬
ْ ‫ّٰللا يَ ْه ِد‬

213. Manusia itu (dahulunya) umat yang satu (dalam ketauhidan). (Setelah
timbul perselisihan,) lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan
kabar gembira dan peringatan. Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang
mengandung kebenaran untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. Tidak ada yang berselisih tentangnya,
kecuali orang-orang yang telah diberi (Kitab) setelah bukti-bukti yang nyata
sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka,
dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman
tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada
siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk
menerima petunjuk).
2. Surat Ali Imran ayat 61 dan 118

َ ُ‫س ۤا َء ُك ْم َواَ ْنف‬


‫سنَا‬ َ ‫فَ َم ْن َح ۤاجَّكَ ِف ْي ِه مِ ْۢ ْن َب ْع ِد َما َج ۤا َءكَ مِ نَ ْالع ِْل ِم فَقُ ْل تَ َعالَ ْوا نَ ْدعُ ا َ ْبن َۤا َءنَا َوا َ ْبن َۤا َء ُك ْم َو ِن‬
َ ‫س ۤا َءنَا َو ِن‬
َ‫علَى ْال ٰك ِذبِيْن‬ ِ ‫س ُك ۗ ْم ث ُ َّم نَ ْبتَ ِه ْل فَنَ ْجعَ ْل لَّ ْعنَتَ ه‬
َ ‫ّٰللا‬ َ ُ‫َوا َ ْنف‬

61. Siapa yang membantahmu dalam hal ini setelah datang ilmu kepadamu,
maka katakanlah (Nabi Muhammad), “Marilah kita panggil anak-anak kami
dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri
kamu, kemudian marilah kita bermubahalah) agar laknat Allah ditimpakan
kepada para pendusta.”
Mubahalah berarti setiap pihak yang berselisih berdoa dengan sungguh-
sungguh agar Allah menjatuhkan laknat kepada pihak yang berdusta. Nabi
Muhammad saw. mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah, tetapi
mereka tidak berani. Hal ini menjadi bukti kebenaran akidah Islam tentang Isa
a.s.

‫ض ۤا ُء مِ ْن ا َ ْف َوا ِه ِه ۖ ْم‬
َ ‫ت ْالبَ ْغ‬
ِ ‫عنِت ُّ ْۚ ْم قَ ْد بَ َد‬ ۗ ً َ‫طانَةً ِم ْن د ُْونِ ُك ْم َْل يَأْلُ ْونَ ُك ْم َخب‬
َ ‫اْل َود ُّْوا َما‬ َ ِ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َْل تَتَّخِ ذُ ْوا ب‬
َ‫ت ا ِْن ُك ْنت ُ ْم تَ ْع ِقلُ ْون‬ ٰ ْ ‫صد ُْو ُرهُ ْم ا َ ْكبَ ُر ۗ قَ ْد بَيَّنَّا لَ ُك ُم‬
ِ ‫اْل ٰي‬ ُ ‫َو َما ت ُ ْخ ِف ْي‬

118. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil teman


kepercayaan dari orang-orang di luar kalangan (agama)-mu (karena) mereka
tidak henti-hentinya (mendatangkan) kemudaratan bagimu. Mereka
menginginkan apa yang menyusahkanmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari
mulut mereka dan apa yang mereka sembunyikan dalam hati lebih besar.
Sungguh, Kami telah menerangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
berpikir.

B. Konsep Toleransi Antar Umat Beragama dalam Al-Qur’an

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi secara bahasa


(etimologi) berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh,
Belanda: tolerantie) Toleran mengandung pengertian “mendiamkan”. Toleransi
adalah suatu sikap tenggang rasa, batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan, kesabaran, ketahanan emosional, dan
kelapangan dada, sifat menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri1

Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama berpangkal dari


penghayatan ajaran agama masing-masing. Demi memelihara kerukunan
beragama, sikap toleransi perlu dikembangkan guna menghindari konflik. Dan
biasanya konflik antar umat beragama muncul disebabkan oleh sikap merasa
paling benar (truth claim) dengan cara mengeliminasi kebenaran dari orang lain.
Setiap agama memiliki kebenaran, keyakinan tentang yang benar itu didasarkan
pada Tuhan sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Dalam tataran sosiologis
klaim kebenaran berubah menjadi simbol agama yang dipahami secara
subjektif, personal oleh setiap pemeluk agama. Ia tidak lagi utuh dan absolut.
Pluralitas manusia menyebabkan wajah kebenaran tampil beda ketika ada
pemaknaan secara bahasa. Sebab perbedaan ini tidak dapat dilepaskan begitu
saja dari berbagai referensi dan latar belakang yang diambil oleh orang yang
meyakininya dari konsepsi ideal turun kedalam bentukbentuk normatif yang
bersifat kultural.

Al-Qur’an tidak pernah menyebut-nyebut kata toleransi (tasamuh)


secara tersurat (eksplisit) sehingga kita tidak akan pernah menemukan kata
tersebut termaktub di dalamnya. Namun, secara tersirat (implisit) al-Qur’an

1
KBBI, 1994: 89
menjelaskan konsep toleransi dengan segala batasanbatasannya secara jelas dan
gamblang. Oleh karena itu, ayat-ayat yang menjelaskan tentang konsep
toleransi dapat dijadikan rujukan dalam mengimplementasikan toleransi dalam
kehidupan2

Toleransi pada pengertian ini mengarah kepada sikap terbuka dan mau
mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna
kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Ini semua merupakan
fitrah dan sunatullah yang sudah menjadi ketetapan Tuhan.

Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat
13

َ ‫ّٰللا اَتْ ٰقى ُك ْم ۗا َِّن ه‬


‫ّٰللا‬ ِ ‫ارفُ ْوا ۚ ا َِّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْندَ ه‬ ُ ‫اس اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِم ْن ذَك ٍَر َّوا ُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم‬
َ ‫شعُ ْوبًا َّوقَ َب ۤا ِٕى َل ِلت َ َع‬ ُ َّ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الن‬
‫ع ِل ْي ٌم َخبِي ٌْر‬
َ

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Mahateliti.
Tidak ada satu pun manusia yang mampu menolak sunnatullah ini.
Dengan demikian, sudah selayaknya bagi manusia untuk mengikuti petunjuk
Tuhan dalam menghadapi perbedaan-perbedaan itu3. Toleransi antar umat
beragama yang berbeda termasuk dalam salah satu risalah penting yang ada
dalam sistem teologi Islam. Karena Tuhan senantiasa mengingatkan kita akan
keragaman manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adat-
istiadat, dan lain sebagainya.

Dalam keberagaman umat toleransi dalam konteks ini mencakup sikap


saling menghormati, memahami, dan mengakui hak-hak individu atau

2
Abusa, Zachary, Political Islam and Violence in Indonesia, (New York: Routlodge, 2007), 8
3
Siti Mukzizatin, “RELASI HARMONIS ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN”
dalam Andargogi ‘(NO. 1, Vol. 7, Januari 2019)., 165.
kelompok dengan keyakinan dan praktek agama yang berbeda. Islam
mendorong umatnya untuk bersikap toleran terhadap perbedaan tersebut.

Toleransi beragama bukan berarti kitab oleh menganut agama tertentu


dengan bergantian seriiring barjalannya waktu, atau bebas mengikuti semua
agama. Akan tetapi toleransi beragama adalah sebuah bentuk pengakuan ada
agama lain selain agama kita, dengan system peribdatan dan ketuhanan yang
berbeda. Namun bukan berarti kita membenarkan semua agama, sehingga
bebas dalam memilih4.

Allah SWT. juga sudah mengingatkan senantiasa manusia akan


keragaman ini. Dalam Islam, konsep ini dijelaskan dalam berbagai ayat Al-
Quran yang menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia dalam berbagai
suku, bangsa, dan agama dengan tujuan agar mereka saling mengenal dan
memahami.

Islam memandang keragaman sebagai sebuah karunia Allah yang harus


diterima dan dihormati oleh semua orang. Pengajaran Islam menekankan
perlunya hidup berdampingan dengan damai, saling menghargai, dan
membangun hubungan yang baik antara individu dan kelompok dengan latar
belakang yang berbeda.

Toleransi dalam Islam juga mencerminkan nilai-nilai universal yang


terdapat dalam ajaran agama-agama lain, seperti penghormatan terhadap
martabat manusia, keadilan, dan kebaikan. Hal ini sejalan dengan prinsip-
prinsip universal yang dijunjung tinggi dalam masyarakat yang adil dan
sejahtera.

Pentingnya toleransi dalam Islam menunjukkan bahwa agama ini


mendorong umatnya untuk membangun hubungan yang harmonis dan saling
menghormati dengan semua orang, terlepas dari perbedaan agama, suku, warna
kulit, atau budaya. Toleransi dalam Islam adalah sebuah panggilan untuk

4
Ibid.., 165
menumbuhkan kerukunan, kedamaian, dan keadilan di dalam masyarakat yang
beragam.

Agama Islam adalah agama yang berdimensi sosial yang mengajarkan


saling tolong menolong, membantu orang yang berkesempitan dll, inilah
karakterisitik Islam yang bersifat kasih saying dan penuh rasa persaudaraan.
Islam sama sekali tidak melarang memberikan bantuan kepada siapapun
selama mereka tidak memusuhi orang Islam, tidak melecehkan simbol-simbol
keagamaan atau mengusir kaum muslimin dari negeri mereka. Kaum muslim
diwajibkan oleh Al-Qur’an untuk saling menghargai termasuk rumah ibadah
yang telah dibangun oleh orang-orang non muslim.

BAB III
KESIMPULAN

A. inti dari ayat-ayat tersebut:


Kesetaraan dalam mendapatkan pahala: Orang yang beriman dan berbuat
kebajikan dari berbagai agama akan mendapatkan pahala dari Allah. Tidak
memaksa orang lain untuk mengikuti agama mereka: Individu memiliki
kebebasan dalam memilih agama mereka sendiri. Perselisihan dalam
agama: Perselisihan terjadi di antara mereka yang menerima bukti
kebenaran tetapi bersikeras dalam kedengkian. Peringatan terhadap para
pendusta: Kebenaran dan kejujuran dihargai dalam hubungan antaragama.
Menjaga hubungan dengan hati-hati: Berhati-hati dalam memilih teman dan
menjaga identitas keagamaan.
B. Dalam Islam, toleransi dipandang sebagai risalah penting yang
mencerminkan ajaran agama-agama lain. Meskipun kata "toleransi" tidak
secara eksplisit disebutkan dalam Al-Quran, ajaran Islam mengimplikasikan
pentingnya mengakui dan memahami keragaman yang Allah ciptakan.
Umat Islam diwajibkan untuk saling menghargai, membantu sesama, dan
menjaga kerukunan antarumat beragama.
DAFTAR PUSTAKA
KBBI, 1994: 89
Abusa, Zachary, Political Islam and Violence in Indonesia, (New York:
Routlodge, 2007), 8
1
Siti Mukzizatin, “RELASI HARMONIS ANTAR UMAT BERAGAMA
DALAM AL-QURAN” dalam Andargogi ‘(NO. 1, Vol. 7, Januari 2019)

Anda mungkin juga menyukai