Anda di halaman 1dari 7

ِ ‫حـ ـ ـ ـ ـالَوةُ ا ِإلمْيَـ ـ ـ ـ‬

‫ـان‬ َ َ
MANISNYA IMAN

‫ـــــــــان‬
ِ ‫م‬ ْ ُ َ َ ‫َح‬
َ ِ ‫ـــــــــالو‬
‫ي‬ ‫اإل‬ ‫ة‬
‫َتْكِميُلَهـا‬ ِ ‫ِلّل‬
‫ــه‬
َ ‫ِإْي‬
‫ـث ُارَها َعَلى َعَر ِض ُّالدْنَيا‬ ‫َتْفِرْيُعَهـا‬ ‫المحَّبُة‬
ََ
‫َدْفُع ِضِّدَها‬ ‫ِل َّلرُسْوِل‬

ِ ‫الطـاعـ‬
‫ـات‬ ِ ِ
َ َّ ‫اْستْلَذ ُاذ‬ ‫ِب َّاللِه َر ًّبـ ــا‬
‫ـالَوُة‬
َ ‫َح‬ ‫ـالِم ِدْيًنا‬
ِ ‫ِاإلْيم‬ َ ‫ِب ِاإلْس‬ ‫ِّالر َضا‬
‫ـان‬ َ
َ َ ‫ِاْسِتْلَذ ُاذ َتَحُّمِل‬
‫المشَّق ِات‬ ‫ِبُمَحَّمٍد َرُسْو ًال‬

Penjelasan Rasmul Bayan:


Untuk mendapatkan manisnya keimanan, seseorang harus memberikan kecintaannya
(mahabbah) kepada Allah dan Rasul-Nya dengan senantiasa menyempurnakan cintanya
(takmiluha), mengembangkannya (tafri’uha) hingga ke cabang-cabangnya, dan melawan hal-
hal yang bertentangan dengannya (daf’u dhiddiha).
Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya harus lebih diprioritaskan daripada godaan dunia
(itsaruha ‘ala ‘aradhi-dunya) dengan ridha kepada Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai
agamanya, dan Muhammad sebagai Rasulnya. Implikasinya dengan menikmati amal-amal
ketaatan (istidzatut-tha’at) bahkan dengan menikmati berbagai beban berat (istildzatu
tahammulil masyaqqah) di jalan Allah.

Narasi:
Bagaimana seseorang dapat merasakan manisnya iman?

Seseorang akan merasakan manisnya iman bermula manakala di dalam hatinya terdapat rasa
cinta yang mendalam kepada Allah dan Rasul-Nya, manisnya akan semakin dirasakan bila
seseorang berusaha untuk senantiasa menyempurnakan cintanya kepada Allah,

1
memperbanyak cabang-cabangnya (amalan yang dicintai Allah swt.) dan menangkis hal-hal
yang bertentangan dengan kecintaan Allah swt.

Apa buktinya bila seseorang telah merasakan manisnya Iman?


Buktinya, ia akan selalu mengutamakan kecintaanya kepada Allah daripada mementingkan
kesenangan dan kemegahan dunia, seperti bersenang-senang dengan keluarga, lebih senang
tinggal di rumah ketimbang merespon seruan dakwah dan asyik dengan bisnisnya tanpa ada
kontribusi sedikitpun terhadap kegiatan jihad di jalan Allah swt. Sebagaimana firman Allah
dalam surat At-Taubah : 24

‫وها‬ ِ ‫قُـ ــل إِ ْن َـكــا َن آَب ـ ــا ُؤ ُكم وأَبنَـ ــا ُؤ ُكم وإِخْوانُ ُكم وأ َْزواج ُكم وع‬
َ ‫ْو ٌال ا ْقَتَر ْفتُ ُم‬‫َم‬
‫أ‬ ‫و‬ ‫م‬‫ك‬ُ ‫ت‬
ُ ‫ري‬‫ـ‬ ‫ـ‬ ‫ش‬
َ َ ْ َ ََ ْ ُ َ َ ْ َ َ ْ َْْ َ ْ
ٍ ‫ب إِلَي ُكم ِمن اللَّ ِه ورس ـ ـولِِه و ِج ـه ـ‬
‫ـاد يِف‬ ِ ‫جِت‬
َ َ ُ َ َ َ ْ ْ َّ ‫َح‬ َ ‫ض ـ ـ ْو َن َها أ‬
َ ‫َو َـ ـ َـارةٌ خَت ْ َش ـ ـ ْو َن َك َس ـ ـ َاد َها َو َم َس ـ ـاك ُن َتْر‬
ِِ ِ ِِ
َ ‫صوا َحىَّت يَأْيِت َ اللَّهُ بِأ َْم ِر ِه َواللَّهُ اَل َي ْهدي الْ َق ْو َم الْ َفاسق‬
‫ني‬ ُ َّ‫َسبِيله َفَتَرب‬
“Katakanlah: "Jika bapa-bapak, anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
Keputusan-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-
Taubah: 24).

Memprioritaskan kecintaan kepada Allah akan melahirkan perasaan ridha

Bila seseorang senantiasa mengutamakan kecintaan kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-
Nya, daripada kepentingan dirinya sendiri, maka akan lahirlah sikap ridha terhadap Allah
sebagai Rabbnya, Islam sebagai din-nya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya.
Keridhaannya itu dibuktikan dengan selalu menghadiri halaqahnya, terlibat dengan kegiatan
dakwah di lingkungannya dan menginfakkan sebagian harta dan waktunya untuk
kemaslahatan tegaknya agama Allah swt.

Apa yang dirasakan oleh seseorang bila ia telah ridha terhadap Allah, agama dan Rasulnya?
Pertama, Ia akan merasakan “Istildzadz at-Thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah swt.,
baik dalam shalatnya, tilawah Qur’annya, pakaian dan pergaulan islaminya, perkumpulannya
dengan orang-orang shaleh dan keterlibatannya dalam barisan dakwah

Kedua, Ia juga akan merasakan “Istildzadz al-masyaqat”, lezatnya menghadapi berbagai


kesulitan dan kesusahan dalam berdakwah. Kelelahan, keletihan, dan hal-hal yang menyakiti
perasaannya akibat celaan orang karena menjalankan syariat Islam, atau bahkan mencederai
fisiknya, semua itu semakin membuatnya nikmat dalam berdakwah. Semua inilah yang akan
senantiasa melahirkan manisnya Iman.

“Istildzaadz at-thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah ditunjukan oleh wanita Anshar dan
Muhajirin, tatkala turun wahyu yang memerintahkan mereka untuk berhijab dan menutrup
auratnya, mereka langsung meresponnya dengan senang hati dan lapang dada, tanpa merasa
berat sedikitpun. Aisyah ra. yang menjadi saksi mata atas hal ini berkata :

2
‫ضـ ـ ِربْ َن ِم ْن َجالَ بِْيبِ ِه َّن َعلَى‬ ِ ‫ـاجر‬
ِ ْ َ‫ات لَ َّما َن ـ َـزل‬ ِ ِ َ ْ‫َر ِحم اهلل ُنِسـ ـاء اْالَن‬
ْ َ‫”ولْي‬
َ ‫ت َعلَْيه َّن‬ َ ‫صـ ـار َوالْ ُم َهـ‬ َ َ َ
‫ُجُي ْو هِبِ َّن“ َش َق ْق َن ُم ُر ْوطَ ُه َّن َف ْليَ ْختَ ِم ْر َن هِب َا‬
“Semoga Allah merahmati wanita Anshar dan Muhajirin, tatkala turun kepada mereka ayat
“hendaknya mereka mengenakan kain panjang (jilbab) sampai ke atas dada mereka,”
mereka memotong kain-kain mereka, lalu mereka menjadikan kain-kain itu sebagai penutup
kepalanya

Abu Ayub Ayub Al-Anshary, ketika mendengar seruan jihad


Dalam surat At-Taubah : 41

‫ْر لَ ُك ْم إِ ْن ُكْنتُ ْم‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ


ٌ ‫انْف ُروا خ َفافًا َوث َقااًل َو َجاه ُدواـ ب ـأ َْم َوال ُك ْم َوأَْن ُفسـ ُك ْم يِف َسـب ِيل اللَّه َذل ُك ْم َخي‬
‫َت ْعلَ ُمو َن‬
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah
kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu,
jika kamu Mengetahui.” (A-Taubah: 41)

Abu Ayub berseru kepada anak-anaknya, “Jahhizuuny! Jahhizuuny!” siapkan peralatan


perangku!. Anak-anaknya membujuk agar bapaknya tidak perlu berangkat untuk berjihad,
karena usianya sudah udzur, cukup di wakilkan saja oleh anak-anaknya. Abu Ayyub menolak
bujukan anak-anaknya seraya berkata : “ketahuilah wahai anak-anakku, yang dimaksud ayat
tersebut adalah ‫ ِخ َفافًالَ ُك ْم َوثَِقاالً لٍي‬, ringan bagi kalian berat bagiku, beliaupun tetap berangkat
dan menemukan syahidnya dalam perjalanan jihad tersebut. (lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Sedangkan Lezatnya kesulitan (Istildzadz al-masyaqqah) dalam dakwah dirasakan oleh


Rasulullah saw., ketika beliau menghadapi ketidaksukaan orang-orang kafir terhadap ajaran
Islam, sebagaimana yang ditunjukan oleh masyarakat Thaif ketika Rasulullah saw. hijrah ke
sana, yaitu pada saat Nabi menyampaikan dakwahnya, mengajak mereka untuk menerima
ajaran Islam, tetapi tidak ada sedikitpun sambutan baik dari para tokoh mereka, bahkan
dengan nada yang sangat melecehkan dan menyakitkan, mereka menanggapi dakwah Nabi
seraya berkata,

“Coba kau robek kiswah ka’bah jika engkau memang benar-benar utusan Allah.”
Yang lainnyapun turut berkomentar,
“Apa tidak ada lagi orang yang lebih pantas diutus oleh Allah selain engkau?”
Dengan penuh kesabaran dan ketabahan Rasulullah saw. menerima kenyataan pahit tersebut,
beliau tetap berlapang dada dan tidak mempermasalahkan tentang penolakan dan penentangan
mereka. Oleh karena itu ketika malaikat penjaga gunung Alaihissalaam menawarkan kepada
Nabi, bila beliau setuju ia akan mengangkat dua buah bukit yang ada di Thaif lalu ditimpakan
kepada mereka, dengan penuh kelembutan dan kasih sayang Rasulullah saw. menanggapinya
seraya berkata,

‫َصاَل هِبِ ْم َم ْن َي ْعبُ ُد اللَّهَ َو ْح َدهُ اَل يُ ْش ِر ُك بِِه َشْيئًا‬ ِ


ْ ‫ِج اللَّهُ م ْن أ‬
َ ‫بَ ْل أ َْر ُجو أَ ْن خُيْر‬

3
“Tetapi aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka kelak orang-
orang (generasi) yang beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu
apapun.”

Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamroh mengibaratkan manisnya iman dengan sebuah
pohon, sebagaimana firman Allah :
ٍ ِ
‫الس َما ِء‬ ٌ ِ‫َصلُ َها ثَاب‬
َّ ‫ت َو َف ْرعُ َها يِف‬ ْ ‫ب اللَّهُ َمثَاًل َكل َمةً طَيِّبَةً َك َش َجَر ٍة طَيِّبَة أ‬
َ ‫ضَر‬ َ ‫أَمَلْ َتَر َكْي‬
َ ‫ف‬
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (Ibrahim
: 24)

Yang dimaksud kalimat dalam ayat tersebut adalah kalimatul ikhlas ‫ال ال ه اال هللا‬, batang
pohonnya adalah pangkal iman, cabang dan rantingnya adalah menjalankan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya, dedaunannya adalah kepedulian terhadap kebajikan, buahnya
adalah amal ketaatan, rasa manisnya adalah ketika memetiknya, dan puncak manisnya adalah
ketika matangnya sempurna saat dipetik, disitulah sangat terasa manisnya.

‫ث َم ْن ُك َّن فِيـ ـ ِـه َو َجـ ـ َـد هِبِ َّن َحالََو َة‬ ٌ َ‫ ((ثَال‬:‫ـال‬ ِ َ‫س ع ِن النَّيِب ص ـ ـلَّى اللَّه عل‬
َ ‫يْه َو َس ـ ـلَّ َم قَـ ـ‬ َ ُ َ ِّ َ ٍ َ‫َع ْن أَن‬
َّ ِ‫ َوأَ ْن حُي‬،‫ب إِلَْي ِه مِم َّا ِسـ َوامُهَا‬
‫ َوأَ ْن‬،‫ب الْ َـم ْـرءَ الَ حُيِ بُّهُ إِالَّ لِلَّ ِه‬ ِ
َ ‫ َم ْن َكا َن اللَّهُ َو َر ُسولُهُ أ‬:‫ا ِإلمْيَان‬
َّ ‫َح‬
‫ (رواه‬.))‫ف يِف النَّا ِر‬ َ ‫ْرهُ أَ ْن يُقْ َذ‬ ِ َّ َ ‫ـود يِف الْ ُكفْ ِر َبع‬
َ ‫ْد أَ ْن أَْن َقـ َذهُ اللهُ منْهُ َك َما يَك‬ َ ‫ْر َه أَ ْن َيعُـ‬
َ ‫يَك‬
.)‫البخاريـ ومسلم وهذا لفظ مسلم‬

Dari Anas ra, dari Nabi saw. bersabda, “Tiga perkara jika kalian memilikinya, maka akan
didapati manisnya iman. (Pertama) orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih
dicintai dari selainnya. (Kedua) agar mencintai seseorang semata-mata karena Allah swt.
(Ketiga), tidak senang kembali kapada kekufuran setelah diselamatkan oleh Allah swt,
sebagaimana ketidak-senangannya dilempar ke dalam api neraka.” (HR Bukhar Muslim
dengan redaksi Muslim)

ُ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسـلَّ َم َي ُقـ‬ ِ َ ‫ب أَنَّه مَسِ ع رس‬ ِ ِ


‫اق طَ ْع َم‬
َ ‫ (( َذ‬:‫ـول‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ ُ ِ ‫اس بْ ِن َعْبد الْ ُمطَّل‬ ِ َّ‫َع ْن الْ َعب‬
.)‫ان َم ْن َر ِض َي بِاللَّ ِه َربًّا َوبِا ِإل ْسالَِم ِدينًا َومِب ُ َح َّم ٍد َر ُسوالً)) (رواه مسلم‬
ِ َ‫ا ِإلمْي‬
Dari Al-Abbas bin Abdil Muttalib, bahwasanya ia mendengar Rasulallah saw. bersabda,
“Telah merasakan lezatnya iman seseorang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam
sebagai dinnya dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Muslim)

Hadits ini sangat agung maknanya, termasuk dasar-dasar Islam, berkata para ulama, “Arti dari
manisnya iman adalah mersakan lezatnya ketaatan dan memiliki daya tahan menghadapi
rintangan dalam menggapai ridha Allah dan Rasul-Nya, lebih mengutamakan ridha-Nya dari
pada kesenangan dunia, dan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menjalankan
perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.

4
Dalam hadits tersebut Rasulullah saw. menjelaskan bahwa tiga perkara bila kalian berada di
dalamnya maka akan didapati manisnya iman, karena sarat mendapatkan manisnya sesuatu
adalah dengan mencintainya, maka barang siapa yang mencintai sesuatu dan bergelora
cintanya, maka ketika berhasil mendapatkannya, ia akan merasakan manis, lezat dan
kegembiraannya. Karena itu seorang mukmin yang telah mendapatkan manisnya iman yang
mangandung unsur kelezatan dan kesenangan akan diiringi dengan kesempurnaan cinta
seorang hamba kepada Allah swt.

Dan kesempurnan itu dapat diwujudkan dengan tiga hal :


Pertama : menyempurnakan cinta kepada Allah yaitu dengan menjadikan Allah dan Rasul-
Nya lebih dicintai dari yang lainnya, karena cinta kepada Allah tidak cukup hanya
sekedarnya, tetapi harus melebihi dari yang lain-Nya
Kedua : menjadikan cinta kepada Allah menjadi pangkal dari cabang cinta kepada yang lain,
yaitu mencintai orang lain semata-mata karena dan untuk Allah swt., sehingga dalam
mencintai ia tetap mengikuti prosedur dan mekanisme cinta yang telah ditetapkan oleh Allah
dalam Al-Qur’an dan Sunnah, misalnya tidak berkhalwat, menyegerakan akad nikah dan
menghindari perbuatan yang mendekati pada perzinahan. (tidak pacaran) (QS. 24 : 30-31, 33 :
59)
Ketiga : menolak segala hal yang bertentangan dengan cinta-Nya, yaitu tidak menyukai hal-
hal yang bertentangan dengan keimanan melebihi ketidaksukaannya bila dirinya dilemparkan
ke dalam api neraka.

ِ ‫ث من ُك َّن فِي ِه و ـج َـد هِبِ َّن حالَو َة اْاِل مْيَـ‬


‫اَالْنِْف اَ ُق ِم َن اُ ِال ْقتَـا ِـر‬: ‫ـان‬ ِ
َ َ ََ ْ ْ َ ٌ َ‫ ثَال‬: ‫َع ْن َع َّما ِر بْ ِن يَاس ٍر قاَ َل‬
‫السالَِم لِْل َعــا ِمَل (رواه عبد الــرزاق) علقه البخــاري يف‬ َّ ‫ َوب ْذ ُل‬، ‫ك‬َ ‫َّاس ِم ْن َن ْف ِس‬
ِ ‫اف الن‬ ُ ‫ص‬ َ ْ‫ َوإِن‬،
)‫(كتاب االميان‬
Amar bin Yasir berkata, “Ada tiga hal yang barangsiapa berada di dalamnya ia merasakan
manisnya keimanan, berinfak dari kekikiran, bersikap adil terhadap manusia dari dirinya, dan
mengupayakan keselamatan (salam) bagi alam.” (Diriwayatkan Abdurazzaq, Bukhari
mencantumkannya di kitab Al-Iman).

Hadits yang dibawakan oleh Amar bin Yasir ra. tersebut di atas, juga menjelaskan tentang tiga
hal yang dapat mendatangkan manisnya iman :

Pertama : berinfak secukupnya, tidak berlebihan sehingga menzalimi hak-hak yang lainnya,
tapi juga tidak kikir dengan hartanya

Kedua : bersikap objektif, tidak menghalanginya untuk berbuat baik dan adil kepada
manusia, walaupun ada kaitannya dengan kepentingan diri sendiri, misalnya walaupun
disakiti dan dizalimi oleh seseorang, tetapi tidaka menghalanginya untuk memaafkannya dan
tetap berbuat baik kepadanya

Ketiga : Menebarkan kesejahteraan kepada seluruh alam semesta, memperjuangkan sesuatu


demi kebaikan manusia dan seluruh makhluk lainnya, seperti dengan melakukan kegiatan
amal siasi maupun amal khidam ijtima’i (kegiatan sosial)

5
، ‫ َتـ ْـر ُك اْملِـَـر ِاء ِيف احْلَـ ِّـق‬: ‫ـان‬
ِ ‫ْه جَيِ ـ ْد هِبِ َّن حالَو َة اْ ِالمْيَـ‬
َ َ
ِ ‫ث من ُك َّن فِي‬
ْ َ ٌ َ‫ ثَال‬: ‫ـال‬ َ ‫َع ِن ابْ ِن َم ْس ـعُ ْو ٍد قَـ‬
‫َخطَـ ـ ـ ـأَهُ مَلْ يَ ُك ْن‬
ْ ‫َن َما أ‬ َّ ‫ َوأ‬، ُ‫صـ ـ ـ ـابَهُ مَلْ يَ ُك ْن لِيُ ْخ ِطئَ ـ ـ ــه‬
َ َ‫َن َما أ‬َّ ‫ َو َي ْعلَ ُم أ‬، ‫احـ ـ ـ ِـة‬
َ ‫ب يِف اْملَُز‬
ِ
ُ ‫َواْلكـ ـ ـ ـ ْذ‬
)‫ (رواه عبد الرزاق‬.ُ‫صْيبَه‬ ِ ‫لِي‬
ُ
Ibnu Mas’ud juga berkata, “Ada tiga hal yang barangsiapa berada di dalamnya akan
merasakan manisnya iman, menghindari perdebatan dalam hal kebenaran, tidak berdusta
dalam bercanda, dan menyadari bahwa apa yang akan menimpanya bukan karena
kesalahannya dan apa kesalahannya tidak menyebabkan ia tertimpa (musibah).”
(Diriwayatkan Abdurrazzaq).
، ُ‫ص ـابَهُ مَلْ يَ ُك ْن لِيُ ْخ ِطئَــه‬ ِ
َّ ‫ "الَ جَيِـ ُـد َعبْ ٌد َحالََو َة ا ِإلمْيَــان َـح‬:‫عن أنس مرفوعــا‬
َّ ‫ـىت َي ْعلَ َم أ‬
َ َ‫َن َما أ‬
ِ ‫َن ما أَخطَـ ـأَه مَل ي ُكن لِي‬
‫ ) بإس ــناد‬247 ( ‫ أخرجه ابن أيب عاصم‬. ‫ " احلديث‬... ُ‫صـ ـْيبَه‬ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ َّ ‫َوأ‬
)‫ (األلباين – السلسلة الصحيحة‬.‫حسن عنه‬
Dari Anas secara marfu’ mengatakan, “Tidaklah seorang hamba merasakan manisnya
keimanan sehingga dia menyadari bahwa apa yang akan menimpanya bukan karena
kesalahannya dan apa kesalahannya tidak menyebabkan ia tertimpa (musibah).” Hadits
tersebut dikeluarkan Ibnu Abi Ashim, hadits sahih dengan sanad yang baik, termaktub dalam
silisilah hadits sahih karya Imam Albani.
ِ َ‫ض ع ِن الْمحـا ِرِـم يـو ِجب حالَوةَ ا ِإلمْي‬
‫ َو َم ْن‬،‫ـان‬ ِ ِ ‫(قُل لِْلمـؤ ِمنِ يغُضـُّوا ِمن أَب‬
َ َ ُ ْ ُ َ َ َ ُّ َ‫صـاره ْم) * َوالْغ‬ َْ ْ َ َ ‫ْ ُ ْ نْي‬
ِِ ِ ‫َتــر َك َشـ ـيئًا لِلّ ـ ِـه ع َّوضـ ـه اهلل خي‬
ْ ‫ َو َم ْن أَطْلَ ـ َـق حَلَظَات ــه َد َام‬،ُ‫ْرا منْه‬
‫ (فيض الق ــديرـ‬.ُ‫ت َح َسـ ـَراتُه‬ ً َ ُ َُ َ ْ َ
.)1/677
“Katakanlah kepada mukmin laki-laki agar menahan pandangan mereka…” (An-Nur: 30).
Yaitu menahan dari apa yang diharamkan Allah swt. pasti akan mendatangkan manisnya
iman, dan barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan
menggantikannya dengan yang lebih baik darinya, dan barangsiapa yang membebaskannya
walau hanya sekejap maka akan abadi penyesalannya”

‫ت ِـ‬ ِ ِ ُ ‫ـال رس ـ‬ ِ ‫عن معـ‬


‫َح ًـدا أَ ْن‬
‫آم ًـرا أ َـ‬ ُ ‫"لَـ ْـو ُكْن‬:‫ص ـلَّى اللَّهُ َعلَيْه َو َس ـلَّ َم‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ ‫ قَـ‬:‫ـال‬ َ ‫ـاذ بن َجبَـ ٍـل قَـ‬ َُ ْ َ
‫ْرأَةٌ َحالََو َة‬ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ‫يسـ ـج َد أل‬
َ ‫ َوالَ جَت ـ ُـد ام‬،‫ت الْ َمـ ْـرأََة أَ ْن تَ ْسـ ـ ُج َد لَز ْوج َها م ْن َحقِّه َعلَْي َهــا‬ُ ‫َحــد أل ََمـ ْـر‬
َ ُ َْ
)‫“ (املعجم الكبري للطرباين‬.‫ب‬ ٍ َ‫ ولَو َسأَهَلَا َن ْفس َها َعلَى َقت‬،‫ان َحىَّت ُت َؤ ِّدي َح َّق َز ْو ِج َها‬ ِ َ‫ا ِإلمْي‬
َ ْ َ َ
Dari Muadz bin Jabal berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Seandainya aku memerintahkan
seseorang bersujud kepada yang lainnya, maka akan aku perintahkan isteri sujud kepada
suaminya, karena hak-hak suami atasnya, dan tidaklah seorang wanita mendapatkan manisnya
iman sehingga Ia menunaikan hak suaminya, walaupun suaminya memintanya, sedang Ia
sedang berada di atas sekedupnya

6
‫س مِب َـَـر َار ِة‬ ِ
َ ‫ب َحالََو َة اْ ِإلمْيَ ــان أ‬
َّ ‫َح‬ ِ ِ ‫ق ـاَ َل اِبْن َر َج ْ يِف‬
ُ ‫ فَ ـإ َذا َو َجـ َـد اْل َق ْل‬:)1/27 :‫ب ( َفْت ِح الْبَــاري‬ ُ
‫ب إِيَلَّ مِم َّا‬ُّ ‫َح‬
َ ‫ب ال ِّسـ ْج ُن أ‬ ِّ ‫{ر‬
َ :ُ ‫م‬َ‫ال‬ ‫ـ‬ ‫س‬
َّ ‫ال‬ ِ ‫ـال يوسـف علَي‬
‫ْه‬ َ ُ ُ ْ ُ َ ‫ـ‬َ‫ق‬ ‫ا‬‫ذ‬َ ‫ـ‬ َ
‫ان وهِل‬ِ ‫اْل ُك ْف ِر واْل ُفسـو ِق واْلعِصـي‬
‫ـ‬
َ َْ َ ْ ُ َ
.]33‫ي ْدعُونَيِن إِلَْي ِه} [يوسف‬
َ
Ibnu Rajab berkata dalam kitab Fathul Bari 1/27 : “Maka apabila sebilah hati telah
mendapatkan manisnya iman, maka ia akan sensitif merasakan pahitnya kekufuran, kefasikan
dan kemaksiatan, karena itulah Nabi Yusuf AS berkata : “Ya Rabb! Penjari lebih aku sukai
daripada apa yang mereka serukan kepadaku” (QS. Yusuf : 33)

Anda mungkin juga menyukai