MUHASABAH DIRI
PENDAHULUAN
ْ س َم َُده َم
ت ٌ ظ ْر ََ ْف ُ َْ َ ًّللاَ ََ ْل َ يَ أَيُّ َه اله ِذ
ين آ َ َمَُنا اتهقُنا ه
َ ُير ِب َُ ت َ ْع َُل
نن ٌ ّللاَ َخ ِب ِلغَ ٍد ََاتهقُنا ه
ّللاَ ِإ هن ه
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk persiapan hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dari apa yang kamu
kerjakan.”
Dalam hadits Rasulullah bersabda:
صلهى ه
ُّللا َ ِ ِ ي ب ه َال ْ
ن َ
َ ُ هَْ َ
َ ُ هللا ي
َ ض ِ ر
َ س ٍ َْ َ َ َ ْن
شدها ِد ب ِْن أ َ
َ ََ ُسه
ََ ُِ َل ِل َُ بَ ْعد َ ان ََ ْف َ َس َم ْن د ُ ُسله َم َُ َل ْال َك ِي َ ََ َلَ ْي ِه
َ
َلَى ه
ِّللا َ سهُ َه َنا َه ََت َ ََُهى َ ََ ْالعَ ِج ُز َم ْن أَتْبَ َُ ََ ْف،ت ِ ْال َُ ْن
“Dari Syadad bin Aus ra, dari Nabi Muhammad SAW bahwa
beliau bersabda, ‘Orang yang cerdas (sukses) adalah orang
yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal
untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang
lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta
berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR Tirmidzi. Ia berkata,
“Ini hadits hasan”).
Sayyidina Umar bin Khattab pernah
bertutur
ض ِ ُسبُ ْنا ََتَزَ يهَُ ْنا ِل ْلعَ ْر
َ س ُك ْم َُ ْب َل أ َ ْن ت ُ َح
َ َُح ُِسبُنا أ َ َْف
َلَى َم ْن َ ب يَ ْن َم ْال ِقيَ َم ِةُ س َ ف ْال ِح ُّ اْل َ ْكبَ ِر ََ ِإَه َُ يَ ِخ
“ َسهُ فِى الدُّ َْي َ ب ََ ْف َ ُسَ َح
“Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab,
dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi
penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab
pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang
yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”
BISA JADI KARENA MAKSIAT DAN
DOSA KITA
ضَ اك
َ ا ة ش
َ ي ع
ِ م
َ ُ ۥ
ه َ ل ه
ن ِ إَ ف ى ر ِ ْ
ك ذ
ِ ن َ ض رَْ َ
َ َ َ ََ َم ْن أ
ش ُر ۥهُ يَ ْن َم ْٱل ِقيَ َُ ِة أ َ َْ َُىُ َََ َْح
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta". [TQS at-Toha : 124]
MUHASABAHLAH
َلَ ْي ِهم
َ َ َ ح
ْ َ ًَ فَ ل ۟
ا نَ قه ت ٱ
ْ َ َ َ َ َ ۟
ناُ َ م ا ء ٰٓ
ى رُ ق ْ
ٱل ل
َ هْ َ أ ه
ن َ ََلَ ْن أ
َُ نا فَأ َ َخ ْذََ ُهم ِب ۟ ُض ََلَ ِكن َكذهب رْ َ
ِ س َُ ٰٓ ِء ََ ْٱْل ت ِم َن ٱل ه ٍ بَ َر َك
َ ُنا يَ ْك ِسب
نن ۟ َُ َك
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya.” [TQS Al-araf 96]
Individu
َ ش ْي
ْ ِن تَذَ هك ُرَا فَإِذَا ف ِم َن ال ه َ س ُه ْم
ٌ ِِ ط َ ِإ هن اله ِذ
ين اتهقَ ْنا ِإذَا َم ه
َن
َ ْص ُرِ ُه ْم ُمب
Artinya, “Sungguh, orang-orang yang bertakwa bila ditimpa
was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, lalu ketika itu
juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya)”
1. Muhasabah untuk Ishlah
(memperbaiki diri)
Introspeksi membuka mata kita tentang kelemahan-kelemahan,
kekurangan-kekurangan, untuk di kemudian diperbaiki.
Introspeksi juga adanya perencanaan sebelum melakukan sesuatu
agar kesalahan yang serupa tidak terulang.
Sebagai hamba, manusia diwajibkan untuk memposisikan
kehidupan di akhirat lebih utama daripada alam duniawi ini.
Introspeksi diri bahwa kelak semua yang diperbuat anggota badan
manusia akan dipertanggungjawabkan di kehidupan kelak.
Surat Yasin ayat 65:
س ُك ْم ُه َن أ َ َْلَ ُم ِب َُ ِن اتهقَى
َُ فََل تُزَ ُّكنا أ َ َْف
Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling
mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS An-Najm: 32)
QS Al-Baqarah 214