Anda di halaman 1dari 8

Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

KHUTBAH JUM’AT PERTAMA

ِ ‫ت اَ ْع َمالِنَا َمنْ يَّ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬


ْ‫ض َّل لَهُ َو َمن‬ َ ْ‫سنَا َو ِمن‬
ِ ‫سيَِّئا‬ ُ ْ‫ستَ ْغفِ ُرهُ َونَ ُع ْو ُذ بِاهللِ ِمن‬
ِ ُ‫ش ُر ْو ِر اَ ْنف‬ ْ َ‫انّ ا ْل َح ْم َدهللِ نَ ْح َم ُدهُ َون‬
َ َ‫ستَ ِع ْينُهُ َون‬
ُ‫ي لَه‬َ ‫ضلِ ْلهُ فَاَل هَا ِد‬ ْ ُ‫ي‬

“Innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruh, wa na’udzubillahi min


syururi anfusina wa min sayyiati a’malina man yahdillah fala mudhilla lah wa man yudhlilhu
fala haadiya lah”
َ ‫سلِّ ْم َوبَا ِركْ َعلَى‬
َ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ألِ ِه َو‬
‫ص ْحبِ ِه اَ ْج َم ِعيْنَ اَ َّما بَ ْع ُد‬ َ ‫صلِّي َو‬
َ ‫اللّ ُه َّم‬

“Allahumma sholli wa sallim wa baarik ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi wa


sohbihi ajma’in amma ba’du”

َ‫سي بِتَ ْق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْون‬ ِ ‫اس ُأ ْو‬
ِ ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف‬ ُ َّ‫َيا اَ ُّي َها الن‬

“Ya ayyuhan naas, usikum wa nafsi bitaqwallah wa tho’atihi la’alakum tuflihun”

َّ ‫يَا اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ اَ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح‬
ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُم ْوتُنَّ اِاَّل َواَ ْنتُ ْم ُم‬
َ‫سلِ ُم ْون‬

“Ya ayyuhalladzina amanuttaqullaha haqqa tuqotihi wala tamutunna illa wa antum


muslimun”

ِ‫َن ا ْل ُمن َك ِر َوتُْؤ ِمنُونَ بِاهلل‬ ِ ‫س تَْأ ُمرُونَ بِا ْل َم ْع ُر‬


ِ ‫وف َوتَ ْن َه ْونَ ع‬ ِ ‫ ُكنتُ ْم َخ ْي َر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َجتْ لِلنَّا‬:‫قال تعالى‬

“Qola ta’ala kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma'rụfi wa tan-hauna

'anil-mungkari wa tu`minụna billāh”

Kaum muslimin rahimakumullah


Puji syukur hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Kita bersyukur atas limpahan kenikmatan
yang tak pernah berhenti dikucurkan kepada kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah
memberikan nikmat iman, nikmat Islam, rezeki dan kesehatan.

Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah iman dalam hati kita, dengan hidayahnya
tersebut, Dia telah menggerakkan kita untuk melangkahkan kaki menuju masjid ini;
berkumpul bersama untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, yaitu
melaksanakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah Jum’at. Semoga Allah Swt.
menerima amal ibadah kita semua.
Shalawat serta salam semoga Allah curahkan selalu kepada junjungan kita Muhammad SAW,
kepada para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman; amin ya Robbal alamin.

Kaum muslimin… jama`ah shalat jum’at yang berbahagia.

Selanjutnya, khatib mengajak kita semua termasuk diri khotib sendiri untuk senantiasa
meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena tidak ada bekal terbaik yang dapat
menyelamatkan kita dalam kehidupan di dunia dan akhirat kelak kecuali taqwa. Tidak ada
pula derajat kemuliaan yang pantas disematkan kepada seseorang kecuali derajat ketaqwaan.
Dengan taqwa kepada Allah inilah kita berupaya menjalani kehidupan sehari-hari kita, untuk
keselamatan dunia akhirat.

Kaum Muslimin Jama’ah Jum’at rahimakumullah.


Amar ma’ruf nahi munkar yang oleh sebagian ulama disamakan dengan dakwah adalah suatu
kewajiban mulia di dalam Islam yang dengannyalah Allah Ta’ala menjadikan umat ini
sebagai umat terbaik, sebagaimana firman Allah Ta’ala di dalam surat Ali Imran;110:

ِ ‫اس تَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُمن َك ِر َوتُْؤ ِمنُونَ بِاهّلل ِ َولَوْ آ َمنَ َأ ْه ُل ْال ِكتَا‬
‫ب لَ َكانَ خَ يْراً لَّهُم ِّم ْنهُ ُم‬ ْ ‫ُكنتُ ْم َخ ْي َر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
َ‫ْال ُمْؤ ِمنُونَ َوَأ ْكثَ ُرهُ ُم ْالفَا ِسقُون‬

“Qola ta’ala kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma'rụfi wa tan-hauna

'anil-mungkari wa tu`minụna billāh”

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Di dalam menafsirkan ayat ini Syaikh as-Sa’di Rahimahullah berkata, “Allah memuji umat


ini dan Dia mengabarkan bahwa mereka adalah umat terbaik yang Allah lahirkan untuk
manusia. Hal ini karena mereka menyempurnakan diri mereka dengan iman, yang
mengharuskan mereka untuk menunaikan semua perintah Allah dan karena mereka
menyempurnakan orang lain dengan cara amar ma’ruf nahi munkar, yang di dalamnya
terkandung dakwah ke jalan Allah, kesungguhan mereka di dalam dakwah tersebut dan
mengerahkan seluruh kemampuan mereka di dalam mengembalikan manusia dari kesesatan
dan kesalahan mereka (menuju ke jalan hidayah).

Maka, dari ayat ini, kita tahu bahwasanya kemuliaan dan kebaikan umat ini salah satunya
disebabkan karena adanya amar ma’ruf nahi munkar dan sebaliknya apabila mereka
meninggalkan hal ini, maka akan terjadi banyak sekali akibat buruk yang menimpa umat ini,
dan di antara dampak-dampak tersebut adalah:
1. Hilangnya rasa aman, baik di tingkat pribadi maupun masyarakat.

Hal ini sebagaimana yang ditunjukkan oleh Allah Ta’ala dalam surat Toha 123-124:

‫ض عَن‬ َ ‫ َو َم ْن َأ ْع َر‬. ‫ضلُّ َواَل يَ ْشقَى‬ ِ َ‫ي فَاَل ي‬َ ‫ْض َعد ٌُّو فَِإ َّما يَْأتِيَنَّ ُكم ِّمنِّي هُدًى فَ َم ِن اتَّبَ َع هُدَا‬ ُ ‫قَا َل ا ْهبِطَا ِم ْنهَا َج ِميعا ً بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُك ْم لِبَع‬
‫ضنكا ً َونَحْ ُش ُرهُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َأ ْع َمى‬
َ ً‫ِذ ْك ِري فَِإ َّن لَهُ َم ِعي َشة‬

Qālahbiṭā min-hā jamī'am ba'ḍukum liba'ḍin 'aduww, fa immā ya`tiyannakum minnī hudan fa
manittaba'a hudāya fa lā yaḍillu wa lā yasyqā, Wa man a'raḍa 'an żikrī fa inna lahụ
ma'īsyatan ḍangkaw wa naḥsyuruhụ yaumal-qiyāmati a'mā

"Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh sebahagian
yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripadaKu, lalu barangsiapa mengikuti
petunjukKu, ia tidak akan seat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. Thaha: 123-124)

Berkata Syaikh Asa’di di dalam tafsir beliau mengikuti kebenaran dengan cara membenarkan
kabar al-Qur`an dan tidak membantahnya dengan syubhat dan mengamalkan perintah dengan
tidak menentangnya dengan syahwat. Maka syubhat dan syahwat keduanya adalah
penghalang terwujudnya perintah Ilahi dan ditinggalkannya laranganNya. Maka apabila kita
perhatikan kondisi dunia saat ini, khususnya masyarakat yang tidak berhukum dengan apa
yang diturunkan oleh Allah, bahwa mereka menolak hukumNya, maka kita dapatkan mereka
tenggelam di dalam syubhat dan syahwat dan tersebarlah di dalam masyarakat tersebut
kejahatan baik secara fisik maupun maknawi dan hilanglah rasa aman di dalamnya. Tentunya
hal ini disebabkan karena tidak adanya amar ma’ruf, adapun negeri-negeri yang di dalamnya
ditegakkan amar ma’ruf tidak demikian.

2. Tersebarnya kerusakan di dalam kehidupan bermasyarakat, ekonomi maupun


politik.

Kerusakan ini ditimbulkan apabila generasi ini tumbuh tanpa ada perbaikan/ amar ma’ruf
nahi munkar. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan permisalan tentang hal ini dalam
hadits riwayat Imam Bukhari dari sahabat Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhu,
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ َو َكانَ الَّ ِذينَ في‬، ‫ضهُ ْم َأ ْسفَلَهَا‬ ُ ‫ضهُ ْم أ ْعالها َوبَ ْع‬ َ َ‫وم ا ْستَهَ ُموا َعلَى َسفِينَ ٍة ف‬
ُ ‫صا َر بَ ْع‬ ٍ َ‫ َك َمثَ ِل ق‬، ‫اقع فِيهَا‬
ِ ‫َمثَ ُل القَاِئ ِم في ُحدُو ِد هللاِ َوال َو‬
ُ ً ِ َ‫ لَوْ أنا َخ َرقنَا في ن‬: ‫ فَقَالوا‬، ‫َأ ْسفَلِهَا ِإ َذا ا ْستَقَوا ِمنَ ال َما ِء َمرُّ وا َعلَى َم ْن فَوْ قهُ ْم‬
‫ فَِإ ْن ت ََركوهُ ْم َو َما‬، ‫صيبِنَا خَ رْ قا َولَ ْم نُؤ ِذ َم ْن فَوقَنَا‬ ْ َّ ُ
ً ‫إن أخَ ُذوا َعلَى أي ِدي ِه ْم نَ َجوا َونَ َجوْ ا َجميعا‬ ْ ‫ َو‬، ً ‫أ َرادُوا هَلَ ُكوا َجميعا‬

“Perempumaan orang yang menegakkan hudud (hukum) Allah dan orang yang melanggarnya
adalah seperti suatu kaum yang melakukan undian di atas kapal, maka sebagian mereka
mendapatkan bagian di lantai atas dan yang lain di lantai bawah. Maka apabila yang berada di
lantai bawah hendak mengambil air, mereka melewati orang-orang yang berada di lantai atas.
Maka mereka pun berkata-kata seandainya kami melubangi yang menjadi bagian kami
(bagian bawa kapal), tentu kami tidak mengganggu orang-orang yang di atas kami (karena
tidak melewati mereka ketika mengambil air). Maka apabila mereka dibiarkan melakukan apa
yang mereka inginkan, maka binasalah semuanya, dan apabila mereka dicegah (dari niatnya),
maka selamatlah mereka dan selamatlah seluruh penghuni kapal.” (Al-Bukhari)

Berkata al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah, maknanya yang melarang dan yang dilarang
selamat semuanya. Dan demikianlah menegakkan hudud (Allah) akan mewujudkan
keselamatan bagi yang menyuruh dan orang yang disuruh apabila tidak maka binasalah
pelaku kemaksiatan karena maksiatnya dan orang yang diam (tidak mencegahnya) karena
ridhanya mereka. Beliau berkata lagi di dalam hadits ini ada penjelasan bahwa turunnya
adzab karena ditinggalkannya amar ma’ruf nahi munkar.

3. Paceklik, kekeringan yang panjang dan hilangnya keberkahan pada rizki-rizki


mereka.

Hal ini dikarenakan banyaknya kamaksiatan yang dilakukan dan tidak ada yang menasehati
dan mendakwahi mereka untuk meninggalkan kemaksiatan mereka, sebagaimana firman
Allah,
ْ ُ‫ُوا فََأخ َْذنَاهُم بِ َما َكان‬
َ‫وا يَ ْك ِسبُون‬ ْ ‫ض َولَـ ِكن َك َّذب‬
ِ ْ‫ت ِّمنَ ال َّس َما ِء َواَألر‬ ْ َ‫وا َواتَّق‬
ٍ ‫وا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِهم بَ َر َكا‬ ْ ُ‫َولَوْ َأ َّن َأ ْه َل ْالقُ َرى آ َمن‬

Walau anna ahlal-qurā āmanụ wattaqau lafataḥnā 'alaihim barakātim minas-samā`i wal-
arḍi wa lāking każżabụ fa akhażnāhum bimā kānụ yaksibụn

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al-A’raf: 96)

Dan amar ma’ruf tujuan intinya adalah menyeru kepada keimanan dan berdakwah kepada
ketaqwaan. Maka dengan amar ma’ruf dan nahi munkar turunlah keberkahan di dalam rizki-
rizki mereka dan dengannya pula dihapuskan segala kesalahan, Nabi bersabda,

‫ُوف َوالنَّهْي ع َْن ْال ُم ْن َكر‬


ِ ‫ص َدقَةُ َواَأْل ْم ُر بِ ْال َم ْعر‬ َّ ‫ تُ َكفِّ ُرهَا َال‬, ‫فِ ْتنَة ال َّرجُل فِي َأ ْهله َو َماله َو َولَده‬
َّ ‫صاَل ةُ َوال‬

“Fitnah (dosa/ keburukan) seseorang di dalam keluarganya, hartanya dan anaknya dihapuskan
oleh shalat, shadaqah, dan amar ma’ruf nahi munkar.” (Al-Bukhari)

4. Tidak diijabahnya do’a,

dan ini adalah perkara yang mengerikan karena seseorang hamba sangat fakir kepada Allah,
maka apabila dia berdo’a kemudian tidak dikabulkan oleh Allah, maka dia termasuk orang
yang celaka.Tidak terkabulnya do’a karena ditinggalkannya amar ma’ruf. Hal ini ditunjukkan
oleh sabda Nabi,

َ ‫ُوش َك َّن هَّللا ُ َأ ْن يَ ْب َع‬


َ‫ث َعلَ ْي ُك ْم ِعقَابا ً ِم ْن ِع ْن ِد ِه ثُ َّم لَتَ ْد ُعنَّهُ فَال‬ ِ ‫َوالَّ ِذى نَ ْف ِسى بِيَ ِد ِه لَتَْأ ُمر َُّن بِ ْال َم ْعر‬
ِ ‫ُوف َولَتَ ْنهَ ُو َّن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َأوْ لَي‬
‫يَ ْست َِجيبُ لَ ُك ْم‬

“Demi yang jiwaku di tanganNya hendaklah kalian beramar ma’ruf dan nahi munkar, atau
(kalau tidak) hampir-hampir Allah akan menurunkan adzab kepada kalian kemudian kalian
kemudian kalian berdo’a dan tidak dikabulkan.”

5. Turunnya berbagai macam musibah ,baik yang nampak maupun yang tersembunyi.

Apabila dalam suatu negeri tidak ditegakkan amar ma’ruf dan tidak ada pengingkaran
terhadap kemungkaran dan kemaksiatannya. Dan kemaksiatan apabila tersembunyi, maka
dampaknya hanyalah untuk pelakunya saja. Adapun apabila dilakukan dengan terang-
terangan dan tidak ada yang mengingkarinya, maka dampaknya akan menimpa seluruh
manusia, ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anfal: 25.

ِ ‫وا َأ َّن هّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬


‫ب‬ ْ ‫صةً َوا ْعلَ ُم‬ ْ ‫ظلَ ُم‬
َّ ‫وا ِمن ُك ْم خَ آ‬ َ َ‫صيبَ َّن الَّ ِذين‬ ْ ُ‫َواتَّق‬
ِ ُ‫وا فِ ْتنَةً الَّ ت‬

Wattaqụ fitnatal lā tuṣībannallażīna ẓalamụ mingkum khāṣṣah, wa'lamū annallāha


syadīdul-'iqāb

“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zhalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaanNya.”(Al-Anfal:
25)

Maka tidaklah terjadi musibah dan fitnah yang menimpa kaum Muslimin di seluruh penjuru
dunia saat ini, melainkan karena tersebarnya kamaksiatan dan kebanyakan manusia tidak
peduli lagi dengan amar ma’ruf nahi munkar. Oleh karena itu cermatilah firman Allah,

َ‫ك لِيُ ْهلِكَ ْالقُ َرى بِظُ ْل ٍم َوَأ ْهلُهَا ُمصْ لِحُون‬
َ ُّ‫َو َما َكانَ َرب‬

Wa mā kāna rabbuka liyuhlikal-qurā biẓulmiw wa ahluhā muṣliḥụn

“Dan Rabbmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang
penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Hud: 117)

6. Turunnya laknat yaitu dijauhkan dari rahmat Allah,

Laknat tidak terjadi melainkan karena seseorang melakukan dosa besar. Dan Allah telah
mengabarkan bahwasanya Dia telah melaknat orang-orang sebelum kita yaitu Bani Isra`ilk
arena mereka meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Allah Ta’ala berfirman,
‫وا الَ يَتَنَاهَوْ نَ عَن‬ْ ُ‫ُون َكان‬ ‫وا يَ ْعتَد َـ‬ْ ُ‫صوا َّو َكان‬ َ ِ‫يل َعلَى ِل َسا ِن دَا ُوو َد َو ِعي َسى ا ْب ِن َمرْ يَ َم َذل‬
َ ‫ك بِ َما َع‬ ْ ‫لُ ِعنَ الَّ ِذينَ َكفَر‬
َ ‫ُوا ِمن بَنِي ِإ ْس َراِئ‬
ْ ُ‫س َما َكان‬
َ‫وا يَ ْف َعلُون‬ َ ‫ُّمن َك ٍر فَ َعلُوهُ لَبِْئ‬

Lu'inallażīna kafarụ mim banī isrā`īla 'alā lisāni dāwụda wa 'īsabni maryam, żālika bimā
'aṣaw wa kānụ ya'tadụn, Kānụ lā yatanāhauna 'am mungkarin fa'alụh, labi`sa mā kānụ
yaf'alụn

“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera
Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Al-Ma`idah:78-79)

7. Punahnya hukum dan syiar Islam.

Ini adalah bahaya yang paling besar dari sekian bahaya ditinggalkannya amar ma’ruf nahi
munkar. Karena tidaklah hukum-hukum Islam dan syiar-syiarnya menjadi asing melainkan
karena mereka tidak mengenal Islam. Hal itu disebabkan karena tidak adanya para penyeru
kepada yang ma’ruf dan penentang kemungkaran. Maka kita dapati saat ini orang-orang
Islam yang justru mempermainkan dan memperolok-olok hukum dan syiar Islam. Padahal
memperolok-olok dan mempermainkan syariat Islam adalah salah satu perbuatan yang bisa
mengeluarkan seseorang dari Islam, maka hendaklah kita berhati-hati dari hal yang demikian.

Demikian bahaya-bahaya ditimbulkan ketika kita meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar,
maka dari sini kita tahu betapa pentingnya perkara ini.

ْ ‫اَقُ ْو ُل قَ ْولِي ه َذا َوا‬


‫ اِنَّهُ ُه َو ال َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ِم‬,‫ستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْيم لِي َولَ ُك ْم‬

“Aquulu qoulii haadza. wastaghfirullah al-‘adzim li wa lakum, innahu huwal ghofuru rohim”

KHUTBAH JUM’AT KEDUA

ِ ‫ت اَ ْع َمالِنَا َمنْ يَّ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬


ْ‫ض َّل لَهُ َو َمن‬ َ ْ‫سنَا َو ِمن‬
ِ ‫سيَِّئا‬ ُ ْ‫ستَ ْغفِ ُرهُ َونَ ُع ْو ُذ بِاهللِ ِمن‬
ِ ُ‫ش ُر ْو ِر اَ ْنف‬ ْ َ‫انّ ا ْل َح ْم َدهللِ نَ ْح َم ُدهُ َون‬
َ َ‫ستَ ِع ْينُهُ َون‬
ُ‫ي لَه‬َ ‫ضلِ ْلهُ فَاَل هَا ِد‬ ْ ُ‫ي‬

“Innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruh, wa na’udzubillahi min


syururi anfusina wa min sayyiati a’malina man yahdillah fala mudhilla lah wa man yudhlilhu
fala haadiya lah”
َ ‫سلِّ ْم َوبَا ِركْ َعلَى‬
َ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ألِ ِه َو‬
‫ص ْحبِ ِه اَ ْج َم ِعيْنَ اَ َّما بَ ْع ُد‬ َ ‫صلِّي َو‬
َ ‫اللّ ُه َّم‬
“Allahumma sholli wa sallim wa baarik ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi wa
sohbihi ajma’in amma ba’du”

َّ ‫يَا اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ اَ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح‬
ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُم ْوتُنَّ اِاَّل َواَ ْنتُ ْم ُم‬
َ‫سلِ ُم ْون‬

“Ya ayyuhalladzina amanuttaqullaha haqqa tuqotihi wala tamutunna illa wa antum


muslimun”

ِ ‫ِب ۡس ِم ٱهَّلل ِ ٱل َّر ۡح ٰ َم ِن ٱل َّر ِح‬


‫يم‬

ۡ ‫َو ۡٱل َع‬


‫ص ِر‬

َ ٰ ‫ِإنَّ ٱِإۡل ن‬
‫سنَ لَفِي ُخ ۡس ٍر‬

‫ص ۡب ِر‬
َّ ‫ص ۡو ْا بِٱل‬ ِّ ‫ص ۡو ْا بِ ۡٱل َح‬
َ ‫ق َوت ََوا‬ َ ‫ت َوتَ َوا‬ َّ ٰ ‫ِإاَّل ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُو ْا َو َع ِملُو ْا ٱل‬
ِ ‫صلِ ٰ َح‬

wal-'aṣr, innal-insāna lafī khusr, illallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi

wa tawāṣau biṣ-ṣabr.

1. Demi masa

2. sungguh manusia berada dalam kerugian

3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati

untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (Surah Al Ashr ayat 1-3)

ْ َ‫سلِّ ُموا ت‬
‫سلِي ًما‬ َ ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي ۚ يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬
َ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫ِإنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي‬

“ innAllaha wa malaikatahu yusholluna alan nabiy, ya ayyuhalladzina amanu shollu alaihi


wa sallimu taslima”

َ ‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم ِإنـَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد اَللَّ ُه َّم با َ ِركْ ع‬


‫َلى ُم َح َّم ٍد‬ ِ ‫صلَّيْتَ عَل َى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َوعَل َى‬ َ ‫للَّ ُه َّم‬
َ َ ‫ص ِّل عَل َى ُم َح َّم ٍد َوعَل َى آ ِل ُم َح َّم ٍد َكما‬
‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم ِإنـَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
ِ ‫َلى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َوعَل َى‬ ْ َ َ َ
َ ‫َوعَل َى آ ِل ُم َح َّم ٍد كما با َركتَ ع‬
“Allohumma solli ‘ala sayyidina muhammad, wa ‘alaa aali sayyidina muhammad, kamaa
sollaita ‘alaa aali sayyidina ibroohim, wa baarik ‘alaa sayyidina muhammad, wa ‘alaa aali
sayyidina muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali sayyidina ibroohim, fil ‘aalamiina innaka
hamiidummajiid”.

‫ت ِو يَا‬
ِ ‫ب ال َّدع َْوا‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي‬
ُ ‫ب ُم ِج ْي‬ ِ ‫ت االَ ْحيِا ِء ِم ْن ُه ْم َواالَ ْم َوا‬
َ ‫ت اِنَّ َك‬ ِ ‫ت َوال ُمْؤ ِمنِيْنَ َوال ُمْؤ ِمنَا‬
ِ ‫سلِ َما‬
ْ ‫سلِ ِميْنَ َوال ُم‬ْ ‫للّ ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم‬
‫ت‬
ِ ‫اجا‬ َ ‫الح‬
َ ‫اض َي‬ ِ َ‫ق‬

“Allahummaghfir lil muslimina wa muslimat wal mukminina wal mukminat al-ahya minhum
wal amwat inaka sami’un qoribun mujibud da’wat ya qodhiyal hajat”
ٰ
‫ت َو َر ْح َمةً ِع ْن َد‬ ِ ‫ق َوت َْوبَةً قَ ْب َل ا ْل َم ْو‬ ِّ ‫س ِد َو ِزيَا َدةً فِى ا ْل ِع ْل ِم َوبَ َر َكةً فِى‬
ِ ‫الر ْز‬ َ َ‫سَألُك‬
َ ‫سالَ َمةً فِى ال ِّد ْي ِن َوعَافِيَةً فِى ا ْل َج‬ ْ َ‫اَللّ ُه َّم اِنَّا ن‬
ِ ‫ت َو َم ْغفِ َرةً بَ ْع َد ا ْل َم ْو‬
‫ت‬ ِ ‫ا ْل َم ْو‬

“Allaahumma innaa nas aluka salaamatan fid diini wa 'aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil
'ilmi wa barokatan firrizqi wa taubatan qoblal mauti wa rohmatan 'indal mauti wa
maghfirotan ba'dal mauti”

ٰ
‫ب‬ َ ‫ت َوالنَّ َجاةَ ِمنَ النَّا ِر َوا ْل َع ْف َو ِع ْن َد ا ْل ِح‬
ِ ‫سا‬ ِ ‫ت ا ْل َم ْو‬ َ ‫اَللّ ُه َّم ه َِّونْ َعلَ ْينَا فِى‬
ِ ‫س َك َرا‬

“Allohumma hawwin 'alaina fii sakaraatil mauti wannajaata minan naari wal'afwa 'indal
hisaabi”

ُ ‫َربَّنَا الَتُ ِز ْغ قُلُ ْوبَنَا بَ ْع َد اِ ْذ َه َد ْيتَنَا َوه َْب لَنَا ِمنْ لَ ُد ْن َك َر ْح َمةً اِنَّكَ اَ ْنتَ ا ْل َوه‬
‫َّاب‬

“Robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wahab lanaa milladunka rahmata
innaka antal wahhab”

َ ‫سنَةً َوفِي ْاَأل ِخ َر ِة َح‬


َ ‫سنَةً َوقِنَا َع َذ‬
‫اب النَّا ِر‬ َ ‫َربَّنَا َأتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح‬

“Rabbanaa aatinaa fiddunnyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah, waqinaa 'adzaa ban
naar”

‫والحمد هلل رب العالمين‬

Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

Aqimusholah..

Anda mungkin juga menyukai