Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ONTOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Wiwin Siti Aminah Rohmawati, M.Ag.

Oleh :
Ega Saputra
Rizal Jaelani
Fahmi fahrudin
M Ghifari husni S
FAKULTAS SYARIAH
PRODI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS
JAWA BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah filsafat umum ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Ibu pada mata kuliah Filsafat Umum. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang ontologi bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu pada mata kuliah Filsafat
Umum yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang ontologi.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 05 April 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3

2.1 Pengertian Ontologi..................................................................3


2.2 Sudut Pandang...........................................................................4
2.3 Aliran Ontologi.........................................................................5
2.4 Manfaat Ontologi......................................................................9

BAB III PENUTUP.......................................................................................10

3.1 Kesimpulan...............................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik
bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga
untuk memahami masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-
pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang
lingkup filsafat.

Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau
bagian yaitu epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita
memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang
hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai
yang membahas tentang guna pengetahuan. Mempelajari ketiga cabang tersebut
sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang lingkup dan
pembahansannya.

Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat,


hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang berbeda pula.
Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat
pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain.
Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang
hakiki dan hubungannya dengan daya pikir. Sedangkan aksiologi sebagai teori
nilai membahas tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi,
tujuan dan perkembangannya.

Di antara ketiga teori disebut ontologi dikenal sebagai satu kajian


kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki
pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles.
Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan
kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan

1
bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala
sesuatu. Thales berpenderian bahwa segala sesuatu tidak berdiri dengan
sendirinya melainkan adanya saling keterkaitan dan keetergantungan satu dengan
lainnya.

Ontologi secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan apa
adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta.
Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana
realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan
dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu
pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realita.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian ontologi?

2. Bagaimana sudut pandang ontologi?

3. Apa saja aliran ontologi?

4. Apa saja manfaat ontologi?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian ontologi

2. Untuk mengetahui sudut pandang ontologi

3. Untuk mengetahui aliran ontologi

4. Untuk mengetahui manfaat ontologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN ONTOLOGI

Filsafat merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang teori-teori


abstrak membuat orang seringkali mengalami kesulitan dalam memahaminya jika
hanya berdasarkan pengertian saja. Ontologi merupakan salah satu kajian
kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki
pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles.
Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan
kenyataan.

Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa
air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala
sesuatu.Thales merupakan orang pertama yang berpendirian sangat berbeda di
tengah-tengah pandangan umum yang berlaku saat itu. Di sinilah letak pentingnya
tokoh tersebut. Kecuali dirinya, semua orang waktu itu memandang segala sesuatu
sebagaimana keadaannya yang wajar. Apabila mereka menjumpai kayu, besi, air,
daging, dan sebagainya, hal-hal tersebut dipandang sebagai substansi-substansi
(yang terdiri sendiri-sendiri). Dengan kata lain, bagi kebanyakan orang tidaklah
ada pemilihan antara kenampakan (appearance) dengan kenyataan (reality).
Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala
sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa
dianggap ada berdiri sendiri).

Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud (being) dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang
pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada
menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada
manusia, ada alam, dan ada kausa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh,
teratur, dan tertib dalam keharmonisan. Ontologi dapat pula diartikan sebagai ilmu
atau teori tentang wujud hakikat yang ada.

3
Obyek ilmu atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat
dijangkau pancaindera. Dengan demikian, obyek ilmu adalah pengalaman
inderawi. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika
semata. Pengertian ini didukung pula oleh pernyataan Runes bahwa “ontology is
the theory of being qua being”, artinya ontologi adalah teori tentang wujud.

Contoh ontologi yang sudah umum diterapkan dalam kehidupan sehari-


hari yaitu meja. Dalam ontologi meja yaitu menggunakan realitas tentang meja.
Realitasnya adalah terdapat gambara atau ide yang membuat kita mengenali
sebuah meja.

Tidak peduli berapa banyak model meja yang ada, tidak peduli berapapun
ukurannya, warnanya, dan fisiknya yang berbeda, benda tersebut tetaplah sebuah
meja. Inilah yang menjadi realitas dari ide dan gambaran yang ada.

ontoh ontologi lainnya yaitu tentang sahabat. Kita pasti memiliki sahabat
yang sudah dikenal sejak lama dan selalu bersama setiap hari saat masa-masa
sekolah. Namun setelah tamat sekolah terpaksa harus berpisah karena tujuan
hidup masing-masing.

Kemudian kembali bertemu lagi dengan sahabat setelah 7 tahun lamanya.


Saat bertemu pasti dia akan memiliki perubahan fisik entah itu tinggi, berat badan,
model rambut, dan lainnya. Tidak peduli perubahan tersebut, dia tetaplah seorang
sahabat selama masa sekolah. Kita akan tetap mengenalinya sebagai seorang
sahabat.

2.2 SUDUT PANDANG ONTOLOGI

Pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada.
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua
macam sudut pandang :

a. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal


atau jamak?

4
b. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)
tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki
warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum. Secara sederhana
ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis.

2.3 ALIRAN ONTOLOGI


Dalam mempelajari ontologi muncul beberapa pertanyaan yang kemudian
melahirkan aliran-aliran dalam filsafat. Dari masing-masing pertanyaan
menimbulkan beberapa sudut pandang mengenai ontologi. Pertanyaan itu berupa
“Apakah yang ada itu? (What is being?)”, “Bagaimanakah yang ada itu? (How is
being?)”, dan “Dimanakah yang ada itu? (Where is being?)”.

a. Apakah yang ada itu? (What is being?) Dalam memberikan jawaban


masalah ini lahir lima filsafat, yaitu sebagai berikut :

1. Aliran monoisme dalam filsafat

Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua.
Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi
ataupun berupa ruhani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan
berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan
dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Plato adalah tokoh filsuf yang
bisa dikelompokkan dalam aliran ini, karena ia menyatakan bahwa alam ide
merupakan kenyataan yang sebenarnya. Istilah monisme oleh Thomas Davidson
disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran :

a) Materialisme dalam filsafat


Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan
ruhani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat
mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.
Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales (624-546
SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air, karena pentingnya bagi

5
kehidupan. Anaximander (585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal itu adalah
udara, dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan.
Demokritos (460-370 SM) berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-
atom yang banyak jumlahnya, tak dapat dihitung dan amat halus. Atom-atom
itulah yang merupakan asal kejadian alam.

b) Idealisme dalam filsafat


Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Aliran ini menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang tidak
tampak. Bagi aliran ini, sejatinya sesuatu justru terletak dibalik yang fisik. Ia
berada dalam ide-ide, yang fisik bagi aliran ini dianggap hanya merupakan
bayang-bayang, sifatnya sementara, dan selalu menipu. Eksistensi benda fisik
akan rusak dan tidak akan pernah membawa orang pada kebenaran sejati.
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato (428-348
SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti ada
idenya yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati
ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang
menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.

2. Aliran Dualisme dalam Filsafat


Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh,
jasad dan spirit. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri
sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan
dalam alam ini.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai
bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia
kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantum dalam bukunya
Discours de la Methode (1637) dan Meditations de Prima Philosophia (1641).
Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal dengan Cogito
Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping Descartes,

6
ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von
Leibniz (1646-1716 M).

3. Aliran Pluralisme dalam Filsafat


Aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy
and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam
ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas.
Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan
Empedocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri
dari empat unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah
William James (1842-1910 M) yang mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang
mutlak, berlaku umum, bersifat tetap, berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang
mengenal.

4. Aliran Nihisme dalam Filsafat


Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah
doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah nihilisme
diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di Rusia.
Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno,
yaitu pada pandangan Gorgias (485-360 SM) yang memberikan tiga proposisi
tentang realitas. Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu
ada, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia
tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh lain aliran ini adalah
Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam pandangannya dunia terbuka untuk
kebebasan dan kreativitas manusia. Mata manusia tidak lagi diarahkan pada suatu
dunia di belakang atau di atas dunia di mana ia hidup.

5. Aliran Agnostisisme dalam Filsafat


Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat
benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata agnostisisme berasal dari

7
bahasa Grik Agnostos, yang berarti unknown. A artinya not, gno artinya know.
Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu
menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan
dapat kita kenal.
Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-
tokohnya seperti, Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal dengan julukan
sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang menyatakan bahwa manusia tidak
pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang sama
sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Berbeda
dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa
satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena hanya manusialah yang dapat
memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980
M), yang mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya
manusia bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang). Jadi,
agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan
manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.

b. Bagaimanakah yang ada itu? (How is being?)

Apakah yang ada itu sebagai sesuatu yang tetap, abadi, atau berubah-
ubah? Dalam hal ini, Zeno (490-430 SM) menyatakan bahwa sesuatu itu
sebenarnya khayalan belaka. Pendapat ini dibantah oleh Bergson dan Russel.
Seperti yang dikatakan oleh Whitehead bahwa alam ini dinamis, terus bergerak,
dan merupakan struktur peristiwa yang mengalir terus secara kreatif.

c. Di manakah yang ada itu? (Where is being?)

Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu berada dalam alam ide,
adikodrati, universal, tetap abadi, dan abstrak. Sementara aliran materilisme
berpendapat sebaliknya, bahwa yang ada itu bersifat fisik, kodrati, individual,
berubah-ubah, dan riil.

8
2.4 MANFAAT ONTOLOGI ILMU

Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai


beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut :

a. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan


sistem pemikiran yang ada.
b. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan
eksistensi.
c. Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah
keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan


yang paling kuno. Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan. Pada dasarnya, ontologi
membicarakan tentang hakikat dari suatu benda/sesuatu. Hakikat disini
berarti kenyataan yang sebenarnya (bukan kenyataan yang sementara,
menipu, dan berubah).
2. Dalam ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, yaitu
monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme. Monoisme
adalah paham yang menganggap bahwa hakikat asalnya sesuatu itu
hanyalah satu. Asal sesuatu itu bisa berupa materi (air, udara) maupun
ruhani (spirit, ruh).
Dualisme adalah aliran yang berpendapat bahwa asal benda terdiri dari dua
hakikat (hakikat materi dan ruhani, hakikat benda dan ruh, hakikat jasad
dan spirit). Pluralisme adalah paham yang mengatakan bahwa segala hal
merupakan kenyataan. Nihilisme adalah paham yang tidak mengakui
validitas alternatif yang positif.
Dan agnostisisme adalah paham yang mengingkari terhadap kemampuan
manusia dalam mengetahui hakikat benda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
ontologi meliputi hakikat kebenaran dan kenyataan yang sesuai dengan
pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari perspektif filsafat tentang apa
dan bagaimana yang “ada” itu. Adapun monoisme, dualisme, pluralisme,
nihilisme, dan agnostisisme dengan berbagai nuansanya, merupakan
paham ontologi yang pada akhirnya menentukan pendapat dan kenyakinan
kita masing-masing tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsgd.ac.id/19402/1/Enden_FilsafatIlmu.pdf

https://www.tongkronganislami.net/ontologi-filsafat-ilmu/

Anda mungkin juga menyukai