Anda di halaman 1dari 11

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI

Dosen Pengampu:

Dr. Rina Rehayati, M. Ag

Disusun oleh:

KELOMPOK 9

1. Dinda Putri Mardhatillah (11930120959)


2. F. Maulani Kulsum (11930120459)

PRODI ILMU HADITS / 5B


FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Allah SWT karena dengan


rahmat, karunia, dan hidayah-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah
“Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi” ini. Shalawat dan salam kita
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah bersusah payah mengajak
umatnya dan menjadi tauladan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan juga
penyusun berterima kasih pada Bunda Dr. Rina Rehayati, M. Ag selaku dosen
mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah memberikan tugas ini kepada penyusun.

Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa itu kisah dalam
alquran. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu,
penyusun berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Pekanbaru, 24 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian..............................................................................................2
B. Ontologi.................................................................................................3
C. Epistemologi..........................................................................................4
D. Aksiologi...............................................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................7

DAFTAR KEPUSTAKAAN...................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah filsafat tidak selalu lurus, terkadang berbelok kembali ke


belakang, sedangkan sejarah ilmu selalu maju. Dalam sejarah pengetahuan
manusia, filsafat dan ilmu selalu berjalan beriringan dan saling berkaitan.
Filsafat dan ilmu mempunyai titik singgung dalam mencari kebenaran.
Ilmu bertugas melukiskan dan filsafat bertugas menafsirkan fenomena
semesta, kebenaran berada disepanjang pemikiran, sedangkan kebenaran
ilmu berada disepanjang pengalaman. Tujuan berfilsafat menemukan
kebenaran yang sebenarnya. Jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun
secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat.

Berbicara tentang ilmu dan filsafat pada dasarnya filsafat berusaha


untuk menyatupadukan daripada masing-masing disiplin ilmu. Tugas
filsafat yaitu berupaya mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu
pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang
luas. Akan tetapi, ada hubungan timbal balik atau adanya interaksi antara
ilmu dan filsafat. Salah satunya adalah keterkaitan antara permasalahan
filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila
pembahasannya tidak ingin dikatakan nisbi dan salah. Ilmu tidak terlepas
dari landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi. Berikut pemakalah
akan memaparkan penjelasan mengenai ontologi, epistemologi, dan
aksiologi dalam filsafat ilmu.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari ontology?
b. Apa pengertian dari epistemology?
c. Apa pengertian dari aksiologi?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Kata ontology, epistemology, dan aksiologi menurut bahasa berasal


dari Bahasa Yunani. Kata ontology berasal dari kata “ontos” yang berarti
“berada (yang ada)”. Kata epistemology berasal dari Bahasa Yunani
artinya knowledge yaitu pengetahuan.1 Kata tersebut terdiri dari dua suku
kata yaitu logia artinya pengetahuan dan episteme artinya tentang
pengetahuan.2 Jadi, pengertian etimologi tersebut, maka dapatlah
dikatakan bahwa epistemology merupakan pengetahuan. Dan kata
aksiologi berasal dari kata “axios” yang berarti “bermanfaat”. Ketiga kata
tersebut ditambah dengan kata “logos” berarti “ilmu pengetahuan, ajaran
dan teori”.3

Menurut istilah, ontology adalah ilmu hakekat yang menyelidiki


alam nyata ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. 4 Epistemology
adalah ilmu yang membahas secara mendalam segenap proses penyusunan
pengetahuan yang benar.5 Sedangkan aksiologi adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki hakikat nilai yang dituju dari sudut kefilsafatan. 6 Dengan
demikian ontology adalah ilmu pengetahuan yang meneliti segala sesuatu
yang ada. Epistemology adalah ilmu yang membahas tentang teori,
sedangkan aksiologi adalah kajian tentang nilai ilmu pengetahuan.

1
Rodric Firth, Encyclopedia Internasional, (Philippines: Incorperation, 1972), hal. 105.
2
Harry Hamersma, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal.
15.
3
Tim Penulis Rosdakarya, Kamus Filsafat, (Cet. I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995),
hal. 30.
4
Jalaludin dan Abdullah Idi, FIlsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998),
hal. 69.
5
Jujun Suariasumantari, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, hal. 105.
6
Louis Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Cet. V; Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), hal. 327.

2
B. Ontologi

Ontology adalah bagian filsafat yang paling umum, atau


merupakan bagian dari metafisika, dan metafisika merupakan salah satu
bab dari filsafat. Objek telaah ontology adalah yang ada tidak terikat pada
satu perwujudan tertentu, ontology membahas tentang yang ada secara
universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang
meliputi segala realitas dalam semua bentuknya.7 Setelah menjelajahi
segala bidang utama dalam ilmu filsafat, seperti filsafat manusia, alam
dunia, pengetahuan, kehutanan, moral dan sosial, kemudian disusunlah
uraian ontology. Maka ontology sangat sulit dipahami jika terlepas dari
bagian-bagian dan bidang filsafat lainnya, dan ontology adalah bidang
filsafat yang paling sukar.8 Metafisika membicarakan segala sesuatu yang
dianggap ada, mempersoalkan hakekat.9

Hakekat ini tidak dapat dijangkau oleh panca indera karena tak
terbentuk, berupa, berwaktu dan bertempat. Dengan mempelajari hakekat
kita dapat memperoleh pengetahuan dan dapat menjawab pertanyaan
tentang apa hakekat ilmu itu.

Ditinjau dari segi ontology, ilmu membatasi diri pada kajian yang
bersifat empiris.10 Objek penelaah ilmu mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa hal-hal yang sudah berada diluar jangkauan
manusia tidak dibahas oleh ilmu karena tidak dapat dibuktikan secara
metodologis dan empiris, sedangkan ilmu itu mempunyai ciri tersendiri
yakni berorientasi pada dunia empiris.

7
Inu Kencana Syafii, Pengantar Filsafat, (Cet. I; Bandung: Refika Aditama, 2004), hal.
9.
8
Anton Bakker, Ontologi dan Metafisika Umum: Filsafat Pengada dan Dasar-Dasar
Kenyataan, (Cet. VII; Yogyakarta: Kanisius, 1997), hal. 5.
9
Enden Haetami, Filsafat Ilmu: Mengetengahkan Problem Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi dengan Mengurai Objek Materi, Objek Forma Sain dan Filsafat, (Cet. I; Bandung:
Yayasan Bhakti Ilham, 2017), hal. 4.
10
Jujun Suariasumantri, Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan tentang
Hakekat Ilmu, (Cet. IX; Jakarta: Gramedia, 1991), hal.5.

3
Suatu pengkajian ilmiah hendaklah dilandasi dengan asumsi yang
tegas, yaitu tersurat karena yang belum tersurat dianggap belum diketahui
atau belum mendapat kesamaan pendapat. Pertanyaan mendasar yang
muncul dalam tataran ontology adalah untuk apa penggunaan pengetahuan
itu? Artinya untuk apa orang mempunyai ilmu apabila kecerdasannya
digunakan untuk menghancurkan orang lain, missalnya seorang ahli
ekonomi yang memakmurkan saudaranya tetapi menyengsarakan orang
lain, seorang ilmuan politik yang memiliki strategi perebutan kekuasaan
secara licik.

C. Epistemologi

Epistemologi adalah cara mendapatkan pengetahuan yang benar,


karena epistemologi itu adalah teori pengetahuan, tidak lain dan tidak
bukan merupakan kelanjutan yang tak terpisahkan dari ontologi seperti
yang telah dijelaskan di atas. Tanpa pemahaman yang utuh tentang
ontologi dari ‘suatu hakekat’, mustahil kita akan dapat memahami dan
menjawab dari pertanyaan “apa” yang sedang kita cari jawabannya.

Hal senada juga dengan aspek epistemologi atau teori pengetahuan


dari sesuatu, yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dasar-dasar, dan pertanggungjawaban tentang
pengetahuan yang dimilikinya. Proses pencarian epistemology atau teori
suatu pengetahuan yang sedang kita amati dan kita cari, biasanya
didasarkan atas pertimbangan sikap skeptis, karena dengan sikap ragu
itulah orang mencari tahu tentang berbagai hal yang melingkupinya. Maka
dari sinilah kemudian lahir berbagai pengetahuan baru yang tergali tentang
sesuatu tersebut.11

Misal sederhana yang akhirnya menyebabkan lahirnya ilmu


kedokteran, karena mulanya para ahli mempertanyakan tentang ilmu

11
Mohamad Ramdon Dasuki,Tiga Aspek Utama dalam Kajian Filsafat Ilmu; Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi, (Universitas Pamulang), hal. 82.

4
biologi yang berurusan penyembuhan suatu penyakit mahluk hidup.
Biologi sebagai induk dari ilmu pengetahuan akhirnya menghasilkan
cabang ilmu pengetahuan baru seperti ilmu kedokteran, setelah mengalami
skeptisme tentang mahluk hidup yang terserang suatu penyakit yang harus
ditemukan cara penyembuhannya.

Maka dengan kata lain, jika tahapan ontologi telah terungkap maka
tahapan berikutnya adalah tahapan pencarian pengetahuan atau teori suatu
pengetahuan yang sedang diamati, sehingga kelak akan tersusun suatu
pembagian dan perbedaan antara suatu pengetahuan yang satu dengan
yang lainnya. Sebagaimana juga akan terungkap perbedaan antara suatu
pengetahuan yang satu dengan yang lainnya, setelah memasuki tahap
epistemologi ini.

D. Aksiologi

Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai


dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”.
Sedangkan pengertian aksiologi menurut Jujun S. Suriasumantri adalah
teori, nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh.12 Sejak dalam tahap-tahap pertama pertumbuhannya ilmu sudah
dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan, untuk
menguasai alam melainkan juga untuk memerangi sesama manusia dan
menguasai mereka. Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang pada
hakekatnya mempelajari alam sebagaimana adanya mulai
mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya: untuk apa sebenarnya
ilmu itu harus dipergunakan? Dimana batas wewenang penjelajahan
keilmuan? Ke arah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan?
Pertanyaan semacam ini jelas tidak merupakan urgensi bagi ilmuan seperti
Copemicus, Galileo dan ilmuan seangkatannya. Namun, bagi ilmuan yang
hidup dalam abad kedua puluh yang telah mengalami dua kali perang

12
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 1576.

5
dunia dan hidup dalam bayangan kekhawatiran perana dunia ketika
pertanyaan-pertanyaan tak dapat dielakkan. Dan untuk menjawab
pertanyaan itu maka ilmuan berpaling kepada hakekat moral.13

Aksiologi berkaitan dengan kegunaan dari suatu ilmu, hakekat ilmu


sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang didapat dan berguna untuk kita
dalam menjelaskan, meramalkan dan menganalisa gejala-gejala alam.14
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa aksiologi merupakan ilmu
yang mempelajari hakekat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan.

13
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu.
14
Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu, hal. 29-32.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan merupakan cabang dari filsafat yang bersifat khusus.


Filsafat pendidikan dapat di artikan juga upaya mengembangkan potensi-
potensi manusiawi, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi
dalam perjalanan hidupnya. Pendidikan bertujuan menyiapakan pribadi
dalam keseimbanagan dan kesatuan guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan.Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat di bedakan
menjadi 3 macam yaitu, Ontologi adalah ilmu pendidikan yang membahas
tentang hakikat subtansi dan pola organisasi ilmu pendidikan. Epistimologi
adalah ilmu pendidikan yang membahas tentang hakikat objek formal dan
material ilmu pendidikan. Dan yang terakhir adalah Aksiologi yaitu ilmu
pendidikan yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan
praktis ilmu pendidikan.

7
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Haetami, Enden. 2017. Filsafat Ilmu: Mengetengahkan Problem Ontologi,


Epistemologi, dan Aksiologi dengan Mengurai Objek Materi, Objek Forma Sain
dan Filsafat, Bandung: Yayasan Bhakti Ilham.

Ramdon Dasuki, Mohamad. 2019. Tiga Aspek Utama dalam Kajian Filsafat Ilmu;
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi, Universitas Pamulang.

Bakker, Anton. 1997. Ontologi dan Metafisika Umum: Filsafat Pengada dan Dasar-
Dasar Kenyataan, Yogyakarta: Kanisius.

Kattsoff, Louis. 1992. Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai