Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MENGENAL ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI DALAM


ILMU FILSAFAT DAN SAINS

Makalah ini dibuat dan ditunjukkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

“Studi Falsafah Ulum”

Dosen Pengampu:

Dr. Win Usuluddin, M.Hum.

Disusun Oleh:

Abd Ghoni Fahmi (212104020008)

Ilmu Hadits 2

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri KH. Achmad Shiddiq

2022
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
tugas “Studi Falsafah Ulum”. Sebatas pengetahuan dan kemampuan yang saya
miliki, dan juga saya berterima kasih kepada bapak Dr. Win Usuluddin, M.Hum.
selaku dosen mata kuliah “Studi Falsafah Ulum” yang telah memberikan
bimbingan dalam mengerjakan tugas ini.

Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan saya. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya
harapkan. untuk itu saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga tugas yang saya kerjakan ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya, sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Jember, 9 November 2022

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar belakang1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Ontologi: Hakikat yang dikaji3

2.2 Epistemologi: Cara memperoleh pengetahuan dan sifat ilmu 4

2.3 Aksiologi: Nilai dan manfaat ilmu 5

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 7

3.1 Ontologi: Hakikat yang dikaji7

3.2 Epistemologi: Cara memperoleh pengetahuan dan sifat ilmu 9

3.3 Aksiologi: Nilai dan manfaat ilmu 13


BAB III PENUTUP 16

4.1 Kesimpulan 16

4.2 Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah filsafat tidak selalu linier, sejarah maju mundur sedangkan ilmu
pengetahuan selalu berkembang. Dalam sejarah pengetahuan, filsafat dan sains
memiliki peran penting masing-masing dan saling berhubungan. Filsafat dan sains
memiliki kontak dengan kebenaran. Ilmu yang dijelaskan dan diungkapkan dalam
buku-buku itu benar-benar ada, kebenaran diperoleh dari pemikiran dan
kebenaran diperoleh dari pengalaman. Adapun tujuan filsafat adalah untuk
menemukan hakikat kebenaran sejati. Jika kebenaran yang hakiki itu tersusun
secara teratur, maka ia merupakan filsafat yang sistematis. Filsafat sistematis
secara umum dibagi menjadi tiga cabang utama filsafat: epistemologi, ilmu alam,
dan teori nilai.

Sains sebagai produk dari aktivitas pemikiran adalah mercusuar


peradaban, di mana orang-orang berkumpul dan menjalani kehidupan yang lebih
sempurna. Betapa persoalan-persoalan dalam pikiran manusia telah mendorong
pemikiran, pertanyaan, dan kemudian mencari jawaban atas semua yang ada, dan
karena itu manusia adalah pencari kebenaran.

Pada dasarnya kegiatan ilmiah berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan


yang mendasar pada tiga pokok persoalan, yaitu: Apa yang ingin diketahui,
bagaimana memperoleh pengetahuan dan apa nilai pengetahuan itu. Ini sepertinya
pertanyaan yang sangat sederhana, tetapi mencakup beberapa masalah yang
sangat mendasar. Oleh karena itu, untuk menjawab tiga persoalan mendasar
tersebut diperlukan suatu sistem pemikiran yang radikal, sistematis, dan universal
seperti kebenaran-kebenaran ilmu yang dibahas dalam filsafat ilmu. Oleh karena
itu, sains tidak dapat memisahkan landasan ontologi, epistemologi, dan aksioma.
Ontologi berurusan dengan apa yang ingin Anda ketahui tentang teori "menjadi",
yaitu bagaimana sifat objek yang dipelajari mengarah pada pengetahuan. 1

1
Bahrum, Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi. Sulesana (wawasan keislaman: 2013) h,35-45
2

Epistemologi menjelaskan bagaimana proses memperoleh pengetahuan. Dan


aksioma mengacu pada nilai yang terkait dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Dengan membahas ketiga faktor tersebut, maka orang akan memahami
apa itu hakikat ilmu. Tanpa hakikat sains yang sebenarnya, manusia tidak akan
bisa menghargai sains apa adanya. filsafat. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai
satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana yang dimaksud ontologi: hakikat yang dikaji?
2. Bagaimana yang dimaksud epistemologi: cara memperoleh
pengetahuan dan sifatnya ilmu?
3. Bagaimana yang dimaksud aksiologi: nilai kegunaan ilmu?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan:
1. Memenuhi tugas mata kuliah falsafah ulum
2. Mengetahui ontologi: hakikat yang dikaji
3. Mengetahui epistemologi: cara memperoleh pengetahuan dan sifatnya
ilmu
4. Mengetahui aksiologi: nilai kegunaan ilmu

BAB II
PEMBAHASAN
3

2.1 Ontologi: Hakikat yang Dikaji

Ontologi merupakam cabang dari filsafat, atau bagian dari metafisika, dan
metafisika adalah salah satu babnya. Ontologi adalah menanyakan apa yang akan
dipelajari dalam ilmu atau hakikat dari apa yang dipelajari. Apa objek dari suatu
peristiwa di sini? Objek kajian ontologi adalah suatu yang ada tidak terikat pada
perwujudan tertentu; ontologi membahas apa yang ada secara universal, yaitu
berusaha menemukan inti yang memuat seluruh realitas. 2 Dalam pembahasannya
terdapat metafisika yang membahas tentang hal-hal yang mendasar atau
fundamental. Metafisika membahas segala sesuatu yang kita pikir ada,
mempertanyakan sifatnya. Esensi ini tidak dapat dicapai oleh panca indera karena
tidak dipahami, dalam bentuk, ruang dan waktu. Dengan mempelajari alam, kita
dapat memperoleh pengetahuan dan menjawab pertanyaan tentang apa itu hakikat
sains. Namun, elemen panca indera akan memainkan peran yang sangat penting
dalam mempelajari objek kehidupan.3 Panca indera akan membantu menelaah
teori keberadaan, dimana sesuatu yang ada pasti ada dan nyata.

Ada dua interpretasi utama metafisika, yaitu yang supranatural dan


naturalistik. Supernaturalisme berarti ada kekuatan yang lebih besar dari kekuatan
manusia yang ada di dunia nyata. Dalam kehidupan ada semacam gaib berupa roh
yang menjadi syahadat. Kepercayaan yang didasarkan pada supernaturalisme
adalah animisme, di mana orang percaya pada roh nenek moyang manusia. Ada
juga tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti pepohonan, jalan setapak dan
air terjun. Sedangkan kebalikan dari supernaturalisme adalah naturalisme, di mana
orang menganggap bahwa segala sesuatu di alam terjadi dengan sendirinya, yang
merupakan proses dunia nyata. Saat ini mengikuti pemikiran alami ini adalah
materialisme. Materialisme memandang segala sesuatu yang berbentuk sebagai
sesuatu yang dianggap ada jika memiliki bentuk.

2
Inu Kencana Syafii, Pengantar Filsafat (Cet. 1: Bandung: Refika Aditama,2004),h. 9
3
Jujun Suariasumantri, Ilmu dalam P erspektif Sebuah Kumpulan K arangan tentang Hakekat
Ilmu, (Cet. IX; Jakarta: Gramedia, 1991), h., 5.
4

Keberadaan hipotesis memungkinkan orang untuk datang dengan berbagai


kemungkinan untuk memecahkan masalah. Masalah yang ada akan dijadikan
sebagai sarana untuk memperoleh kesimpulan yang akan menjadi pengetahuan.
Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu aturan, dimana aturan
tersebut akan menjadi semacam aturan main sehingga dapat digunakan sebagai
pengubah dalam proses pemecahan masalah. Dalam sebuah hipotesis, seringkali
ada ket erbatasan yang terkait dengan beberapa fokus penelitian. Misalnya, fisika
mengasumsikan bahwa apa yang dipelajarinya adalah tentang keadaan fisik dan
komputasi alam semesta. Sedangkan sosiologi hanya membatasi pembahasannya
pada perilaku dan tindakan manusia dalam kehidupan.

Dalam kehidupan, sifat pengetahuan tidak akan mutlak selamanya. Ketika


ada masalah, sains menawarkan beberapa kemungkinan jawaban. Kemungkinan
ini disebut probabilitas. Dimungkinkan untuk menyelesaikan masalah dengan
lebih dari satu alternatif jawaban.

2.2 Epistemologi: cara memperoleh pengetahuan dan sifat ilmu

Pengetahuan yang diperoleh dari aspek ontologis kemudian ditransfer ke


aspek epistemologis untuk diuji kebenarannya dalam kegiatan tindakan ilmiah.
Menurut Ritchie Calder, proses kegiatan ilmiah dimulai ketika orang mengamati
sesuatu. Epistemologi adalah sarana untuk memperoleh pengetahuan. Ketika kita
ingin mengetahui sesuatu, kita menemukan cara untuk mengetahui apa yang ingin
kita ketahui. Inilah inti dari epistemologi. 4 Metode yang ingin kita gunakan untuk
memperoleh pengetahuan tidak hanya cara yang penting kita dapat mengetahui
sesuatu, tetapi juga cara yang tepat. Pada Abad Pertengahan, segala sesuatu yang
diketahui dianggap sebagai pengetahuan. Konsep dasar pada saat itu adalah
kesamaan. Kemudian, seiring dengan perkembangan abad penalaran, konsep dasar
pengetahuan yang awalnya menggunakan kriteria kesamaan kemudian berubah

4
Jujun Suariasumantri, Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan tentang Hakekat Ilmu,
(Cet. IX; Jakarta: Gramedia, 1991), h., 121
5

menjadi perbedaan. Pohon pengetahuan mulai membentuk cabang baru yang lebih
kompleks. Pada saat itu juga terdapat pembagian bidang ilmu yang kemudian
mulai memadat menjadi ilmu-ilmu alam dan juga ilmu-ilmu sosial.

2.3 Aksiologi: nilai kegunaan ilmu

Sampai pada sebuah pembahasan yang mempertanyakan: Apakah


kegunaan ilmu itu bagi kita? Tak dapat dipungkiri bahwa adanya ilmu telah
banyak mengubah dunia dalam memberantas berbagai termasuk penyakit
kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah kehidupan yang duka. Namun apakah
hal itu selalu begitu? ilmu selalu merupakan berkat dan penyelamat bagi manusia.
Seperti halnya mempelajari atom kita dapat memanfaatkan wujud tersebut sebagai
sumber energy bagi keselamatan manusia, tetapi dipihak lain hal ini juga dapat
berakibat sebaliknya, yakni membawa manusia kepada penciptaan bom atom yang
menimbulkan malapetaka.

Jadi apa dasar pada tingkat aksiomatik, penggunaan pengetahuan?


Bagaimana penggunaan ilmu terkait dengan etika? Bagaimana mendefinisikan
objek studi secara etis? Bagaimana prosedur ilmiah dan metode ilmiah terkait
dengan prinsip-prinsip etika? Aksioma belajar adalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu
pengetahuan akan bermanfaat bagi perkembangan peradaban manusia. Dalam
kehidupan, pengetahuan akan dikaitkan dengan moralitas.5 Masalah etika tidak
lepas dari tekad masyarakat untuk mencari kebenaran, karena untuk mencari
kebenaran dan terutama membela kebenaran dibutuhkan keberanian moral.
Sejarah umat manusia diilhami oleh semangat para martir yang rela memberikan
nyawanya untuk membela apa yang benar. Peradaban melihat Socrates dipaksa
untuk minum racun dan dibakar oleh John Huss. Cerita tidak berakhir di situ,
umat manusia tidak pernah terhalang untuk menemukan kebenaran. Tanpa dasar
etika, para ilmuwan sangat rentan terhadap prostitusi intelektual. Seorang
ilmuwan memiliki tanggung jawab kepada masyarakat. Bukan hanya karena ia

5
Lihat, Inu Kencana, op. Cit, h1
6

adalah warga negara yang berkepentingan langsung untuk berpartisipasi dalam


masyarakat, tetapi karena ia memiliki fungsi tertentu bagi kelangsungan hidup
manusia. Sikap sosial ilmuwan sejalan dengan proses penelitian ilmiah yang
dilakukan. Sering dikatakan bahwa sains tidak memiliki sistem nilai. Sains itu
sendiri netral dan para ilmuwanlah yang menciptakan nilai untuknya.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
7

3.1 Ontologi: hakikat yang dikaji

Berikut mengenai ringkasan telaah ontologi (hakikat apa yang dikaji):

No Bahasan Keterangan
1 Metafisika Metafisika adalah bidang kajian filosofis yang
melandasi semua pemikiran filosofis,
termasuk pemikiran ilmiah.

2 Tafsiran metafisika 1) Supernatural adalah pemahaman bahwa


makhluk gaib (supernatural) ada dan bahwa
bentuk-bentuk ini lebih kuat, lebih tinggi, atau
lebih kuat daripada dunia nyata.
2) Naturalisme adalah paham bahwa
fenomena alam terjadi tidak disebabkan oleh
pengaruh adanya kekuatan supernatural, tetapi
oleh kekuatan yang ada di alam itu sendiri.
8

3 Asumsi dan Asumsi adalah spekulasi sementara dan, tanpa


Peluang fakta pendukung yang valid, kebenarannya
belum diketahui. Sains sebagai pengetahuan
untuk membantu memecahkan masalah
praktis sehari-hari tidak memerlukan hal-hal
yang mutlak seperti agama. Namun, sains
agak valid dalam hal generalisasi.
Asumsi dalam sains terbagi dalam dua
kategori. Artinya, didasarkan pada penelitian
ilmiah dan moral.

4 Cabang ilmu Empat Bidang Ilmu Ada dua bidang utama:

1) Filsafat Alam, yang kemudian menjadi


Ilmu Pengetahuan Alam
2) Filsafat Moral, yang kemudian menjadi
Ilmu Sosial
Sumber: Suriasumantri (2007)
9

3.2 Epistemologi: Cara memperoleh pengetahuan dan sifat ilmu

Ringkasan menegenai telaaah epistimologi: cara mendapatkan pengetahuan yang


benar sebagai berikut:

No Bahasan Keterangan
1 Sejarah Sejarah Pengetahuan Sejarah pengetahuan dimulai
pengetahuan dengan adanya kriteria kesamaan sebagai konsep
dasarnya. Semua bersatu dalam satu kesatuan yang
batas-batasnya kabur dan mengambang. Tidak ada
jarak antara satu objek dengan objek lainnya, antara
satu objek dengan objek lainnya. Konsep dasar ini baru
mengalami perubahan mendasar dengan
berkembangnya Century of Reasoning pada
pertengahan abad ketujuh belas. Pohon pengetahuan
sudah mulai membedakan setidaknya tentang apa yang
diketahui, bagaimana mengetahuinya, dan apa manfaat
mengetahui itu. Tergantung pada objek studi,
membedakan ilmu alam dan ilmu sosial. Dari satu
cabang ilmu ini diperkirakan akan berkembang lebih
dari 650 cabang ilmu.
2 Pengetahuan Pengetahuan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk
pengetahuan. Oleh karena itu, sains adalah bagian dari
pengetahuan yang dikenal manusia di samping banyak
jenis pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.
Pengetahuan adalah gudang kekayaan spiritual yang
secara langsung atau tidak langsung memperkaya
hidup kita.
10

Setiap jenis pengetahuan memiliki karakteristik khusus


mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi),
dan untuk apa (aksiomisme) pengetahuan itu disusun.
Jika sains mencoba mengembangkan model sederhana
dunia empiris dengan mengabstraksikan realitas ke
dalam sejumlah variabel yang dihubungkan dalam
hubungan logis, maka pembelajaran seni (setidaknya
seni sastra), berusaha mengungkap objek kajian
sehingga menjadi bermakna bagi penciptanya dan bagi
yang mempersepsikannya, melalui berbagai kapasitas
manusia untuk memahaminya, seperti berpikir, emosi,
dan panca indera.
Kesenian, menurut Moctar Lubis, merupakan hasil
inspirasi dan kreativitas manusia, yang terbebas dari
cengkeraman dan belenggu berbagai ikatan.
Pekerjaannya lengkap dan kompleks tetapi tidak
sistematis. Sebuah karya seni yang baik seringkali
memiliki pesan untuk disampaikan kepada orang-
orang yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
mereka. Itulah sebabnya seni memegang peranan
penting dalam pendidikan moral dan karakter suatu
bangsa. Jembatan yang menghubungkan seni terapan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
pengembangan konsep-konsep teori dasar, yang
kemudian dijadikan dasar pengembangan pengetahuan
ilmiah yang komprehensif. Sains dan filsafat dimulai
dengan akal sehat karena mereka tidak memiliki titik
awal lain untuk membangun.

3 Metode ilmiah Metode Ilmiah Metode ilmiah adalah proses


memperoleh pengetahuan yang dikenal sebagai sains.
11

Dengan demikian, pengetahuan diperoleh dari metode


ilmiah.Tidak semua pengetahuan disebut sains karena
sains adalah pengetahuan, cara memperolehnya harus
memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pengetahuan
dapat memenuhi syarat sebagai sains tercantum dalam
apa yang disebut metode ilmiah. Metode ilmiah adalah
ekspresi dari aktivitas pikiran, sehingga pengetahuan
yang dihasilkan memiliki karakteristik tertentu yang
diperlukan oleh pengetahuan ilmiah, yaitu rasionalitas
dan pembuktian yang memungkinkan pengetahuan
yang disusun menjadi pengetahuan yang andal.
Dalam hal ini, metode ilmiah berusaha untuk
menggabungkan metode induktif dan deduktif dalam
membangun tubuh pengetahuannya. Proses kegiatan
ilmiah menurut Ritchie Calder dimulai ketika orang
mengamati sesuatu. Jadi, karena masalah ini berasal
dari dunia eksperimen, maka proses berpikir terhadap
objek yang bersangkutan juga ada di dunia
eksperimen. Karena masalah yang dihadapinya nyata,
sains pun mencari jawaban di dunia nyata. Sains
dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta, teori
apa pun yang menghubungkannya (Einstein).
Teori adalah abstraksi intelektual di mana pendekatan
rasional dikombinasikan dengan pengalaman empiris.
Artinya teori ilmiah adalah penjelasan logis yang
sesuai dengan objek yang dijelaskannya. Tahapan
kegiatan ilmiah adalah:

1. Rumusan masalah
2. Pembentukan kerangka refleksi
12

3. Pembentukan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
5. Penarikan kesimpulan
4 Struktur Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah
Pengetahuan adalah pengetahuan yang memenuhi syarat ilmiah dan
Ilmiah oleh karena itu dapat disebut pengetahuan ilmiah atau
ilmiah. Ada pula struktur pengetahuan ilmiah sebagai
berikut
1) Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang
menjadi penjelasan yang menjelaskan mengenai suatu
faktor tertentu.
2) Hukum yang merupakan pernyataan yang tidak
dapat disangkal dan menyatakan hubungan antara dua
variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat
3) Prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan
umum yang mendasari dari sekelompok gejala-gejala
tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang
terjadi.
4) Postulat yang merupakan asumsi dasar yang
kebenarannya dapat kita terima tanpa dituntut dengan
adanya pembuktian.

Sumber: Suriasumantri (2007); Sudirdja (2010)

3.3 Aksiologi: Nilai dan manfaat ilmu

Berikut ini disajikan pada tabel mengenai ringkasan telaah Aksiologi : Nilai
Kegunaan Ilmu:

No Bahasan Keterangan
1 Ilmu dan moral Benarkah bahwa makin cerdas, maka makin pintar kita
13

menemukan kebenaran, makin sahih maka makin baik juga


perbuatan kita? Apakah insan memiliki penalaran tinggi,
kemudian makin berbudi, karena moral mereka dilandasi
sang anlisis yg hakiki, atau kebalikannya makin cerdas
maka makin pintar juga kita berdusta?. Masalah moral
berkaitan menggunakan metafisika keilmuan, maka pada
termin manipulasi ini kasus moral berkaitandengan cara
penggunaan pengetahuan ilmiah. Ontologi diartikan
menjadi pengkajian tentang hakikat empiris berdasarkan
objek yg pada jajak pada berakibat pengetahuan, aksiologi
diartikan menjadi teori nilai yg berkaitan menggunakan
kegunaan berdasarkan pengetahuan yg diperoleh. Sokrates
minum racun, John Huss dibakar menjadi model betapa
ilmuan mempunyai landasan moral, bila nir ilmuan sangat
gampang tergelincir pada prostitusi intelektual.
2 Tanggung Seorang ilmuan memiliki tanggung jawab sosial pada
jawab sosial bahunya. Bukan saja lantaran dia merupakan rakyat rakyat
ilmua yg kepentingannya terlibat secara pribadi menggunakan
pada rakyat yg yg lebih krusial merupakan lantaran beliau
memiliki fungsi eksklusif pada keberlangsungan hayati
insan. Sampai ikut bertanggung jawab supaya produk
keilmuannya hingga & bisa dimanfaatkan sang rakyat.
Sikap sosial seseorang ilmuan merupakan konsisten
menggunakan proses penelaahan keilmuan yg dilakukan.
Sering dikatakan bahwa ilmu itu bebas berdasarkan sistem
nilai. Ilmu itu sendiri netraldan para ilmuanlah yg
memberikannya nilai.
3 Nuklir dan Seorang ilmuan secara moral tidak akan membiarkan
pilihan moral output penemuannya digunakan buat menindas bangsa lain
meskipun yg mempergunakan itu merupakan bangsanya
sendiri. Seorang ilmuan tidak boleh berpangku tangan,
14

beliau wajib menentukan sikap, berpihak dalam


humanisme. Pilihan moral memang terkadang pahit karena
nir bersifat hitam pada atas putih. Seperti halnya yg terjadi
dalam Albert Einstein diperintahkan buat menciptakan
bom atom sang pemerintah negaranya. Seorang ilmuan nir
boleh menyembunyikan output penemuannya, apapun jua
bentuknya berdasarkan rakyat luas dan apapun jua
konsekuensi yg akan terjadi berdasarkan penemuannya itu.
Seorang ilmuan tidak boleh memutar balikkan temuannya
bila hipotesis yg dijunjung tinggi tersusun atas kerangkan
pemikiran yg terpengaruh preferensi moral ternyata
musnah berantakan lantaran bertentangan menggunakan
liputan-liputan pengujian.

4 Kasus Contoh perkara humanisme merupakan revolusi Genetik


kematiaan adalah babakan baru pada sejarah keilmuwan insan karena
sebelum ini ilmu nir pernah menyentuh insan menjadi
objek penelaah itu sendiri. Hal ini buka berarti bahwa
sebelumnya nir pernah terdapat penelaahan ilmiah yg
berkaitan menggunakan jasad insan, tentu saja poly sekali,
tetapi penelaahan-penelaahan itu dimaksudkan buat
membuatkan ilmu & teknologi. Dengan penelitian genetika
maka masalahnya sebagai sangat lain, kita nir lagi
mempelajari organ-organ insan pada upaya buat
membangun teknologi yg menaruh kemudahan bagi kita,
melainkan insan itu sendiri kini sebagai objek penelaah yg
akan membentuk bukan lagi teknologi yg menaruh
kemudahan, melainkan teknologi buat membarui insan itu
sendiri. Pembahasan ini menurut pada perkiraan bahwa
inovasi pada riset genetika akan digunakan menggunakan
itikad baik buat keluhuruan insan.
15

Sumber: Suriasumantri (2007); Sudirdja (2010)

BAB IV

4.1 Kesimpulan

Ontologi adalah apa yang akan dipelajari dalam ilmu atau hakikat dari apa yang
dipelajari. Apa objek dari suatu peristiwa di sini? Objek kajian ontologi adalah
yang ada tidak terikat pada perwujudan tertentu; ontologi membahas apa yang ada
secara universal, yaitu berusaha menemukan inti yang memuat seluruh realitas.
Dalam pembahasannya terdapat metafisika yang membahas tentang hal-hal yang
mendasar atau fundamental. Sedangkan epistemologi adalah sarana untuk
memperoleh pengetahuan. Ketika kita ingin mengetahui sesuatu, kita menemukan
cara untuk mengetahui apa yang ingin kita ketahui. Inilah inti dari epistemologi.
Metode yang ingin kita gunakan untuk memperoleh pengetahuan tidak hanya cara
yang penting kita dapat mengetahui sesuatu, tetapi juga cara yang benar. Aksioma
belajar adalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu pengetahuan akan bermanfaat bagi
perkembangan peradaban manusia. Dalam kehidupan, pengetahuan akan dikaitkan
dengan moralitas. Masalah etika tidak lepas dari tekad masyarakat untuk mencari
kebenaran, karena untuk mencari kebenaran dan terutama membela kebenaran
dibutuhkan keberanian moral.

4.2 Saran

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga
makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti
bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
16

DAFTAR PUSTAKA

Suriasumantri, Jujun S. Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan


tentang Hakekat Ilmu, Cet. XIII; Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1997.

Syafii, Inu Kencana. Pengantar Filsafat, Cet. I; Bandung: Refika Aditama,2004.

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Cet. X; Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan, 1990), h. 33.

Bahrum, B. (2013). Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi. Sulesana: Jurnal


Wawasan Keislaman, 8(2), 35-45

Suriasumantri, J. S. (2007). Filsafat ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Zamroni, M. (2009). Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologis, Epistemologis,


dan Aksiologis. IRCISOD

Sudirdja, E. R. 2010. Rangkuman Buku Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.


Bandung: Fakultas Hukum Universitas Pasundan

Anda mungkin juga menyukai