PENGETAHUAN SAINS
Oleh:
Kelas 1 - G
KATA PENGANTAR
i
Alhamdulillahhirabbil A’lamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Semoga Allah SWT meridhoi-Nya. Amin.
Salawat beserta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan agama islam.
Kami sangat berterima kasih kepada dosen pembimbing kami, Bapak Alfajri
Kamal Ayu. S.Pd.i., M.A. selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu ,yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan keritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya. kami berharap semoga makalah ini menjadi
butir-butir amalan kita dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
seluruh pembaca. Amin Yaa Rabbal 'Alamin.
Tim Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
3. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................3
1. Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan)........................................................3
A. pengertian.....................................................................................................3
2. Bidang Kajian Filsafat Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan)................4
A. Ontologi Pengetahuan Sains.......................................................................5
B. Epistemologi Pengetahuan Sains................................................................7
C. Aksiologi Pengetahuan Sains......................................................................8
BAB III......................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................10
1. Kesimpulan.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ?
2. Apa saja bidang kajian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ?
3. Apa manfaat belajar Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ?
3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).
2. Mengetahui bidang kajian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).
3. Mengetahui manfaat belajar Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan)
A. pengertian
Ilmu pengetahuan (sains) diambil dari kata bahasa inggris science, yang berasal
dari bahasa latin scientie dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari,
mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti
sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Dalam bahasa jerman
wissenchaft.1
The Liang Gie memberikan pengertian ilmu (sains) adalah rangkaian aktivitas
penelahaan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemaham
secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan
pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang dimengerti manusia.
ilmu harus diutamakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksnakan
dengan metode tertentu, dan akhirnya metodis itu mendatangkan pengetahuan yang
sistematis.
3
merupakan salah satu dari sekian pengetahuan, dan kadang juga disebut pengetahuan
ilmiah (scientific knowledge) karena metode untuk memperolehnya dilakukan
melalui metode ilmiah5.
Ontologi berasal dari kata Yunani on (ada), dan ontos berarti keberadaan.
Sedangkan logos berarti pemikiran. Jadi ontologi adalah pemikiran mengenai yang
ada dan keberadaanya.6Kata yunani onto berarti “yang ada secara nyata,“ kenyataan
yang sesungguhnya.7 Ontologi adalah ilmu yang mengkaji tentang hakikat ilmu,
hakikat apa yang dikaji.8 Dikemukakan pula bahwa ontologi adalah ilmu yang
5
Conny R. Semiawan, Spirit Inovasi dalam Filsafat Ilmu, (Jakarta: Indeks, 2010), hal. 9.
6
Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.111.
7
Nadiroh, ontologi, epistemologi, aksiologi, (2011), hal. 142
8
Juju S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005),
hal. 61.
4
mengkaji apa hakikat ilmu pengetahuan (sains), apa hakikat kebenaran rasional arau
kebenaran deduktif dan kenyataan empiris yang tidak terlepas dari persepsi tentang
apa dan bagaimana (yang) “ada“ itu9
Adapun yang dimaksud dengan ontologi adalah kajian yang memusatkan diri
pada pemecahan esensi sesuatu atau wujud, tentang asas-asasnya dan realitas. Asas-
asas tentang sesuatu wujud yang nyata. Keberadaan dan realitasnya dapat dicermati
dan ditangkap oleh panca indera manusia. Dengan demikian, ontologi adalah telaah
secara filsafat yang ingin menjawab objek apa yang ditelaah oleh ilmu? Bagaimana
wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya
tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membutuhkan
pengetahuan ?.12
Dengan demikian ontology membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang
dapat dipikirkan manusia secara rasional yang bisa diamati melalui pancaindera
manusia. Wilayah ontologi terdapat pada jangkauan pengetahuan ilmiah
9
Nadiroh, ontologi, epistemologi, aksiologi, (2011), hal. 143
10
Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, Aksiologi, hal. 139.
11
Ibid,. hal 141.
12
jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005),
hal. 33.
13
Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.111.
5
manusia.14Manakala ruang kajian ontologi tidak semata-mata dihubungkan dengan
pancaindera manusia, melainkan juga pikiran (rasio), maka objek telaahnya menjadi
tidak terbatas pada “wujud” materi semata. Tidak hanya objek bersifat materi tetapi
juga mencakup objek yang metafisik.
Dalam pengertian yang elbih luas, secara garis besarnya, pengertian aontologi
dapat dirumuskan menjadi : 1) ontology adalah studi tentang arti “ada” dan “berada”,
tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam artin dirinya sendiri, menurut
bentuknya yang paling abstrak. 2) ontology adalah cabang filsafat yang mempelajari
tentang tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan
kategori-kategori seperti, ada atau menjadi, aktualitas, atau potensialitas, nyata atau
penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan waktu, perubahan dan
sebagainya. 3) ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba melukiskan hakikat
terakhir yang ada, yaitu Yang Satu, Yang Absolut, Bentuk Abadi, Sempurna, dan
keberadaan segala sesuatu yang mutlak bergantung kepada-Nya, dan 4) ontology
adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang status realitas apakah nyata atau
semu, apakah pikiran itu nyata, dan sebaginya .15
14
Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, Aksiologi, (2011), hal. 143.
15
Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.111-
112.
16
Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, Aksiologi, (2011), hal. 147.
17
jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2005), hal. 9.
6
Persoalan pokok epistimologi adalah menyangkut persoalan apa yang dapat
kita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya. “what can we know, and how do we
know it”, jadi masalah pokok etimologi menyangkut “ belief, understanding, reason,
judgement, sensasion, imagination, supposing, guesting, learning and
forgetting.18Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan-
pertanyaan yag mengacu pada proses. Dalam pandangan epistemologi setiap
pengetahuan merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga
akhirnya diketahui manusia.19
secara lebih rinci cakupan epistemologi dikemukan oleh jujun S. Suriasumantri
: Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
bagaimana prosedurnya? hal-hal apa yang harus di perhatikan agar kita mendapat
pengetahuan yang benar? apakah yang disebut kebenaran itu, dan apa kriterianya?
cara, teknik, dan sarana yang membantu kita mendapatkan pengetahuan berupa
ilmu ?
7
itu sendiri berbeda, sesuai dengan kriterianya masing-masing, maka dalam
epistemologi metode yang digunakan dalam emmperoleh ilmu pengetahuan itu juga
mengalami perbedaan.
Merujuk ke asal katanya, aksiologi tersusun dari kata bahasa Yunani axios dan
logos. Axios berarti nilai dan logos berarti teori. Aksiologi adalah “teori tentang
nilai“. Nilai merupakan realitas yang abstrak yang berfungsi sebagai daya pendorong
atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Nilai menempati
kedudukan penting dalam kehidupan seseorang , sampai pada suatu tingkat dimana
sementara orang lebih siap mengorbankan hidup ketimbang mengorbankan nilai.
Nilai dapat dilacak dari tiga realitas, yakni : pola tingkah laku, pola berfikir,dan
sikap-sikap seorang pribadi atau kelompok.23
Menurut Max Scheler, nilai-nilai itu terbangun dalam empat peringkat, yakni
1) nilai-nilai kenikmatan, 2) nilai-nilai kehidupan (kesehatan, kebugaran,
kesejahteraan umum), 3) nilai-nilai kejiwaan (keindahan, kebenaran, nilai murni
yang dapat dicapai filsafat), 4) nilai-nilai kerohanian (suci tak suci). Manusia
memahami nilai-nilai dengan hatinya, bukan dengan akal budinya. Lebih jauh
dikemukan, bahwa nilai sebagai suatu kata benda abstrak yang mengandung dua
pengertian . Dalam pengertian terbatas (sempit), berupa sesuatu yang baik, menarik,
dan bagus. Dalam pengertian luas, nilai mengacu pada kewajiban, kebenaran, dan
kesucian.24
Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan penggunaan ilmu
pengetahuan yang diperoleh, Ilmu pengetahuan ditujukan untuk kepentingan hidup
manusia, dengan menguasai ilmu pengetahuan (sains) , manusia akan mampu
mengobservasi, memprediksi, memanipulasi, dan menguasai alam.
8
semestinya diarahkan pada upaya peningkatan peradaban, sejalan dengan nilai
kemanusiaan. yang berlaku. Jadi bukan sebaliknya.
BAB III
9
PENUTUP
1. Kesimpulan
pengetahuan Sains (ilmu pengetahuan) adalah segala persoalan di seputar
metode dan subtansi yang tidak terpisahkan dari filsafat alam Disebut sebagai filsafat
alam karena alam yang dijadikan kajian oleh para filsuf. Pemikir-pemikir itu
mendiskusikan asal-usul dan evolusi alam semesta, bentuk dan zatnya, struktur dan
hukum-hukumnya, dengan istilah-istilah yang seterusnya menjadi dasar
pembendaharaan untuk bahasa ilmiah, dengan tujuan mencari kebenaran.
Pengetahuan ilmiah mempunyai 5 ciri pokok sebagai berikut.
1. Empiris. Pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2. Sistematis. Berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif. Ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi.
4. Analitis. Pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke
dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat,
hubunganm dan peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verifikatif. Dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.
jadi, Sains merupakan ilmu yang bersifat rasional empiris yakni sesuai logika
dan teori sesuai dengan kenyataan, sedangkan filsafat adalah ilmu yang hanya logis
tapi tidak empiris.
DAFTAR PUSTAKA
10
Hanafie, Rita dan Sutriono, Filsafat Ilmu dan Metodelogi Penelitian, Yogyakarta:
Andi Offset, 2007.
Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, AksiologI, 2011.
11