Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

DASAR DASAR FILSAFAT ILMUS

PENGETAHUAN SAINS

Oleh:

1. Zakiah Nathasya Wafiyyah (22351190)


2. Bristra Violeta (22351191)
3. Muhammad Fayyaz (22351177)

Kelas 1 - G

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

KATA PENGANTAR

i
Alhamdulillahhirabbil A’lamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Semoga Allah SWT meridhoi-Nya. Amin.

Salawat beserta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan agama islam.

Makalah ini membahas tentang “PENGETAHUAN SAINS ”. Semoga


makalah ini dapat bermanfaat dan dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Kami sangat berterima kasih kepada dosen pembimbing kami, Bapak Alfajri
Kamal Ayu. S.Pd.i., M.A. selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu ,yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini.

Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan keritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya. kami berharap semoga makalah ini menjadi
butir-butir amalan kita dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
seluruh pembaca. Amin Yaa Rabbal 'Alamin.

Kendari, 29 Desember 2023

Tim Penulis,

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
3. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................3
1. Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan)........................................................3
A. pengertian.....................................................................................................3
2. Bidang Kajian Filsafat Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan)................4
A. Ontologi Pengetahuan Sains.......................................................................5
B. Epistemologi Pengetahuan Sains................................................................7
C. Aksiologi Pengetahuan Sains......................................................................8
BAB III......................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................10
1. Kesimpulan.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan


pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya , termasuk
manusia dan kehidupannya. Sedangkan ilmu pengetahuan (sains) adalah keseluruhan
sistem pengetahuan manusia yang dibakukan secara sistematis. Ini berarti
pengetahuan lebih spontan sifatnya , sedangkan ilmu pengetahuan lebih sistematis
dan reflektif. Dengan demikian, pengetahuan jauh lebih luas daripada ilmu
pengetahuan karena pengetahuan mencakup segala sesuatu yang di ketahui manusia
tanpa perlu, berarti telah dibakukan secara sistematis. Pengetahuan mencakup
penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Juga,
mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan
hidup yang belum dilakukan secara sistematis dan metodis

Filsafat pengetahuan terutama berkaitan dengan upaya mengkaji segala sesuatu


yang berkaitan dengan pengetahuan manusia pada umumnya, terutama menyangkut
gejala pengetahuan dan sumber pengetahuan manusia . Dalam hal ini, kemudian
dipertanyakan dan dipersoalkan, misalnya, tentang bagaimana manusia bisa tahu?
Apakah manusia bisa sampai pada pengetahuan yang bersifat pasti? Apakah
pengetahuan yang pasti itu mungkin? Apa artinya mengetahui sesuatu? Bagaimana
manusia bisa tahu? Dari mana asal dan sumber pengetahuan manusia itu? Apakah
pengetahuan sama dengan keyakinan? Di mana letak perbedaaannya?

Maka dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan ilmu pengetahuan


(sains) dan bidang kajian ilmu penetahuan (sains) yang mencakupi ontologi
pengetahuan sains, epistemologi pengetahuan sains, dan aksiologi
pengetahuan sains.

1
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ?
2. Apa saja bidang kajian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ?
3. Apa manfaat belajar Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ?

3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).
2. Mengetahui bidang kajian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).
3. Mengetahui manfaat belajar Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan)
A. pengertian

Ilmu pengetahuan (sains) diambil dari kata bahasa inggris science, yang berasal
dari bahasa latin scientie dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari,
mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti
sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Dalam bahasa jerman
wissenchaft.1

Ilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan adalah tergolong


ilmu pengetahuan (Sains) . Immanuel kant membagi dua jenis pengetahuan, yakni
pengetahuan “apriori” dan “a-posteriori”. Pengetahuan “apriori” ialah pengetahuan
yang tidak tergantung pada adanya pengalaman, atau yang ada sebelum pengalaman.
Adapun pengetahuan a-posteriari adalah pengetahuan yang terjadi akibat
pengalaman.2

The Liang Gie memberikan pengertian ilmu (sains) adalah rangkaian aktivitas
penelahaan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemaham
secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan
pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang dimengerti manusia.
ilmu harus diutamakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksnakan
dengan metode tertentu, dan akhirnya metodis itu mendatangkan pengetahuan yang
sistematis.

Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan


atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan
pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab-
akibat) yang hakiki dan universal. Sedangkan ilmu (ilmu pengetahuan) adalah
akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas (sebab-akibat) dari suatu objek
menurut metode-metode tertentu merupakan suatu kesatuan sistematis.3
Jadi, ilmu pengetahuan (sains) merupakan cabang pengetahuan yang
mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu empiris, sistematis, objektif, dan verifikatif. 4 ilmu
1
Jerome R.Roverts, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), hal.85
2
Aceng Rachmat, Filsafat Ilmu Tujuan, (Jakarta: Kencana 2011), hal.12.
3
Soetriono dan Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset,2007),
hal.
4
Juju S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005),
hal. 33.

3
merupakan salah satu dari sekian pengetahuan, dan kadang juga disebut pengetahuan
ilmiah (scientific knowledge) karena metode untuk memperolehnya dilakukan
melalui metode ilmiah5.

Berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan terakhir ini, ilmu pengetahuan dilihat


sebagai upaya untuk menjelaskan hubungan antara berbagai hal dan peristiwa dalam
alam semesta ini secara sistematis dan rasional (masuk akal). Asumsinya, segala
sesuatu yang dilihat dalam alam semesta ini sebagai sesuatu yang beridiri sendiri-
senditi sesungguhnya tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan ada kaitannya satu
sama lain, lalu dijelaskan bahwa yang satu adalah sebab dari yang lainnya, dan yang
lain adalah akibat dari yang lainnya, Maka, ilmu pengetahuan, dalam rangka ini
sebagai upaya untuk mencari dan menjelaskan secara sistematis dan masuk akal
sebab dan akibat dari berbagai peristiwa di alam semesta ini.

2. Bidang Kajian Filsafat Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan)

Filsafat sebagai suatu cara pencarian kebijakan memiliki cabang-cabangnya


yang saling berkaitan. Lapangan akal pikiran dalam filsafat meliputi ontologi,
epistemologi, dan aksiologi, seperti dimaklumi, bahwa filsafat ilmu pengetahuan
(sains) merupakan cabang dari filsafat yang bersifat otonom. Sejalan dengan hal itu
maka kajian filsafat ilmu pengetahuan adalah telaahan secara filsafat tentang hakikat
ilmu pengetahuan (sains).

Adapun bidang kajian ilmu pengetahuan tersebut mengacu pada jawaban


terhadapa pertanyaan : apa, bagaimana, dan untuk apa ?, Ketiga pertanyaan tersebut
dijadikan bidang kajian filsafat ilmu pengetahuan (sains) , yakni ontologi,
epistemology, dan aksiologi.

A. Ontologi Pengetahuan Sains

Ontologi berasal dari kata Yunani on (ada), dan ontos berarti keberadaan.
Sedangkan logos berarti pemikiran. Jadi ontologi adalah pemikiran mengenai yang
ada dan keberadaanya.6Kata yunani onto berarti “yang ada secara nyata,“ kenyataan
yang sesungguhnya.7 Ontologi adalah ilmu yang mengkaji tentang hakikat ilmu,
hakikat apa yang dikaji.8 Dikemukakan pula bahwa ontologi adalah ilmu yang

5
Conny R. Semiawan, Spirit Inovasi dalam Filsafat Ilmu, (Jakarta: Indeks, 2010), hal. 9.
6
Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.111.
7
Nadiroh, ontologi, epistemologi, aksiologi, (2011), hal. 142
8
Juju S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005),
hal. 61.

4
mengkaji apa hakikat ilmu pengetahuan (sains), apa hakikat kebenaran rasional arau
kebenaran deduktif dan kenyataan empiris yang tidak terlepas dari persepsi tentang
apa dan bagaimana (yang) “ada“ itu9

Cabang utama metafisika adalah ontologi, yakni studi mengenai kategorisasi


benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga
berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk
keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab-akibat, dan
kemungkinan.10 Di samping itu, metafisika juga merupakan kajian tentang
keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan pikiran 11. Jadi di sini
terjelaskan, kalau objek kajian ilmu pengetahuan (sains) dalam tataran ontologism,
tidak hanya menyangkut dan terbatas pada jangkauan panca indera manusia,
melainkan juga akal pikiran (rasio) manusia.

Adapun yang dimaksud dengan ontologi adalah kajian yang memusatkan diri
pada pemecahan esensi sesuatu atau wujud, tentang asas-asasnya dan realitas. Asas-
asas tentang sesuatu wujud yang nyata. Keberadaan dan realitasnya dapat dicermati
dan ditangkap oleh panca indera manusia. Dengan demikian, ontologi adalah telaah
secara filsafat yang ingin menjawab objek apa yang ditelaah oleh ilmu? Bagaimana
wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan objek tersebut dengan daya
tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membutuhkan
pengetahuan ?.12

Dikemukakan, bahwa ontologI menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari


alam nyata yang sangat terbatas dari panca indera kita. Bagaimana realita yang ada
ini, adalah materi semata, apakah wujudnya bersifat tetap, kekal tanpa perubahan?
juga apakah realita itu juga berbentu satu unsur (monisme), dua unsur (dualisme),
atau banyak unsure (pluralisme). Dengan demikian, alam semesta ini sebagai sebuah
realita apakah juga berhakikat monistik atau pluralistik, bersifat tetap atau berubah-
ubah. Juga apakah alam semesta ini merupakan kesungguhan (aktual) atau
kemungkinan (potency).13

Dengan demikian ontology membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang
dapat dipikirkan manusia secara rasional yang bisa diamati melalui pancaindera
manusia. Wilayah ontologi terdapat pada jangkauan pengetahuan ilmiah

9
Nadiroh, ontologi, epistemologi, aksiologi, (2011), hal. 143
10
Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, Aksiologi, hal. 139.
11
Ibid,. hal 141.
12
jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005),
hal. 33.
13
Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.111.

5
manusia.14Manakala ruang kajian ontologi tidak semata-mata dihubungkan dengan
pancaindera manusia, melainkan juga pikiran (rasio), maka objek telaahnya menjadi
tidak terbatas pada “wujud” materi semata. Tidak hanya objek bersifat materi tetapi
juga mencakup objek yang metafisik.

Dalam pengertian yang elbih luas, secara garis besarnya, pengertian aontologi
dapat dirumuskan menjadi : 1) ontology adalah studi tentang arti “ada” dan “berada”,
tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam artin dirinya sendiri, menurut
bentuknya yang paling abstrak. 2) ontology adalah cabang filsafat yang mempelajari
tentang tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan
kategori-kategori seperti, ada atau menjadi, aktualitas, atau potensialitas, nyata atau
penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan waktu, perubahan dan
sebagainya. 3) ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba melukiskan hakikat
terakhir yang ada, yaitu Yang Satu, Yang Absolut, Bentuk Abadi, Sempurna, dan
keberadaan segala sesuatu yang mutlak bergantung kepada-Nya, dan 4) ontology
adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang status realitas apakah nyata atau
semu, apakah pikiran itu nyata, dan sebaginya .15

B. Epistemologi Pengetahuan Sains

Epistemologi berasal dari kata Yunani episteme yang berarti “pengetahuan”,


“pengetahuan yang benar“.“pengetahuan ilmiah“. dan logos berarti teori 16 Dengan
demikian, secara etimologis, epistemologis dapat diartikan sebagai teori ilmu
pengethauan. Sebagai cabang filsafat, epistemologi menyelidiki asal, sifat, metode,
dan bahasan pengetahuan manusia. Epistemologi juga disebut sebagai teori
pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi sebagai teori pengetahuan,
membahasa secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha kita untuk
memperoleh pengetahuan. Sebab pengetahuan dapat melalui proses tertentu yang
dinamakan metode keilmuan.17

14
Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, Aksiologi, (2011), hal. 143.
15
Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.111-
112.
16
Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, Aksiologi, (2011), hal. 147.
17
jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2005), hal. 9.

6
Persoalan pokok epistimologi adalah menyangkut persoalan apa yang dapat
kita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya. “what can we know, and how do we
know it”, jadi masalah pokok etimologi menyangkut “ belief, understanding, reason,
judgement, sensasion, imagination, supposing, guesting, learning and
forgetting.18Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan-
pertanyaan yag mengacu pada proses. Dalam pandangan epistemologi setiap
pengetahuan merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga
akhirnya diketahui manusia.19
secara lebih rinci cakupan epistemologi dikemukan oleh jujun S. Suriasumantri
: Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
bagaimana prosedurnya? hal-hal apa yang harus di perhatikan agar kita mendapat
pengetahuan yang benar? apakah yang disebut kebenaran itu, dan apa kriterianya?
cara, teknik, dan sarana yang membantu kita mendapatkan pengetahuan berupa
ilmu ?

Lebih jauh, epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang


memperlajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan sahnya pengetahuan. Bila
dalam filsafat pertanyaan pokoknya adalah “apakah ada itu?”, maka dalam
epistemology pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya ketahui”

Selanjutnya dikemukakan oleh prof.Dr.Nadiroh, bahwa persoalan-persoalan


epistemology adalah :
a. Apakah pengetahuan itu ?
b. Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?
c. Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh?
d. Bagaimana validitas pengetahuan itu dapat dinilai?

Semua pengetahuan berusaha menemukan kebenaran. Apa yang dapat


diketahui tentang kebenaran. Epistemologi merupakan suatu bidang filsafat nilai
yang mempersoalkan tentang hakikat kebenaran, karena semua pengetahuan
mempersoalkan tentang kebenaran.20 Sebagai sebuah prosedur, epistemologi
memiliki berbagai perangkat dalam upaya membantu kita memperoleh ilmu
pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu (sains)21.Namun karena pendapat tentang kebenaran
18
Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.117.
19
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1988), hal. 19.
20
Suparlan Surhatono, Op Cit., hal.118.
21
Jujun S. Suminarianti, , Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2000), hal.119

7
itu sendiri berbeda, sesuai dengan kriterianya masing-masing, maka dalam
epistemologi metode yang digunakan dalam emmperoleh ilmu pengetahuan itu juga
mengalami perbedaan.

Sehubungan dengan itu, maka proses metodis dalam rangk memperoleh


kebenaran secara epistemologis harus ditopang dengan sistem. Dengan adanya
sistem, akan terbentuk hubungan yang teratur dan konsisten di antara bagian-bagian,
shingga membentuk suatu keselurhan.22

C. Aksiologi Pengetahuan Sains

Merujuk ke asal katanya, aksiologi tersusun dari kata bahasa Yunani axios dan
logos. Axios berarti nilai dan logos berarti teori. Aksiologi adalah “teori tentang
nilai“. Nilai merupakan realitas yang abstrak yang berfungsi sebagai daya pendorong
atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Nilai menempati
kedudukan penting dalam kehidupan seseorang , sampai pada suatu tingkat dimana
sementara orang lebih siap mengorbankan hidup ketimbang mengorbankan nilai.
Nilai dapat dilacak dari tiga realitas, yakni : pola tingkah laku, pola berfikir,dan
sikap-sikap seorang pribadi atau kelompok.23

Menurut Max Scheler, nilai-nilai itu terbangun dalam empat peringkat, yakni
1) nilai-nilai kenikmatan, 2) nilai-nilai kehidupan (kesehatan, kebugaran,
kesejahteraan umum), 3) nilai-nilai kejiwaan (keindahan, kebenaran, nilai murni
yang dapat dicapai filsafat), 4) nilai-nilai kerohanian (suci tak suci). Manusia
memahami nilai-nilai dengan hatinya, bukan dengan akal budinya. Lebih jauh
dikemukan, bahwa nilai sebagai suatu kata benda abstrak yang mengandung dua
pengertian . Dalam pengertian terbatas (sempit), berupa sesuatu yang baik, menarik,
dan bagus. Dalam pengertian luas, nilai mengacu pada kewajiban, kebenaran, dan
kesucian.24

Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan penggunaan ilmu
pengetahuan yang diperoleh, Ilmu pengetahuan ditujukan untuk kepentingan hidup
manusia, dengan menguasai ilmu pengetahuan (sains) , manusia akan mampu
mengobservasi, memprediksi, memanipulasi, dan menguasai alam.

Memang sejatinya ilmu pengetahuan (sains) digunakan bagi sebesar-besar


manfaat manusia. Manfaat bagi kehidupan manusia sebagai makhluk berperadaban
yang memiliki harkat dan martabat. Penggunaan produk ilmu pengetahuan
22
Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.120.
23
Yvon Ambroise dan EM.K.Kaswardi, Pendidikan Nilai, (Jakarta: Gramedia Widya Sarana, 1993), hal.20.
24
Nadiroh, ontology, epistemologi, aksiologi, (2011), hal. 155.

8
semestinya diarahkan pada upaya peningkatan peradaban, sejalan dengan nilai
kemanusiaan. yang berlaku. Jadi bukan sebaliknya.

BAB III

9
PENUTUP
1. Kesimpulan
pengetahuan Sains (ilmu pengetahuan) adalah segala persoalan di seputar
metode dan subtansi yang tidak terpisahkan dari filsafat alam Disebut sebagai filsafat
alam karena alam yang dijadikan kajian oleh para filsuf. Pemikir-pemikir itu
mendiskusikan asal-usul dan evolusi alam semesta, bentuk dan zatnya, struktur dan
hukum-hukumnya, dengan istilah-istilah yang seterusnya menjadi dasar
pembendaharaan untuk bahasa ilmiah, dengan tujuan mencari kebenaran.
Pengetahuan ilmiah mempunyai 5 ciri pokok sebagai berikut.
1. Empiris. Pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2. Sistematis. Berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif. Ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi.
4. Analitis. Pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke
dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat,
hubunganm dan peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verifikatif. Dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.

Bidang kajian filsafat pengetahuan sains ada 3 yaitu :


1. Ontologi
Yaitu ilmu yang mencari eksensi dari eksistensi yang terakhir.dimana ontology
yaitu cabang utama metafisika, yang mempelajari tentang kategorisasi benda-
benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya, termasuk juga mengenai
keberadaan, kebedaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab-akibat, dan
kemungkinan.
2. Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode
dan batasan pengetahuan manusia, dan epistemologi juga disebut teori
pengetahuan.
3. Aksiologi
Yaitu teori tentang nilai, yang dapat diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

jadi, Sains merupakan ilmu yang bersifat rasional empiris yakni sesuai logika
dan teori sesuai dengan kenyataan, sedangkan filsafat adalah ilmu yang hanya logis
tapi tidak empiris.

DAFTAR PUSTAKA

10
Hanafie, Rita dan Sutriono, Filsafat Ilmu dan Metodelogi Penelitian, Yogyakarta:
Andi Offset, 2007.
Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, AksiologI, 2011.

Rachmat, Aceng, Filsafat Ilmu Tujuan, Jakarta: Kencana, 2011.


Roverts S., Jerome, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara, 1988.
Semiawan, Conny R., Spirit Inovasi dalam Filsafat Ilmu. Jakarta: Indeks, 2010.
Suhartono, Suparlan, Filsafat Imu Pengetahuan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.
Suriasumantri, jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2005.

11

Anda mungkin juga menyukai