Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

“TINGKATAN ILMU PENGETAHUAN”

Dosen Pengampu

Dr. Mardinal Tarigan, MA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

 MIFTAHUL JANNAH : 0304213040


 TENGKU KHOIRUNNISA. YL : 0304213042
 THAREQ AHMAD AL-QAWWIY : 0304213053

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA

MEDAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah
“TINGKATAN ILMU PENGETAHUAN”.

Sholawat berangkaikan salam kami hadiahkan kepada nabi kita baginda Rasulullah
SAW. semoga kita mendapatkan syafaat beliau di yaumil mahsyar kelak. Aamiin ya rabbal
‘alamin.

Adapun tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
pelajaran filsafat ilmu semester genap ini. Pada kesempatan ini kami ucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Dr. Mardinal Tarigan, MA selaku dosen pembimbing dalam
mata kuliah filsafat ilmu ini, dan terimakasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu
dalam penulisan makalah dari awal hingga selesai.

Kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah dan kami juga
sangat mengharapkan kritik dan saran yang dari para pembaca untuk bahan pertimbangan
perbaikan makalah kami. Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya dan pihak lain yang
berkepentingan.

Medan, 5 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

1. LATAR BELAKANG....................................................................................................3

2. RUMUSAN MASALAH................................................................................................4

3. TUJUAN.........................................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN........................................................................................................................5

1. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN......................................................................5

2. JENIS-JENIS ILMU PENGETAHUAN.........................................................................7

BAB III.....................................................................................................................................10

PENUTUP................................................................................................................................10

KESIMPULAN....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Filsafat dirumuskan sebagai ilmu yang mempersoalkan segala sesuatu dalam alam
semesta ini secara keseluruhan, mendalam, dan sistematis, untuk menemukan kebenarannya
yang hakiki. Definisi tersebut menegaskan bahwa filsafat sebagai sebuah ilmu yang bersifat
umum karena obyek pemikirannya mencakup segala sesuatu yang ada (realitas) dalam alam
semesta ini, baik yang berkenaan dengan alam fisik dan manusia, maupun alam. metafisik
termasuk mengenai Tuhan pencipta alam semesta itu.

Baik filsafat maupun ilmu pengetahuan, intinya ialah berpikir. Bedanya, kalau filsafat
memikirkan atau menjangkau sesuatu itu secara menyeluruh, maka ilmu memikirkan atau
menjangkau bagian-bagian tertentu tentang sesuatu. Kalau filsafat menjangkau sesuatu itu
secara spekulatif atau perenungan dengan menggunakan metode berpikir deduktif, maka ilmu
mengguna-kan pendekatan empiris atau ilmiah dengan menggunakan metode berpikir
induktif di samping metode berpikir deduktif.

Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang membahas berbagai macam
hal yang berkenaan. dengan ilmu pengetahuan. Sebagai filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan
berusaha membahas ilmu pengetahuan seba gai obyeknya secara kritis, logis, menyeluruh dan
mendasar.

Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan


secara jelas, benar dan lengkap, serta mendasar untuk dapat menemukan kerangka pokok
serta unsur-unsur hakiki yang kiranya menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan yang
sebenarnya. Sehinga kita dapat menentukan identitas ilmu pengetahuan dengan benar, dapat
menentukan mana yang termasuk ilmu pengetahuan, dan mana yang tidak termasuk dalam
lingkup ilmu pengetahuan.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian ilmu dan pengetahuan?
2. Apa pengertian ilmu pengetahuan?
3. Apa saja komponen ilmu pengetahuan?
4. Apa saja jenis-jenis ilmu pengetahuan?

3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu dan pengetahuan
2. Untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahuan
3. Untuk mengetahui macam-macam komponen ilmu pengetahuan
4. Untuk mengetahui jenis-jenis ilmu pengetahuan
BAB II

PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab, "alima, ya'lamu, ilman dengan wazan fa'ila, yaf'alu
yang berarti mengerti, memahami benar-benar”.1 Dalam bahasa inggrisnya adalah Science,
dan bahasa Latin scientia (pengetahuan), scire (mengetahui). Kata "ilm" dari segi bahasa
berarti "kejelasan", karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri
kejelasan. Perhatikan misalnya kata 'alam (bendera), 'ulmat (bibir sumbing), a'lam (gunung-
gunung), 'alamat (alamat) dan sebagainya. Dengan demikian, kata "ilmu" adalah pengetahuan
yang jelas tentang sesuatu.2 Kata "ilmu" dengan berbagai bentuknya, di dalam Al Qur'an
terulang sebanyak 854 kali. Hal ini juga menjadi bukti tentang besarnya penghargaan Allah
SWT terhadap ilmu.

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui. Ilmu adalah pengetahuan, tetapi pengetahuan
belum tentu merupakan ilmu, sebab pengetahuan dapat diperoleh dengan atau tanpa metode
ilmiah, artinya dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari atau berupa informasi yang
kita terima dari seseorang yang memiliki kewibawaan atau otoritas tertentu. Sedangkan ilmu
mesti diperoleh dengan metode ilmiah, yaitu dengan menggunakan metode berpikir deduktif
dan induktif. Pengetahuan adalah keseluruhan gagasan, pemikiran, ide, konsep dan
pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan
kehidupannya.

Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan
secara sistematis. Pengetahuan lebih spontan sifatnya, sedangkan ilmu pengetahuan lebih
sistematis dan reflektif. Pengetahuan jauh lebih luas dari ilmu pengetahuan, karena
pengetahuan mencakup segala sesuatu yang diketahui manusia tanpa perlu dibakukan secara
sistematis.3

1
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta: PP Al-Munawwir Krapyak,
1984) hlm. 1036.
2
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, cet. Ke-5, Ibid.
3
Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan: Perspektif Barat dan Islam (Aceh: Bandar Publishing, 2019)
hlm. 26
Adapun menurut Archie J. Bahm, definisi ilmu pengetahuan melibatkan enam macam
komponen, yaitu masalah (problem), sikap (attitude), metode (method), aktivitas (activity),
kesimpulan (conclusion), dan pengaruh (effects).4

1. Masalah (problem)

Ada tiga karakteristik yang harus dipenuhi untuk menunjukkan bahwa suatu masalah
bersifat scientific, yaitu bahwa masalah adalah sesuatu untuk dikomunikasikan, memiliki
sikap ilmiah, dan harus dapat diuji.

2. Sikap (attitude)

Karakteristik yang harus dipenuhi antara lain adanya rasa ingin tahu tentang sesuatu;
ilmuwan harus mempunyai usaha untuk memecahkan masalah; bersikap dan bertindak
objektif, dan sabar dalam melakukan observasi.

3. Metode (method)

Metode ini berkaitan dengan hipotesis yang kemudian diuji. Esensi science terletak pada
metodenya. Science merupakan sesuatu yang selalu berubah, demikian juga metode, bukan
merupakan sesuatu yang absolut atau mutlak.

4. Aktivitas (activity)

Science adalah suatu lahan yang dikerjakan oleh para scientific melalui scientific
research, yang terdiri dari aspek individual dan sosial.

5. Kesimpulan (conclusion)

Science merupakan a body of knowledge. Kesimpulan yang merupakan pemahaman yang


dicapai sebagai hasil pemecahan masalah adalah tujuan dari science, yang diakhiri dengan
pembenaran dari sikap, metode dan aktivitas.

6. Pengaruh (effects)

Apa yang dihasilkan melalui science akan memberikan pengaruh berupa pengaruh ilmu
terhadap ekologi (applied science) dan pengaruh ilmu terhadap masyarakat dengan
membudayakannya menjadi berbagai macam nilai.

4
Bahm dalam Muhammad Adib, Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan)
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 35.
2. JENIS-JENIS ILMU PENGETAHUAN
 klasifikasi ilmu sebagaimana dikutip dari Surajiyo5 sebagai berikut:
A. Ilmu Formal dan Ilmu Nonformal

Suatu ilmu disebut Ilmu Formal karena ilmu ini dalam seluruh kegiatannya tidak
bermaksud menyelidiki data-data inderawi yang konkret. Misalnya matematika dan filsafat.
Suatu ilmu disebut Ilmu Nonformal karena di dalam ilmu ini pengalaman inderawi
memainkan peranan sentral/utama. Ilmu ini dalam seluruh kegiatannya berusaha menyelidiki
secara sistematis data-data inderawi yang konkret. Misalnya ilmu hayat, ilmu alam, dan ilmu
manusia.

B. Ilmu Murni dan Ilmu Terapan

Ilmu Murni adalah ilmu yang bertujuan meraih kebenaran demi kebenaran (teoretis).
Misalnya matematika dan metafisika. Ilmu Terapan adalah ilmu yang bertujuan untuk
diaplikasikan atau diambil manfaatnya (praktis). Misalnya ilmu kedokteran, teknik, hukum,
ekonomi, psikologi, sosiologi, administrasi, dan ekologi.

C. Ilmu Nomotetis dan Ilmu Idiografis

Ilmu Nomotetis adalah ilmu yang objek pembahasannya merupakan gejala pengalaman
yang dapat diulangi terus-menerus dan hanya merupakan kasus-kasus yang mempunyai
hubungan dengan suatu hukum alam. Termasuk dalam ilmu ini adalah ilmuilmu alam, yang
objek pembahasannya adalah benda alam atau gejala alam, yang didekati dengan cara
menerangkan.

Ilmu Idiografis adalah ilmu yang objek pembahasannya merupakan objek yang bersifat
individual, unik, yang hanya terjadi satu kali dan mencoba mengerti atau memahami
objeknya menurut keunikannya itu. Termasuk dalam ilmu ini adalah ilmuilmu budaya, yang
objek pembahasannya adalah produk manusiawi, yang didekati dengan cara mengerti atau
memahami.

D. Ilmu Deduktif dan Ilmu Induktif

Suatu ilmu disebut Ilmu Deduktif karena semua pemecahan yang dihadapi dalam ilmu ini
tidak didasarkan atas pengalaman inderawi (empiris), melainkan atas dasar deduksi atau
penjabaran. Deduksi ialah proses pemikiran yang melibatkan akal budi manusia dari
5
Surajiyo, Op.Cit., hlm. 61-64.
pengetahuan tentang hal-hal yang umum dan abstrak, menyimpulkan tentang hal-hal yang
bersifat khusus dan individual.

Suatu ilmu disebut Ilmu Induktif apabila penyelesaian masalah-masalah dalam ilmu yang
bersangkutan didasarkan atas pengalaman inderawi (empiris). Ilmu Induktif bekerja selalu
atas dasar induksi, yaitu proses pemikiran yang melibatkan akal budi manusia dari
pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat khusus dan individual, menarik kesimpulan tentang
hal-hal yang bersifat umum dan abstrak.

 Aristoteles (374-322 SM) mengklasifikasikan ilmu sebagai alat dan ilmu sebagai
tujuan. Ilmu sebagai alat ialah logika, sedangkan ilmu sebagai tujuan dibagi
kedalam dua bagian besar, yaitu:
1. Ilmu teoritis, meliputi fisika, matematika, dan metafisika
2. Ilmu praktis, meliputi etika, ekonomi, dan politik.
Klasifikasi Aritoteles ini dipakai oleh filosof Islam seperti al-Farabi, al-Kindi dan
Ibnu Sina sebagai dasar klasifikasi ilmu yang dikembangkannya.

 Al-Kindi (796-873 M) mengklasifikasi ilmu dalam dua jenis, yaitu ilmu teoritis
dan ilmu praktis seperti pembagian Ariatoteles, yaitu;
1. Ilmu Teoritis (ilmu nazariah) : Fisika (ilmu tabiat), Matematika (ilmu
riyadiat), Metafisika (ilmu Ilahiyah)
2. Ilmu praktis (ilmu amaliyah) : Etika (akhlaqiyah), Ekonomi (iqtisaduyah),
Politik (siasiyah).

 Ibnu Sina (980-1036 M), juga membagi ilmu seperti klasifikasi Aristoteles
1. Ilmu Teoritis : Fisika, Matematika, Metafisika, dan ilmu universal.
2. Ilmu praktis : Etika, Eonomi, Politik, Syariah.

 Al-Farabi (878-950 M) mengklasifikasi ilmu sebagai berikut:


1. Ilmu Bahasa (ilm al-lisan)
2. Ilmu logika (ilm al-mantiq)
3. Ilmu Matematik (ulum al-ta‟alim)
4. Ilmu Fisika (al-ilm al-tabi‟i)
5. Ilmu Metafisika (al-ilm al-ilahi)
6. Ilmu Masyarakat (ilm al-madani).

 Klasifikasi ilmu menurut Quthb Al-Din Al-Syirazi (1236-1311 M) adalah sebagai


berikut: (sumber Osman Bakar, 1997)
A. Ilmu-ilmu filosofis (ulum hikmly)
1. Teoritis : metafisika, matematika, filsafat alam, logika
2. Praktis : etika, ekonomi, politik
B. Ilmu-ilmu non-filosofis (ulum ghair hikmly): Ilmu-ilmu ini diistilahkan
sebagai ilmu-ilmu religious jika didasarkan atas, atau termasuk dalam, ajaran-
ajaran syariah (hokum wahyu). Ilmu-ilmu religious dapat diklasifikasikan
menurut dua cara yang berbeda:
1. Klasifikasi dalam ilmu-ilmu naqly dan ilmu-ilmu intelektual (aqly)
2. Klasifikasi dalam lmu tentang pokok-pokok (ushul) dan ilmu tentang cabang-
cabang (furu’).
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan filsafat khusus yang membahas berbagai
macam hal yang berkenaan. Filsafat Ilmu Pengetahuan berusaha memperoleh pemahaman
tentang ilmu pengetahuan secara jelas, benar dan lengkap, serta mendasar untuk dapat
menemukan kerangka pokok serta unsur-unsur hakiki yang kiranya menjadi ciri khas dari
ilmu pengetahuan yang sebenarnya.

Kesimpulan yang merupakan pemahaman yang dicapai sebagai hasil pemecahan


masalah adalah tujuan dari science, yang diakhiri dengan pembenaran dari sikap, metode dan
aktivitas. Suatu ilmu disebut Ilmu Formal karena ilmu ini dalam seluruh kegiatannya tidak
bermaksud menyelidiki data-data inderawi yang konkret.

Suatu ilmu disebut Ilmu Deduktif karena semua pemecahan yang dihadapi dalam ilmu
ini tidak didasarkan atas pengalaman inderawi (empiris), melainkan atas dasar deduksi atau
penjabaran. Suatu ilmu disebut Ilmu Induktif apabila penyelesaian masalah-masalah dalam
ilmu yang bersangkutan didasarkan atas pengalaman inderawi (empiris).
DAFTAR PUSTAKA

Idris, Zaenudin. (2019). Dikotomi Ilmu: Dalam Perspektif Dan Sejarah Islam. Depok: Karya
Ilmu Media Aulia.

Soelaiman, A. Darwis. (2019). Filsafat Ilmu Pengetahuan: Perspektif Barat Dan Islam.
Aceh: Bandar Publishing.

Rusmini. (2014). Jurnal Edu-Bio: Dasar Dan Jenis Ilmu Pengetahuan (vol.5), 91-92.

Anda mungkin juga menyukai