Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH FILSAFAT ILMU

MENGENAL FILSAFAT ILMU: PENGERTIAN, RUANG LINGKUP,


CABANG FILSAFAT, DASAR PERUMUSAN FILSAFAT, TUJUAN DAN
MANFAAT FILSAFAT ILMU.
Dosen Pengampu : Bapak Dr. Mardinal Tarigan, MA

Disusun Oleh Kelompok 2


Rasyid Saleh matondang : 0304221034
Lingga Sahara Ritonga : 0304222039
Prita Anggina S. Siregar : 0304222050
TBI-2 Semester 2

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul “MENGENAL FILSAFAT ILMU: PENGERTIAN, RUANG
LINGKUP, CABANG FILSAFAT, DASAR PERUMUSAN FILSAFAT, TUJUAN DAN
MANFAAT FILSAFAT ILMU.” ini tepat waktu. Tanpa bantuan dari Tuhan, penulis bukanlah
siapa-siapa. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw
yang kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Mardinal Tarigan, MA, selaku dosen
mata kuliah filsafat ilmu atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan
kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.

Medan,12 Maret 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 4
BAB I ................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 5
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 5
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 6
A. Pengertian Filsafat ..................................................................................................... 6
1) Filsafat Ilmu .............................................................................................................. 6
2) Pengertian Filsafat ..................................................................................................... 6
B. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu .................................................................................... 8
1. Ontologi ..................................................................................................................... 8
2. Epistemologi .............................................................................................................. 8
3. Aksiologi ................................................................................................................... 9
C. Objek Filsafat Ilmu .................................................................................................. 10
1. Objek Material Filsafat ilmu .................................................................................... 10
2. Objek Formal Filsafat Ilmu ...................................................................................... 10
D. Perbedaan objek material dan objek formal filsafat ilmu...................................... 11
E. Filsafat Ilmu sebagai Cabang Filsafat ..................................................................... 12
4 Induk Kajian Filsafat............................................................................................. 12
Cabang Utama Ilmu Filsafat dan Contohnya ............................................................ 12
F. Dasar Perumusan Filsafat Ilmu; Perpaduan Rasionalisme dan Empirisme ......... 17
1. RASIONALISME ................................................................................................... 17
2. EMPIRISME ........................................................................................................... 19
G. Tujuan dan Manfaat Filsafat Ilmu .......................................................................... 20
1. Tujuan Filsafat Ilmu ................................................................................................ 20
2. Manfaat filsafat ilmu ................................................................................................ 20

3
BAB III ............................................................................................................................... 21
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 21
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 21
B. Saran........................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 23

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat dan ilmu adalah dua kata saling terkait, baik secara substansial maupun historis
karena kalhiran ilmu tidak lepas dari perab filsafat sabaliknya perkembangan ilmu memperkuat
keberadaan filsafat. Dan filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang merefleksi, radikal dan
inntegral mangenai hakikat ilmu itu sendiri. Filsafat ilmu juga merupakan peneurusan dalam
pengembangan filsafat pengetahuan (epistemologi), sebab pengetahuan ilmiah tidak lagi lebih
tinggi tingkat dalam perangkat pengetahuan manusia, dalam arti umum sebagaimana yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu filsafat ilmu?
2. Apa saja ruang lingkup filsafat ilmu?
3. Apa cabang dari filsafat ilmu?
4. Bagaimana dasar-dasar perumusan filsafat ilmu?
5. Apa saja tujuan serta manfaat dari filsafat ilmu?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui dan mengenal tentang filsafat ilmu.
2. Mengatahui hal apa saja yang mencakup ruang lingkup filsafat ilmu.
3. Mengarti akan hal dasar perumusan filasafat ilmu.
4. Mengetahui tujuan dan manfaat dari filsafat ilmu.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

1) Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara
spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan
yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin
menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti, objek apa yang ditelaah ilmu?
Bagaimana ujud yang hakiki objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek dengan daya
tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengidera) yang membuahkan
pengetahuan? [2]
Filsafat termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya, karena itu titik tolak
untuk memahami dan mengerti filsafat adalah meninjau dari segi etimologis dan terminologis.
Tinjauan secara etimologi dan terminologi adalah membahas pengertian secara bahasa dan
istilah atau kata dari segi asal usul dan pendapat dari kata itu. Oleh karena itu pengertian filsafat
ilmu dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminologi. Akan tetapi sebelum
membahas masalah pengertian filsafat ilmu akan lebih baiknya kita mengetahui apa itu
pengertian dari filsafat dan ilmu.

2) Pengertian Filsafat

Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia, Philos artinya suka,
cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan
demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada
kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pyhthagoras.[3]
Istilah filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki pada kata falsafah dari Bahasa
Arab, philosopy dari bahasa Inggris, philosophia dari bahasa Latin dan philosophie dari

6
bahasa Jerman, Belanda dan Perancis. Semua istilah itu bersumber pada istilah
Yunani philosophia, yaitu philein berarti mencintai, sedangkan philos berarti teman.
Secara terminologi pengertian filsafat menurut para filsuf sangat beragam, Al-
Farabi[5] mengartikan filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari
segala yang ada ‫ي ا َ ْل َم ْو ُج ْودَات‬
َ ِ‫( ا َ ْلعِل ُم بِ ْال َم ْو ُج ْودَات بِ َمح‬ilmu itu ada, dengan kehidupan yang ada). Ibnu
Rusyd mengartikan filsafat sebagai ilmu yang perlu dikaji oleh manusia karena dia dikaruniai
akal. Francis Bacon[6] filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani
semua pengetahuan sebagai bidangnya. Immanuel Kant[7] filsafat sebagai ilmu yang menjadi
pokok pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya mencakup masalah epistimologi
yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui. Aristoteles[8] mengartikan filsafat
sebagai ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Adapun Rene Descartes[9] mengartikan
filsafat sebagai kumpulan segala pengetahuan, di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi
pokok penyelidikan.
Sesuatu yang ada secara mendasar dan mendalam dengan mempergunakan akal sampai
pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, akan tetapi
mencari hakikat dari fenomena Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menelaah segala tersebut dengan kata lain filsafat adalah pangkal dari segala
ilmu yang ada dalam pemikiran manusia.

B. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu


Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, tiang penyangga itu ada tiga macam yaitu ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.

1. Ontologi

Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On berarti being, dan Logos berarti logic.
Jadi ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan). Sedangkan menurut Amsal Bakhtiar, ontologi berasal dari kata ontos yang berarti
sesuatu yang berwujud. Ontologi adalah teori atau ilmu tentang wujud, tentang hakikat yang
ada. Ontologi tidak banyak berdasarkan pada alam nyata tetapi berdasarkan pada logika
semata.

7
Noeng Muhadjir mengatakan bahwa ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak
terkait oleh satu perwujudan tertentu. Sedangkan jujun mengatakan bahwa ontologi membahas
apa yang kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan kata lain suatu pengkajian
mengenai teori tentang yang ada. Sidi Gazalba mengatakan bahwa ontologi mempersoalkan
sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu ontologi disebut ilmu hakikat, hakikat
yang bergantung pada pengetahuan. Dalam agama ontologi memikirkan tentang tuhan.
Jadi dapat disimpulakan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada yang merupakan kebenaran dan kenyataan baik yang berbentuk jasmani atau konkret
maupun rohani atau abstrak.
Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. untuk
menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembangannya
Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan
metafisika khusus. Metafisika umum dimaksud sebagai istilah lain dari ontologi. Dengan
demikian, metafisika umum adalah cabang filsafat yang membicarakann prinsip yang paling
dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus dibagi menjadi
tiga yaitu kosmologi (membicarakan tentang alam semesta), psikologi (membicarakan tentang
jiwa manusia), dan teologi (membicarakan tentang Tuhan).

2. Epistemologi

Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat
dan lingkup pengetahuan, pengendalian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta pengertian
mengenai pengetahuan yang dimiliki, mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan
pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya. Mereka mengandalikan begitu
saja bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu mungkin, meskipun beberapa di antara mereka
menyarankan bahwa pengetahuan mengenai struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan dari
sumber-sumber tertentu ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang diperoleh oleh
manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori
pengetahuan, di antaranya adalah:
a) Metode Induktif
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi
yang disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
b) Metode Deduktif

8
Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih
lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.hal yang harus ada dalam metode deduktif
adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan itu sendiri. penyelidikan bentuk logis itu
bertujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah.
c) Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh Agus Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang
telah diketahui, faktual dan positif. Ia menyampaikan segala uraian atau persoalan di luar yang
ada sebagai fakta.apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dari segala
gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu dibatasi kepada bidang
gejala saja.
d) Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh
pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda yang harusnya dikembangkan
suatu kemampuan akal yang disebut intuisi
e) Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan
filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato mengartikannya sebagai diskusi
logika. Kini dialektika berarti tahapan logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-
metode penuturan, juga menganalisis sistematik tentang ide untuk mencapai apa yang
terkandung dalam pandangan.

3. Aksiologi

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti nilai dan logos yang berarti
teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai“. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga
bagian yaitu moral conduct (tindakan moral), esthetic expression (ekspresi keindahan), dan
sosio-political life (kehidupan sosial politik). Sedangkan menurut Jujun S. Suriansumantri
dalam bukunya Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dalam Encyclopedia of
Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga
bentuk Value and Valuation yaitu nilai yang digunakan sebagai kata benda abstrak, nilai
sebagai benda konkret, dan nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member
nilai dan dinilai.

9
Dari definisi di atas terlihat jelas bahwa aksiologi menjelaskan tentang nilai. Nilai yang
dimaksud disini adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika
dan estetika.
Makna “etika“ dipakai dalam dua bentuk arti yaitu suatu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia, dan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan hal, perbuatan manusia. Maka akan lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek
formal dari sebuah etika adalah norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa
etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik dalam suatu
kondisi. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang
dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.

C. Objek Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya juga memiliki
dua macam objek yaitu objek material dan objek formal.

1. Objek Material Filsafat ilmu

Objek Material filsafat ilmu yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin
ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada
dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada
itu di bagi dua, yaitu :
 Ada yang bersifat umum, yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
 Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak dan tidak mutlak yang
terdiri dari manusia dan alam.

2. Objek Formal Filsafat Ilmu

Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.
Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat
ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatiannya terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan. Seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara

10
memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di
bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis,
epistemologis dan aksiologis.

D. Perbedaan objek material dan objek formal filsafat ilmu


Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu
disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang
abstrak. Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu diindrawi
saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.
Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang
ada (realita) sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan
empiris. objek material mempelajari secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-
hasil dari objek formal ilmu itu dan mengujinya dengan realisasi praktis yang
sebenarnya. Sedangkan Obyek formal filsafat ilmu menyelidiki segala sesuatu itu guna
mengerti sedalam dalamnya, atau mengerti obyek material itu secara hakiki, mengerti kodrat
segala sesuatu itu secara mendalam (to know the nature of everything). Obyek formal inilah
sudut pandangan yang membedakan watak filsafat dengan pengetahuan. Karena filsafat
berusaha mengerti sesuatu sedalam dalamnya.
Obyek material Filsafat ilmu yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik
materi konkret, psisik, maupun yang material abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian
abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian obyek filsafat tak terbatas,
yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek material filsafat adalah segala
yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Objek
material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. ada yang tampak adalah dunia empiris,
sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek
material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran
dan yang ada dalam kemungkinan.

11
E. Filsafat Ilmu sebagai Cabang Filsafat

 4 Induk Kajian Filsafat

Dalam rangka memperkenalkan sistematika ilmu filsafat, disini uraian dibatasi pada
cabang-cabang filsafat yang secara umum dikenal dalam lintasan sejarah filsafat. Cabang-
cabang filsafat itu dapat dikelompokkan kedalam empat (4) bidang induk kajian filsafat yakni
sebagai berikut:

1. Filsafat tentang pengetahuan: meliputi cabang-cabang filsafat seperti logika, epistemologi,


dan filsafat ilmu pengetahuan.
2. Filsafat tentang keseluruhan kenyataan: meliputi cabang-cabang filsafat seperti metafisika
atau ontologi umum, dan ontologi khusus yang terdiri dari filsafat alam atau kosmologi,
filsafat manusia dan filsafat ketuhanan.
3. Filsafat tentang tindakan: meliputi cabang-cabang filsafat seperti filsafat moral atau etika,
fiilsafat keindahan atau estetika, filsafat hukum, dan filsafat ketuhanan.
4. Sejarah filsafat adalah bagian ilmu filsafat yang menghadirkan hasil pemikiran para filsuf
sepanjang masa.

 Cabang Utama Ilmu Filsafat dan Contohnya

Uraian selanjutnya adalah penjelasan singkat mengenai beberapa cabang utama ilmu
filsafat beserta contoh dan pengertiannya.

1. Logika

Secara etimologis, "logika" berasal dari bahasa Yunani "logikos", dibentuk dari kata
dasar "logos" yang berarti ucapan, bahasa, pengertian, akal budi, ilmu. "logikos" berarti apa
yang dapat dimengerti dan dikatakan atau diucapkan, karena pikiran berfungsi dengan baik,
teratur, sistematis, dan masuk akal.

Berarti, logika berhubungan baik dengan pemikiran maupun bahasa, baik pengertian
maupun ungkapan atau pernyataan. Kata sifat "logis" berarti masuk akal. Pernyataan yang logis
mengekspresikan proses bernalar secara tertib dan teratur. Jadi secara umum, logika dapat
diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari syarat-syarat penalaran yang perlu

12
dipatuhi supaya suatu argumentasi dapat sah dan benar, karena pikiran berfungsi dengan baik,
teratur, sistematis, dan masuk akal.

2. Epistemologi

Epistemologi (epistemology) dibentuk oleh dua kata bahasa Yunani, yaitu "episteme"
yang berarti pengetahuan, dan "logos" yang berarti bahasa atau ilmu. Jadi epistemologi dapat
berarti ilmu tentang pengetahuan.

Sebagai cabang filsafat, epistemologi disebut juga sebagai filsafat pengetahuan


(philosophy of knowledge) atau teori pengetahuan (theory of knowledge), karena cabang
filsafat ini melakukan kajian kritis dan analitis tentang dasar-dasar teoritis ilmu pengetahuan.
Sebagai informasi bahwa filsafat pengetahuan berbeda dengan filsafat ilmu pengetahuan dan
hal tersebut akan dibahas pada uraian berikutnya.

3. Filsafat Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) berbeda dengan ilmu pengetahuan (science). Pengetahuan


berarti keseluruhan ide, gagasan, konsep, atau pemikiran yang dimiliki oleh manusia sebagai
subyek tentang obyek apa saja. Ilmu pengetahuan merujuk kepada pengetahuan yang diperoleh
secara sistematis, melalui metode ilmiah tertentu. Tugas ilmu pengetahuan ialah memberikan
penjelasan ilmiah tentang manusia dan berbagai objek dalam alam semesta. Oleh karena itu,
jelas bahwa pengetahuan lebih luas daripada ilmu pengetahuan, karena corak ilmu pengetahuan
yang sistematis, metodis dan reflektif.

4. Metafisika

Secara etimologis kata "metafisika" (inggris: metaphysics) berasal dari bahasa Yunani
"meta ta physika". Meta berarti setelah, melampaui; sedangkan ta physika hal-hal yang
menyangkut alam fisik (physis). Metafisika sebagai cabang ilmu filsafat dirintis oleh
Aristoteles (384-322 SM). Kelak metafisika itu disebut ontologi oleh Goclenius (1547-1628),
kemudian dipakai oleh Christian Wolff (1679-1754). Ontologi berarti ilmu (logos) tentang
mengada, pengada.

Wolff membedakan ontologi umum (metafisika) dan ontologi khusus (kajian filosofis
tentang jiwa, kosmos, dan Tuhan). Dijaman sekarang metafisika disebut juga filsafat tentang

13
pengada (philosophy of being), yaitu filsafat mengenai pengada sebagai pengada (being as
being) seperti telah dirintis oleh Aristoteles.

5. Filsafat Alam / Kosmologi

Filsafat alam (philosophy of nature) atau kosmologi (cosmology) merupakan cabang


ilmu filsafat yang mempelajari tentang dunia atau alam semesta. Secara etimologis, kosmologi
dibentuk oleh dua bahasa Yunani: cosmos = susunan alam, ketersusunan yang baik atau rapih;
logos = ilmu. Jadi kosmologi adalah ilmu tentang "yang tersusun secara rapih", yakni alam
semesta atau dunia. Lawan cosmos ialah khaos yang berarti keadaan kacau balau, situasi tanpa
ketertiban. Alam semesta disebut cosmos karena memiliki ketertiban, yaitu hukum
alam. Pythagoras (580-500 SM) adalah orang pertama yang menyebut dunia sebagai kosmos;
kemudian istilah yang sama juga kemudian dipakai oleh Plato.

6. Filsafat Manusia

Dari namanya saja sudah jelas bahwa Filsafat Manusia (philosophy of man)
mempelajari tentang manusia, dan karena itu disebut juga "antropologi" (bahasa Yunani
"anthropos" berarti manusia). Pada abad ke-18, Christian Wolff menyebut antropologi sebagai
salah satu cabang ontologi khusus yang membahas manusia secara metafisik.Di sini jelas
bahwa nama antropologi tidak sama dengan apa yang dewasa ini dikenal sebagai ilmu
antropologi yang dibedakan lagi atas antropologi budaya dan antropologi fisik. Pembahasan
metafisik khusus tentang manusia disebut "antropologi metafisik" (metaphysical anthropology)
atau "antropologi filosofis (philosophical anthropology". Nama-nama ini merujuk pada objek
formal filsafat manusia yaitu manusia dipelajari dari perspektif metafisika atau filsafat.

Adapun pokok-pokok yang lazim dibahas dalam filsafat manusia antara lain: kodrat
manusia, watak atau sifat-sifat khas manusiawi, hubungan tubuh dan jiwa, manusia sebagai
makhluk hidup, manusia sebagai makhluk yang dapat berbicara, manusia sebagai makhluk
pencipta simbol-simbol, manusia dan afeksi, manusia sebagai makhluk yang menyejarah,
manusia sebagai makhluk berbudaya, serta makna eksistensi dan kematian manusia.

7. Filsafat Ketuhanan

Nama "filsafat ketuhanan" (phylosophy of God) dewasa ini dianggap paling sesuai
untuk menunjuk cabang filsafat yang objek studinya ialah "ketuhanan" atau berbagai hal

14
mengenai penghayatan tentang Tuhan. Nama ini menyatakan bahwa kita tidak secara langsung
berfilsafat mengenai Tuhan, melainkan pengalaman orang beriman akan Tuhan. Filsafat
ketuhanan perlu dibedakan dar filsafat agama (philosophy of religion". Memang kadang-
kadang dua nama itu dianggap sama saja. Padahal dari namanya sudah jelas perbedaannya.
Filsafat agama menunjuk pada cabang filsafat yang merefleksikan tentang agama sebagai suatu
fenomena kehidupan, melakukan kajian tentang hakikat agama dan aspek-aspek esensial
kehidupan beragama.

Sementara filsafat ketuhanan berusahan memberikan pertanggungjawaban tentang apa


yang diimani. Iman dapat dipertanggungjawabkan dengan dua cara yaitu secara teologis dan
secara filosofis.Pokok-pokok yang lazim dibahas dalam filsafat ketuhanan meliputi: eksistensi
Tuhan, atheisme, bahasa religius, sifat-sifat Tuhan, transendensi dan imanensi Tuhan,
hubungan Tuhan dan dunia, serta masalah kejahatan dan bencana alam dalam hubungan dengan
Tuhan.

8. Etika atau Filsafat Moral

Kata bahasa Indonesia "etika" (bahasa Latin "ethica", Inggris "ethics") secara
etimologis diturunkan dari bahasa Yunani "ethikos". Tetapi tradisi Yunani membedakan
"ethikos" yang berarti akhlak dari "ethos" yang berarti adat istiadat dalam arti pola kebiasaan
berperilaku dalam ruang masyarakat. Dalam bahasa Latin terdapat kata "mos" (moris) yang
merupakan kata dasar untuk kata benda "mores" dan kata sifat "moral". "mores" berarti adat
istiadat atau kebiasaan berperilaku yang baik; kata sifatnya "moral".

Dalam konteks filsafat moral, kata etika memiliki tiga arti yaitu:

 Etika dalam arti nilai-nilai moral


 Etika dalam arti peraturan atau norma moral
 Etika sebagai ilmu atau filsafat moral.

Sebagai cabang filsafat, etika mempelajari moralitas, yakni keseluruhan nilai-nilai dan
norma-norma moral seseorang atau suatu masyarakat. Peraturan moral selalu merujuk pada
atau mengandung nilai moral tertentu. Tujuan moralitas ialah menunjuk bagaimana seseorang
dapat menjadi "manusia yang baik". Karena itu moralitas disebut juga ajaran moral.

9. Estetika

15
Kata estetika berasal dari bahasa Yunani "aisthesis" yang berarti perasaan atau
sensivitas. Pengertian estetika memang erat sekali kaitannya dengan selera dan apa yang dapat
dirasakan oleh lidah. Itulah sebabnya secara populer pengalaman estetis dipahami sebagai
perasaan subyektif belaka. Sebagai suatu cabang filsafat, estetika berarti filsafat tentang
keindahan.

Sebagai cabang filsafat, ilmu estetika dimulai dalam tulisan Plato berjudul Hippias
Maior (Greater Hippias). Disana dipresentasikan percakapan antara Sokrates dan Hippias,
seorang sofis terkemuka. Pertanyaan yang menuntun dialog tersebut adalah "apa itu
keindahan?" Sokrater menjelaskan, "keindahan adalah kesenangan yang datang melalui indra
pendengaran atau penglihatan". Keindahan dalam arti itu disebut kesenangan yang bermanfaat
(benefical pleasure), yaitu apa yang baik.

10. Sejarah Filsafat

Sejarah filsafat barat dibagi empat periode, yakni sebagai berikut:

 Sejarah filsafat Yunani dan Romawi kuno (history of Ancient Greek and Roman
philosophy)
 Sejarah filsafat abad Pertengahan (history of Medieval Philosophy)
 Sejarah filsafat modern (history of Modern Philosophy)
 Sejarah filsafat masa kini (history of contemporary philosophy)

16
F. Dasar Perumusan Filsafat Ilmu; Perpaduan Rasionalisme dan Empirisme

1. RASIONALISME

Dalam pembahasan tentang suatu teori pengetahuan, maka Rasionalisme menempati


sebuah tempat yang sangat penting. Paham ini dikaitkan dengan kaum rasionalis abad ke-17
dan ke-18, tokoh-tokohnya ialah Rene Descartes, Spinoza, leibzniz, dan Wolff, meskipun pada
hakikatnya akar pemikiran mereka dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya
Plato, Aristoteles, dan lainnya. Paham ini beranggapan, ada prinsip-prinsip dasar dunia
tertentu, yang diakui benar oleh rasio manusi. Dari prinsip-prinsip ini diperoleh pengetahuan
deduksi yang ketat tentang dunia. Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi manusia
dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan pengalaman empiris bergantung pada prinsip-
prinsip ini.

Prinsip-prinsip tadi oleh Descartes kemudian dikenal dengan istilah substansi, yang tak
lain adalah ide bawaan yang sudah ada dalam jiwa sebagai kebenaran yang tidak bisa diragukan
lagi. Ada tiga ide bawaan yang diajarkan Descartes, yaitu:

1) Pemikiran; saya memahami diri saya makhluk yang berpikir, maka harus diterima juga
bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.
2) Tuhan merupakan wujud yang sama sekali sempurna; karena saya mempunyai ide
“sempurna”, mesti ada sesuatu penyebab sempurna untuk ide itu, karena suatu akibat tidak
bisa melebihi penyebabnya.
3) Keluasaan; saya mengerti materi sebagai keluasaan atau ekstensi, sebagaimana hal itu
dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.

Sementara itu menurut logika Leibniz yang dimulai dari suatu prinsip rasional, yaitu
dasar pikiran yang jika diterapkan dengan tepat akan cukup menentukan struktur realitas yang
mendasar. Leibniz mengajarkan bahwa ilmu alam adalah perwujudan dunia yang matematis.
Dunia yang nyata ini hanya dapat dikenal melaui penerapan dasar-dasar pemikiran. Tanpa itu
manusia tidak dapat melakukan penyelidikan ilmiah. Teori ini berkaitan dengan dasar
pemikiran epistimologis Leibniz, yaitu kebenaran pasti/kebenaran logis dan kebenaran
fakta/kebenaran pengalaman. Atas dasar inilah yang kemudian Leibniz membedakan dua jenis
pengetahuan. Pertama; pengetahuan yang menaruh perhatian pada kebenaran abadi, yaitu

17
kebenaran logis. Kedua; pengetahuan yang didasari oleh observasi atau pengamatan, hasilnya
disebut dengan “kebenaran fakta”.

Paham Rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah


rasio. Jadi dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus
dimulai dari rasio. Tanpa rasio maka mustahil manusia itu dapat memperolah ilmu
pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir. Maka berpikir inilah yang kemudian membentuk
pengetahuan. Dan manusia yang berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin
banyak manusia itu berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat.
Berdasarkan pengetahuan lah manusia berbuat dan menentukan tindakannya. Sehingga
nantinya ada perbedaan prilaku, perbuatan, dan tindakan manusia sesuai dengan perbedaan
pengetahuan yang didapat tadi.

Namun demikian, rasio juga tidak bisa berdiri sendiri. Ia juga butuh dunia nyata.
Sehingga proses pemerolehan pengetahuan ini ialah rasio yang bersentuhan dengan dunia nyata
di dalam berbagai pengalaman empirisnya. Maka dengan demikian, seperti yang telah
disinggung sebelumnya kualitas pengetahuan manusia ditentukan seberapa banyak rasionya
bekerja. Semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan dengan realitas sekitar maka semakin
dekat pula manusia itu kepada kesempunaan.

Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag menulis dalam bukunya Filsafat Pendidikan yaitu
“Kualitas rasio manusia ini tergantung kepada penyediaan kondisi yang memungkinkan
berkembangnya rasio kearah yang memedai untuk menelaah berbagai permasalahan kehidupan
menuju penyempurnaan dan kemajuan” Dalam hal ini penulis memahami yang dimaksud
penyedian kondisi diatas ialah menciptakan sebuah lingkungan positif yang memungkinkan
manusia terangsang untuk berpikir dan menelaah berbagai masalah yang nantinya
memungkinkan ia menuju penyempunaan dan kemajuan diri. Karena pengembangan
rasionalitas manusi sangat bergantung kepada pendyagunaan maksimal unsur ruhaniah
individu yang sangat tergantung kepada proses psikologis yang lebih mendalam sebagai proses
mental, maka untuk mengembangkan sumber daya manuia menurut aliran rasionalisme ialah
dengan pendekatan mental disiplin, yaitu dengan melatih pola dan sistematika berpikir
seseorang melalui tata logika yang tersistematisasi sedemikian rupa sehingga ia mampu
menghubungkan berbagai data dan fakta yang ada dalam keseluruhan realitas melalui uji tata
pikir logis-sistematis menuju pengambilan kesimpulan yang baik pula.

18
2. EMPIRISME

Secara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu emperia yang
artinya pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu Thomas Hobbes, Jhon Locke, Berkeley, dan yang
terpenting adalah David Hume. Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan
bagi rasio sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber
utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah.

Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala


pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari semacam perhitungan (kalkulus), yaitu
penggabungan data-data inderawi yang sama, dengan cara yang berlainan. Dunia dan materi
adalah objek pengenalan yang merupakan sistem materi dan merupakan suatu proses yang
berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum mekanisme. Atas pandangan ini, ajaran Hobbes
merupakan sistem materialistis pertama dalam sejarah filsafat modern.

Prinsip-prinsip dan metode empirisme pertama kali diterapkan oleh Jhon Locke,
penerapan tersebut terhadap masalah-masalah pengetahuan dan pengenalan, langkah yang
utama adalah Locke berusaha menggabungkan teori emperisme seperti yang telah diajarkan
Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Penggabungan ini justru
menguntungkan empirisme. Ia menentang teori rasionalisme yang mengenai ide-ide dan asas-
asas pertama yang dipandang sebagai bawaan manusia. Menurut dia, segala pengetahuan
datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Menurutnya akal manusia adalah pasif pada
saat pengetahuan itu didapat. Akal tidak bisa memperolah pengetahuan dari dirinya sendiri.
Akal tidak lain hanyalah seperti kertas putih yang kosong, ia hanyalah menerima segala sesuatu
yang datang dari pengalaman. Locke tidak membedakan antara pengetahuan inderawi dan
pengetahuan akali, satu-satunya objek pengetahuan adalah ide-ide yang timbul karena adanya
pengalaman lahiriah dan karena pengalaman bathiniyah. Pengalaman lahiriah adalah berkaitan
dengan hal-hal yang berada di luar kita. Sementara pengalahan bathinyah berkaitan dengan hal-
hal yang ada dalam diri/psikis manusia itu sendiri.

19
G. Tujuan dan Manfaat Filsafat Ilmu

1. Tujuan Filsafat Ilmu

Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin


menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari
filsafat ilmu, kita akan menyadari keterbatasan diri dan tidak terperangkap ke dalam sikap
oragansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan kita, sehingga mereka
dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk
kepentingan bersama.
Fisafat ilmu sebagai cabang khusus yang membicarakan sejarah perkembangan ilmu
bertujuan: Pertama, filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Kedua, filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi,
menguji, mengkritik asumsi dan medote keilmuan. Ketiga, filsafat ilmu memberikan
pendasaran logis terhadap metode keilmuan, setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus
dapat dipertanggungjawabkkan secara logis dan rasional agar dapat dipahami dan digunakan
secara umum.[15]. Berdasarkan tujuan filsafat ilmu yang dikemukan oleh Rizal Mustansyir
dan Misnal Munir, maka dapat dikembangkan bahwa tujuan filsafat ilmu mengkaji dan mencari
fakta-fakta terhadap pemikiran secara ilmiah dan rasional.

2. Manfaat filsafat ilmu

Secara umum manfaat filsafat : Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak
selalu tampak seperti apa adanya. Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan
dunia kita, karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar. Filsafat membuat kita lebih kritis. Batasan ini akan mendorong sebuah wawasan
agar membentuk sebuah sikap yang ilmiah. Belajar filsafat ilmu dapat membantu mengatasi
bahaya sekularisme ilmu dalam bidang apapun. Adanya batasan nilai ontologis dalam
mengembangkan ilmu, teknologi da juga perindustrian dapat membantu mengatasi adanya
bahaya sekularisme segala bidang ilmu.

20
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Filsafat Ilmu adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat sangat dibutuhkan dalam
membuktikan suatu aksiden atau fenomena dan Subtansi karena dengan filsafat lah bisa
terbukti sesuatu itu ada atau mungkin ada, karena dengan akal lah bisa membuktikan suatu
substansi dan substansi itu terbentuknya dari filsafat. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian
penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian tentang
sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran
tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada
pencarian akan kebenaran.
Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang
menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, tiang penyangga itu ada tiga macam yaitu
ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu
disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang
abstrak. Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu diindrawi
saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.
Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat
ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatiannya terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan
Perbedaan objek material filsafat ilmu dan Objek formal filsafat ilmu adalah objek
material merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang
mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak. Sedangkan Objek formal

21
filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat
sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.

B. Saran
Demikianlah makalah kami tentang mengenal filsafat ilmu : pengertian, ruang lingkup,
cabang filsafat, dasar perumusan filsafat, tujuan dan manfaat filsafat ilmu. Dengan demikian
diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca dan juga bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://sosioakademika.blogspot.com/2015/10/pengertian-ruang-lingkup-dan-objek.html?m=1
https://kumparan.com/berita-terkini/pengertian-ontologis-dan-ruang-lingkupnya-dalam-
kajian-filsafat-1zXx5fuygk7/full
https://search.yahoo.com/search?fr=mcafee&type=E210US91215G0&p=filsafat+ilmu+sebag
ai+cabang+filsafat
https://www.bloggertoraja.com/2022/03/cabang-cabang-ilmu-filsafat.html
https://www.wawasanpendidikan.com/2014/06/tiga-cabang-filsafat-ilmu-Ontologi-
Epistimologi-dan-Axiologi..html
https://search.yahoo.com/search?fr=mcafee&type=E210US91215G0&p=dasar+dasar+perum
usan+filsafat+ilmu%3B+perpaduan+rasionalisme+dan+empirisme
https://www.kompasiana.com/aidilazmy/551aaf2aa33311ec21b65923/filsafat-ilmu-aliran-
rasionalisme-dan-empirisme
https://search.yahoo.com/search?fr=mcafee&type=E210US91215G0&p=manfaat+filsafat+il
mu

23

Anda mungkin juga menyukai