Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

DISUSUN OLEH:

NAMA : FAUZIYAH SYAHLANI

NIM : 220250302001

DOSEN PENGAMPUH : SAHRIL S.Pd.I,M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

UNIVERSITAS TOMAKAKA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Hakikat Ilmu” tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas matakuliah Filsafat Ilmu.

Tujuan disusunnya makalah ini agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuan
tentang “hakikat ilmu”. Ucapan terimakasih kami haturkan kepada Dosen pengampu
matakuliah Filsafat ilmu, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini, terutama pertolongan Allah SWT yang memberikan kami
kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat umum.

Mamuju, 21 Januari 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI……………………………………………………................................................ ii

BAB I…………………………………………………………......…....................................... 1

A. Latar Belakang……………………………………………………….................................... 1

B. Tujuan Penulisan…………………………………………………..................................... 2

C. Manfaat Penulisan……………………………………………………….............................. 2

BAB II…………………………………………………………………....................................... 3

A. Pengertian…………………………………………………………………............................... 3

1. Pengertian Filsafat..…………………………………………..................................... 3

2. Pengertian Ilmu……………………………………………………….............................. 5

3. Pengertian Pengetahuan………………………………........................................ 8

B. Konsep…………………………………………………...................................................... 9

1. Ontologi................................................................................................... 9

2. Epistimologi………………………………………..……….......................................... 11

3. Kebenaran………………………………………………………….................................... 14

4. Etika dan Estetika..................................................................................... 17

C. Hakikat Ilmu………………………………………………………………................................. 21

D. Manfaat Filsafat Ilmu………………………………………………................................... 24

BAB III……………………………………………………………............................................ 26

A. Kesimpulan……………………………………………….................................................. 26

B. Saran……………………………………………………...................................................... 26

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan filsafat
ilmu adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu
pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses
penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Tujuan mempelajari filsafat ilmu pada dasarnya adalah untuk memahami persoalan
ilmiah dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah dengan cermat
dan kritis.
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lain adalah bahwa Filsafat mempunyai
objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan objeknya
terbatas, khusus lapangannya saja. Selain itu Filsafat hendak memberikan pengetahuan,
insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukan sebab-sebab yang terakhir,
sedangkan ilmu pengetahuan juga menunjukkan sebab-sebab tetapi yang tak begitu
mendalam.
Filsafat dapat dimaknai sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang
masalah-masalah yang muncul dan berkenaan dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya
materi maupun immateri secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang
sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional-logis,
mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan
masalah-masalah dalam kehidupan manusia. Sedangkan ilmu dapat dimaknai sebagai suatu
metode berpikir secara obyektif dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap
dunia fuktual dan berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common
sense.
Sedangkan Filsafat pendidikan dapat dimaknai sebagi upaya menerapkan kaidah-
kaidah berpikir filsafat dalam ragam pencarian solusi berbagai ragam problem
kependidikan yang akan melahirkan pemikiran utuh tentang pendidikan yang tentunya
merupakan langkah penting dalam menemukan teori-teori tentang pendidikan.

1
B. TUJUAN PENULISAN
1. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
2. Mengetahui Pengertian Filsafat
3. Mengetahui Pengertian Ilmu
4. Mengetahui Apa itu Pengetahuan
5. Memahami Konsep dari Ontologi
6. Memahami Konsep dari Epistimologi
7. Memahami Konsep dari Kebenaran
8. Memahami Konsep dari Etika dan Estetika
9. Mengetahui Apa itu Hakikat Ilmu
10. Mengetahui Manfaat dari Filsafat Ilmu

C. MANFAAT PENULISAN
Dengan membuat Makalah Filsafat Ilmu ini Kita dapat memperoleh beberapa manfaat
diantaranya yaitu :

 Melatih berfikir radikal tentang hakikat ilmu


 Melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu
 Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu
sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
 Menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di
luar bidang ilmunya.
 Membantu kita dalam memahami konsep-konsep dari Ontologi, Epistimologi,
Kebenaran, serta Etika dan Estetika
 Mengetahui pengertian serta penjelasan mengenai apa itu Filsafat
 Memahami perbedaan antara Ilmu dan Pengetahuan

2
BAB 2

ISI

A. PENGERTIAN
1. FILSAFAT
Filsafat adalah hasil dari tinjauan manusia mengenai dirinya, makna alam dan tujuan
hidup dengan menggunakan pikiran serta dibantu rasa dan keyakinan di dalam diri
tersebut. Sebagai suatu kesatuan, baik dalam memengaruhi atau membantu orang lain,
filsafat digunakan sebagai pedoman dalam memberi makna hidup.
a) Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia.
Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang
berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian,
seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali
digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas,
kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan
juga digunakan oleh Socrates (470-399 M) dan para filsuf lainnya.
b) Filsafat secara Terminologi
Secara terminologi dalam arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan batasan
dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa batasan.
a. Plato
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
b. Aristoteles
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran
yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika (filsafat keindahan).
c. Al Farabi
Filsuf Arab ini mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang
hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
d. Hasbullah Bakry
Menurut Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan juga manusia sehingga dapat

3
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
e. Notonegoro
Notonegoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi
objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang
tidak berubah, yang disebut hakikat.

Secara historis, filsafat mencakup inti dari segala pengetahuan. Dari zaman filsuf
Yunani Kuno seperti Aristoteles hingga abad ke-19, filsafat alam melingkupi astronomi,
kedokteran, dan fisika. Sebagai contoh, Prinsip Matematika Filosofi Alam karya Newton
pada tahun 1687 di kemudian hari diklasifikasikan sebagai buku fisika. Pada abad ke-
19, perkembangan riset universitas modern mengantarkan filsafat akademik dan
disiplin lain terprofesionalisasi dan terspesialisasi. Pada era modern, beberapa
investigasi yang secara tradisional merupakan bagian dari filsafat telah menjadi disiplin
akademik yang terpisah, beberapa diantaranya psikologi, sosiologi, linguistik, dan
ekonomi. Investigasi lain yang terkait erat dengan seni, sains, politik, dan beberapa
bidang lainnya tetap menjadi bagian dari filsafat. Misalnya, apakah keindahan objektif
atau subjektif? Apakah ada banyak metode ilmiah ataukah hanya ada satu? Apakah
utopia politik merupakan mimpi yang penuh harapan atau hanya delusi yang sia-sia?
Sub-bidang utama filsafat akademik diantaranya metafisika (berkaitan dengan sifat
dasar realitas dan keberadaan), epistemologi (tentang "asal-muasal dan bidang
pengetahuan [serta] ... batas dan keabsahannya" ), etika, estetika, filsafat politik,
logika, filsafat ilmu, dan sejarah filsafat barat.
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan filsafat
sebagai :
a. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal mengenai hakikat segala yang ada,
sebab, dan hukumnya.
b. Teori yang mendasari alam pemikiran atau suatu kegiatan
c. Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology.
Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami sesuatu secara sistimatis,
radikal dan kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk, melainkan proses, proses yang
nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak. Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi atau cara berfikir yang dilakukan
secara reflektif atau mendalam untuk menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi
dalam kehidupan dengan menggunakan alasan yang diperoleh dari pemikiran kritis yang
penuh dengan kehati-hatian. Filsafat didalami tidak dengan melakukan eksperimen-
eksperimen, tetapi dengan menggunakan pemikiran yang mendalam untuk

4
menggungkapkan masalah secara persis, mencari solusi dengan memberi argumen dan
alasan yang tepat.
Pemahaman yang mendorong timbulnya filsafat pada seseorang karena adanya sikap
heran atau takjub yang melahirkan suatu pertanyaan. Pertanyaan itu memerlukan
jawaban dan untuk mencari jawaban tersebut perlu adanya pemikiran-pemikiran yang
mendalam untuk menemukan kebenarannya. Sehingga melahirkan keseriusan untuk
melakukan penyelidikan secara sistimatis. Jadi dengan berfilsafat maka keinginan untuk
mengetahui fenomena-fenomena dapat dimengerti dengan lebih mudah.
Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh, filsafat yang
mencoba menggabungkan kaasimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia
menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten. Para filsuf berhasrat meninjau
kehidupan tidak dengan sudut pandaang yang khusus sebagaimana di lakukan oleh
seorang ilmuawan. Para filsuf memakai pandangan yang menyeluruh terhadap
kehidupan sebagai suatu totalitas. Tujuan filsafat adalah mengambil alih hasil-hasil
pengalaman manusia dalam bidang keagamaan, etika, dan ilmu pengatahuan, kemudian
hasil-hasil tersebut di renungkan secara menyeluruh Dengan cara ini diharapkan dapat
diperoleh beberapa kesimpulan umum tentang sifat-sifat dasar alam semesta,
kedudukan manusia di dalamnya serta berbagai pandangan ke depan.

2. ILMU
Ilmu adalah suatu pranata atau metode yang membentuk keyakinan mengenai alam
semesta dan manusia. Pengertian ilmu adalah sebuah hasil dari aktivitas manusia yang
mana hal ini merupakan kumpulan dari teori, metode dan praktek sehingga menjadi
pranata dalam masyarakat.
Menurut Oxford Dictionary, ilmu adalah aktivitas berfikir yang meliputi tentang
sistematika, perilaku dan struktur. Sementara ilmu dalam perspektif bahasa Indonesia,
ilmu adalah pengetahuan tentang bidang tertentu yang dibuat secara sistematis.
Ilmu pengetahuan (kerap diperpendek menjadi ilmu, serapan dari bahasa Arab: ‫ )علم‬atau
sains (serapan dari Latin: scientia) adalah suatu usaha sistematis dengan metode ilmiah
dalam pengembangan dan penataan pengetahuan yang dibuktikan dengan penjelasan
dan prediksi yang teruji sebagai pemahaman manusia tentang alam semesta dan
dunianya. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-
ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari
sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai

5
pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi,
dengan kata lain ilmu terbentuk dari 3 cabang filsafat yakni ontologi, epistemologi dan
aksiologi, jika ketiga cabang itu terpenuhi berarti sah dan diakui sebagai sebuah ilmu.
Ilmu alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang
bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika
lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret.
Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa
jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok
menjadi perawat.

Memahami ilmu adalah bagian dari pengetahuan dalam suatu bidang. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan pengertian ilmu adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu.Dicontohkan
lebih mendalam, ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian (tentang duniawi, akhirat,
lahir, batin, dan sebagainya). Sementara dalam Islam, ilmu adalah sifat mengetahui yang
wajib bagi Allah SWT.
Dalam jurnal penelitian berjudul Ilmu adalah Kekuasaan Peran dan Implikasinya
(Tinjauan Epistimologis) oleh Ni Ketut Tri Srilaksmi, S.H, M.Ap, dijelaskan pengertian
ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu atau bagian dari pengetahuan.
Masih mengutip sumber jurnal penelitian yang sama dijelaskan, ilmu adalah
pengetahuan, tetapi pengetahuan belum tentu ilmu. Syarat sebuah ilmu bisa menjadi
pengetahuan adalah sistematik, general, rasional, objektif, menggunakan metode
tertentu, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pengertian Ilmu Menurut Para Ahli :
1. Pengertian Ilmu Menurut Minto Rahayu
Pengertian ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku
umum.
2. Pengertian Ilmu Menurut Harold H.titus
Pengertian ilmu adalah common science yang diatur serta diorganisasikan dengan
mengadakan pendekatan terhadap benda atau peristiwa dengan menggunakan cara
atau metode observasi yang teliti serta kritis.
3. Pengertian Ilmu Menurut NS. Asmadi
Pengertian ilmu adalah suatu sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses
mengetahuai melalui penyeledikan yang sistematis dan terkendali.
4. Pengertian Ilmu Menurut The Liang Gie
Pengertian ilmu adalah rangkaian kegiatan manusia yang rasional dan kognitif dengan
metode berupa macam-macam prosedur dan susunan langkah yang kemudian akan
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai berbagai gejala

6
kealaman, kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran yang sebar-
benarnya, mendapatkan pemahaman dan memberikan penjelasan atau melakukan
penerapan.
5. Pengertian Ilmu Menurut Mohammad Hatta
Pengertian ilmu adalah pengetahuan mengatur tentang suatu pekerjaan umum, karena
akibat dalam suatu kelompok masalah yang sifatnya sama baik dilihat dari
kedudukannya ataupun hubungannya yang tampak dari luar, maupun dalam.
6. Pengertian Ilmu Menurut Dr. H. Ali As’ad
Pengertian ilmu adalah sebuah sifat yang apabila dimiliki seseorang maka akan menjadi
jelas mengenai apa yang terlintas di dalam pengertiannya
7. Pengertian Ilmu Menurut Nazir
Pengertian ilmu adalah suatu pengetahuan yang memiliki sifat umum serta sistematis,
pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah
umum.
8. Pengertian Ilmu Menurut Popper
Pengertian ilmu adalah tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin direorganisasi.
9. Pengertian Ilmu Menurut Prof. DR. A. Baiquni
Pengertian ilmu adalah general consensus dari masyarakat yang terdiri dari
10. Scientist.Pengertian Ilmu Menurut Ralph Ross & Ernest Van Den Haag
Pengertian ilmu adalah memiliki bentuk yang empiris, rasional, umum dan sistematik,
dan yang dimana keempatnya itu serentak
11. Pengertian Ilmu Menurut DR. H.M. Gade
Pengertian ilmu adalah hasil dari sebuah pemikiran mengenai batas-batas kemungkinan
pengetahuan pada manusia.
12. Pengertian Ilmu Menurut Afanasyef
Pengertian ilmu adalah pengetahuan manusia mengenai alam, pikiran serta masyarakat.
13. Pengertian Ilmu Menurut Izuddin Taufiq
Pengertian ilmu adalah penelusuran informasi maupun data yang melalui sebuah
pengamatan, pengkajian serta eksperimen, yang mana memiliki guna menetapkan
hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya.
14. Pengertian Ilmu Menurut Karl Pearson
Pengertian ilmu adalah keterangan yang stabil dan juga komprehensif mengenai suatu
fakta melalui pengalaman dengan istilah yang sederhana.
15. Pengertian Ilmu Menurut Dr. Maurice Bucaille
Pengertian ilmu adalah sebuah kunci yang dapay mengungkapkan segala hal apapun,
baik itu dalam jangka panjang maupun singkat.

7
3. PENGATAHUAN
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis,
konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau
berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi
masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,
rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan
potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya,
pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan
atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekadar berkemampuan untuk
menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan
berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut potensi untuk
menindaki.

Menurut Notoatmodjo dalam Naomi (2019), pengetahuan (knowledge) merupakan hasil


“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraanterhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra, yakni: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Burhanuddin Salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada
empat, yaitu pengetahuan biasa, pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat, dan
pengetahuan agama.
pengetahuan mencakup segala kegiatan dengan cara dan sarana yang digunakan
maupun segala hasil yang diperolehnya. Pada hakikatnya pengetahuan merupakan
segenap hasil dari kegiatan mengetahui berkenaan dengan sesuatu obyek (dapat berupa
suatu hal atau peristiwa yang dialami subyek).
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali
benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan
mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

8
B. KONSEP
1. ONTOLOGI
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Sebagai cabang filsafat, ontologi
bertujuan menginfestigasi dan mengabstraksikan hakikat realitas paripurna yang
bersifat tunggal, absolut dan abadi.
Ontologi merupakan salah satu dari tiga kajian Filasafat Ilmu yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi ontologi yang membahas sesuatu yang bersifat nyata, konkret.
Tokoh Yunani yang memiliki pemikiran yang bersifat ontologis yang terkenal adalah
Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masa Yunani masih banyak orang yang belum
mampu membedakan antarapenampakan dengan kenyataan, dimana masa itu ada
banyak hal yang mengkaji kejadian alam dalam bentuk mistis sebagai penanggung jawab
dari fenomena alam yang sulit dimengerti.
Secara etimologi istilah ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on / ontos =
being atau ada, dan logos = logic atau ilmu. Jadi, ontologi bisa diartikan : The theory of
being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau Ilmu tentang yang
ada.
Pengertian menurut istilah Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat
yang ada, yang merupakan ultimate reality yang berbentuk jasmani / kongkret maupun
rohani / abstrak (Bakhtiar, 2004).

Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara
yang berbeda dimana wujud dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-
objek fisik, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional.
Ontologi memiliki 2 objek yaitu :

1.Objek Materi
adalah sesuatu yang mungkin ada maksutnya adalah ada objek yang akan dikaji atau
diteliti. Contoh objek yang sering dikaji seperti Tuhan, manusia, dan alam.

2.Obek Forma
objek formal adalah mengakaji bagian dari objek material lebih mendalam lagi. Bisa
juga diartikan sebagai sudut pandang (poit of view) darimana hal tersebut dipandang
atau sudut pandang yang menyeluruh secara universal. Contoh objek yang di kaji
Siapa yang menciptakan manusia? apa tujuan dicipatakannnya manusia?.

9
ALIRAN-ALIRAN ONTOLOGI

1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah
satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber asal, baik
yang asal berupa materi ataupun berupa rohani.
2. Dualisme
Dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua paham yang saling
bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut aliran dualisme materi
maupun ruh sama-sama merupakan hakikat. Materi muncul bukan karena adanya
ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Tetapi dalam perkembangan
selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah dalam menghubungkan dan
menyelaraskan kedua aliran tersebut di atas. Sebuah analogi dapat kita ambil
misalnya tentang jika jiwa sedang sehat, maka badan pun akan sehat kelihatannya.
Sebaliknya jika jiwa seseorang sedang penuh dengan duka dan kesedihan biasanya
badanpun ikut sedih, terlihat dari murungnya wajah orang tersebut.
3. Pluralisme
pluralisme merupakan paham yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu
masyarakat dan memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap
menjaga keunikan budayanya masing-masing.
4. Nihilisme
Nihilism adalah sebuah pandangan manusia atas segala hal yang ada di dunia ini
hingga sekarang. Di mana itu semua dianggap tidak mempunyai arti dan juga tujuan.
5. Agnostisis
Agnostisisme merupakan suatu pandangan bahwa ada atau tidaknya Tuhan atau hal-
hal supranatural adalah suatu yang tidak diketahui atau tidak dapat diketahui.

Ruang kajian ontologi sebagai berikut :

a. Yang ada(Makhluk), Pada prinsipnya ada itu ada doa, ada yang menciptakan
dan ada yang cinta, ada yang menyebabkan dan ada yang akibat. Ada yang
menciptakan tidak sepenuhnya tepat untuk disebut sebagai sebab yang ada,
karena hukum sebab akibat berlainan dengan kebohongan yang menciptakan
dan yang pujian. Hukum sebab akibat bisa bersifat fisik, mekanik, berdimensi
bahan, sementara penciptaan dan ciptaan didalamnya selalu terkandung
dimensi ideal yang bersifat rohani.

10
b. Yang nyata(kenyataan), yaitu masalah realitasnya dapat dipahami dengan
pernyataan bahwa nyata dan ada memiliki pengertian serupa kata dan
memandang sebagai keragaman yang spesifik prosedur ontologi yang
pertama digunakan untuk membedakan apa yang sebenarnya nyata.

c. Esensi dan eksistensi dalam setiap yang ada, baik yang nyata maupun tidak
nyata selalu ada doa sisi didalamnya. Bagi yang ghaib, sisi yang sepertinya
adalah eksistensi, sedangkan yang konkret, yang vertikal, maupun horizontal
bersifat aktual dan eksistensi yang berorientasi pada masa kini dan masa
depan. Esensi adalah ke masalaluan.
2. EPISTIMOLOGI
Epistemologi berasal dari Bahasa Yunani dan Episteme biasa diartikan
pengetahuan atau kebenaran, dan Logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Secara
etimologi Epistemologi dapat diartikan, teori pengetahuan yang benar, dan lazimnya
hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi Theory of
Knowledge. Epistemologi (ma’rifah) dalam bahasa Arab mempunyai banyak
penggunaan, tetapi lazimnya berarti pengetahuan (knowledge),
kesadaran (awareness), dan informasi. Adakalanya digunakan dalam arti pencerahan
khusus (idrak juz’i/ particular perception), kadang-kadang juga dipakai dalam arti ilmu
yang sesuai dengan kenyataan dan melahirkan kepastian dan keyakinan. Pengetahuan
yang menjadi pokok bahasan epistemologi boleh jadi mempunyai salah satu pengertian
tersebut atau pengertian lainnya. Pembahasan mengenai epistemologis tidak terbatas
pada satu jenis pengetahuan. Konsep pengetahuan merupakan salah satu konsep paling
jelas dan nyata (badihi/ self-evident). Epistemologis dapat didefinisikan sebagai “bidang
ilmu yang membahas pengetahuan manusia, dalam berbagai jenis dan ukuran
kebenaran.”

BEBERAPA PANDANGAN EPISTEMOLOGI


1. Aliran Filsafat dan Epistemologi Science Modern
a. Empirisme
Secara radikal empirisme berpendirian bahwa sebenarnya kita hanya bisa
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman dengan menggunakan indra
ilmiah. Thomas Hobbes, salah seorang penganut empirisme mengemukakan
bahwa empiris (pengalaman) adalah awal dari segala pengetahuan. Karena itu
semua diturunkan dari pengalaman. Tokoh empiris lain adalah John Locke. Ia
terkenal dengan teori Tabula Rasanya. Menurut Locke, rasio manusia pada
mulanya sebagai

11
lembaran kertas putih (as white paper). Apa yang kemudian mengisinya, seluruhnya
berasal dari pengalaman, baik pengalaman lahiriah (sensation) maupun pengalaman
batiniah (reflection). George Barkeley adalah tokoh lain empiris yang
mengemukakan teori immaterialisme atas dasar prinsip empirisisme. Menurutnya
sama sekali tidak ada substansi yang bersifat material. Yang ada hanyalah ciri-ciri
yang dapat diamati, atau dengan kata lain, yang ada hanyalah pengalaman dalam
jiwa saja (being is being perceived). David Hume tidak menerima konsep mengenai
substansi, sebab menurutnya, apa yang dialami manusia hanyalah kesan-kesan
tentang beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama
b. Rasionalisme
Penganut rasionalisme berpandangan bahwa ia dapat dicapai dengan
menggunakan akal budi (intellect) sebagai sumber utama. Hal ini didasarkan pada
pandangan bahwa pada dasarnya pengetahuan adalah suatu sistem dedukatif yang
dapat dipahami secara rasioanal dengan ukuran kebenaran adalah konsistensi logis.
Penganut rasionalisme meyakini bahwa metode rasional yang dedukatif, rasional,
matematis dan inferensial dapat digunakan untuk mencapai pengetahuan.
c. Kritisisme
Krititisme adalah suatu aliran filsafat, yang dalam epistemologi berupaya
menunjukkan jalan untuk mencapai pengetahuan tanpa harus terjebak dalam
ekstrimitas empirisme dan rasionalisme.

2. Landasan Al Quran dan Epistemologi Islami


Pemikiran dedukatif sederhana mengenai epistemologi Qurani adalah sebagai
berikut :
 Sumber ilmu satu-satunya hanya Allah. Karena pada hakikatnya hanya Dia yang
mengetahui baik alam nyata maupun alam gaib, dan Dia Maha Pengasih dan
Penyayang (Al Hasyr 22).
 Manusia tidak lahir dalam kedaan berpengetahuan, namun pada dirinya
terkandung potensi internal berpengatuhan yang dikaruniakan Allah padanya (An
Nahl 78).

3. Perbandingan Epistemologi
Secara sangat jelas epistemologi science modern meletakkan pandangan bahwa
pencapaian pengetahuan ilmiah semata-mata merupakan fungsi dari bekerjanya
indera dan akal manusia. Hal ini ditunjukkan oleh filsafat rasionalisme dan
empirisme secara sendiri-sendiri, maupun oleh kritisisme secara bersama-sama.

12
A.Metode-Metode Untuk Memperoleh Pengetahuan
I. Empirisme
Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara
memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak
empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya
merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa),dan di dalam buku catatan itulah
dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. pengalaman-pengalaman inderawi yang
pertama-tama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-
objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara
demikian itu bukanlah pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan
mengenai hal-hal yang factual.
II. Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal.
Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman
paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut
rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan
bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna
mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka
kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan
akal budi saja.
III. Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang
pengalaman. Barang sesuatusebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang
alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan
disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah
mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaannya sendiri,
melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya,
pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).
4 . Objek dan Tujuan Epistemologi
Kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan
dengan tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati
secara cermat, sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek sama dengan
sasaran sedangkan tujuan hampir sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi
antara objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan, sebab objeklah
yang mengantarkan tercapainya tujuan.
Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi atau teori pengetahuan yang untuk
pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek tertentu. Objek epistemologi ini

13
menurut Jujun S. Suriasuamantri berupa “ segenap proses yang terlibat dalam usaha
kita untuk memperoleh pengetahuan.”

3. KEBENARAN
Kebenaran adalah satu nilai utama dalam kehidupan manusia. Sebagai nilainilai
yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusian
(human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Dalam kehidupan
manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah. Manusia di dalam kepribadian dan
kesadarannya tak mungkin tampa kebenaran.

Berdasrkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu terjadi :
a. Tingkatan kebenaran indera adalah tingkatan yang paling sederhana dan pertama
yang dialami manusia.
b. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang di dasarkan disamping melalui
indara, diolah pula dengan rasio.
c. Tingkatan filosofis, rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah
kebenaran itu semakin tiggi nilainya.
d. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersuber dari Tuhan yang Maha Esa dan
dihayati oleh kepribadian dengan integritas deengan iman dan kepercayaan.

Keempat tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya bahkan juga
proses dan cara terjadinya, disamping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi
subyek yang dimaksud disini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenaran itu.
Misalnya pada tingkat kebenaran indera, potensi subyek yang menangkap ialah panca
indra. Kebenaran itu ialah fungsi kejiwaan, fungsi rohania. Manusia selalu mencari
kebenaran itu, membina dan menyempurnakan sejalan dengan kematangan
kepribadiannya.

Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran,
sifat asasinya terdorong pula untuk melaksanakan kebenaran itu. Sebaliknya
pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tampa melaksankan konflik
kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di
dalam kehidupan manusia sesuatu yang di lakukan harus diiringi akan kebenaran
dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari
kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebenaran.

Empat Jenis Kebenaran Menurut Pranaka, Julianne Ford dalam Lincoln & Guba (1985)

14
Berbeda dengan Pranaka, Julianne Ford dalam Lincoln & Guba (1985)mengemukakan
ada 4 jenis kebenaran yang berbeda, yaitu kebenaran empiris, kebenaranlogis,
kebenaran etis, kebenaran metafisis. Keempat kebenaran tersebut dapat
dijelaskansebagai berikut :

1. Kebenaran empiris yaitu kebenaran yang sudah biasa digunakan oleh para
ilmuan yangdirumuskan dalam bentuk hipotesis untuk menerima atau menolak
sesuatu sebagaikebenaran.
2. Kebenaran logis yaitu kebenaran yang masuk akal yang dapat diterima oleh
orang banyak,dimana kebenaran tersebut merupakan pernyataan hipotesis yang
secara logis ataumatematis sejalan dengan pernyataan lain yang telah diketahui
sebagai sesuatu kebenaran.
3. Kebenaran etis adalah kebenaran yang dapat diukur dengan standar nilai atau
moraltertentu. Jadi, seseorang dianggap etis jika yang menyatakan kebenaran
tersebut berbuatsesuai dengan ukuran pelaksanaan yang bersifat moral atau
profesional.
4. Kebenaran metafisis yang merupakan kebenaran yang sesuai dengan
kepercayaan dasar.Kebenaran ini merupakan kepercayaan yang harus diterima
sebagaimana ada. Kebenaran initidak dapat dibuktikan dengan ketidakbenaran,
karena kebenaran ini menghadirkan batasakhir yang berbeda dengan segala yang
teruji.

Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenaran, tampa


melaksankan konflik kebenran, manusia akan mengalami pertentangan batin,
konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang di lakukan
harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang djalaninya dan manusia
juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana
selalu ditunjukkan oleh kebenaran.

Teori-teori kebenaran menurut filsafat

Dalam studi filsafat ilmu, pandangan tentang suatu “kebenaran” itu sangat
tergantung dari sudut pandang filosofis dan teoritis yang dijadikan pijatannya.
Dalam menguji suatu kebenaran diperlukan teori-teori ataupun metode-metode
yang akan berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi jalannya pengujian tersebut.
Berikut ini beberapa teori tentang kebenaran dalam prestpektif filsafat ilmu :

15
a. Teori korespondesi (Bertrand Russell 1872-1970)
Teori kebenaran korespondesi adalah teori yang berpandangan bahwa
peryataan-peryataan adalah benar jika berkorespondesi (berhubungan) terhadap
fakta yang ada. Kebenara atau suatu keadan dikatakan benar jika ada kesesuaian
antara arti yang dimasud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu propesi
(ungkapan atau keputusan) adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang
sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-
teori empiris pengetahuan
Teori kebenaran korespondesi adalah teori kebenaran yang paling awal(tua) yang
berangkat dari teori pengetahuan Aristotoles, teori ini mengangap bahwa “suatu
pengetahuan mempunyai nilai benar apabilah pengetahuan itu mampu
mempunyai saling kesesuain dengan kenyataan (realitas empiris) yang
diketahuinya”. Teori korespondensi pada umumnya di anut oleh para pengikut
realisme. Di antara adalah Plato, Aristotoles, Moore, Russel, Ramsey dan Tarsky.
Mengenai teori korespondesi tentang kebenaran, dapat di simpulkan sebagai
berikut : “kebenaran adalah kesesuaian antara peryataan tentang sesuatu
dengan kenyataan itu sendiri”.
b. Teori koherensi atau konsistensi
Teori kebenaran koherensi, tokoh teori ini adalah Spinosa, Hegel dan Bradley.
Suatu pengetahuan dianggap benar menurut teori ini adalah “bila suatu proposisi
itu mempunyai hubungan ide-ide dari proposisi yang terdahulu yang bernilai
benar. Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara
putusan dengan fakta atau realita, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan
itu sendiri, dengan kata lain kebenaran ditegakkan atas hubungan antara
putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan
kebenarannya terlebih dahulu. Teori ini menganggap bahwa "Suatu pernyataan
dapat dikatakan benar apabila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten
dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang di anggap benar
c. Teori Pragmatis (Charles S 1839-1914)
Tokoh teori Pragmatis adalah William James dan John Dewey. Suatu
pengetahuan atau proposisi dianggap benar menurut teori ini adalah “bila
proposisi itumempunyai konsekwensi-konsekwensi praktis (ada manfaat secara
praktis) seperti yangterdapat secara inheren dalam per nyataan itu sendiri”,
maka menurut teori ini, tidak adakebenaran mutlak, universal, berdiri sendiri dan
tetap. Kebenaran selalu berubah dantergantung serta dapat diroreksi oleh
pengamalan berikutnya.
d. Teori PerformatifTeori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau
dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu

16
e. Teori KonsensusSuatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada
paradigm atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui
atau mendukung paradigmatersebut
f. Teori Kebenaran Sintaksis
Teori ini berkembang diantara para filsuf analisa bahasa, seperti Friederich
Schleiermacher. Menurut teori ini, „suatu pernyataan dianggap benar bila
pernyataan itu mengikuti aturan sintaksis (gramatika) yang baku‟.
g. Teori Kebenaran Semantis
Menurut teori kebenaran semantik, suatu proposisi memiliki nilai benar ditinjau
dari segi arti atau makna. Apakah proposisi itu pangkal tumpuannya pengacu
(referent) yang jelas? Jadi, memiliki arti maksudnya menunjuk pada referensi
atau kenyataan, juga memilikiarti yang bersifat definitif.
h. Teori Kebenaran Non-Deskripsi
Teori Kebenaran Non-Deskripsi. Teori ini dikembangkan oleh penganut Filsafat
fungsionalisme. Jadi, menurut teori ini suatu statemen atau pernyataan itu akan
mempunyainilai benar ditentukan (tergantung) peran dan fungsi pernyataan itu
(mempunyai fungsi yangamat praktis dalam kehidupan sehari-hari).
i. Teori Kebenaran Logik
Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik. Menurut teori ini, bahwa
problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini
akibatnyamerupakan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa pernyataan
yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logik yang sama yang
masing-masing saling melingkupinya.
j. Agama sebagai Teori Kebenaran
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran, salah satu cara untuk menemukan
suatu kebenaran adalah melalui agama.

4. ETIKA dan ESTETIKA


1. Pengertian Etika
Dalam konteks filsafat, istilah Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethikos,
ethos yang berarti adat, kebiasaan ataupraktik. Kalau kita membatasi pada asal-usul
istilah tersebut, maka ethika berarti ilmu tentang apa yang biasa
dilakukanatautentang adat kebiasaan. Sedangkan secara terminologi etika adalah
cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atauperbuatan manusia dalam
hubungannya dengan baik buruk. 'ang dapat dinilai baik buruk adalah sikap manusia
yaitu yangmenyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, kata-kata dan
sebagainya.

17
Menurut Conny R. Semiawan yang dikutip oleh Susanto, menjelaskan tentang etika
itu sebagai berikut: "the study of thenature of morality and judgement”, kajian
tentang hakikat moral dan keputusan (kegiatan menilai). Selanjutnya Semiawan
menerangkan bahwa etika sebagai prinsip atau atau standar perilaku manusia, yang
kadang-kadang disebut dengan "Moral.

2. Pengertian EstetikaEstetika
Dari kata Yunani Aesthesis atau pengamatan adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengamalan akan
keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakikat dari keindahan, bentuk-bentuk
pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan
alam dan keindahan seni), diselidiki emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang
indah, agung, tragis, bagus, mengharukan, dan sebagainya.
Sedangkan estetika menurut Semiawan yang dikutip oleh Susanto, menjelaskan
sebagai "the study of nature of beauty in thefine art”, mempelajari tentang hakikat
keindahan di dalam seni. Estetika merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang
hakikat indah dan buruk. Estetika membantu mengarahkan dalam membentuk
suasana persepsi yang baik dari suatu pengetahuan ilmiah agar ia dapat dengan
mudah dipahami oleh khalayak luas. Estetika juga berkaitan dengan kualitas dan
pembentukan mode-mode yang estetis dari suatu pengetahuan ilmiah itu.

A. Objek Etika dan Estetika


a. Objek Etika
Adapun objek dari etika meliputi norma-norma kesusilaan manusia dan
mempelajari tingkah laku manusia baik buruknya. Sedangkan objek etika menurut
Frans Magnis Suseno adalah pernyataan moral. Apabila diperiksa segala jenis
moral, pada dasarnya hanya dua macam, yaitu pernyataan tentang tindakan
manusia dan pernyataan tentang manusia sendiri atau tentang unsur-unsur
kepribadian manusia seperti motif-motif, maksud, dan watak. . Ada himpunan
pernyataan ketiga yang tidak bersifat moral, tetapi penting dalam rangka
pernyataan tentang tindakan.
b. Objek Estetika
Objek estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang
dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Jadi
objeknya adalah hal yang dianggap indah dan hal yang dianggap tidak indah atau
jelek. Ia membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari
estetika lahirlah berbagai macam teori mengenaikesenian atau aspek seni dan

18
berbagai macam budaya manusia. Jadi objek Estetika disini adalah pengalaman
dan seni.

B. Macam-macam Etika Dan Estetika


1. Macam-macam Etika, yaitu:
a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya:
adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentangbaik dan buruk, tindakan-tindakan
yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari
moralitas yang terdapat pada individu-individu tertentu, dalam kebudayaan-
kebudayaan atau subkultur-subkultur yang tertentu, dalam suatu periode sejarah,
dan sebagainya. Karena etika deskriptif hanya melukiskan, tidak memberikan
penilaian
B. Etika Normatif
Etika normative merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang di
mana berlangsung diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah-masalah.
Di sini ahli bersangkutan tidak bertindak sebagai penonton netral, tapi ia
melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia.
Adapun etika normatif sudah memberikan penilaian yang baik dan yang buruk,
yang harus dikerjakan dan tidak. Etika normatif ini dibagi menjadi dua, yaitu: etika
umum dan khusus.
C. Metaetika
Merupakan suatu studi analitis terhadap disiplin etika. Secara khusus,
metaetika menyelidiki dan menetapkan arti serta makna istilah-istilah normatif
yang diungkapkan lewat pernyataan-pernyataan etis yang membenarkan atau
menyalahkan suatutindakan.
Pembagian etika yang lain adalah etika individual dan etika social.
a. Etika individual membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia sebagai
individu. Misalnya tujuan hidup manusia.
b. Etika social membicarakan tingkah laku atau perbuatan dalam keluarga,
Masyarakat dan negara.
2. Macam-macam Estetika
Dalam estetika dibedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normative, yaitu:
A. Estetika deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan.
B. Estetika normative mencari dasar pengalaman itu. Misalnya, ditanyakan apakah
keindahan itu akhirnya sesuatu yangobjektif (terletak dalam lukisan) atau justru
subjektif (terletak dalam mata manusia itu sendiri).

19
C. Perbedaan Etika dan Estetika
Etika sebagai prinsip atau standar perilaku manusia, yang kadang-kadang di
sebut dengan moral, etika bisa di definisikansebagai nilai-nilai atau norma-norma
yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok manusia (masyarakat) . Etika pada
hakikatnya mengamati moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran melainkan
memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan pandangan-pandangan moral secara kritis.
Etika menuntut pertanggung jawaban dan mau menyingkatkan
kerancuan(kekacauan).
Etika tidak membiarkan pendapat-pendapat moral yang dikemukakan
dipertanggung jawabkan. Etika berusaha untuk menjernihkan permasalahan moral,
sedangkan kata moral, selalu mengacu pada baik dan buruknya manusia sebagai
manusia.Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi
kebaikannya sebagai manusia.
Norma-norma moral adalah tolokukur untuk menentukan betul salahnya sikap
dan tindakan manusia dilihat dari segi baik dan buruknya sebagai manusia dan bukan
sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
Sedangkan Estetika mempelajari hakikat keindahan di dalam seni. Estetika merupakan
cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat indah dan buruk, estetika membantu
mengarahkan dalam membentuk suatu persepsi yang baik dari suatu pengetahuan
ilmiah agar dapat dengan mudah dipahami oleh khalayak luas. Estetika juga berkaitan
dengan kualitas dan pembentukan mode-mode yang estetis dari suatu pengetahuan
ilmiah.
Dalam estetika yang dicari adalah hakikat dari keindahan, bentuk-bentuk pengalaman
keindahan (seperti keindahan jasmanidan keindahan rohani, keindahan alam dan
keindahan seni), diselidiki emosi manusia sebagai
reaksi terhadap yang indah,agung, tragis, bagus, mengharukan, dan sebagainya.
Etika memiliki karakter sebegai berikut:
 Pembahasan etika lebih menitikberatkan pada baik buruknya atau benar tidaknya
tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban manusiawi
 Etika berkaitan dengan apa yang menjadi dasar bahwa tindakan manusia adalah
baik atau buruk, benar atau salah.
 Etika terapan menjadi fokus perhatian, misalnya kita mengenal etika profsi, kode
etik, etika lingkungn, etika politik.
Sedangkan estetika memiiki karakter sebagai berikut:
 Mempermasalhkan seni atau keindahan yang diproduksi oleh manusia. Soal
aprsiasi yang harus dilakukan dalam proseskreatif manusiawi.

20
 Estetika deskriptif (menjelaskan dan melukiskan fenomena pengalaman keindahan)
dan estetika normatif (menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman
keindahan)
 Estetika berkaitan dengan imitan atau reproduksi relitas. Seni sebagai ekspresi
sosial atau eksprei personal atas suatu realitas.

C. HAKIKAT ILMU
 Pengertian Hakikat Ilmu
Secara etimologis hakikat berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat, hakikat
diartikan inti dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat padanya dapat berubah-
ubah, namun inti tersebut tetap lestari. Contoh, dalam Filsafat Yunani terdapat nama
Thales, yang memiliki pokok pikiran bahwa hakikat segala sesuatu adalah air. Air yang cair
itu adalah pangkal, pokok, dan inti segalanya. Semua hal meskipun mempunyai sifat dan
bentuk yang beraneka ragam, namun intinya adalah satu yaitu air. Segala sesuatu berasal
dari air dan akan kembali pada air. Istilah-istilah dalam bahasa inggris seperti "substance"
dan/atau "essence" yang keduanya menunjuk suatu “essential nature" atau ultimate
nature of a thing. Jadi bisa pula dipahami sebagai inti dasar atau inti terdalam pada
sesuatu.
Dalam bahasa Indonesia kata science (berasal dari bahasa latin dari kata Scio, Scire yang
berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan,
meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia memiliki dua pengertian:
1. Ilmu Pengetahuan diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan)tersebut, seperti ilmu hukum,
ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya.
2. Ilmu pengetahuan diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal
duniawi, akhirat, lahir, batin, dansebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu batin,
ilmu sihir, dan sebagainya.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu merupakan kumpulan
pengetahuan yang di susun secara sistematis, dengan menggunakan metode-metode
tertentu. Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut
filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan
yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Daoed Joesoef menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal, yaitu: produk-
produk, proses,masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai Produk yaitu pengetahuan yang

21
telah diketahui dan diakui kebanarannya oleh masyarakat ilmuwan. Pengetahuan ilmiah
dalam hal ini terbatas pada kenyataan-kenyataan yang mengandung kemungkinan untuk
disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji, dan dibantah oleh seseorang. Ilmu pengetahuan
sebagai Proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi penemuan dan
pemahaman dunia alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki.
Metode ilmiah yang khas dipakai dalam proses ini adalah analisis rasional, objektif, sejauh
mungkin impersonal dari masalah-masalah yang didasarkan pada percobaan dan data yang
dapat diamati. Bagi Thomas Khun normal science adalah ilmu pengetahuan dalam artian
proses. Ilmu pengetahuan sebagai Masyarakat artinya dunia pergaulan yang tindak-
tanduknya, perilaku dan sikap sertatutur katanya diatur oleh empat ketentuan (imperative)
yaitu universalisme, komunalisme, tanpa pamrih (disinterstedness), dan skeptisisme yang
teratur.
Mohammad Hatta mengartikan ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan umum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun
menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun bangunannya dari dalam. R.B.S.
Fudyartanta, seorang sarjana psikologi mengartikan ilmu pengetahuan susunan yang
sistematis daripada kenyataan-kenyataan ilmiah mengenai sesuatu obyek atau masalah
yang diperoleh dari pemikiran yang runtut.[5]
Sedangkan menurut Karl Pearson pengarang karya Grammar of Science, ilmu pengetahuan
ialah lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang fakta pengalaman
dengan istilah yang sederhana). Selain itu, Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag
mengartikan ilmu pengetahuan yaitu yang empiris, rasional, umum dan bersusun, yang
keempatnya serentak.
Dari keterangan-keterangan para ahli tentang ilmu pengetahuan, dapat disimpulkan bahwa
ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu
yaitu sistematis, rasional, empiris, umum dan komulatif (bersusun timbun) serta lukisan
dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang di studinya dalam ruang
dan waktu sejauh jangkauan pemikiran dan pengindraan manusia. . Hakikat Ilmu
Pengetahaun dalam perspektif islam (al-Qur’an dan Hadits)

 Pengertian dan pentingnya ilmu pengetahuan


Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan, dan
menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu dalam
akal. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Alqur’an, dan
digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan. Ilmu dari
segi bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya
mempunyai ciri kejelasan. Jadi dalam batasan ini faktor kejelasan merupakan bagian
penting dari ilmu.

22
Islam sebagai agama yang sangat menghormati ilmu pengetahuan, tidak diragukan lagi.
Banyak argumen yang dapat dirujuk, di samping ada ayat-ayat al-Qur`an dan hadits Nabi
saw. yang mengangkat derajat orang berilmu, juga di dalam al-Qur`an mengandung banyak
rasionalisasi, bahkan menempati bagian terbesar. Hal ini diakui Meksim Rodorson (seorang
penulis Marxis) ketika menelaah Q.S. Ali Imrân/3: 190-191 dan Q.S. Al-Baqarah/2: 164.
Menurutnya, dalam al-Qur`an kata ‘aqala (mengandung pengertian menghubungkan
sebagian pikiran dengan sebagian yang lain dengan mengajukan bukti-bukti yang nyata
sebagai argumentasi yang harus dipahami secara rasional) disebut berulang kali, tidak
kurang dari lima puluh kali dan sebanyak tiga belas kali berupa bentuk pertanyaan sebagai
protes yang mengarah pada kajian ilmiyah, seperti “Apakah kamu tidak berakal?".
Seandainya meneliti kata-kata lainnya: nazhara (menganalisa), tafakkara (memikirkan),
faqiha (memahami), ‘alima (mengerti, menyadari), burhan (bukti, argumentasi), lubb
(intelektual, cerdas, berakal) dan lain-lain, niscaya akan menemukan banyak sekali nilai-
nilai ilmiyah yang terdapat dalam al-Qur`an. Maka dapat dikatakan bahwa ilmu itu
membutuhkan pembuktian (dalil, hujjah atau argumen) sebagai hasil dari sebuah
pencarian, dan al-Qur`an mengisyaratkan mengenai hal ini.
 Metode Perolehan Ilmu Pengetahuan
Tujuan dari ilmu pengetahuan ialah tercapainya kebenaran. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka ditempuhlah cara dan jalan tertentu, yang dikenal dengan metode ilmu
pengetahuan atau metode ilmiah.
Pendapat para para ahli mengenai metode memperoleh ilmu pengetahuan: Francis Bacon
mengemukakan empat sendi kerja untuk menyusun ilmu pengetahuan yaitu: Observasi
(pengamatan), Measuring (pengukuran), Explaining (penjelasan), Verifying (pemeriksaan
benar tidaknya)
Metode ilmiah versi ke 19, menurut Ir Djuma’in Basalim dalam artikelnya “Orientasi
Terhadap Science” ialah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan terhadap alam
2. Mengumpulkan bukti-bukti yang tepat
3. Membuat keterangan secara hipotesa
4. Mengumpulkan pengertian
5. Mengetes secara experimental
6. Menolak atau menyetujui atau berubah hipotesa yang telah disusun.
Menurut Elgin F. Hunt meliputi enam bagian yaitu:
1. Observasi
2. Perumusan masalah
3. Mengumpulkan dan mengklasifikasikan fakta tambahan yang baru
4. Mengadakan generalisasi
5. Perumusan hipotesa

23
6. Mengadakan testing dan verifikasi.
Dari rangkaian keterangan tersebut diatas jelaslah bahwa terbentang jalan yang panjang
harus dilalui dalam proses dari pengetahuan biasa menjadi pengetahuan ilmiah atau
ilmu pengetahuan. Proses yang ditempuh itu, yang dikenal dengan sebutan metode
ilmiah yaitu sebagai berikut: Pengumpulan data dan fakta, Pengamatan terhadap data
dan fakta tersebut, Pemilihan (seleksi) data dan fakta, Penggolongan (klasifikasi) data
dan fakta, Penafsiran (interpretasi) data dan fakta, Penarikan kesimpulan umum
(generalisasi), Perumusan hipotesa, Pengujian (verifikasi) terhadap hipotesa melalui
riset, empiri, dan experimen, Penilaian (evaluasi), menerima atau menolak, menambah
atau merubah hipotesa, Perumusan teori ilmu pengetahuan dan Perumusan dalil atau
hukum ilmu pengetahuan.

D. MANFAAT FILSAFAT ILMU


Filsafat Ilmu adalah suatu bidang studi filsafat yang obyek materinya berupa ilmu
pengetahuan dalam berbagai jenis dan perwujudannya. Jadi meliputi prulalitas ilmu
pengetahuan. Sementara objek formalnya yaitu berupa hakekat ilmu pengetahuan. Jadi
Filsafat Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang benar secara hakiki mengenai objek
pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan atau sudut pandang metode atau sistem
yang filosofis.

Kedua faktor tersebut dalam perkembangannya menghasilkan teknologi yang


berkemampuan luar biasa. Agaknya manusia sebagai penghasil teknologi diarahkan menuju
kemudahan. Akan tetapi dibalik semua itu manusia menjadi tamak, serakah dan manusia
alpa terhadap tugasnya. Sebagai khalifah. Bahkan manusia kehilangan moral dan imannya,
bersifat individual, egoistic dan eksploitatif, dalam lingkungan, bahkan terhadap Tuhan.
Dengan kenyataan seperti itu filsafat hadir di tengah keragaman ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka meluruskan sehingga terarah pada pencapaian tujuannya. Karena
ilmu pengetahuan dan teknologi bukan hanya bernilai ilmiah saja melainkan bernilai ilmiah
keilahian.
Dengan demikian, ilmu pengetahuan harus berdasarkan diri pada aspek ontology,
epistemology dan axiology. Dengan demikian filsafat dapat menetralisir kemungkinan-
kemungkinan yang dimunculkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasar pada uraian-uraian tersebut di atas dapat dipahami bahwa Filsafat Ilmu hadir
dengan memikul tanggung jawab yang berat, karena di samping menetralisir temuan-
temuan ilmu pengetahuan, juga memikirkan bagaimana ilmu pengetahuan berdaya guna
dalam kehidupan manusia.

24
Selanjutnya apa manfaat Filsafat Ilmu ?
Berbicara di seputar manfaat filsafat, paling tidak, dapat disistematisasikan pada beberapa
poin berikut :

• Menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan untuk menuju kemuliaan sehingga mampu


menembus dimensi sekularisme ilmu pengetahuan.
• Membentuk dan mengembangkan wawasan epistemology ilmu pengetahuan sehingga
moralitas kesarjanaan, yaitu sifat ilmiah menjadi popular. Dengan demikian iptek dapat
dipertanggungjawabkan, bukan hanya kepentingan subjek manusia melainkan juga
kepentingan alam sebagai kebutuhan yang menyeluruh.
• Tuntutan etis, ilmu pengetahuan dapat dipertangungjawabkan sehingga kehidupan
masyarakat yang adil dan sejahtera dan bahagia dalam kelestarian alam lingkungan
semakin nyata
• Melatih berfikir radikal tentang hakekat ilmu
• Melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu
• Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu
sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
• Menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di
luar bidang ilmunya.
Kegunaan filsafat di lingkup mahasiswa antara lain untuk mampu memikirkan suatu
masalah secara mendalam dan kritis, dapat membentuk argumen dalam bentuk lisan
maupun tulisan secara sistematis dan kritis, serta mengkomunikasikan ide secara efektif.

25
BAB 3

PENUTUP

A. KESEMPULAN
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan filsafat
ilmu adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu
pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses
penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Tujuan mempelajari filsafat ilmu pada dasarnya adalah untuk memahami persoalan ilmiah
dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah dengan cermat dan
kritis.
Keberadaan manusia di dunia sesuunguhnya sebagai mahluk yang diciptakan Allah SWT
yang diberi kemampuan untuk berpikir (akal), sedangkan tujuan akhir hidup manusia
menurut Islam adalah mendapatkan kebahagiaan hakiki. Sebagai mahluk yang berpikir
(memiliki akal) itulah yang menyebabkan manusia berfilsafat.
Filsafat dapat dimaknai sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang
masalah-masalah yang muncul dan berkenaan dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya
materi maupun immateri secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang
sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional-logis,
mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan
masalah-masalah dalam kehidupan manusia. Sedangkan ilmu dapat dimaknai sebagai suatu
metode berpikir secara obyektif dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap
dunia fuktual dan berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common
sense.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat saya susun. Sebagai mahasiswa kita harus
mengembangkan ilmu yang kita miliki dan menemukan kebenaran ilmu itu semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua, akhirnya saya menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses
akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Penulis
mengharapkan masukan dari Dosen dan teman-teman Mahasiswa serta para pembaca agar
makalah ini dapat berguna untuk kedepannya karena penulis sadar tidak ada yang
sempurna kecuali Allah SWT..
Karena itu saya sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik yang membangun agar
makalah saya selanjutnya bias lebih baik. atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

26

Anda mungkin juga menyukai