Anda di halaman 1dari 23

FILSAFAT ILMU

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat

Dosen Pengampu : Drs. H. Sururi, M.Hum

Disusun Oleh :

1. Robiatul Adawiyah
2. Shinta Tri Anggraini

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yag Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
sederhana ini hingga dapat terselesaikan yang berjudul “Filsafat Islam”

Shalawat beserta salam semoga senantiasa dihantarkan kepada junjungan


Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya sampai di
hari kiamat, terutama pada para ulama teologi Islam, filosof-filosof ketuhanan
tentang Islam, serta bagi para sufi yang telah rela berkorban demi tujuan-tujuan
yang lebih mulia di sisi Allah, dengan berpola hidup sederhana, mengutamakan
kebenaran, dan berorientasi kepada kesucian jiwa.

Tentunya dalam penulisan makalah ini dengan segala keterbatasan, tidak


lepas dari kekurangan, tetapi penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
meminimalisir kekurangan-kekurangan tersebut. Oleh karena itu, sangat
diharapkan kritik dan saran dari para pembaca dari kesempurnaan penulisan
makalah pada masa-masa berikutnya. Semoga bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya. Aamiin.

Slawi, 27 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

Latar belakang ....................................................................................................... 1

Rumusan masalah.................................................................................................. 2

Tujuan penulisan ................................................................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 3

Pengertian Filsafat................................................................................................. 3

Sejarah Filsafat...................................................................................................... 5

Bidang Filsafat Ilmu............................................................................................. 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18

Kesimpulan .......................................................................................................... 18

Saran .................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat ilmu ialah bagian filsafat yang mengkaji hakikat ilmu, atau ilmu
yang membahas landasan ilmu secara filsafat (Mansur 2018:40). Widyawati
(2013:94) berpendapat bahwa, “peran Filsafat Ilmu adalah untuk
menjelaskan hakikat ilmu yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga
dapat diperoleh pemahaman yang padu mengenai berbagai fenomena alam
yang telah menjadi objek ilmu itu sendiri, selain itu filsafat ilmu juga dapat
melatih cara berfikir menjadi lebih kritis”. Atmaja (2020:20) menegaskan,
“peran Filsafat Ilmu sangat penting untuk memberikan Batasan secara
realistis dan logis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan agar tidak
merugikan manusia, alam, dan lingkungan”. Pemahaman mendasar
mengenai Filsafat Ilmu diharapkan akan berguna untuk memberi arah dan
dasar dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang mengatur kepentingan
masyarakat secara umum, maupun yang berkaitan dengan pengembangan
ilmu pengetahuan di masa mendatang (Astuti 2020:3)

Pentingya mempelajari Filsafat Ilmu adalah karena Filsafat Ilmu kadang


disebut sebagai filsafat khusus yaitu cabang filsafat yang membahas hakikat
ilmu, penerapan berbagai metode filsafat dalam upaya mencari akar
persoalan dan menemukan asas realitas yang dipersoalkan oleh bidang ilmu
tersebut untuk mendapatkan kejelasan yang lebih pasti (Poedjiadi dan Al-
Muchtar 2015:122). Filsafat pada hakikatnya bukan hanya mengajarkan
manusia untuk berpikir kritis tetapi juga berpikir secara mendalam
(Rosichin 2019:37).

1
Sebagai contoh bagi mahasiswa lulusan pendidikan teknik bangunan yang
akan menjadi guru membutuhkan cara berpikir kreatif dan kritis untuk
menentukan model dan metode mengajar yang tepat agar dapat
menyampaikan materi pembelajaran yang sulit dipahami menjadi lebih
mudah dipahami bagi peserta didiknya, selain itu berpikir secara mendalam
mengenai teknologi teknik sipil dapat membuat pemikiran lulusan
pendidikan teknik bangunan yang bekerja pada bidang konstruksi menjadi
lebih kaya dan berkembang untuk menemukan solusi tentang permasalahan
pada proyek dengan cepat dan tepat. Menurut Putra dan Amalia (2020:58)
berpikir kritis sendiri sudah menjadi salah satu kompetensi yang wajib
dicapai untuk mengkonstruksi pengetahuan mahasiswa.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian Filsafat?

2) Bagaimana sejarah Filsafat?

3) Apa saja bidang Filsafat Ilmu?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Filsafat
2. Untuk mengetahui sejarah Filsafat

3. Untuk mengetahui bidang Filsafat Ilmu

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Filsafat sebagai bagian dari kebudayaan manusia yang amat
menakjubkan, lahir di Yunani dan dikembangkan sejak awal abad ke-6 SM.
Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya, oleh
karena itu titik tolak untuk memahami dan mengerti filsafat adalah meninjau
dari segi etimologi. Menurut sejarah, Pythagoras (572-497 SM) adalah
orang yang pertama kali memakai kata philosophia. Ketika beliau ditanya
apakah ia sebagai seorang yang bijaksana, maka Pythagoras dengan rendah
hati menyebut dirinya sebagai philosophos, yakni pecinta kebijaksanaan
(lover of wisdom). Sebagai bahan pertimbangan, alangkah baiknya kalau
kita juga sedikit mengetahui mengenai pengertian filsafat dari beberapa
filsuf, yaitu:
a. Plato
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang
asli dan murni. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah
penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari
segala sesuatu yang ada.
b. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang
asli dan murni. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah
penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari
segala sesuatu yang ada.
c. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari
prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada. la
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya
mempelajari "peri ada selaku peri ada" (being as being) atau "peri ada
sebagaimana adanya" (being as such). René Descartes pun Merupakan

3
filsuf Prancis yang terkenal dengan argumennya cogito ergosum (Saya
berpikir maka saya ada), mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan
dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah
mengenai Tuhan, alam dan manusia
d. William James
Filsuf Amerika yang terkenal sebagai tokoh pragmatisme dan pluralisme
mengatakan bahwa filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat
berpikir yang jelas dan terang.
e. R.F Beerling
Filsafat adalah mengajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya
atau tentang hakikat, asas, prinsip dari kenyataan Beerling juga
mengatakan bahwa filsafat adalah suatu usaha untuk mencapai radix
atau akar kenyataan dunia wujud, juga akar pengetahuan tentang diri
sendiri.

Menurut Muntansyir dan Munir menyatakan bahwa ada beberapa


definisi filsafat yang telah diklasifikasikan berdasarkan watak dan
fungsinya, yaitu :

a. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan


dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti formal).
b.Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal)
c. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan
Artinya filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam
macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi
pandangan yang konsisten tentang alam (arti spekulatif).
d.Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang art
kata dan konsep.

4
B. Sejarah Filsafat

Filsafat ilmu sebenarnya baru dikenal pada awal abad ke-20 di mana
Francis Bacon sebagai peletak dasar filsafat ilmu dalam khazanah bidang
filsafat secara umum. Ada berbagai definisi mengenai filsafat ilmu yang
telah dihimpun oleh The Liang Gie yang dianggap cukup representatif.
yaitu:

1) Robert Ackermann menyatakan bahwa filsafat ilmu adalah tinjauan


kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang
dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah
dibuktikan. b. Lewis White Beck menyatakan bahwa filsafat ilmu itu
mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah,
serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah
sebagai suatu keseluruhan.

2) Cornelius Benjamin menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan


cabang pengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai
sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya, dan pra-
anggapan pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum
dari cabang pengetahuan intelektual.

3) May Brodbeck menyatakan bahwa filsafat itu sebagai analisis yang


netral secara etis dan filsafati, pelukisan, dan penjelasan mengenai
landasan-landasan ilmu.

Menurut Suriasumantri menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan


bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Lebih lanjut beliau

5
mengatakan bahwa filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin
menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu.

Dari tahun 1960-1995 filsafat ilmu berkembang sangat pesat.


Sementara beberapa ahli menunjuk peristiwa tersebut sebagai indikator
matinya positivisme logik. Perkembangan tersebut sebenarnya lebih
menumbuhkan upaya telaah dari pengukuran kuantitatif ke meta-science.
Perkembangan ilmu pengetahuan tidaklah berlangsung secara mendadak,
melainkan terjadi secara bertahap dan evolutif. Berbagai kris yang
ditimbulkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
umumnya didorong oleh pemecahan masalah kemanusiaan yang sektoral
Oleh karena itu, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu, har
dilakukan berbagai klasifikasi secara periodik, Setiap periode menampilkan
ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolog pada
umumnya didorong oleh pemecahan masalah yang sektoral. Oleh karena itu,
untuk memahami sejarah perkembangan ilmu, harus dilakukan berbagai
klasifikasi secara periodik. Setiap periode menampilkan ciri khas tertentu
dalam perkembangan ilmu pengetahuan seperti yang akan dijelaskan di
bawah ini."

a. Zaman Pra Yunani Kuno (Abad ke-5-7)

Pada masa ini manusia menggunakan batu sebagai peralatan,


karena ditemukan alat-alat yang bentuknya mirip satu sama lain
(misalnya kapak sebagai alat pemotong dan pembelah). Benda-benda
tersebut merupakan bukti bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya
yang mampu berkreasi untuk mengatasi tantangan alam. Benda-benda
yang dipergunakan manusia itu mengalami perbaikan dan terus
mengalami kemajuan, karena manusia melakukan dan mengalami
proses trial and error, uji coba yang memakan waktu yang lama. Melalui
proses trial and error ini pula manusia mulai melakukan seleksi terhadap

6
alat-alat yang dipergunakan, sehingga manusia menemukan bahan
(materi) yang dianggap baik atau kuat untuk membuat peralatan-
peralatan tertentu.

b. Zaman Yunani Kuno (Abad ke-7-2 SM)

Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat,


karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan
ide ide atau pendapatnya. Ciri yang menonjol dari filsafat Yunani Kuno
di awal kelahirannya adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada
pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan
sesuatu asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya segala
gejala."
1. Thales (640-550 SM)
Menyimpulkan bahwa air merupakan arche (asal mula) dari
segala sesuatu, hal ini didukung oleh kenyataan bahwa air meresapi
seluruh benda-benda di jagad raya ini. Menurut Mustansyir ada tiga
alasan munculnya persoalan tentang alam semesta ini yaitu: pertama,
persoalan mengenai alam semesta yang terus-menerus dipandang
sebagai persoalan abadi (parennial problems) yang disebut juga
sebagai pertanyaan yang signifikan (a significant question). Kedua,
pertanyaan yang diajukan Thales menimbulkan suatu konsep baru,
yaitu suatu hal tidak begitu saja ada, melainkan terjadi dari sesuatu.
Hal inilah yang menimbulkan suatu konsep tentang perkembangan,
suatu evolusi, generasi. Ketiga, pertanyaan demikian hanya dapat
timbul dalam pemikiran kalangan tertentu (masyarakat intelektual
yang berpikir lebih maju), bukan masyarakat awam.
2. Anaximander (611-545 SM)

Anaximander meyakini bahwa asal mula dari segala sesuatu adal


aperion yaitu sesuatu yang tidak terbatas Anaximenes (588-524 SM)

7
merupaka Anaximenes mengatakan bahwa asal mula segala sesuatu
itu adala udara keyakinan ini didukung oleh kenyataan bahwa udara
unsur vital kehidupan.

3. Pythagoras (580-500 SM)


Pythagoras menyatakan bahwa asas segala sesuatu dapat diterangkan
atas dasar bilangan-bilangan. Pythagoras lebih dikenal dengan
penemuannya tentang ilmu ukur dan aritmatik.
4. Herakleitos (540-480 SM) dan Parmenides (540-475 SM)
Pertanyaan kedua filsuf ini tidak lagi tentang apakah asal-usul dan
kejadian alam semesta, tetapi apakah realitas ini berubah, tidak
sesuatu yang tetap. Ungkapan Herakleitos yang terkenal adalah
penta rhei khai uden menei (semuanya mengalir dan tidak ada
sesuatu pun yang tinggal mantap). Sedangkan Parmenides
berpandangan sebaliknya, ia menegaskan bahwa realitas itu tetap,
tidak berubah. Kedua tokoh ini dalam sejarah filsafat menjadi cikal
bakal debat metafisika "Pluralisme dan "Monisme", dalam bidang
epistemologi antara "empirisme" dan "rasionalisme". Herakleitos
mewakili Pluralisme dan Empirisme, sedangkan Parmenides
mewakili Monisme dan Rasionalisme.
5. Demokritos (460-370 SM)

la dikenal sebagai bapak Atom pertama, karena dialah yang


memperkenalkan konsep atom. la menegaskan bahwa realitas terdiri
dari banyak unsur yang disebutnya dengan atom (atomos, dari
a=tidak, dan tomos terbagi). Atom-atom itu sama sekali tidak
mempunyai kualitas dan jumlahnya tidak terhingga. Pandangannya
merupakan cikal bakal perkembangan ilmu fisika, kimia dan biologi.
Pemikiran Demokritos tentang teori atom ini mengandung sifat-sifat
sebagai konsep materialitis-monistik, konsep dinamika
perkembangan (developmental dynamics), konsep yang bersifat
murni alamiah (pure mataral), bersifat kebetulan (by change).

8
c. Zaman pertengahan (middle age)
Ditandai tampilnya para theolog di lapangan ilmu pengetahuan,
sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan atau
dengan kata lain, kegiatan ilmiah diarahk untuk mendukung kebenaran
agama. Filsafat zaman pertengahan biasany dipandang terlampau
seragam, dan lebih dari itu dipandang seakan-aka tidak penting bagi
sejarah pemikiran sebenarnya. Filsuf Barat yang cukup cukup
dipengaruhi oleh filsafat Plato dan Thomas (1125-1274) yang ini
terkenal pada zaman ini adalah Augustinus (35.430) yang pemikirann
pemikirannya cukup dipengaruhi oleh Aristoteles. Pada zaman Eropa
berada dalam masa kegelapan (dark age), sedangkan peradaban dunia
Islam berada pada zaman keemasan (golden age). Ada lima ciri
menandai kemajuan peradaban Islam pada masa itu, yaitu:
a. Universalisme.
b. Toleransi.
c. Pasar yang bertaraf internasional.
d. Penghargaan terhadap ilmu dan ilmuwan.

Tujuan dan sarana ilmu yang bersifat islami. Beberapa pemikir Islam
yang cukup memberikan sumbangsih terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan di antaranya adalah: Al-Khawarizm (825) sebagai
penyusun aljabar (arithmetics), Omar Khayam (1043-1132) sebagai
seorang penyair, ahli perbintangan dan ahli matematika. Dalan ilmu
kedokteran muncul Al-Razi (850-923), Ibnu Sina (980-1037), Rhazas,
Abul Qasim, Ibnu Rushd (1126-1198) dan Al Idris (110-1166) yang
membuat peta kerajaan Siciia."

d. Zaman Renaissance (Abad 14-17)


Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali
pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah
zaman peralihan ketika kebudayaan abad Tengah mulai berubah
menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman Renaissance

9
adalah manusia yang merindukan pemikiran bebas. Manusia ingin
mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas
campur tangan ilahi. Renaissance adalah zaman yang sangat menaruh
perhatian dalam bidang seni lukis parung, arsitektur, musik, sastra,
filsafat, ilmu pengetahuan dan teknolog Pada zaman ini berbagai
gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran Galileo di luar bidang
astronom yang ditulis dalam karyanya yang berjudul De Motu.
e. Zaman Modern (Abad ke-17-19) Zaman modern ditandai dengan
berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu
pengetahuan menurut Slamet Iman Santos sebenarnya mempunyai tiga
sumber, yaitu:
1. Hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dangan
negara negara Prancis. Para Pendeta di Prancis banyak yang belajar
di Spanyol, kemudian mereka inilah yang menyebarkan Ilmu
Pengetahuan yang diperolehnya itu di lembaga-lembaga pendidikan
di Prancis.
2. Perang Salib (1100-1300) yang terulang sebanyak enam kali tidak
yang hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan
para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari berbagai negara itu
menyadari kemajuan negara-negara Islam, sehingga mereka
menyebarkan pengalaman mereka di negaranya masing-masing.
Pada tahun 1453 Istambul jatuh ke tangan bangsa Turki, sehingga
para pendeta atau sarjana mengungsi ke Itali atau negara-negara lain.
Mereka ini yang menjadi pionir pionir bagi perkembangan ilmu di
Eropa. Beberapa aliran filsafat yang cukup mewarnai wacana filsafat
pada zaman ini, secara garis besar dapat dipaparkan untuk memenuhi
khazanah pengetahuan kita." Adapun beberapa aliran filsafat yang
muncul pada zaman modern di antaranya:

10
1. Rasionalisme

Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang memadai


dan dapat dipercaya adalah akal (rasio). Hanya pengetahuan yang
diperoleh melalui akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh
sifat umum dan harus mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua
pengetahuan ilmiah. Sedangkan pengalaman hanya dapat dipakai
untuk mengukuhkan kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh
melalui akal.

2. Empirisme

Para penganut aliran empirisme dalam berfilsafat bertolak belakang


dengan para penganut aliran rasionalisme. Menurut penganut
empirisme metode ilmu pengetahuan itu bukanlah bersifat a priori,
tetapi a posteriori. Yang dimaksud dengan metode a posteriori ialah
metode yang berdasarkan atas hal-hal yang datang atau terjadinya
atau adanya kemudian. Bagi penganut empirisme sumber
pengetahuan yang memadai itu adalah pengalaman, yang dimaksud
pengalaman di sini adalah pengalaman lahir yang menyangkut dunia
dan pengalaman batin yang menyangkut pribadi manusia.
Sedangkan akal manusia hanya berfungsi dan bertugas untuk
mengatur dan mengelola bahan bahan atau data yang diperoleh dari
pengalaman. Pelopor aliran filsafat empirisme ini adalah Francis
Bacon, kemudian tokoh-tokoh yang lainnya adalah Thomas Hobbes,
John Locke, dan David Hume.

3. Kritisme
Kritisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk
mempersatukan kedua macam unsur dalam filsafat rasionalisme dan
empirisme dalam suatu hubungan yang seimbang, yang satu dengan
yang lainnya tidak terpisahkan. Pengetahuan rasional (analitis a
priori) adalah pengetahuan yang bersifat universal, tapi tidak

11
memberikan informasi baru. Sebaliknya pengetahuan empiris
(sintetis a posteriori) dapat memberikan informasi baru, tetapi
kebenarannya tidak universal. Tokoh yang cukup berjasa dalam
aliran ini adalah Immanuel Kant.
4. Idealisme

Idealisme berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses


mental ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subjektif.
Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang kenyataan.
Pengetahuan tidak menggambarkan kebenaran yang sesungguhnya
atau pengetahuan tidak memberikan gambaran yang tepat tentang
hakikat sesuatu yang berada di luar pikiran. Tokohnya adalah Fichte,
Scelling, dan Hegel.

5. Positivisme

Positivisme menyatakan bahwa kepercayaan-kepercayaan yang


dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan faktawi. Apa pun
yang berada di luar dunia pengalaman tidak perlu diperhatikan.
Manusia harus menaruh perhatian pada dunia ini. Sikap negatif
positivism terhadap kenyataan yang di luar pengalaman telah
memengaruhi berbagai bentuk pemikiran modern, di antaranya:
pragmatisme, instrumentalisme, naturalisme ilmiah, dan
behaviorisme.

6. Marxisme

Filsafat Marx adalah perpaduan antara metode dialektika Hegel dan


filsafat Materialisme Feuerbach. Menurut aliran ini filsafat abstrak
harus ditinggalkan, karena teori, interpretasi, spekulasi, dan
sebagainya tidak menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Tokoh
pelopornya adalah Karl Marx yang menghubungkan antara filsafat
dan ekonomi Positivisme

12
Positivisme menyatakan bahwa kepercayaan-kepercayaan yang
dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan faktawi. Apa pun
yang berada di luar dunia pengalaman tidak perlu diperhatikan.
Manusia harus menaruh perhatian pada dunia ini. Sikap negatif
positivism terhadap kenyataan yang di luar pengalaman telah
memengaruhi berbagai bentuk pemikiran modern, di antaranya:
pragmatisme, instrumentalisme, naturalisme ilmiah, dan
behaviorisme.

f. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya)


Tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad ke-20 ini
adalah pemikiran tentang bahasa. Pada masa ini tugas filsafat
bukanlah membuat pernyataan-pernyataan tentang sesuatu yang
khusus sebagaimana yang diperbuat para filsuf sebelumnya,
melainkan memecahkan persoalan yang timbul akibat
ketidakpahaman terhadap bahasa logika." Perkembangan filsafat
abad ke-20 juga ditandai oleh munculnya berbagai aliran filsafat,
dan kebanyakan dari aliran itu merupakan kelanjutan dari aliran-
aliran filsafat yang telah berkembang pada abad modern seperti:
neothomisme, neo-kantianisme, neo-hegelianisme, neo-marxisme,
neo-positivisme, dan sebagainya.
Namun demikian, ada juga aliran filsafat yang baru dengan ciri
dan corak yang lain sama sekali seperti: fenomenologi,
eksistensialisme, pragmatisme, strukturalisme dan
postmodernisme."

13
C. Bidang Filsafat Ilmu
1. Ontologi

Menurut Koento Wibisono Siswomihardjo (2001) menyatakan


bahwa ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran
dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak lepas
dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) "ada" itu (being sein,
het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau
spiritualisme, paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya,
merupakan paham ontologik yang pada akhirnya menentukan pendapat
bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang)
ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari. Menurut Christian
Wolf bahwa Ontologi merupakan bagian dari metafisika atau epatnya
adalah metafisika umum yang membicarakan tentang hal yang ada" (being).
Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas persoalan tentang
keberadaan (bring) atau eksistensi (existence). Klasifikasi metafisi yang
diberikan oleh Wolf adalah sebagai berikut:

a. Metafisika Umum (Ontologi), yang membicarakan tentang hal "ada


(being),
b. Metafisika Khusus
1. Psikologi: membicarakan tentang hakikat manusia.
2. Kosmologi: membicarakan tentang hakikat atau asal usul alam
semesta
3. Teologi: membicarakan tentang hakikat keberadaan Tuhan.

Pertanyaan Immanuel Kant yang dilontarkan sekitar abad ke-18


dalam karya besarnya "Kritik Atas Rasio" (apakah metafisika mungkin?),
sampai saat ini masih menggelisahkan orang. Kant berpendapat bahwa
kalau definisi tradisional metafisika yakni sebagai ilmu yang menyelidiki
tentang "yang ada sebagai yang ada" tetap dipertahankan, maka metafisika
jelas tidak mungkin. Lebih lanjut Kant mengatakan bahwa bagaimanapun

14
juga metafisika tetap mungkin kalau kedudukannya diubah, misalnya
menjadi metafisika ilmu, metafisika moral, metafisika agama, dan lain
sebagainya. Metafisika itu sendiri sebenarnya berusaha memfokuskan diri
pada prinsip dasar yang terletak pada berbagai pertanyaan atau yang
diasumsikan melalui berbagai pendekatan intelektual. Setiap prinsip
dinamakan "pertama", sebab prinsip prinsip itu tidak dapat dirumuskan ke
dalam istilah lain atau melalui hal lain yang mendahuluinya. Sebagai
contoh: istilah Prinsip Pertama yang dipergunakan Aristoteles merupakan
penjelasan mengenai alam semesta yakni "penggerak yang tidak
digerakkan", dikatakan menjadi sebab dari segala gerak tanpa dirinya
digerakkan oleh hal ada yang lain." Kebanyakan orang menyangsikan sifat
keilmiahan metafisika ini, karena sedemikian abstraknya objek yang
dipelajari.

2. Epistemologi

Menurut Koento Wibisono Siswomihardjo menyatakan bahwa


epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tata cara menggunakan
sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Akal, akal budi,
pengalaman, atau kombinasi antara pengalaman dan akal, intuisi merupakan
sarana yang dimaksud dalam epistemologi, sehingga dikenal adanya model
model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisme atau
rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya.
Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan kelebihan dan kelemahan sesuatu
model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu
seperti teori koherensi, korespondensi, pragmatis, dan teori intersubjektif.
bahwa masalah dalam kajian filsafati tersebut adalah epistemologi, dan
landasan epistemologi ilmu disebut sebagai metode ilmiah. Lebih lanjut
beliau mengatakan bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap
epistemologi pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan
pengetahuan yang benar dengan memperhitungkan aspek ontologi dan
aksiologi masing-masing.

15
3. Aksiologi
Istilah aksiologi berasal dari kata axios dan logos. Axios berarti nilai
sesuatu yang berharga, sedangkan logos berarti akal. Axiology berarti
nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status metafisik dari
nil Dalam pemikiran filsafat Yunani, studi tentang nilai ini
mengedepanka pemikiran Plato mengenai idea tentang kebaikan, atau
yang lebih diken dengan summum bonum (kebaikan tertinggi), 1600.
Menurut Koento Wibisono Siswomihardjo (2001) mengatakan
bahwa aksiologi ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan
sebagaimana kit jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi
berbagai kawasan, seper kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun fisik
material. Lebih lanju beliau katakan bahwa nilai-nilai juga ditunjukkan
oleh aksiologi ini sebaga suatu conditio sine qua non yang wajib
dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun
di dalam menerapkan ilmu. Thomas Aquinas membangun pemikiran
tentang nilai dengan mengidentifikas filsafat Aristoteles tentang nilai
tertinggi dengan penyebab final (caus prima) dalam diri Tuhan sebagai
keberadaan kehidupan, keabadian dan kebaikan tertinggi. Sedangkan
Spinoza memandang nilai yang didasarkan pada metafisik, berbagai
nilai diselidiki secara terpisah dari ilmu pengetahuan. Runes sendiri
menyatakan bahwa ada empat faktor yang merupakan problem utama
dari aksiologi, yaitu:
a. Kodrat nilai berupa problem mengenai: apakah nilai itu berasal dari
keinginan, kesenangan, kepentingan, preferensi, keinginan rasio
murni, pemahaman mengenai kualitas tersier, pengalaman sinoptik
kesatuan kepribadian, berbagai pengalaman yang mendorong
semangat hidup, relasi benda-benda sebagai sarana untuk mencapai
tujuan atau konsekuensi yang sungguh-sungguh dapat dijangkau.

16
b. Jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan pandangan antara nilai
intrinsik, ukuran untuk kebijaksanaan nilai itu sendiri, nilai-nilai
instrumental yang menjadi penyebab (baik barang-barang ekonomis
atau peristiwa-peristiwa alamiah) mengenai nilai-nilai intrinsik
c. Kriteria nilai artinya ukuran untuk menguji nilai yang dipengaruhi
sekaligus oleh teori psikologi dan logika.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Muntansyir dan Munir menyatakan bahwa ada beberapa
definisi filsafat yang telah diklasifikasikan berdasarkan watak dan
fungsinya, yaitu :

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan


dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti formal).
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal)
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan Artinya
filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam macam sains
dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang
konsisten tentang alam (arti spekulatif).
4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang art kata
dan konsep.

Menurut Suriasumantri menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan


bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Lebih lanjut beliau
mengatakan bahwa filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin
menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu.

Dari tahun 1960-1995 filsafat ilmu berkembang sangat pesat.


Sementara beberapa ahli menunjuk peristiwa tersebut sebagai indikator
matinya positivisme logik. Perkembangan tersebut sebenarnya lebih
menumbuhkan upaya telaah dari pengukuran kuantitatif ke meta-science.

Perkembangan ilmu pengetahuan tidaklah berlangsung secara


mendadak, melainkan terjadi secara bertahap dan evolutif. Berbagai kris
yang ditimbulkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada

18
umumnya didorong oleh pemecahan masalah kemanusiaan yang sektoral
Oleh karena itu, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu, har
dilakukan berbagai klasifikasi secara periodik, Setiap periode menampilkan
ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolog pada
umumnya didorong oleh pemecahan masalah yang sektoral. Oleh karena itu,
untuk memahami sejarah perkembangan ilmu, harus dilakukan berbagai
klasifikasi secara periodik.

Bidang Filsafat Ilmu :


1. Ontologi
2. Epistomologi
3. Aksiologi

B. Saran
Dari uraian makalah ilmu Filsafat Ilmu ini, maka tidak tertutup
kemungkinan lepas dari kesalahan. Oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran perbaikan makalah Filsafat.
Demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Penulis berharap dengan
terbitnya karya tulis Makalah ini sekiranya dapat menjadi tambahan
pengetahuan yang bermanfaat bagi para pembaca. Dan penulis pun juga
berharapagar kita semua bisa menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup
kita sehingga bisa mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Syukri Muhammad, Filsafat Ilmu, Depok, Rajawali Press, 2017

Anda mungkin juga menyukai