KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
FILSAFAT ILMU PENGERTIAN FILSAFAT
REVIEW
iii
FILSAFAT ILMU BAB 1 PENGERTIAN FILSAFAT
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................1
A.Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 2
BAB 2 PENGERTIAN FILSAFAT...................................................3
A.Filsafat Menurut Para Ahli..................................................... 3
B.Filsafat Ilmu Menurut Para Ahli............................................ 5
C.Aspek-Aspek Filsafat Dalam Komunikasi......................... 7
BAB 3 SEJARAH FILSAFAT........................................................ 12
A.Sejarah Filsafat Barat............................................................12
B.Periodesasi Filsafat Barat Dan Perkembangannya...... 20
C.Sejarah Filsafat Timur...........................................................54
BAB 4 PARADIGMA....................................................................... 62
A.Teori Sebagai Paradigma.....................................................62
B.Paradigma Umum Dalam Penelitian Ilmu Komunikasi 67
BAB 5 IDEOLOGI............................................................................ 71
A.Pengertian Ideologi................................................................71
B.Ideologi Dalam Ilmu Sosial.................................................. 73
C.Proses Kelahiran Ideologi....................................................75
D.Dimensi Dan Tahapan Ideologi.......................................... 75
E.Akar Ideologi Dari Tiga Pendekatan Filsafat...................76
iv
FILSAFAT ILMU PENGERTIAN FILSAFAT
v
FILSAFAT ILMU BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat ilmu ialah bagian filsafat yang mengkaji hakikat
ilmu, atau ilmu yang membahas landasan ilmu secara
filsafat (Mansur 2018:40). Widyawati (2013:94)
berpendapat bahwa, “peran Filsafat Ilmu adalah untuk
menjelaskan hakikat ilmu yang mempunyai banyak
keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang
padu mengenai berbagai fenomena alam yang telah
menjadi objek ilmu itu sendiri, selain itu filsafat ilmu juga
dapat melatih cara berfikir menjadi lebih kritis”. Atmaja
(2020:20) menegaskan, “peran Filsafat Ilmu sangat
penting untuk memberikan Batasan secara realistis dan
logis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan agar tidak
merugikan manusia, alam, dan lingkungan”. Pemahaman
mendasar mengenai Filsafat Ilmu diharapkan akan
berguna untuk memberi arah dan dasar dalam
menentukan kebijakan-kebijakan yang mengatur
kepentingan masyarakat secara umum, maupun yang
berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan di
masa mendatang (Astuti 2020:3).
1
FILSAFAT ILMU BAB 1 PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut :
2
FILSAFAT ILMU BAB 2 PENGERTIAN FILSAFAT
3
FILSAFAT ILMU BAB 2 PENGERTIAN FILSAFAT
4
FILSAFAT ILMU BAB 2 PENGERTIAN FILSAFAT
5
FILSAFAT ILMU BAB 2 PENGERTIAN FILSAFAT
7
FILSAFAT ILMU BAB 2 PENGERTIAN FILSAFAT
9
FILSAFAT ILMU BAB 2 PENGERTIAN FILSAFAT
Cabang-Cabang Filsafat
11
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
13
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
1. Rasionalisme
Rasionalisme ini beranggapan bahwa
pengetahuan tidak didasarkan pada
15
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
2. Empirisme
Empirisme ini berpandangan bahwa
pengetahuan kita berasal dari pengalaman
(empiria) tidak berdasarkan rasionalisme. Artinya
untuk memperoleh ilmu pengetahuan kita harus
melakukan observasi atau mengalaminya. Dan
ini berbeda dengan rasionalisme. Jadi,
empirisme itu adalah upaya untuk melakukan
observasi. Objek yang akan menjadi ilmu
pengetahuan itu lebiih dahulu harus terobservasi
atau tangible artinya bisa dilihat, didengar,diraba
dan dirasakan dan metodenya adalah
observasi.Dengan kata lain, pengetahuan itu
tidak bersifat a priori melainkan a posteriori atau
mengikuti pengalaman. Empirisme juga
berdasarkan pada asas berpikir induktif yaitu
17
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
3. Idealisme
idealisme ini beranggapan bahwa realitas
terdiri atas ide-ide, pikira-pikiran,akal (mind)
atau jiwa (self). Dan bukan benda material dan
kekuatan.idealisme menekankan mind sebagai
hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi.
Materialisme berpendapat sebaliknya,
materialisme beranggapan bahwa materi itulah
hal yang nyata. Idealisme mengatakan bahwa
akal itulah hal yang nyata dan materi hanyalah
18
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
19
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
20
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
21
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
24
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
26
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
27
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
Filsuf Pendapat
Laozi (abad ke-6 SM) The Dao that can be told is not
the eternal Dao
Pyhtagoras (579-495 SM) Angka adalah penguasa bentuk
dan ide
Xenophanes (570 SM) Bahwa adanya konflik antara
30
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
31
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
36
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
Filsuf Pendapat
Boethius (480-252 M) Bahwa filsafat merupakan
pendahulu kepada agama.
Avicenna/Ibnu Sina ( 980- Jiwa berbeda dengan raga
R 1037 M)
Anselmus (1033-1109 M) Bahwa berpikir harus sejalan
e
dengan iman
n Averroes/Ibnu Rusyd Filsafat dan agama tidak
a (1126-1198 M) bertentangan
Moses Maimonides (1135- God has not atributes
i 1204 M)
s Jalalad-Din Muhammad Don’t grieve anything you lose
Rumi (1207-1273 M) comes around in another form
s
Nikolaus von Kues (1401- Menurut pendapatnya, terdapat
a 1464 M) tiga cara untuk mengenal, yaitu:
n lewat indera, akal dan intuisi.
Desiderius Erasmus To know nothing is the happiest
c
(1466-1536 M) life
e
Age Of Reason (Zaman Pencerahan): 1500-1750
M
Pada masa Renaissance muncul aliran yang
menetapkan kebenaran berpusat pada manusia,
yang kemudian disebut dengan Humanisme.
Aliran ini lahir disebabkan kekuasaan gereja yang
telah menafikan berbagai penemuan manusia,
bahkan dengan doktrin dan kekuasaannya, gereja
telah meredam para filosof dan ilmuan yang
37
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
39
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
Filsuf Pendapat
Niccolo Machiavelli Ide pokok pemikirannya
(1469-1527 M) adalah negara jangan
sampai dikuasai oleh agama,
sebaliknya negara harus
mendominasi agama.
Michel de Montaigne Ketenaran dan ketenangan
(1533-1592 M) tidak akan pernah bisa
menjadi teman tidur
Thomas Hobbes ( 1588- Bahwa ilmu filsafat adalah
1679 M) suatu ilmu pengetahuan
yang sifatnya umum.
Karena filsafat adalah
suatu ilmu pengetahuan
tentang akibat-akibat atau
tentang gejala- gejala yang
diperoleh dari sebabnya.
Blaise Pascal (1623-1662 Manusia selalu dianggap
M) sebagai misteri yang
tidakdapat diselami sampai
dasarnya. Ada yang lebih
penting dari rasio yaitu hati.
Benedictus Spinoza Tuhan adalah penyebab
(1632-1677 M) segala sesuatu, yang ada di
dalam dirinya (bahwa hanya
ada satu substansi yaitu
Tuhan)
John Locke (1632-1704 Tidak ada sesuatu dalam
M) jiwa yang dibawa sejak lahir,
melainkan pengalamanlah
yang membentuk jiwa
40
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
Filsuf Pendapat
seseorang.
Gottfries Leibniz (1646- Substansi itu jumlahnya tidak
1716 M) terhingga yang disebut
dengan monade.
George Berkeley (1685- Bahwa ketertiban dan dan
1753 M) konsistensi alam adalah riil
disebabkan oleh akal yang
aktif yaitu akal Tuhan,akal
yang tertinggi adalah
pencipta dan pengatur alam.
1. Voltaire (1694-1778 M
41
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
42
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
43
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
Filsuf Pendapat
Jean-Jacques Rousseau Mengemukakan teori
(1712-1778 ) kontrak sosial dilakukan
dengan; pertama, kontrak
sosial hanya dilakukan
hanya antara sesama
rakyat atau anggota-
anggota masyarakat,
kedua, melalui kontrak
sosial itu masing-masing
melimpahkan segala hak
perorangannya kepada
komunitas sebagai suatu
keutuhan.
Adam Smith (1723-1790 ) Man is an animal that
makes bargains
Edmund Burke (1729-1797) Society is indeed a contract
Jeremy Bentham (1748– The greatest happiness for
1832 ) the greatest number
Mary Wollstonecraft (1759– Mind has no gender
1797 )
Johann Gottlieb Fichte What sort of philosophy one
(1762–1814 ) chooses depends on what
sort of person one is
Friedrich Schlegel (1772- About no subject is there
1829 ) less philosophizing than
about philosophy
Arthur Schopenhauer Every man takes the limits
(1788–1860 ) of his own field of vision for
44
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
45
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
46
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
47
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
Filsuf Pendapat
Ahad Ha’am (1856– Men with self-confidence
1927 ) come and see and conquer
Ferdinnand de Sausure Every message is made of
(1857–1913 ) signs
Edmund Husserl Bahwa ada kebenaran untuk
(1859–1938 ) semua orang dan manusia
dapat mencapainya.
Henri Bergson (1859– Intuition goes in the very
1941 ) direction of life
George Santayana Those who cannot remember
(1863–1952 ) the past Are condemned to
repeat it
Miguel de Unamuno It is only suffering that makes
(1864–1936 ) us persons
William du Bois (1868– Believe in life
1963 )
Bertrand Russell (1872– Filsafat memeriksa secara
1970 ) kritis asas-asas yang dipakai
dalam ilmu dan kehidupan
sehari-hari, dan mencari
suatu ketidakselarasan yang
dapat terkandung di dalam
asas-asas itu.
Max Scheler (1874– Bahwa metode fenomenologi
1928 ) sama dengan cara tertentu
untuk memandang realitas
Karl Jaspers (1883– Only as an individual can man
48
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
Filsuf Pendapat
Jose Ortega y Gasset Life is a series of collisions
(1883–1955 ) with the future
Hajime Tanabe (1885– To philosophize,first one must
1962 ) confess
Ludwig Wittgenstein The limits of my language are
(1889-1952 ) the limits of my world
Martin Heideggger (1889– Manusia itu terbuka bagi
1976 ) dunianya dan sesamanya
Tetsuro Watsuji (1889– The individual’s only true
1960 ) moral choice is through self-
sacrifice for the community
Rudolf Carnap (1891– Logika adalah ilmu terakhir
1970 ) bahan filsafat
Walter Benjamin (1892- The only way of knowing a
1940 ) person is to love them
Herbert Marcuse (1898- Baginya, filsafat masih tepat
1979 ) untuk dipertahankan sebagai
nama bagi pengetahuan
tentang generalitas yang
tingkatnya paling tinggi. Ini
secara diam-diam dikuatkan
oleh tercangkupnya Tuhan,
alam dan manusia dalam
lingkungannya.
Hans-George Gadamer History does not belong to us
(1900-2002 ) but we belong to it
Karl Popper (1902–1994 ) In so far as a scientific
statement speaks about
49
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
Filsuf Pendapat
Theodor Adorno (1903– Intelligence is a moral
1969 ) category
jJean-Paul Sartre (1905– Keberadaan mendahului
1980 ) esensi
Hannah Arendt (1906– The banalitybof evil
1975 )
Emmanuel Levinas Reason lives in language
(1906–1995 )
Maurice Merleau-Ponty In order to see the world, we
(1908–1961) must break with our familiar
acceptance of it
Simone de Beauvoir Man is defined as a human
(1908–1986) being and woman as a female
Williard Van Orman Quine Bahasa adalah seni sosial
(1908–2000)
Isaiah Berlin (1909–1997) The fundamental sense of
freedom is freedom from
chains
Arne Naess (1912–2009) Berpikir seperti gunung
Albert Camus (1913– Life will be lived all the better
1960) if it has no meaning
Filsuf Pendapat
Roland Barthes (1915– Language is a skin
1980)
Mary Midgley (1919) How would we manage without
a culture?
John Rawls (1921– The principles of justice are
2002) chosen behind a veil of
ignorance
Richard Wollheim Art is a form of life
(1923-2003)
Paul Feyerabend Anything goes
(1924–1994)
Jean-Francois Lyotard Knowledge Is produce to be
52
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
(1924-1998) sold
Frantz Fanon (1925– For the black man there is only
1961) one destiny and it is white
Noam Chomsky (1928) If we choose, we can live in a
world of comforting illusion
Jacques Derrida (1930- There is nothing outside of the
2004) text
Richard Rorty (1931- There is nothing deep down
2007) inside us except what we have
put there ourselves
Luce Irigaray (1932) menganalisa penggunaan dan
penyalahgunaan bahasa yang
berhubungan dengan
perempuan
Edward Said (1935- Every empire tells itself and the
2003) world that it is unlike all other
empires
Helene Cixous (1937) Thought has always worked by
opposition
Julia Kristeva (1941) Who plays god in present-day
feminism?
Henry Odera Oruka Philosophy is no only a written
(1944–1995) enterprise
Peter Singer (1946) In suffering,the animals are our
equals
Slavoj Zizek (1949) All the best marxist analyses are
always
analyses of a failure
53
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
Filsafat India
Filsafat Cina
Filsafat Negara-Negara Islam
1. Filsafat India
India termasuk salah satu tonggak peradaban
tertua di dunia dengan situsnya di sekitar
lembah sungai Indus. Dari penemuan fosil-fosil,
tampak bahwa di daerah itu terdapat dua tipe
penduduk. Pertama, penduduk asli dengan ciri-
ciri:Kulit gelap ( hampir mendekati hitam )Kecil
dan pendekHidung lebar dan pesek dengan
bibir tebal menonjol.Keturunan dari tipe ini
sampai sekarang masih dapat kita jumpai
diantara kasta rendah masyarakat India.Kedua,
mereka yang sekuturunan dengan suku
Mediteranian, ciri-cirinya :Kulit terangTubuh
langsingHidung mancung Bermata lebar
54
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
2. Filsafat Cina
Dilihat dari sejarahnya filsafat Cina dibagi
kedalam 4 periode besar, yaitu :
55
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
56
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
58
FILSAFAT ILMU BAB 3 SEJARAH FILSAFAT
61
FILSAFAT ILMU BAB 4 PARADIGMA
BAB 4 PARADIGMA
2. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas
tentang apakah yang kita ketahui itu memang dapat
diterima sebagai sesuatu yang benar. Apakah
realitas yang kita percaya sebagai suatu kebenaran
itu bisa diteriima secara valid atau dalam bahasa
filsafatnya apakah kita tahu bahwa yang kita tahu itu
adalah sesuatu yang kita tahu. Jadi cabang filsafat
yang berusaha mengungkap bukti-bukti dari
kebenaran. Atau berusaha untuk menemukan ilmu
pengetahuan. perlu diketahui bahwa onotologi
berbicara tentang klaim kebenarannya sementara
bukti terhadap kebenaran itu ada pada epistemologi.
3. Metodologi
Bagaimana cara kita untuk menunjukkan bahwa kita
dapat mengetahui yang ada tadi. Atau proses untuk
mengetahui yang disebut dengan metodologi. The
way you understand the existent . dalam filsafat ilmu
metodologi menempati tempat yang istimewa karena
ilmuan untuk bisa menghasilkan suatu teori harus
memiliki metodologi yang jelas.
63
FILSAFAT ILMU BAB 4 PARADIGMA
4. Metode
Metode yaitu bagaimana cara kita untuk
mengumpulkan bukti yang tadi.
Karena kita membahas tentang filsafat ilmu maka
kita berbicara tentang aspek teoritik dan metodologi.
Jadi kedua aspek tersebut tidak dapat dipisahkan
karena merupakan suatu rangkaian yang khusus
dalam filsafat ilmu. jadi teori dalamkonteks ini
dianggap sebagai paradigma dalam penelitian.
64
FILSAFAT ILMU BAB 4 PARADIGMA
66
FILSAFAT ILMU BAB 4 PARADIGMA
2. Interpretativisme
Paradigma ini berkaitan dengan penelitian
kualitatif yaiitu berdasarkan narasi,kalimat,ataupun
teks yang disampaikan. Paradigma ini digunakan
untuk memperoleh pengalaman tentang makna
kata dari perspektif individu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa interpretativisme itu
berdasarkan subjektifitas individu yang melakukan
pengamatan.
3. Konstruktivisme
67
FILSAFAT ILMU BAB 4 PARADIGMA
4. Paradigma kritis
Paradigma ini mengkritisi atau menginterpretasi
nilai-nilai dalam suatu masyarakat yang
memungkinkan terjadinya perubahan. Jadi ada
power atau kekuatan yang terlibat dalam
mengkonstruksi suatu realitas sosial. beberapa
para ahli menganggap bahwa paradigma kritis ini
bukanlah paradigma ilmu pengetahuan melainkan
lebih mengarah pada agenda politik karena ingin
melakukan perubahan sosial. Namun hali yang
lain berpendapat bahwa sebenarnya ini adalah
konsekuensi yang lahir karena politik dan
penelitian itu saling terkait. Politik ini maksudnya
keinginan untuk mencapai tujuan itu salinng terkait
dengan penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan.
Atau dengan kata lain paradigma ini sebenarnya
hanya ini melihat adanya proses yang disebut
68
FILSAFAT ILMU BAB 4 PARADIGMA
70
FILSAFAT ILMU BAB 5 IDEOLOGI
BAB 5 IDEOLOGI
A. Pengertian Ideologi
Seperti dengan filsafat, ideologi berasal dari
bahasa latin yang terdiri daru dua kata yaitu ideos artinya
pemikiran, dan logis artinya logika, ilmu atau
pengetahuan. Jaadi dapat disimpulkan bahwa ideologi
merupakan ilmu mengenai keyakinan dan cita-cita. Ada
keyakinan yang dianggap sebagai suatu kebenaran dalam
suatu kelompok tertentu. Itulah yang disebut bahwa
ideologi merupakan terminology sehingga ada kelompok
71
FILSAFAT ILMU BAB 5 IDEOLOGI
yang mau mati demi ideologinya. Mengapa? Karena itu
merupakan keyakinan dan cita-cita mereka. Ideologi
merupakan terminologi yang menciptakan atau melahirkan
pemikiran dan semangat hidup di antara manusia
terutama kaum muda, khususnya di antara cendekiawan
atau intelektual dalam suatu masyarakat.
73
FILSAFAT ILMU BAB 5 IDEOLOGI
Oleh karena itu, ideologi memiliki fungsi yaitu
memberikan pola to make a pattern ,mengkonsolidasikan
dan menciptakan arti dalam tindakan masyarakat.
Misalnya ada masyarakat yang melakukan suatu tindakan
tertentu dalam masyarakat maka tindakan itu akan
menjadi arti ketika berdasarkan ideologi yang dimiikinya.
Sehingga ideologi itu menggerakkan.
74
FILSAFAT ILMU BAB 5 IDEOLOGI
77
FILSAFAT ILMU BAB 5 IDEOLOGI
hal itu mengajarkan atau menempatkan ajaran Tuhan
sebagai faktor intergratif dan pencerahan.
Ideologi dalam arti penuh disebut dengan ideologi
tertutup. Ideologi dalam artu penuh berisi teori
tentang hakekat realitas seluruhnya yaitu perubahan
secara metafisika. Mereka menganggap bahwa
ideologi mereka itu tertutup sehingga tidak
memungkinkan ideologi lain bergabung di dalammnya.
Selain itu ideologi dalam arti terbuka atau ideologi
terbuka artinya memungkinkan adanya pendapat lain
untuk mengubah ideologi itu. Jadi terbuka terhadap
perubahan-perubahan. Bisa juga dikatakan bahwa
ideologi terbuka yaitu ideologi yang menyuguhkan
kerangka orientasi dasar, sedangkan dalam
operasional kesehariannya akan selalu berkembang
disesuaikan dengan norma, prinsip moral dan cita-cita
masyarakat. Yang terakhir ada Ideologi Implisit atau
tersirat artinya ideologi ini tidak berani mengatakan
tertutup atupun terbuka tetapi ideologi ini hanya
tersirat. Atau ideologi semacam ini ditemukan dalam
keyakinan-keyakinan masyarakat tradisional tentang
hakekat realitas dan bagaimana manusia harus hidup
didalamnya.
78
FILSAFAT ILMU BAB 5 IDEOLOGI
79
FILSAFAT ILMU BAB 5 IDEOLOGI
Fungsi proxis, yaitu fungsi yang dapat kita jadikan
sebagai acuan untuk menyelesaikan masalah-
masalah konkret.
Fungsi Justifikasi, yaitu ideologi sebagai
pembenar terhadap suatu tindakan atau
kebijakan yang dikeluarkan oleh suatu kelompok
tertentu.
Jadi ideologi itu sebagai hal yang sangat penting
untuk memahami proses komunikasi, untuk
memahami media yang berperan dalam
kehidupan masyarakat.
G. Ideologi Dunia
1. Ideologi Liberalisme
81
FILSAFAT ILMU BAB 5 IDEOLOGI
Implikasi terhadap kehidupan berbangsa :
2. Ideologi kapitalisme
82
FILSAFAT ILMU BAB 5 IDEOLOGI
3. Ideologi sosialisme
4. Ideologi Marxisme
5. Ideologi Nasionalisme
6. Ideologi Komunisme
91
FILSAFAT ILMU BAB 5 IDEOLOGI
• Jarang sekali terjadi masalh ekonomiatau kasus
kelaparan. Sebab, pemerintah telah mengatur segala
permasalahan yang ada dan masyarakat tinggal
mengikutinya.
7. Ideologi Demokrasi
93
FILSAFAT ILMU BAB 5 IDEOLOGI
• Menciptakan pemerintah yang bertanggung jawab.
Pemerintah hanyalah sebagai wakil rakyat yang ditugasi
untuk merangkum semua kebutuhan rakyat sebagai salah
satu acuan untuk merumuskan kebijakan. Rakyat dapat
menilai dan menuntut apabila ada ketidaksesuaian antara
kebutuhan dengan kebijakan yang dirumuskan.
94
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
96
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
Dan juga pada masa awal itu kapitalisme sudah
tumbuh. Sehingga ada keinginan dari penganut-
penganut kapitalisme untuk mengembangkan
pemikiran ke berbagai Negara. Ini juga bersamaan
dengan awal perkembangan ilmu komunikasi.
Ilmu komunikasi karena sifatnya sangat terbuka
dan cemderung lebih melihat ke arah kebenaran
dalam suatu peristiwa, itu sangat menonjol dalam
gerakan-gerakan untuk memajukan kehidupan
masyrakat, memajukan teknologi komunikasi,
melawan tirani, melawan pemerintah melakukan
Abuse Of Power mereka untuk masyarakat, maka
kehidupan ilmu komunikasi itu berada diantara
gerakan-gerakan itu. Ini khusunya dalam praktek
propaganda. Di awal- awal perkembangan ilmu
komunikasi khususnya di Eropa Barat tepatnya di
Jerman dalam hal ini praktek propaganda itu
sangat tinggi yang dilakukan oleh pemerintah Naz
waktu itu. Mereka mempropagandakan pemikiran-
pemikiran mereka agar bisa diterima oleh
masyarakat. Kemudian pembentukan opini
dilakukan oleh para politisi dan pemerintah agar
dapat mengikuti keinginan mereka. Dan pada saat
yang sama masyarakat umum itu berusaha
97
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
memahami makna propaganda dan opini publik itu
karenanya berdasarkan pemikiran filosofis tadi
lahirlah beberapa ilmuwan yang fokus kepada
propaganda dan opini publik. Dan diperkuat
dengan munculnya ilmu-ilmu sosial
(sosiologi,antropologi, sosial dsb) dan ini juga
bersamaan dengan lahirnya ilmu komunikasi. Kita
tahu peran media pada saat itu sangat tinggi di
awa dalam propaganda dan opini publik, juga
berkembang dalam perdagangan, pemasaran dan
di dunia periklanan.
Di perang dunia ke II itu dimana Jerman Nazi dan
sekutunya itu terlibat dalam propaganda dan
pembentukan opini publik. Setelah perang dunia II
dimana muncul beberapa negara-negara baru usai
perang, ilmu-ilmu sosial diakui secara utuh sebagai
ilmu yang memiliki legitimasi (dapat diterima oleh
masyarakat). Pada saat yang sama ilmu
komunikasi juga berkembang dan juga diminati
oleh banyak kalangan ketika itu. Para ilmuan
komunikasi saat itu berusaha untuk memasukkan
pemikiran psikologi dan proses sosia dari sosiologi .
Kedua ilmu ini psikologi (berkiatan dengan
kepribadian individu ) dan sosiologi (fokus pada
98
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
ilmu sosial ) menjadi fondasi untuk melahirkan ilmu
komunikasi.
Dalam kajian ilmu komunikasi, komunikasi fokus
pada persuasi atau upaya kita untuk membujuk
secara psikis kepada khalayak kita sehingga
mereka menerima apa yang kita inginkan.
Disamping itu komunikasi juga fokus pada proses
pengambilan keputusan yang pada saat itu
berlangsung di kelompok-kelompok kecil. Jadi di
kelompok kecil itu ada proses yang namanya
decision making nah itu yang menjadi perhatian
mereka .Dan ini terjadi tidak hanya pada kalangan
ilmuwan, tetapi juga berlangsung di masyarakat.
Masyarakat sangat memerlukan untuk memahami
itu. Misalnya bagaimana iklan bisa mempersuasi
orang atau mengajak orang untuk membeli barang,
bagaimana propaganda bisa mempersuasi
masyarakat sehingga bisa mengikuti keinginan
pemerintah dan orang-orang yang berkuasa ketika
itu.
99
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
kehidupan manusia itu dalam masyarakat sama dengan
tubuh kita yang memiliki fungsi masing-masing. Jadi
mereka berupaya untuk mengadopsi beberapa
kemungkinan untuk memperkaya lahirnya ilmu-ilmu
modern. Ilmu itu berdasarkan upaya dari adopsi konsep
dari beberapa disiplin ilmu.
102
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
disiplin karena menggunakan beberapa disiplin ilmu untuk
memperkaya pemikiran ilmu komunikasi dengan tidak
mengubah cara pandang disiplin awal. Interdisciplinary
artinya disiplin-disiplin iilmu tadi berkontribusi atau terjadi
persinggungan dan ditemukan intersection atau
pertemuan dengan ilmu komunikasi. Singgungannya inilah
yang menjadi interdisiplin. Misalnya antropologi dan
komunikasi berbicara tentang kebudayaan maka kedua
disiplin ilmu ini mengalami persinggungan. Orang
antropologi melihat bahwa suatu peristiwa budaya tidak
mungkin melepaskan komunikasi sehingga peristiwa
budaya itu merupakan peristiwa komunikasi juga.
Sementara komunikasi menganggap bahwa dalam
peristiwa komunikasi pasti ada peristiwa budaya dengan
kata lain komunikasi dan budaya adalah suatu disiplin ilmu
yang tidak bisa dipisahkan secara konseptual sehingga
terjadi persinggungan. Crossdisciplinary artinya disiplinj
ilmu ini tetap berada pada disiplin ilmunya tetapi
terkadang melawati konsep- konsep disiplin
ilmunya.misalnya antropologi dan komunikasi ketika
membahas tentang komunikasi antarbudaya maka
antropologi melewati batas pemikirannya agar bisa
memahami komunikasi antarbudaya begitupun
sebaliknya. Ilmu komunikasi berada pada model
Multidisciplinary dan Interdisciplinary .
103
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
C. Posisi sentral ilmu komunikasi
Dalam konteks itu kita melihat bahwa ilmu komunikasi
berada pada posisi sentral. Para ilmuwan komunikasi
sepakat bahwa komunikasi adalh pusat dari segala
pengalaman manusia atau the center of human
experience. Artinya jika ada manusia di suatu peristiwa
maka pasti ada komunikasi disitu. Jika ada pengalaman
manusia yang sedang berlangsung atau yang dialami oleh
individu, kelompok ataupun masyarakat maka komunikasi
berada ditengahnya di pusat dari pengalaman itu. Ini
merupakan pemahaman pada ilmuwan komunikasi.
Sebaliknya peneliti disiplin ilmu lain menganggap bahwa
komunikasi hanya sebagai proses sekunder bukan
merupakan proses primer atau inti tidak merupakan center
of human experience. Mereka berpendapat bahwa ilmu
komunikasi itu untuk menjelaskan proses transmisi
informasi ke dalam struktur dan sistem yang menjadi
fokus dari ilmuwan tersebut. Jadi terdapat pandangan
yang berbeda antara ilmuwan komunikasi dengan
ilmuwan yang lain. Dengan demikian para ahli ilmu
komunikasi melihat komunikasi sebagai elemen penting
dalam pengorganisasian keihidupan manusia.
104
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
D. Posisi Teori dalam suatu disiplin ilmu
Untuk memahami suatu disiplin ilmu kita perlu
mempelajari teorinya. Oleh karena itu, kita harus tahu
bagaimana posisi teori dalam suatu disiplin ilmu. Apa
fungsi teori itu ? jadi, teori dirumuskan oleh para ahli
untuk membantu menjelaskan dan memahami realitas
atau fenomena sosial. Teori adalah alat yang kita gunakan
untuk memahami fenomena tersebut. Sebagai alat kadang
tidak sempurna karena konsep yang digunakan bisa jadi
tidak sempurna dan sifatnya tidak mutlak atau dinamis.
Kemungkinan seiring dengan perkembangan waktu teori
bisa diupayakan atau direvisi. Dengan demikian teori
hanya bisa membantu kita untuk memahami fenomena
berdasarkan konsep-konsep yang dibangunnya.
E. Asumsi filosofis
filsafat ilmu sangat berkaitan dengan teori dan
metodologi. Jika kita berbicara tentang filsafat ilmu
komunikasi berartikita berbicara tentang filsafat ilmu yang
berkaitan dengan teori dan metodologi. Dimana kedua hal
itu berlandaskan asumsi-asumsi yang ada di filsafat ilmu.
setiap teori berawal dari asumsi filosofis. Asumsi ini dianut
oleh seorang ilmuan dalam menentukan bagaimana teori
dikonstruksi. Sehingga untuk memahami suatu teori
secara utuh diperlukan pemahaman terhadap asumsi
107
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
filosofis tersebut. Jika suatu teori tidak memiliki asumsi
filosofis maka tidak dianggap sebagai suatu teori.
1. Epistemologi
Asumsi filosofis yang pertama adalah epistemologi
yaitu cabang yang mempelajari tentang
pengetahuan atau bagaimana orang tahu apa yang
mereka klaim sebagai tahu. Misalnya seseorang
mengatakan saya tahu logika maka secara
epiatemologi seseorang itu harus menjelaskan
mengapa dia tahu tentang logika itu dan
bagaimana prosesnya. Itulah yang kita sebut
sebagai asumsi filosofis mengapa? karena setiap
diskusi teoritis pasti membicarakan masalah
epistemologi. Jadi semacam pemikiran filsafat yang
bisa menentukan klaim yang kita ciptakan lalu kita
mengatakan bahwa ini adalah sesuatu yang benar
sehingga proses untuk mencapai itu disebut
dengan Epistemologi.
Kemudian bagaaimana pertanyaan-pertanyaan
epistemologi dari para ilmuan komunikasi. Apa saja
pertanyaannya ? nah pertanyaan epistemologi
yang menjadui perhatian ilmuan komunikasi antara
lain :
108
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
Apakah pengetahuan didasarkan atas
pengalaman?
Sejauh mana pengetahuan bersifat pasti
apakah pengetahuan itu sifatnya relatif,
absolut atau dapat berubah?
Bagaimana proses munculnya ilmu?
Dalam konteks ini mumcullah beberapa
pemikiran-pemikiran :
Rasionalisme : pengetahuan itu
muncul dari kekuatan pemikiran
manusia. Jadi karena kita bisa
berpikir maka kita dapat mengetahui
kebenaran. Filosof rasionalisme yaitu
cogito ergo sum artinya saya berpikir
karenanya saya ada.
Empirisme : pengetahuan muncul
karena melalui persepsi. Jadi menurut
mereka kita bisa tahu jika kita
melakukan observasi dengan
menggunakan alat indra. Benda itu
kita bisa pegang, lihat dan
mendengarnya. Yang diluar dari itu
bukanlah suatu pengetahuan.
Misalnya malaikat,dosa, dan masa
109
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
depan itu sifatnya tidak empiris . Yang
empiris itu adalah sesuatu yang bisa
terobsevasi oleh alat indra manusia.
Dan pengetahuan itu harus
didasarkan atas hasil observasi.
Konstruktivisme : Manusia
menciptakan pengetahuan agar dapat
berfungsi secara pragmatis. Jadi ilmu
ini lahir karena manusia memerlukan
ilmu itu untuk manfaat dirinya.
Misalnya retorika karena kita ingin
meyakinkan seseorang secara
persuasif, maka kita menciptakan ilmu
retorika. Dan ilmu itu bermanfaat bagi
kita secara konstruktivisme.
Konstruksi sosial : Realitas
dikonstruksi secara sosial. apa yang
kita atau pengetahuan yang kita
pahami itu sebenarnya merupakan
hasil dari upaya kita dalam proses
mengkontruksinya. Jadi kita yang
menjadikannya. Misalnya apa yang
dimaksud dengan berita? apa yang
dimaksud dengan fakta? Dan apa
110
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
bedanya fakta dengan imajinasi.
Antara pemahaman fakta, imajinasi
dan berita itu menurutnya adalah
suatu upaya dari proses konstruksi
sosial. jadi yang dimaksud dengan
berita adalah fakta yang dilaporkan
dan menurut mereka berita itu adalah
hasil konstruksi kita dan menganggap
itu sebagai berita bukan imajinasi
karena memang kita menyebutya
sebagai berita.
Apakah pengetahuan merupakan
bagian dari suatu keseluruhan (dapat
dibagi) atau harus dipahami secara
holistik?
Misalnya kita berbicara tentang
elemen-elemen komunikasi. Nah
pertanyaan epistemologi tentang ini
adalah apakah pengetahuan kita
tentang ilmu komunikasi itu bisa
dilihat secara terpisah atau secara
holistik?
Apakah pengetahuan harus
disampaikan secara eksplisit?
111
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
(articulated explicitly or tacit) atau
tidak perlu disampaikan tapi orang
tahu. Misalnya ilmu santet itu bisa
disampaikan secara eksplisit atau
tidak perlu disampaikan tapi terbukti.
2. Ontologi
Ontologi adalah cabang filsafat yang berhubungan
dengan sifat ada atau tentang yang ada atau
tentang reality/fenomena. Ontologi dan
epistemologi biasanya berjalan beriringan karena
ide tentang pengetahuan sebagaian besar
bergantung pada ide kita mengenai siapa yang
melakukan pengetahuan. dalam ilmu sosial ontologi
sebagian besar berkaitan dengan sifat keberadaan
manusia. Dalam komunikasi ontologi berpusat pada
sifat interaksi sosialnya.
Pertanyaan ontologi yang menjadi perhatian ilmu
komunikasi antara lain:
Sejauh mana manusia memiliki pilihan?
Apakah manusia memiliki pilihan atau
mereka hanya menerima apa adanya. Ada
beberapa cabang yang bisa menjawab ini
yaitu
112
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
Determinisme : perilaku disebabkan
oleh berbagai kondisi sebelumnya
yang menentukan perilaku manusia.
Jadi determinisme beranggapan
bahwa apa yang anda lakukan
sekarang itu sangat terkait dengan
apa yang anda lakukan sebelumnya
atau apa yang mendominasi kita dan
sifatnya mutlak. Misalnya teknologi
determinisme,ketika mereka berbicara
tentang perilaku sekarang ini, mereka
berpikir bahwa teknologi adalah
penyebabnya. Jadi manusia tidak
memiliki kebebasan tetapi dia
dipengaruhi oleh kekuatan yang
sifatnya determinan terhadap dirinya.
Dimana teknogi itu disebut dengan
determinan atau yang menjadi
kekuatan.
Pragmatisme : manusia menentukan
renacana mereka untuk memenuhi
tujuan masa depan.
Apakah pengalaman manusia bersifat
individual atau sosial? ini memunculkan
113
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
individualisme dan komunalisme/sosial.
ketika seseorang berpandangan tentang ini
berarti dia melihat bahwa kehidupan
manusia itu sangat berkaitan dengan
pemahaman individualisme. Komunikasi
tidak dapat dilepaskan dengan kehidupan
orang lain yang sifatnya sosial atau
sebenarnya tidak bergantung dengan apa-
apa atau individualis.
Sejauh mana komunikaai itu beersifat
konstektual? Konstektual artinya
menggunakan prinsip-prinsip yang sifatnya
universal atau berkaitan dengan faktor-faktor
yang sifatnya lokal. Misalnya ilmuan yang
menganggap bahwa teori itu sifatnya
universal berarti teori yang dibuat di Jerman
itu bisa digunakan di Indonesia , teori yang
dibuat di Indonesia itu juga bisa dipakai di
Jerman. Sementara ilmuan yang
menganggap bahwa teori sifatnya adalah
haru melihat faktor-faktor situasional atau
lokal maka teoriyang dibuat di Jerman tidak
bisa diterapkan di Indonesia karena ada
114
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
perbedaan geografis, budaya dan
sebagainya.
3. Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari
tentang nilai-nilai yang memandu para peneliti
dalam menemukan teorinya. Pertanyaan aksiologi
yang berkaitan dengan ilmu komunikasi adalah :
Apakah pengetahuanitu bebas nilai?
Ketika seorang peneliti membuat
penelitiannya maka latar belakang dirinya
tidak berpengaruh terhadap teorinya. Jika
seseorang tersebut muslim maka teorinya itu
tidak berkaitan dengan agamanya. Karena
nilai penelitian itu tidak ada kaitannya.
Sejauh mana proses penelitian
mempengaruhi apa yang di observasi?
Ada yang mengatakan tidak ada kaitannya
atau harus objektif sementara kaum yang
lain menganggap bahwa proses penelitian
itu sangat tergantung dari apa yang kita
observasi.
Haruskah proses ilmuan dirancang untuk
menghasilkan perubahan atau hanya untuk
menghasilkan pengetahuan. misalnya teori
115
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
yang kita pelajari, apakah itu bisa
mempenaruhi untuk perubahan sosial atau
hanya untuk pengetahuan biasa saja. seperti
modernisasi yang menganggap bahwa
manusia modern itu adalah manusia yang
sudah menggunakan teknologi dan
melespaskan aspek-aspek yang sifatnya
tradisional kemudian kita melihat saudara-
saudara kita yang ada di Papua atau
Kalimantan. Apakah pengertian tadi itu
tujuannya untuk perubahan sosial atau
hanya pengetahuan saja? jika tujuannya
perubahan sosial maka kita menginginkan
bahwa kondisi yang ada di Papua itu harus
berubah mengikuti dengan teori yang kita
bangun. Tapi jika kita menganggap bahwa
itu hanya pengetahuan saja maka tidak
terjadi perubahan sosial.
116
FILSAFAT ILMU BAB 6 PANDANGAN FILOFIS
TENTANG STUDI ILMUKOMUNIKASII
DAFTAR PUSTAKA
117