Disusun oleh:
Dosen Pengampu:
Fathin Fauhatun, M. Ag
BUKITTINGGI
2022/2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................4
C. Tujuan Penulisan...............................................................................4
BAB II............................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................5
BAB III........................................................................................................11
PENUTUP...................................................................................................11
A. Kesimpulan.......................................................................................11
B. Saran.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1
Firdaus Al-hisyam dan Rudy Hariyono. 2006. Kamus Lengkap 3 Bahasa (Arab-Indonesia-
Inggris). Surabaya: Gitamedia Press. Him. 508.
2
Widodo WS. (tt). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media. Hlm. 128.
Aristoteles (384–322), “Filsafat itu menyelidiki sebab dan
asas segala benda.”
Al-Kindi (800–870), “Kegiatan manusia yang bertingkat
tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar
mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi
manusia. Bagi filsafat yang paling mulia adalah filsafat
pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang
merupakan sebab dari segala kebenaran….”
3
Ulum, Miftahul, et al. "EPISTEMOLOGI; ILMU HADITS DAN ILMU HUKUM ISLAM."
(2020).
2. Tidak menyangkut fakta, persoalan filsafat lebih bersifat
spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi dapat
melampaui pengetahuan ilmiah.
3. Filsafat menyangkut nilai-nilai (values), artinya persoalan-
persoalan kefilsafatan berkaitan dengan penilaian baik nilai
moral, estetis, agama, dan sosial. Nilai dalam pengertian ini
adalah suatu kualitas abstrak yang yang terdapat pada
sesuatu hal.
4
Nadila, Irva. "FILSAFAT HUKUM MENGAJARKAN KEMANFAATAN HUKUM." (2023).
sesuatu melalui kacamata yang lebih luas melihat dan
mempertimbangkan pendapat dan pandangan yang berbeda.
Dengan mempelajari karya-karya para pemikir besar, para filsuf
dalam sejarah dan tradisi filsafat, kita akan melihat betapa besar
sesungguhnya pengaruh filsafat terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, agama, pemerintahan, pendidikan dan karya seni.
5
Supadjar, Damardjati, et al. "Landasan Pengembangan Filsafat Pancasila." Jurnal Filsafat
1.1 (1996): 53-62.
2. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum).
Berpikir secara universal adalah berpikir tentang hal-hal serta
proses-proses yang bersifat umum, dalam arti tidak memikirkan
hal-hal yang parsial. Filsafat bersangkutan dengan pengalaman
umum dari umat manusia. Dengan jalan penelusuran yang
radikal itu filsafat berusaha sampai pada berbagai kesimpulan
yang universal (umum)
3. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual. Konsep
di sini adalah hasil generalisasi dari pengalaman tentang ha-hal
serta proses- proses individual. Dengan ciri yang konseptual ini,
berpikir secara kefilsafatan melampaui batas pengalaman hidup
sehari-hari. d. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara
koheren dan konsisten.
4. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir (logis),
Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
5. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik.
Sistematik berasala dari kata sistem. Sisten di sini adalah
kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan menurut
tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau
menunaikan sesuatu peranan tertentu. Dalam mengemukakan
jawaban terhadap sesuatu masalah. Pendapat pendapat yang
merupakan uraian kefilsafatan harus saling berhubungan secara
teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
6. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara konperehensif.
Konperehensif adalah mencakup secara menyeluruh. Berpikir
secara kefilsafatan. Berpikir secara kefilsafatan berusaha untuk
menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7. Berpikir secara ketilsafatan dicirikan secara bebas. Sampai
batas-batas yang luas makasetiap filsafat boleh dikatakan
merupakan suatu hasil dari pemikiran yang bebas. Bebas dari
segala prasangka sosial, historis, kultural ataupun religius.
8. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan dengan pemikiran yang
bertanggungjawab. Seseorang yang berfilsafat adalah orang yang
berpikir sambil bertanggungjawab. Pertanggungjawaban yang
pertama adalah terhadap hati nuraninya sendiri. Di sini
tampaklah hubungan antara kebebasan berpikir dalam filsafat
dengan etika yang melandasinya. Fase berikutnya adalah cara
bagaimana ia merumuskan berbagai pemikirannya agar dapat
dikomunikasikan pada orang lain.
Berfikir secara Kritis, artinya: tanggap terhadap persoalan
yang berkembang dan yang diketahuinya atau bahkan
mendatanginya. Berpikir kritis adalah sebuah skill kognitif yang
memungkinkan seseorang untuk menginvestigasi sebuah situasi,
masalah, pertanyaan, atau fenomena untuk bisa membuat sebuah
penilaian atau keputusan. Berpikir ktitis adalah sebuah hasil dari
salah satu bagian otak manusia yang sangat berkembang, yaitu the
cerebral cortex, bagian luar dari bagian otak manusia yang terluas,
the cerebrum (otak depan).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Bahasa Arab, filsafat berasal dari kata falsafah (filsafat), dan
falsafa-yufalsifu-falsafatan- tafalsafa yang berarti mempelajari ilmu
filsafat, atau learning philosofi
filsafat dimaknai sebagai "kebijaksanaan" atau alhikmah. Jadi
filsafat merupakan kebijaksanaan dalam melihat, menilai, dan juga
mengambil sesuatu berdasarkan ilmu pengetahuan yang ilmiah,
objektif, empiris dan berlaku universal.
Kata filsafat, juga terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love),
sementara sophia kebijaksanaan (wisdom). Secara etimologis,
filsafat berarti berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam
arti sedalam-dalamnya.
Menurut mohammad abid (2010) Mengemukakan ilmu filsafat juga
memiliki objek kajian yaitu objek material dan objek formal.
Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia
kita, karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan
pertanyaan-pertanyaan mendasar.
B. Saran
(Maftukhin, 2012)
(Latif, 2014)