Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

Tentang

Hakaikat, Objek dan Metode Filsafat

DISUSUN OLEH:

Iftina Eliza : 2021.2779

Nurlatifah : 2021.2804

Rohadatul Aisyi Riza : 2021.2953

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Syafrul Nalus, M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

PENGEMBANGAN ILMU AL-QURAN SUMATERA BARAT

2022 M/ 1444 H

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, karena rahmat Allah swt sehingga makalah
ini dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Hakikat, Objek dan Metode
Filsafat”.

Shalawat dan salam mari sama-sama kita curahkan kepada baginda alam
yakni nabi besar Muhammad saw dan semoga kita syafa’at dari kasih sayangnya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan telah mendapat bantuan
dari berbagai buku sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu saya masih menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
baik dari segi struktur kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu, saya menerima segala saran dan kritik dari para pembaca
agar kami dapat menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, saya berharap ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Padang, 14 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................II

DAFTAR ISI .................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................1


B. Rumusan Masalah ..................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Filsafat ......................................................................2


B. Objek Filsafat .........................................................................3
C. Metode Filsafat ......................................................................5

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ......................................................................8
B. SARAN ..................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala


sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang
hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan tentang apa hakikat atau
sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Filsafat adalah suatu titik penemuan
tentang hakikat kebenaran yang sudah ada namun ingin dikembangkan lebih
mendalam tanpa adanya ujung dari kebenaran yang ada karena penyelesaian
masalah dalam filsafat itu bersifat mendalam dan universal.

Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup dan sebuah bidang terapan
untuk membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan cara yang
lebih memuaskan. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman
membawa kita kepada tindakan yang telah layak, filsafat perlu pemahaman bagi
seseorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan karena ia menentukan
pikiran dan pengarahan tindakan seseorang untuk mencapai tujuan.

Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang bersifat abstrak
ataupun real meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk faham
betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan- pemetaan dan
mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.

Dari uraian diatas yang akan kita bahas pada makalah ini yaitu :

1. Hakikat filsafat
2. Objek filsafat
3. Metode filsafat

Tujuan kita mempelajari dari yang kita bahas ini yaitu :

1. Untuk mengetahui hakikat filsafat


2. Untuk mengetahui objek filsafat
3. Untuk mengetahui metode filsafat

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Filsafat

Istilah "filsafat" dapat ditinjau dari dua segi, yakni:

a). Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa arab falsafah, berasal
dari bahasa Yunani philosophia, yang berarti philos “cinta, suka (loving)”, dan
Sophia “pengetahuan, Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan
atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat
diharapkan menjadi bijaksana.

b). Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran
atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir dan olah pikir. Namun tidak
semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam
dan sungguh-sungguh. 1

Beberapa tokoh ilmuan terkemuka mengatakan tentang filsafat, yaitu :

Plato (427-347 Sebelum Masehi) seorang murid dari tokoh Socrates


merumuskan sebagai berikut: "Filsafat tidaklah lain dari pengetahuan tentang
segala yang ada"

Aristoteles (384-322 Sebelum Masehi), murid dari Plato mengatakan


bahwa: "Filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda".

Al-Farabi (872-950), filsuf Muslim yang terbesar berpendapat sebagai


berikut: “Filsafat itu adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya".

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa filsafat merupakan


kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan atau
kearifan. Kearıfan merupakan buah pikiran yang dihasilkan filsafat dari usaha
mencari saling hubungan antara pengetahuan-pengetahuan dan menemukan

1
Muhammad kristiawan, Filsafat Pendidikan, the choice is yours ( Jogjakarta: Valia Pustaka,
2016), hal. 1.

2
implikasinya, baik yang terpusat maupun yang tersirat. Filsafat berusaha
merangkum dan membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwa-
peristiwa yang pelik dari pengalaman umat manusia. Dengan kata lain, filsafat
sampai kepada sinoptis (merangkum) tentang pokok yang ditelaahnya.2

B. Objek Filsafat

Objek adalah sesuatu yang menjadi bahan dari suatu penyelidikan


atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti memiliki
objek. Objek dapat dibedakan menjadi dua, sama halnya dengan filsafat
terdapat dua macam objeknya, yaitu objek material dan objek formal.

a. Objek Material Filsafat


Objek material dari filsafat, yaitu:
1. Bersifat sangat umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak terkait
dengan objek-objek khusus. Sebagian besar masalah kefilsafatan dengan
ide-ide yang besar, misalnya filsafat tidak menanyakan berapa harta yang
anda sedekahkan dalam satu bulan, akan tetapi filsafat menanyakan apa
keadilan itu.
2. Tidak menyangkut fakta, persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif.
Persoalan-persoalan yang dihadapi dapat melampaui pengetahuan ilmiah.

3. Filsafat menyangkut nilai-nilai (values), artinya persoalan-persoalan


kefilsafatan berkaitan dengan penilaian baik nilai moral, estetis, agama,
dan sosial. Nilai dalam pengertian ini adalah suatu kualitas abstrak yang
yang terdapat pada sesuatu hal.

4. Filsafat bersifat kritis, artinya filsafat merupakan analisis secara kritis


terhadap konsep-konsep dan arti-arti yang biasanya diterima dengan begitu
saja oleh suatu ilmu tanpa penyelidikan secara kritis.

2
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), hal. 58-68.

3
5. Filsafat bersifat sinoptik, artinya persoalan filsafat mencakup struktur
kenyataan secara keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat
susunan kenyataan sebagai suatu keseluruhan.

6. Filsafat bersifat implikatif, artinya jika sesuatu persoalan kefilsafatan


telah dijawab, maka dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan
baru yang saling berhubungan. Jawaban yang dikemukakan mengandung
akibat-akihat lebih jauh yang menyentuh kepentingan-kepentingan
manusia.
b. Objek formal filsafat
Objek formal filsafat yaitu sudut pandang yang menyeluruh, secara
umum sehingga dapat menemukan hakikat dari objek materialnya. Inilah
yang membedakan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lainnya terletak dalam
objek material dan objek formalnya. Kalau dalam ilmu-ilmu lain objek
materialnya membatasi diri sehingga pada filsafat tidak membatasi diri.
Adapun pada objek formalnya membahas objek materialnya itu sampai ke
hakikat.3
Ada beberapa objek-objek filsafat. Objek filsafat meliputi dua hal,
yakni objek material dan objek formal.
Objek materiil dari filsafat adalah suatu kajian penelaahan atau
pembentukan pengetahuan, yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada. Objek materiil filsafat ini mencakup segala hal, baik hal-hal yang
konkret maupun yang tidak konkret (hal-hal yang nyata maupun hal-hal
yang abstrak atau tidak nampak). Menurut Poedjawijatma (1980) objek
materiil filsafat ialah yang ada yang mungkin ada. Objek filsafat material
ini meliputi segala hal dari keseluruhan ilmu yang mnyelidiki segala
sesuatu.
Muhammad Noor (1981) berpendapat bahwa objek filsafat itu
dibedakan atas objek materiil dan non materiil. Objek materiil mencakup
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materiil konkret,
fisik. Sedangkan objek nonmateriil meliputi hal-hal yang abstrak dan
3
Muliadi, Filsafat Umum, (Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Gunung Djati Bandung, 2020),
hal. 6-7.

4
psikis. Termasuk juga objek non materiil ini adalah pengertian abstrak-
logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai, dan lain-lain.
Tentang objek materiil filsafat ini banyak yang sama dengan objek
material sains, namun bedanya, satu, sains menyelidiki objek materiil yang
empiris, semntara filsafat menyelidiki bagian objek yang memang tidak
dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek material
yang selamanya tidak empiris.
Jadi dengan melihat beberapa pendapat mengenai objek filsafat ini
dapat dipahami bahwa objek filsafat meliputi berbagai hal, atau dengan
kata lain, objek filsafat ini tidak terbatas, yang dalam pandangan Louis O.
Kattsoff dalam burhanuddian Salam (1988), bahwa lapangan kerja filsafat
itu bukan main luasnya, yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta
segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia. Begitu
luasnyakajian atau objek filsafat ini menyangkut hal-hal yang tampak fisik
maupun psikis. Hal-hal fisik adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada
dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun yang dalam kemungkinan.
Meliputi juga lam semesta, semua keberadaan, masalah hidup, dan
masalah manusia. Sedangkan hal-hal yang psikis atau non fisik adalah
masalah Tuhan, kepercayaan, norma-norma, nilai, keyakinan dan lainnya.
Sedangkan objek forma, yaitu sifat penelitian. Objek formal adalah
penelitian yang mendalam. Kata mendalam berarti ingin tahu tentang
objek yang tidak empiris. penyelidikan sains tidak mendalam karena ia
hanya ingin tahu sampai batas objek itu dapat diteliti secara empiris. Objek
penelitian sains adalah pada batas dapat diriset, sedangkan objek penelitian
filsafat ada pada daerah tidak dapat diriset, tetapi dapat dipikirkan secara
logis.
Menurut Lasiyo dan Yuwono (1985), objek formal filsafat adalah
sudut pandang menyeluruh, yang secara umum dapat mencapai hakikat
dan objek materiilnya. Jadi objek filsafat ini membahas objek materiilnya
sampai ke hakikat atau esensi dari yang dibahasnya.4

4
Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011)

5
C. Metode Filsafat

1. Metode Kritis : Socrates dan plato


Metode ini bersifat analisis istilah dan pendapat atau aturan-aturan
yang di kemukakan orang yang menjelaskan keyakinan dan
memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog),
membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak yang akhirnya di
temukan hakikat.
2. Metode Intuitif : Plotinus dan Bergson
Dengan jalan metode intropeksi intuitif dan dengan pemakaian
simbol-simbol di usahakan membersihkan intelektual (bersama dengan
pencucian moral), sehingga tercapai suatu penerangan pemikiran.
Sedangkan bergson dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses
perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.

3. Metode Skolastik : aristoteles, thomas aquinas, filsafat abad pertengahan.


Metode ini bersifat sintetis-deduktif dengan bertitik tolak dari
defenisi-defenisi atau prindip-prinsip yang jelas dengan sendirinya di tarik
kesimpulan-kesimpulan.

4. Metode Geometris : rene descartes dan pengikutnya


Melalui analisis mengenai hal-hal kompleks di capai intiuisi akan
hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain), dari
hakikat-hakikat itu di dedukasikan secara matematis segala pengertian
lainnya.

5. Metode Empiris :Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume


Hanya pengalamanlah menyajikan pengertian benar, maka semua
pengertian (ide-ide ) dalam intropeksi di bandingkan dengan cerapan-
cerapan (impresi) dan kemudian di susun bersama secara geometris.

6. Metode Transendental : Immanuel Kant dan Neo skolastik

6
Metode ini bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan
jalan analisis di selidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian demikian.

7. Metode fenomenologis : Husserl, Eksistensialisme


Yakni dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction),
refleksi atau fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-
hakikat murni. Fenomelogi adalah suatu aliran yang membicarakan
tentang segala sesuatu yang menampakkan diri, atau yang membicarakan
gejala.

8. Metode Dialektis : Hegel dan Mark


Dengan jalan mengikuti dinamik pikiran atau alam sendiri menurut
triade tesis, antitetis, sistesis di capai hakikat kenyataan. Dialektis itu di
ungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu dua pengertian yang bertentangan
kemudian di damaikan (tesis-antitesis-sintesis).

9. Metode Non-positivistis
Kenyataan yang di pahami menurut hakikatnya dengan jalan
mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan
positif (eksakta).

10. Metode analitika bahasa : Wittgenstein


Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah
atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis. Metode ini di nilai cukup netral
sebab tidak sama sekali mengendalikan salah satu filsafat.
Keistimewaannya adalah semua kesimpulan dan hasilnya senantiasa di
dasarkan kepada penelitian bahasa yang logis.5

5
Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat, (Jakarta Timur:Balai Aksara, 1986).HIm.54-55.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah "filsafat" dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
a). Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa arab
falsafah, berasal dari bahasa Yunani philosophia, yang berarti philos
“cinta, suka (loving)”, dan Sophia “pengetahuan, Jadi 'philosophia' berarti
cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya,
setiap orang yang berfilsafat diharapkan menjadi bijaksana.
b). Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti
alam pikiran atau alam berpikir. Berfilsafat artinya berpikir dan olah pikir.
Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir
secara mendalam dan sungguh-sungguh.

Objek adalah sesuatu yang menjadi bahan dari suatu penyelidikan


atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti memiliki
objek. Objek dapat dibedakan menjadi dua, sama halnya dengan filsafat
terdapat dua macam objeknya, yaitu objek materiil dan objek formal.

Metode filsafat bersifat analisis istilah dan pendapat atau aturan-


aturan yang di kemukakan orang yang menjelaskan keyakinan dan
memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog),
membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak yang akhirnya di
temukan hakikat.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Semoga bermanfaat.
kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi
merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan.
Karena itu kami sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik yang

8
membangun demi kesempurnaan makalah yang selanjutnya. Atas
perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bakker Anton. 1986. Metode-Metode Filsafat. Jakarta Timur: Balai Aksara.

Salam Burhanuddin. 2005. Pengantar Filsafat. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kristiawan Muhammad.. 2016. Filsafat Pendidikan, the choice is yours.


Jogjakarta: Valia Pustaka.

Muliadi. 2020. Filsafat Umum. Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Gunung


Djati Bandung.

Susanto. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.

10

Anda mungkin juga menyukai