DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT tuhan yang maha esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah dengan judul “Ruang Lingkup Filsafat”ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusun makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Pengantar Filsafat. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan .................................................................................................................................1
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan, baik secara
subtansial maupun historis, hal itu dikarenakan bahwa kelahiran ilmu tidak lepas
dari sebuah peranan dari filsafat dan sebaliknya perkembangan ilmulah yang
memperkuat keberadaan dari filsafat itu sendiri. Kelahiran filsafat di Yunani
mengubah pola pikir bangsa Yunani dari pandangan yang mitos menjadi rasio.
Dengan filsafat pula pola pikir yang selalu tergantung pada yang ghaib diubah
menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio.
Perubahan dari pola pikir mitos ke rasio membawa implikasi yang tidak
kecil. Alam dengan segala gejalanya yang selama itu ditakuti sekarang didekati
dan bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya
hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang mejelaskan perubahan yang
terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia itu sendiri.
Oleh karena itu mempelajari ilmu filsafat membuka candela ilmu
pengetauan untuk lebih mengerti, memahami dan dapat memanfaatkan ilmu
untuk kebaikan diri sendiri, orang lain, alam semesta terutama untuk Allah swt.
Berdasarkan hal di atas, maka makalah ini akan menguraikan ruang lingkup
filsafat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pada batas dapat diriset, sedangkan objek penelitian filsafat adalah pada daerah
tidak dapat diriset, tetapi dapat dipikirkan secara logis. Jadi, sains menyelidiki
dengan riset, filsafat meneliti dengan memikirkannya.
1. Ontologi Ilmu
Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat
sesuatu yang ada. Dari aliran ini muncul empat macam aliran filsafat, yaitu :
(1) aliran Materialisme; (2) aliran Idealisme; (3) aliran Dualisme; (4) aliran
Agnoticisme.Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan
kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah
menunjukan munculnya perenungan di bidang ontologi. Dalam persoalan
ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan
hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya
dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi
(kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat
yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu
yang ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi,
psikologi, dan teologi.Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus
membicarakan tentang alam semesta. Psikologi adalah cabang filsafat yang
secara khusus membicarakan tentang jiwa manusia. Teologi adalah cabang
filsafat yang secara khusus membicarakan Tuhan.Di dalam pemahaman
ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai
berikut :
1) Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh
kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu
hakikat saja sebagai sumber asal, baik yang asal berupa materi ataupun
berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan
berdiri sendiri. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan
Block Universe. Paham ini kemudian terebagi ke dalam dua aliran:
3
a) Matearilisme
4
dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah anaxagoras
dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk
dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern
aliran ini adalah William James (1842-1910 M). Kelahiran New York dan
terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya
The Meaning of Truth James mengemukakan, tiada kebenaran yang
mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas
dari akal yang mengenal.
4) Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada.
Sdebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif positif. Tokoh
aliran ini diantaranya adalah Fredrich Nietzsche (1844-1900 M).
Dilahirkan di Rocken di Pursia, dari keluarga pendeta. Dalam
pandangannya bahwa “Allah sudah mati”, Allah Kristiani dengan segala
perintah dan larangannya sudah tidak merupakan rintangan lagi. Dunia
terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Dan pada kenyataannya
moral di Eropa sebagian besar masih bersandar pada nilai-nilai kristiani.
Tetapi tidak dapat dihindarkan bahwa nilai-nilai itu akan lenyap. Dengan
demikian ia sendiri harus mengatasi bahaya itu dengan menciptakan
nilainilai baru, dengan transvaluasi semua nilai.
5) Agnotisme
Agnotisme adalah paham yang mengatakan bahwa manusia tidak
mungkin mengetahui hakikat sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak
mungkinmengetahui hakikat batu, air, api dan sebagainya. Sebab menurut
aliran ini kemampuan manuisa sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa
hakikat tentang sesuatu yang ada, baik oleh inderanya maupun oleh
pikirannya.
Jadi agnostisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan
terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda materi maupun
rohani. Aliran ini mirip dengan skeptisisme yang berpendapat bahwa
manusia diragukan kemampuannya mengetahui hakikat bahkan menyerah
sama sekali.
5
2. Landasan Epistemologi
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theori of knowledge). Secara
etomologi, istilah etomologi berasal dari kata Yunani episteme = pengetahuan
dan logos = teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat
yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan syahnya
(validitas) pengetahuan. Dalam metafisika, pertanyaan pokoknya adalah
“apakah ada itu?”, sedangkan dalam epistemologi pertanyaan pokoknya adalah
“apa yang dapat saya ketahui?”
1) Metode Induktif
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan
pernyataanpernyatan hasil observasi disimpulkan dalam suatu
pernyataan yang lebih umum. Yang bertolak dari
pernyataanpernyataan tunggal sampai pada pernyataan-pernyataan
universal. Dalam induksi, setelah diperoleh pengetahuan, maka akan
dipergunakan hal-hal lain, seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau
logam dipanasi, ia mengembang, bertolak dari teori ini kita akan tahu
bahwa logam lain yang kalau dipanasi juga akan mengembang. Dari
contoh di atas bisa diketahui bahwa induksi tersebut memberikan suatu
pengetahuan yang disebut sintetik.
2) Metode Deduktif
Deduksi ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data
empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya
6
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada
penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut
mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan
teoriteori lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara
empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.
3) Metode Positivisme.
Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode
ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif.
Ia mengenyampingkan segala uraian/persoalan di luar yang ada
sebagai fakta. Oleh karena itu, iamenolak metafisika. Apa yang
diketahui secara positif, adalah segala yang tampak dan segala gejala.
Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu
pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala-gejala saja.
4) Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal
manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang
dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya dikembangkan sutu
kemampuanakal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan yang
diperoleh lewat intuisi ini bisa diperoleh dengan cara berkontemplasi
seperti yang dilakukan oleh Al-Ghazali.
5) Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab
untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh
Socrates. Namun Plato mengartikannya diskusi logika. Kini dialektika
berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan
metodemetode penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide
untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
3. Landasan Aksiologi
Pengertian aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti
nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “Teori tentang nilai”.
Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam
filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
7
Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti, pertama, etika merupakan
suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatanperbuatan
manusia. Arti kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusiamanusia lain. Objek
formal etika meliputi norma-norma kesusilaan manusia, dan mempelajari
tingkah laku manusia baik buruk. Sedangkan estetika berkaitan denganj nilai
tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Nilai dalam ilmu pengetahuan. Seorang ilmuwan harus bebas dalam
menentukan topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen.
Kebebasan inilah yang nantinya akan dapat mengukur kualitas
kemampuannya. Ketika seorang ilmuwan bekerja, dia hanya tertuju pada kerja
proses ilmiah dan tujuan agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif
hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat dengan nilainilai
subjektif, seperti; agama, adat istiadat.
Tetapi perlu disadari setiap penemuan ilmu pengetahuan bisa berdampak
positif dan negatif. Dalam hal ini ilmuwan terbagi dua golongan pendapat.
Golongan pertama berpendapat mengenai kenetralan ilmu. Ilmuwan hanyalah
menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk
menggunakannya. Golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu
terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan
dalam penggunaannya haruslah berlandaskan nilai-nilai moral, sebagai ukuran
kepatutannya.
8
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian terhadap suatu bidang pengetahuan harus dibangun dari fondasi
filsafat yang kuat, jelas, terarah, sistematis, berdasarkan norma-norma keilmuan dan
dapat dipertanggungjawabkan. Filsafat ilmu merupakan kajian yang dilakukan
secara mendalam mengenai dasar-dasar ilmu. Pendekatan yang digunakan dalam
menguak landasan-landasan atau dasar-dasar ilmu adalah melalui tiga hal. Pertama,
pendekatan ontologi, yaitu ilmu yang mengkaji tentang hakikat.
Teori hakikat pertama kali dikemukakan oleh filsuf Thales yang mengatakan bahwa
hakikat segala sesuatu itu adalah air.
Kemudian dalam perkembangannya, bermuncullah paham-paham tentang
ontologi meliputi monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnotisisme.
Kedua, pendekatan epistemologi, yaitu cabang filsafat yang mempelajari asal mula
atau sumber, struktur, metode dan syahnya (validitas) pengetahuan. Dalam
menemukan sumber pengetahuan itu terdapat beberapa metode yaitu induktif,
deduktif, positivisme, kontemplatif, dan dialektis. Ketiga, pendekatan aksiologi,
yaitu teori tentang nilai (etika dan estetika). Pada adasarnya ilmu harus digunakan
untuk kemaslahatan umat manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk
meningkatkan taraf hidup manusia dan kesejahteraannya dengan menitik beratkan
pada kodrat dan martabat manusia itu sendiri, maka pengetahuan ilmiah yang
diperoleh disusun dan dipergunakan secara komunal dan universal.
B. Saran
Pemakalah mengetahui bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini,
maka dari itu pemakalah membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi.
9
DAFTAR PUSTAKA
TASYA, Q. F. (2022, March 30). Definisi dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Retrieved from kompasiana:
https://www.kompasiana.com/quinyftasya8534/6243acbb2607db232f2105c4/d
efinisi-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu-pengetahuan
10