Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

RUANG LINGKUP FILSAFAT

MATA KULIAH PENGANTAR FILSAFAT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

SITI NUR FATIMAH_2202010014

FIRA ASNI YATI HASRI_2202010010

FEBRYAN BAGUS PRATAMA_2202010007

DOSEN PENGAMPU : ANDRIANTO, S.Pd.,M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT tuhan yang maha esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah dengan judul “Ruang Lingkup Filsafat”ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Penyusun makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Pengantar Filsafat. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Palopo, 16 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................................................1

C. Tujuan .................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 2


A. Ruang Lingkup Filsafat ........................................................................................................2

B. Objek Pemikiran Filsafat .....................................................................................................2

C. Pengertian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi ..............................................................3

BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................................... 9


A. Kesimpulan ......................................................................................................................9
B. Saran ................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan, baik secara
subtansial maupun historis, hal itu dikarenakan bahwa kelahiran ilmu tidak lepas
dari sebuah peranan dari filsafat dan sebaliknya perkembangan ilmulah yang
memperkuat keberadaan dari filsafat itu sendiri. Kelahiran filsafat di Yunani
mengubah pola pikir bangsa Yunani dari pandangan yang mitos menjadi rasio.
Dengan filsafat pula pola pikir yang selalu tergantung pada yang ghaib diubah
menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio.
Perubahan dari pola pikir mitos ke rasio membawa implikasi yang tidak
kecil. Alam dengan segala gejalanya yang selama itu ditakuti sekarang didekati
dan bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya
hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang mejelaskan perubahan yang
terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia itu sendiri.
Oleh karena itu mempelajari ilmu filsafat membuka candela ilmu
pengetauan untuk lebih mengerti, memahami dan dapat memanfaatkan ilmu
untuk kebaikan diri sendiri, orang lain, alam semesta terutama untuk Allah swt.
Berdasarkan hal di atas, maka makalah ini akan menguraikan ruang lingkup
filsafat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu ruang lingkup?


2. Apa objek pemikiran Filsafat?
3. Apa itu ontology, epistemologi, dan aksiologi dalam filsafat ilmu?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat


2. Untuk mengetahui objek pemikiran filsafat
3. Untuk mengetahui ontologi, epistemologi, dam aksiologi dalam filsafat ilmu

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Filsafat

Ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pikiran manusia


yang amat luat. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar, benar ada (nyata), baik
material konkrit maupuan nonmaterial abstrak (tidak terlihat). Filsafat sebagai
induk ilmu-ilmu lainnya pengaruhnya masih terasa. Setelah filsafat ditingkalkan
oleh ilmu-ilmu lainnya, ternyata filsafat tidak mati tetapi hidup dengan corak
tersendiri yakni sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan
oleh ilmu-ilmu khusus. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruangan
ilmu pengetahuan yang khusus. Jadi obyek filsafat itu tidak terbatas.

B. Objek Pemikiran Filsafat

Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya. Jika


kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematis
filsafat. Sistematis filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat, yaitu
teori pengetahuan, teori hakekat, dan teori nilai.
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang
dipikirkan oleh filosuf ialah segala yang ada dan yang mungkin ada, jadi luas sekali.
Objek yang diselidiki oleh filsafat ini disebut objek materia, yaitu segala yang ada
dan mungkin ada tadi. tentang objek materia ini banyak yang sama dengan objek
materia sains. Bedanya ialah dalam dua hal. Pertama, sains menyelidiki objek
materia yang impiris; filsafat menyelidiki objek itu juga, tetapi bukan bagian yang
impriris, melainkan bagian yang abtraknya. Kedua, ada objek materia filsafat yang
memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek materia
yang untuk selama-lamanya tidak empiris. Jadi, objek meteria filsafat tetap saja luas
dari objek materia sains.
Selain objek materia, ada lagi objekforma, yaitu sifat penyelidikan. Objek
forma filsafat ialah penyelidikan yang mendalam. Artinya, ingin tahunya filsafat
adalah ingin tahu bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek
yang tidak empiris. Penyelidikan sain tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu
sampai batas objek itu daat diteliti secara empiris. Jadi, objek penelitian sains ialah

2
pada batas dapat diriset, sedangkan objek penelitian filsafat adalah pada daerah
tidak dapat diriset, tetapi dapat dipikirkan secara logis. Jadi, sains menyelidiki
dengan riset, filsafat meneliti dengan memikirkannya.

C. Pengertian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

1. Ontologi Ilmu
Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat
sesuatu yang ada. Dari aliran ini muncul empat macam aliran filsafat, yaitu :
(1) aliran Materialisme; (2) aliran Idealisme; (3) aliran Dualisme; (4) aliran
Agnoticisme.Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan
kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah
menunjukan munculnya perenungan di bidang ontologi. Dalam persoalan
ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan
hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya
dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi
(kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat
yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu
yang ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi,
psikologi, dan teologi.Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus
membicarakan tentang alam semesta. Psikologi adalah cabang filsafat yang
secara khusus membicarakan tentang jiwa manusia. Teologi adalah cabang
filsafat yang secara khusus membicarakan Tuhan.Di dalam pemahaman
ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai
berikut :
1) Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh
kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu
hakikat saja sebagai sumber asal, baik yang asal berupa materi ataupun
berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan
berdiri sendiri. Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan
Block Universe. Paham ini kemudian terebagi ke dalam dua aliran:

3
a) Matearilisme

Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah


materi, bukan rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan
naturalisme. Mernurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan
dan satusatunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya
jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri
sendiri. Jiwa dan ruh merupakan akibat saja dari proses gerakan
kebenaran dengan dengan salah satu cara tertentu.
b) Idealisme
Aliran idealisme dinamakan juga spiritualisme. Idealisme
bderarti serba cita sedang spiritualisme berarti serba ruh.
Idealisme diambil dari kata “Idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam
jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang
beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis
dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati
ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada
penjelmaan ruhani.
2) Dualisme
Dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua paham
yang saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut
aliran dualisme materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat. Materi
muncul bukan karena adanya ruh, begitu pun ruh muncul bukan karena
materi. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya aliran ini masih memiliki
masalah dalam menghubungkan dan menyelaraskan kedua aliran tersebut
di atas. Sebuah analogi dapat kita ambil misalnya tentang jika jiwa sedang
sehat, maka badan pun akan sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa
seseorang sedang penuh dengan duka dan kesedihan biasanya badanpun
ikut sedih, terlihat dari murungnya wajah orang tersebut.
3) Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa
segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Pluralisme dalam Dictonary
of Philosophy and Religion dikataka sebagai paham yang menyatakan
bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau

4
dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah anaxagoras
dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk
dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern
aliran ini adalah William James (1842-1910 M). Kelahiran New York dan
terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya
The Meaning of Truth James mengemukakan, tiada kebenaran yang
mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas
dari akal yang mengenal.
4) Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada.
Sdebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif positif. Tokoh
aliran ini diantaranya adalah Fredrich Nietzsche (1844-1900 M).
Dilahirkan di Rocken di Pursia, dari keluarga pendeta. Dalam
pandangannya bahwa “Allah sudah mati”, Allah Kristiani dengan segala
perintah dan larangannya sudah tidak merupakan rintangan lagi. Dunia
terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Dan pada kenyataannya
moral di Eropa sebagian besar masih bersandar pada nilai-nilai kristiani.
Tetapi tidak dapat dihindarkan bahwa nilai-nilai itu akan lenyap. Dengan
demikian ia sendiri harus mengatasi bahaya itu dengan menciptakan
nilainilai baru, dengan transvaluasi semua nilai.
5) Agnotisme
Agnotisme adalah paham yang mengatakan bahwa manusia tidak
mungkin mengetahui hakikat sesuatu dibalik kenyataannya. Manusia tidak
mungkinmengetahui hakikat batu, air, api dan sebagainya. Sebab menurut
aliran ini kemampuan manuisa sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa
hakikat tentang sesuatu yang ada, baik oleh inderanya maupun oleh
pikirannya.
Jadi agnostisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan
terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda materi maupun
rohani. Aliran ini mirip dengan skeptisisme yang berpendapat bahwa
manusia diragukan kemampuannya mengetahui hakikat bahkan menyerah
sama sekali.

5
2. Landasan Epistemologi
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theori of knowledge). Secara
etomologi, istilah etomologi berasal dari kata Yunani episteme = pengetahuan
dan logos = teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat
yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan syahnya
(validitas) pengetahuan. Dalam metafisika, pertanyaan pokoknya adalah
“apakah ada itu?”, sedangkan dalam epistemologi pertanyaan pokoknya adalah
“apa yang dapat saya ketahui?”

Epistemologi meliputi sumber, sarana, dan tatacara menggunakan sarana


tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenai pilihan
landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam
menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft),
pengalaman, atau kombinasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan
sarana yang dimaksud dengan epistemologik, sehingga dikenal dengan adanya
model-model epiostemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau
rasinalisme kritis, positivisme, fenomonologis dengan berbagai variasinya.
Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain
mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah:

1) Metode Induktif
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan
pernyataanpernyatan hasil observasi disimpulkan dalam suatu
pernyataan yang lebih umum. Yang bertolak dari
pernyataanpernyataan tunggal sampai pada pernyataan-pernyataan
universal. Dalam induksi, setelah diperoleh pengetahuan, maka akan
dipergunakan hal-hal lain, seperti ilmu mengajarkan kita bahwa kalau
logam dipanasi, ia mengembang, bertolak dari teori ini kita akan tahu
bahwa logam lain yang kalau dipanasi juga akan mengembang. Dari
contoh di atas bisa diketahui bahwa induksi tersebut memberikan suatu
pengetahuan yang disebut sintetik.
2) Metode Deduktif
Deduksi ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data
empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya

6
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada
penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut
mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan
teoriteori lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara
empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.

3) Metode Positivisme.
Metode ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode
ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif.
Ia mengenyampingkan segala uraian/persoalan di luar yang ada
sebagai fakta. Oleh karena itu, iamenolak metafisika. Apa yang
diketahui secara positif, adalah segala yang tampak dan segala gejala.
Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu
pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala-gejala saja.

4) Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal
manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang
dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya dikembangkan sutu
kemampuanakal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan yang
diperoleh lewat intuisi ini bisa diperoleh dengan cara berkontemplasi
seperti yang dilakukan oleh Al-Ghazali.
5) Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab
untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh
Socrates. Namun Plato mengartikannya diskusi logika. Kini dialektika
berarti tahap logika, yang mengajarkan kaidah-kaidah dan
metodemetode penuturan, juga analisis sistematik tentang ide-ide
untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.

3. Landasan Aksiologi
Pengertian aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti
nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “Teori tentang nilai”.
Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam
filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.

7
Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti, pertama, etika merupakan
suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatanperbuatan
manusia. Arti kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusiamanusia lain. Objek
formal etika meliputi norma-norma kesusilaan manusia, dan mempelajari
tingkah laku manusia baik buruk. Sedangkan estetika berkaitan denganj nilai
tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Nilai dalam ilmu pengetahuan. Seorang ilmuwan harus bebas dalam
menentukan topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen.
Kebebasan inilah yang nantinya akan dapat mengukur kualitas
kemampuannya. Ketika seorang ilmuwan bekerja, dia hanya tertuju pada kerja
proses ilmiah dan tujuan agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif
hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat dengan nilainilai
subjektif, seperti; agama, adat istiadat.
Tetapi perlu disadari setiap penemuan ilmu pengetahuan bisa berdampak
positif dan negatif. Dalam hal ini ilmuwan terbagi dua golongan pendapat.
Golongan pertama berpendapat mengenai kenetralan ilmu. Ilmuwan hanyalah
menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk
menggunakannya. Golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu
terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan
dalam penggunaannya haruslah berlandaskan nilai-nilai moral, sebagai ukuran
kepatutannya.

8
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian terhadap suatu bidang pengetahuan harus dibangun dari fondasi
filsafat yang kuat, jelas, terarah, sistematis, berdasarkan norma-norma keilmuan dan
dapat dipertanggungjawabkan. Filsafat ilmu merupakan kajian yang dilakukan
secara mendalam mengenai dasar-dasar ilmu. Pendekatan yang digunakan dalam
menguak landasan-landasan atau dasar-dasar ilmu adalah melalui tiga hal. Pertama,
pendekatan ontologi, yaitu ilmu yang mengkaji tentang hakikat.
Teori hakikat pertama kali dikemukakan oleh filsuf Thales yang mengatakan bahwa
hakikat segala sesuatu itu adalah air.
Kemudian dalam perkembangannya, bermuncullah paham-paham tentang
ontologi meliputi monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnotisisme.
Kedua, pendekatan epistemologi, yaitu cabang filsafat yang mempelajari asal mula
atau sumber, struktur, metode dan syahnya (validitas) pengetahuan. Dalam
menemukan sumber pengetahuan itu terdapat beberapa metode yaitu induktif,
deduktif, positivisme, kontemplatif, dan dialektis. Ketiga, pendekatan aksiologi,
yaitu teori tentang nilai (etika dan estetika). Pada adasarnya ilmu harus digunakan
untuk kemaslahatan umat manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk
meningkatkan taraf hidup manusia dan kesejahteraannya dengan menitik beratkan
pada kodrat dan martabat manusia itu sendiri, maka pengetahuan ilmiah yang
diperoleh disusun dan dipergunakan secara komunal dan universal.

B. Saran
Pemakalah mengetahui bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini,
maka dari itu pemakalah membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

DosenSosiologi. (2022, August 20). Pengertian Ontologi, Konsep, dan 2 Contohnya.


Retrieved from DosenSosiologi: https://dosensosiologi.com/pengertianontologi/
Syafieh. (2013, February 13). PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT. Retrieved
from AKIDAH FILSAFAT:
https://syafieh.blogspot.com/2013/02/pengertiandanruang-lingkup-filsafat.html

TASYA, Q. F. (2022, March 30). Definisi dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Retrieved from kompasiana:
https://www.kompasiana.com/quinyftasya8534/6243acbb2607db232f2105c4/d
efinisi-dan-ruang-lingkup-filsafat-ilmu-pengetahuan

10

Anda mungkin juga menyukai