DISUSUN OLEH :
Kelompok 5
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3.Tujuan .....................................................................................2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
2
penghayatan religius. Dengan kekuatan akal budi 9 ilmu dan filsafat ), mausia
dapat memetik kebenaran.
Secara umum dikenal menjadi 3 kriteria kebenaran ilmiah. Pertama,
kohorensi, yakni teori kebenaran yang mendasarkan diri pada kriteria kebenaran
secara konsisten pada suatu argumentasi. Kedua, korespodensi, yakni teori
kebenaran yang mendasarkan diri pada kriteria tentang kesesuaian antara materi
yang dikandung suatu pernyataan dan objek pernyataan, seperti manis, tawar,
asin. Artinya, secara teoretis dan empris terbukti adanya dan tidak terbantahkan.
Tujuan studi filsafat adalah menghantarkan seseorang kedalam dunia
filsafat, sehingga minimal dia dapat mengtahui apakah filsafat, maksud dan
tujuannya.
Menurut Prof. Dr. Notonagoro, yang dikenal sebagai ilmuan filsafat
Indonsia dan ahli pikir filsafat pancasila, studi filsafat dimaksudkan untuk
“pendidikan mental”. Pendidikan mntal yang di adalah cara atau bentuk mentalis
filsafat yang memuat tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umumnya
adalah menjadikan manusia yang susila. Pengertian “susila” di sini terdapat dalam
ruang lingkup tertentu sesuai dengan tempat dan aturan yang ada.
Sedangkan tujuan khususnya adalah menjadikan manusia yang berilmu.
Dalam hal ini, ahli filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan (ilmuan), yang selalu mencari kenyataan kebenaran dari semua
problem pokok keilmuan.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
1. Objek Filsafat
Objek material adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
“Ada” disini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan,
pikiran, dan kemungkinan.
Sedangkan objek formal adalah penyelidikan yang mendalam. Artinya,
ingin tahunya filsafat ingin tahu bagian dalamnya. Kata mendalam artinya
ingin tahu tentang objek yang tidak empiris.
3
4
ada yang wajib adanya bukan karena kemungkinan lain dan ada yang tidak wajib
adanya dan wajib bergantung kepada beberapa kemungkinan.
Segala sesuatu yang wajib ada secara filosofis adalah wujud dari
keberadaan yang ada dengan sendirinya dan tidak berada dengan sendirinya. Ada
itu adakalanya tergambarkan oleh pancaindra, seperti langit, bumi, bulan, bintang,
manusia, dan gunung – gunung, tetapi ada yang tidak tampak menurut
keterbatasan manusia, misalnya Sang Pencipta alam itu.
Manusia merupakan objek material filsafat, dilihat dari kedudukannya
sebagai manusia di muka bumi maupun fungsi dan perannya sebagai anggota
masyarakat. Akan tetapi, jika berbicara tentang bagimana nasib dan takdir
manusia, jodoh, rezeki, batas usia dan masa depannya hal ini bukan lagi objek
material melainkan objek formal. Oleh karena itu, jawaban – jawaban filosofis
terhadap masalah demikian murni mengandalkan logika, tanpa memperdulikan
kebenaran observatif yang ditemukan oleh sains.
Sebagai contoh, tidur dan mimpi. Tidur merupakan masa istirahatnya
tubuh dan urat saraf manusia. Mata yang letih anggota badan yang terlalu capek
atau kekenyangan yang dengan mudah merangsang rasa kantuk dan akhirnya
tetidur lelap. Dalam tidur sering muncul mimpi, padah realitasnya orang yang
sedang mimpi berada di bawah alam sadar. Tidur sama dengan mati dan mati
sama dengan tidur yang panjang. Lalu, mengapa orang berada di bawah alam
sadar dapat bermimpi? Apakah mimpi itu realitas atau khayalan? Tentu saja,
orang yang sedang tidur tidak dapat untuk berkhayal. Dengan demikian mimpi
adalah realitas yang dialami oleh orang dialam bawah sadar. Apabila orang
bermimpi dikejar – kejar setan, ada yang dalam mimpinya benar - benar
ketakutan, tidurnya terlihat gelisah dan berteriak histeris.
Dalam filsafat, semua realitas diatas bukan realitas yang sebenar-
benarnya oleh kaerna itu, kebenaran bukan dibatasi oleh hasil uji coba
dilabolatorium atau hanya karna telah mengalaminya, pertanyaan yang
merangsang tercabutnya kebenaran adalah semua itu berada dalam kajian
ontology pendalaman rasional tentang hakikat segala sesuatu yang tidak terjawab
oleh sains. Sebagaimana objek materi filsafat yang menguliti keberadaan tuhan.
5
Secara filosofis jika mimpi buruk, cukup menyiksa orang yang sedang
tidur bagaimana dengan orang yang sudah mati dekejar - kejar dosa dan mimpi
yang menjadi penyebab ia disiksa. Contoh tersebut menggambarkan bahwa tidur
dan mimpi adalah objek material filsafat sedangkan hubungan antara mimpi dan
realitasnya yang sesungguhnya serta hubungannya dengan siksaan di alam kubur
merupakan formal filsafat, sehingga jawaban – jawaban atas rahasia mimpi
membutuhkan perenungan yang mendalam.
The Liang Gie (2007) mengemukakan ruang lingkup filsafat ilmu dari
para filsuf dunia sebagai berikut: Pertama, Peter Angeles, yang menurutnya
filsafat mempunyai empat bidang konsentrasi utama:
Ketiga, Marx War Tofsjy, yang memberikan berbagai tantangan dari soal-soal
interdisipliner dalam filsafat ilmu yang meliputi:
Pandangan lain mengemukakan ruang lingkup filsafat ilmu ini secara lebih perinci
berdasarkan disiplin ilmu, sebagaimana dikatakan Fuad Ikhsan (2010): Pertama,
Alurey Castell, membagi masalah filsafat kepada lima bagian:
Dari sekian banyak telaah tentang ruang lingkup filsafat dan filsafat ilmu
yang telah dikemukakan, baik dari masa Plato Aristoteles, Renaisans, maupun
pemikiran filsafat kontemporer, ternyata ruang lingkup filsafat dan filsafat ilmu
sangat luas. Namun demikian, dia tetap saja berputar di sekitar lapangan utama
filsafat, yakni seputar logika, etika, estetika, fisika, dan metafisika.
masalah manusia yang tidak ada jawabannya dalam agama. Pertama, soal –soal
yang prinsipiel, seperti kendaraan berjalan sebelah kiri atuau kanan dan soal
perbankan. Kedua, Persoalan yan tidak secara tegas dibahas di dalam Al-Qur’an
dan As Sunnah diserahkan Ijtihat (produk pemikiran manusiayang tidak
bertentangan dengan tekstualnya wahyu Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi).
1. Kesimpulan
Objek filsafat ada dua yaitu objek material dan objek formal
Objek material adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Sedangkan
objek formal adalah penyelidikan yang mendalam. Artinya, ingin tahunya filsafat
ingin tahu bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang
tidak empiris.
11
FOTO ANGGOTA KELOMPOK 5
Kata-kata Bijak/Mutiara : “Hidup itu seperti kamera, Fokus saja apa yang penting,
tangkap saat-saat indah, kembangkan dari hal-hal negatif dan jika tidak berhasil ambil
foto lain”