Anda di halaman 1dari 39

Disusun Oleh:

ZULFIKAR KAHRUDIN
NIM 201702010021

INTITUT BISNIS MUHAMMADIYAH BEKASI


PRODI ILMU KOMUNIKASI
2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Objek Dan Metode Filsafat" dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang filsafat sejarah bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Arvi Wulandari selaku dosen Mata Kuliah
Filsafat Ilmu. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua anggota kelompok
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Bekasi, Desember 2021
Penulis
Daftar isi
…………………………………………………………………………………....................
....................2
BAB I ……………………………………………………………………………………...........................................3
PENDAHULUAN …………………………………………………………………………...................................4
Latar Belakang ……………………………………………………………………………...................................5
Rumusan Masalah ………………………………………………………………………..................................6
BAB II ……………………………………………………………………………………..........................................7
PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………...................................8
A Objek Filsafat
…………………………………………………………………………................................
....9
B Metode Filsafat
…………………………………………………………………………...............................
10
C Pengertian Filsafat, Objek dan metode
……………………………………………….................11

BAB III
……………………………………………………………………………………................
.......................12

A Kesimpulan
……………………………………………………………………………............................
......13

B
Saran…………………………………………………………………………………….......
...............................14

C Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………...................
..............15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latarbelakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan

masalah dalam makalah ini sebagai berikut:

1.      Bagaimana objek filsafat?

2.      Bagamana metode filsafat?

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka makalah ini akan membahas

tentang objek filsafat, selain itu makalah ini membahas metode filsafat.

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Objek Filsafat   
1. Pengertian Objek Filsafat

Objek adalah sesuatu yang merupakan bahwa dari suatu penelitian atau

pembentukan pengetahuan.Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek,yang

dibedakan menjadi dua,yaitu objek material dan objek formal.

Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipIkirkan. Objek yang dipikirkan

oleh filsafat ialah segala yang ada dan mungkin ada. ”Objek filsafat itu bukan main

luasnya”, tulis Louis Katt Soff, yaitumeliouti segala pengetahuan manusia serta segala

sesuatu yang ingin diketahui manusia. Oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau akal

yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk mengetahui segala

sesuatu yang ada dan mungkin ada menurut akal piirannya. Jadi objek filsafat ialah

mencari keterangan sedalam-dalamnya.

Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan menjadi dua, yaitu

objek material dan formal. Objek material ini banyak yang sama dengan objek material

sains. Sains memiliki objek material yang empiris. Filsafat menyelidiki objek filsafat itu

juga tetapi bukan bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak. Sedang objek

formal filsafat tiada lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek

materi filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).

Dari uraian yang tertera diatas, maka jelaslah bahwa:

1. Objek materia filsafat ialah sarwa-yang-ada yang pada garis besarnya dapat dibagi atas

tiga persoalan pokok, yakni:

1.    Hakekat Tuhan

2.    Hakekat Alam, dan

3.    Hakekat Manusia.

Objek Material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu,

atau objek yang yang di pelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah

pengetahuan itu  sendiri, yaitu pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan

metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara

umum.
Objek material dari filsafat ad beberapa istilah dari pada cendikiawan, namun

semua itu sebenarnya tidak ad yang bertentangan,

1)      Mohammad Noor Syam berpendapat, ‘Parah ahli membedakan bahwa objek filsafat itu

atas objek material dan objek material filsafat; segala sesuatu yang ada dan yang mungkin

ada.

2)      Podjawijatna berpendapat, objek material filsafat adalah ada dan yang mungkin ada

3)      Oemar Amir Hoesain berpendapat, masalah lapangan penyelidikan filsafat adalah

karena manusia memiliki kecenderungan hendak berfikir tentang segala sesuatu dalam

alam semesta, terhadap segala yang ada dan mungkin ada.

4)      H.A Dardiri berpendapat, objek material itu adalah segala sesuatu yang ada, baik yang

ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupunada dalamkemungkinan.

5)      Abbas Hamami M. Berpendapat filsafat objek materil itu adalah ada yang mengatakan,

alam semesta, semua keberadaan, masalah hidup, masalah manusia,masalah tuhan dan

lainnya. Karena untuk menjadikan satu pendapat tentang tumpuan yang berbeda akhirnya

dikatakan bahwa segala sesuatu yang adalah yang merupakan objek materil.

Setelah meneropong dari beberapa pendapat ahli diatas dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa objek material dari filsafat sangat luas mencakup segala sesuatu yang

ada.

2.    Objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya

sampai ke akhirya) tentang objek materi filsafat (sarwa-yang-ada).

Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek

materialnya.Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya

filsafat ilmu lebihmenaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan,

seperti apa hakikat ilmupengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan

apa fingsi ilmu itu bagimanusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan

pengembangan ilmu pengetahuanyakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologi.

2.      Penyelidikan dan pembagian filsafat menurut objeknya


Dalam buku Filsafat Agama: Titik Temu Akal dengan Wahyu karangan Dr. H.

Hamzah Ya’qub dikatakan bahwa objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-

dalamnya. Di sinilah diketahui bahwa sesuatu yang ada atau yang berwujud inilah yang

menjadi penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat menurut objeknya ialah:

1.    Ada Umum

Adalah menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam realitanya

terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya. Dalam bahasa Erops, Ada

Umum ini disebut “Ontologia” yang berasal dari kata Yunani “Onontos” yang berarti ada

dan dalam bahasa arab sering menggunakan Untulugia dan ilmu kainat.

2.      Ada Mutlak

Adalah sesuatu yang secara mutlak yakni zat yang wajib adanya, tidak

tergantung kepada apa dan siapapun juga. Adanya tidak berpermulaan dan tidak

berpenghabisan dan harus terus ada, karena adanya dengan pasti. Ia merupakan asal

segala sesuatu. Ini disebut Tuhan. Dalam bahasa Yunani disebut “Theodicea” dan dalam

bahasa arab “Ilah atau Allah.

3.      Comologia

Yaitu filsafat yang mencari hakikat alam, dipelajari apakah sebenarnya

alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada Mutlak. Cosmologia ini ialah filsafat

alam yang menerangkan bahwa adanya alam adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya

itu karena dimungkinkan Allah. Ada tidak mutlak, mungkin ada dan mungkin lenyap

sewaktu-waktu pada suatu masa.

4.      Antropologia

Antropolgia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk ada yang tidak

mutlak, maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu sebenarnya, apakah

kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong tindakannya. Semua ini diselidiki

dan dibahas dalam Antropolgia.

5.      Etika
Adalah filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia. Betapakah tingkah

laku manusia yang dipandang baik dan buruk serta tingkah laku manusia mana yang

membedakannya dengan lain-lain makhluk.

6.      Logika

Logika ialah filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi

adalah yang terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Tanpa

kepastian tentang logika, maka semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar.

Tegasnya tanpa akal budi maka tidak akan ada penyelidikan. Oleh karena itu,

dipersoalkan apakah manusia mempunyai akal budi dan dapatkah akal budi itu mencari

kebenaran.

B.  Metode Filsafat   

Istilah metode berasal dari kata Yunani, methodeuo yang berarti mengikuti jejak

atau mengusut, menyelidiki dan meneliti yang berasal dari kata methodos dari akar kata

meta (dengan) dan hodos (jalan). Dalam hubungan dengan suatu upaya yang bersifat

ilmiah, metode berarti cara kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan untuk

memahami suatu objek yang dipermasalahkan, yang merupakan sasaran dari bidang ilmu

tertentu. Metode yang benar dan tepat akan menjamin kebenaran yang diraih.

Oleh karena itu, setiap cabang ilmu pengetahuan harus mengembangkan

metodologi yang sesuai dengan objek studi ilmu pengetahuan itu sendiri. Ini merupakan

suatu keharusan karena sesungguhnya tidak ada satu metode yang cocok digunakan bagi

semua bidang ilmu pengetahuan. Filsafat pun memiliki metode sendiri, namun harus

ditegaskan pula bahwa filsafat sesungguhnya tidak memiliki metode tunggal yang

digunakan oleh semua filsuf sejak zaman purba hingga sekarang ini. Dapat dikatakan

bahwa jumlah filsafat adalah sebanyak jumlah filsufnya. Sangat banyak metode filsafat

yang digunakan oleh para filsuf dari dahulu sampai sekarang ini.

1.    Metode Zeno : Reductio ad Absurdum


Memang Zeno dikenal sebagai seorang pemikir jenius yang berhasil

mengembangkan metode untuk meraih kebenaran, dengan membuktikan kesalahan

premis-premis lawan, yang caranya ialah mereduksikannya menjadi suatu kontradiksi

sehingga konklusinya pun menjadi mustahil ( reduction ad absurdum ).

Zeno sependapat dengan Parmenides yang mengatakan bahwa realitas yang

sesungguhnya di alam semesta ini hanya satu. Untuk mempertahankan monisme dari

serangan plularisme, dengan metode reductio ad absurdum Zeno mengatakan bahwa

seandainya ada banyak titik yang terdapat di antara titik A dan titik B, berarti kita juga

harus mengakui adanya suatu jumlah tak terbatas karena akan senantiasa terdapat titik di

antara titik-titik itu, dan demikian seterusnya. Akan tetapi, ternyata bahwa orang dapat

berjalan dari A ke B, dan itu berarti bahwa jarak A ke B dapat dilintasi. Oleh karena itu,

hipotesis semula, yang menyatakan bahwa ada banyak titik yang terdapat di antara titik A

dan B adalah tidak benar. Jadi, jelas bahwa pluralitas itu absurd, tidak masuk akal, dan

mustahil.

Parmenides juga pernah mengatakan bawha tidak ada ruang kosong, yang berarti

bahwa yang ada tidak berada dalama ada yang lain karena yang ada senantiasa mengisi

seluruh tempat. Parmenides pun pernah mengatakan bahwa jika ruang kosong itu tidak

ada, berarti bahwa gerak pun tidak ada. Untuk membuktikan kebenaran ajaran gurunya

itu, Zeno mengemukakan empat contoh sebagai berikut :

1)      Dikotomi paradox.

2)      Akhilles, si juara lari.

3)      Anak Panah

4)      Benda yang bergerak bertentangan.

Metode Zeno member nilai abadi bagi filsafat karena memang tidak satu pun

pernyataam yang melahirkan pertentangan dapat dianggap benar. Metode yang

dikembangkan oleh Zeno sangat berguna dalam suatu perdebatan karena dengan metode

itu ia telah member dasar yang kokoh bagi argumentasi-argumentasi yang rasional dan
logis. Zeno juga dikenal sebagai orang pertama yang menggunakan metode dialektik,

dalam arti mencari kebeneran lewat perdebatan atau bersoal jawab secara sistematis.

2.    Metode Sokrates : Maieutik Dialektis Kritis Induktif 

Bagi Sokrates, kebenaran objektif yang hendak digapai bukanlah semata-mata

untuk membangun suatu ilmu pengetahuan teoritis yang abstrak, tetapi justru untuk

meraih kebajikan karena, menurut Sokrates, filsafat adalah upaya untuk mencapai

kebajikan. Kebajikan itu harus tampak lewat tingkah laku manusianyang pantas, yang

baik dan terpuji. Untuk menggapai kebenaran objektif itu, Sokrates menggunakan suatu

metode yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang amat erat digenggamnya.

Sokrates begitu yakin bahwa pengetahuan akan kebenaran objektif itu tersimpan

dalam jiwa setiap orang sejak masa praeksistensinya. Karena itu, Sokrates tidak pernah

mengajar tentang kebenaran itu, melainkan berupaya untuk menolong untuk

mengungkapkan apa yang memang ada dan tersimpan dalam jiwa seseorang. Sokrates

merasa terpanggil utnuk melakukan tugas yang mirip ibunya (ibunya adalah bidan), maka

cara yang digunakannya pun disebutnya maieutika tekne (teknik kebidanan).

3.    Metode Plato : Deduktif Spekulatif Transendental

Plato memusatkan perhatiannya pada pada bidang yang amat luas, yaitu mencakup

seluruh ilmu pengetahuan. Dari berbagai ilmu pengetahuan yang diminatinya itu,

eksaktalah bidang ilmu yang memperoleh tempat istimewa. Pada umumnya para ahli

membagi dialog-dialog Plato ke dalam tiga periode :

1)      periode dialog-dialog awal, disebut juga sebagai oeriode penyelidikan (inquiry)

2)      periode dialog-dialog pertengahan, disebut juga sebagai periode spekulasi/pemikiran

(speculation).

3)      periode dialog-dialog akhir, disebut juga sebagai periode kritisisme, penilaian dan

aplikasi (critism, appraisal, and application).

Inti dan dasar dari seluruh filsafat Plato ialah ajaran-ajaran tentang ide-ide. Plato

percaya bahwa ide yang tertangkap oleh pikiran lebih nyata daripada objek-objek material

yang terlihat oleh mata. Hanya ide yang merupakan realitas yang sesungguhnya dan abadi
4.    Metode Aristoteles: Silogistis Deduktif

Aristoteles mengatakan bahwa ada dua metode yang dapat digunakan untuk

menarik kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru. Kedua metode

itu disebut metode induktif dan metode deduktif. Induksi ialah cara menarik konklusi

yang bersifat umum dari hal-hal khusus. Deduktif adalah cara menarik konklusi yang

bertolak dari sifat umum ke khusus. Baik deduksi maupun induksi, keduanya dipaparkan

oleh Aristoteles di dalam logika

Inti logika adalah silogisme. Silogisme merupakan alat dan mekanisme penalaran

untuk menarik konklusi yang benar berdasarkan premis-premis yang benar. Bagi

Aristoteles, metode deduksi merupakan metode terbaik untuk memperoleh konklusi demi

mencapai kebenaran dan pengetahuan baru. Demikianlah metodenya dikenal sebagai

metode silogistis deduktif.

Immanuel Kant mengatakan bahwa logika yang diciptakan Aristoteles sejak semula

sudah sempurna sehingga tidak mungkin bertambah sedikit pun.

5.    Metode Plotinos :Kontemplatif-Mistis

Plotinos merupaka filsuf neoplatonis. Filsafat Plotinos didasarkan pada ajaran

Plato, khususnya mengenai ide kebaikan selaku ide yang tertinggi di dalam filsafat Plato.

Karena Plotinos menggunakan istilah-istilah dan mengembangkan dasar-dasar pemikiran

Plato, filsafat Plotinos disebut neoplatonisme. Tetapi tidak berarti ia hanya mempelajari

filsafat Plato, ia mempelajari berbagai filsafat lainnya. Filsafat Plotinos merupakan

sintesis dari semua filsafat yang mendahuluinya walaupun memang terlihat dengan jelas

bahwa pengaruh Platonisme sangat dominan

Filsafat Plotinos merupakan suatu sistem yang hendak menjelaskan asal mula dan

tujuan seluruh realitas, termasuk manusia. Menurutnya filsafat bukan hanya merupakan

doktrin melainkan juga merupakan suatu jalan kehidupan. Karena itu metode Plotinos

disebut metode kontemplatif-mistis.

6.    Metode Descartes: Skeptis


Filsafat Descartes yang paling terkenal yaitu: cogito ergo sum, (aku berpikir maka

aku ada). Bagi Descartes, manusia harus menjadi titik berangkat dari pemikiran yang

rasional demi mencapai kebenaran yang pasti. Untuk mencapai kebenaran yang pasti itu,

rasio harus berperan semaksimal mungkin.

Cara untuk mencapai kebenaran dengan pasti, membutuhkan keraguan. Apabila

melalui keraguan yang begitu radikal ada suatu kebenaran yang saggup bertahan sehingga

tidak mungkin lagi diragukan kebenarannya, maka kebenaran itu adalah kebenaran yang

pasti. Setelah meragukan segala sesuatu, Descartes menemukan bahwa ada satu hal yang

tidak dapat diragukan, yaitu: saya sedang meragukan segala sesuatu, sedang berpikir, dan

jika saya sedang berpikir itu berarti tidak dapat diragukan lagi bahwa saya pasti ada. Ini

karena tidak mungkin yang tidak ada dapat berpikir dan dapat meragukan segala sesuatu.

7.    Metode Francis Bacon: Induktif

Secara umum dapat dikatakan bahwa pandangan-pandangan Bacon bersifat praktis,

konkret, dan utilitaris. Untuk mengenal sifat-sifat segala sesuatu, dibutuhkan penelitian-

penelitian yang empiris. Pengalamanlah yang menjadi dasar pengetahuan. Pengetahuan

itu sangat penting dan sangat diperlukan oleh manusia karena hanya dengan

pengetahuanlah manusia sanggup menaklukka alam kodrat.

Menurut Bacon, logika silogistis tradisional tidak sanggup menghasilkan

penemuan-penemuan empiris. Ia mengatakan bahwa logika silogistis tradisional hanya

dapat membantu mewujudka konsekuensi deduktif dari apa yang sebenarnya telah

diketahui. Agar pengetahuan itu berkembang dan memperoleh pengetahuan baru, metode

deduktif harus ditinggalkan dan diganti dengan metode induktif.

Metode induktif adalah penarikan kesimpulan dari hal-hal khusus ke hal-hal yang

umum. Bacon memang bukan penemu metode induktif, namun ia berupaya memperbaiki

dan menyempurnakan metode itu melalui pengkombinasian metode induktif tradisional

dengan eksperimentasi yang cermat.


Pengertian Filsafat, Objek dan metode

- Pengertian:

Filsafat adalah kumpulan masalah Filsafat adalah pandangan / sikap hidup, dan Filsafat

adalah sistem/ teori pemikiran Jadi, pengertian filsafat yang dapat ditangkap adalah

“Kegiatan/hasil pemikiran yang menyelidiki makna dibalik sebuah kenyataan/teori yang

telah ada untuk disusun dalam sebuah sistem pengetahuan yang sistematis“

- Objek:

Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat meliputi hal-hal yang ada atau dianggap dan

diyakini ada, seperti manusia, dunia, tuhan dan lain-lain.

1. Ruang Lingkup Obyek Filsafata.Obyek material Yaitu mengenai sesuatu yang ada dan

yang mungkin ada.

b.Obyek Forma Yaitu untuk mengerti segala sesuatu yang ada sedalam-dalamnya,

hakikatnya dan metafisir.

2.Cabang / Bidang Filsafat

a.Ontologi Ialah bidang / cabang filsafat yang menyelidiki hakikat dan realita yang ada

b.Epistemologi Ialah suatu cabang filsafat yang membahas sumber, batas, proses hakekat

dan validitas pengetahuan.

Epistemologi meliputi berbagai sarana dan tata cara penggunaan.

c.Aksiologi Ialah cabang filsafat yang menyelidiki nilai.Aksiologi meliputi nilai normatif.

- Metode:

Istilah metode berasal dari bahasa yunani methodeuo yang berarti mengikuti jejak atau

mengusuk, menyelidiki dan meneliti yang berasal dari kata methodos dari akar kata meta

(dengan ) dan hodos (jalan ). Dalam hubungan dengan suatu upaya yang bersifat ilmiah,
metode berarti cara kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan untuk memahami

suatu objek yang di permasalahkan, yang merupakan sasaran dari ilmu tertentu.

2. Memahami Kajian Filsafat: Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi

- Ontologi: Cabang Ontologi, yaitu berada dalam wilayah ada. Kata Ontologi berasal

dari Yunani, yaitu onto yang artinya ada dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian,

ontologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang keberadaan.

- Epistomologi: Epistemologi, yaitu berada dalam wilayah pengetahuan. Kata

Epistemologi berasal dari Yunani, yaitu episteme yang artinya cara dan logos yang

artinya ilmu. Dengan demikian, epistemologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang

bagaimana seorang ilmuwan akan membangun ilmunya.

- Aksiologi: Aksiologi, yaitu berada dalam wilayah nilai. Kata Aksiologi berasal dari

Yunani, yaitu axion yang artinya nilai dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian,

aksiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai etika seorang ilmuwan.

3. Aliran Dalam Filsafat:

1. Rasionalisme

• Muncul pada abad 17

• Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya

adalah rasio atau akal (Harun Hadiwijono, 1980)

• Metode yang digunakan adalah metode deduktif, yaitu suatu penalaran yang

mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat umum untuk diterapkan

kepada hal-hal yang bersifat khusus

• Tokoh-tokoh filsafat dari mazhab rasionalisme diantaranya adalah Rene

Descartes, Blaise Pascal, Baruch Spinoza.


• Tokoh rasionalisme yang sangat berpengaruh adalah Rene Descartes yang disebut

juga bapak filsafat modern. Salah satu pernyataan paling populer dari Descartes

adalahcogito ergo sum, yang artinya aku berpikir maka aku ada.

2. Empirisme

• Mazhab ini muncul sezaman dengan rasionalisme yaitu pada abad 17.

• Empirisme berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi sumber

pengetahuan, baik pengetahuan lahiriah maupun batiniah.

• Metode yang dipercayai adalah induktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil

kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat khusus untuk diterapkan kepada hal-hal

yang bersifat umum

• Beberapa tokoh dari aliran ini diantaranya adalah Thomas Hobbes, John Locke

dan David Hume.

• Thomas Hobbes misalnya berpendapat bahwa pengalaman adalah awal dari

semua pengetahuan. Hanya pengalamanlah yang memberi kepastian. Filsafat harus

diarahkan kepada fakta-fakta yang diamati, dengan maksud untuk mencari sebab-sebab

terjadinya sebuah realitas.

3. Idealisme

• Kata idealisme pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibniz, seorang

filosof Jerman pada pertengahan abad 17.

• Kata “Idealisme” di sini dimaksudkan untuk menerapkan pemikiran Plato.

• Idealisme berpendat bahwa seluruh realitas itu bersifat spiritual/psikis, dan materi

yang bersifat fisik sebenarnya tidak ada.

• Idealisme di Jerman memuncak pada pemikiran George Wilhelm Friedrech Hegel

(1770-1831).

• Menurut Hegel, yang mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di dalam alam,

agar dapat sadar akan dirinya sendiri.


• Filsafat Hegel menggunakan metode dialektik, yaitu suatu metode yang

mengusahakan kompromi dari keadaan yang berlawanan. Bentuknya adalah tesa, antitesa

dan sintesa

4. Positivisme

• Mazhab ini berkembang pada abad 19.

• Positivisme berpendapat bahwa pemikiran filsafat berpangkal dari apa yang telah

diketahui, yang faktual, yang positif. Sehingga sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak.

• Positivisme dan empirisme memiliki kesamaan, yaitu bahwa keduanya

mengutamakan pengalaman. Perbedaannya positivisme membatasi diri pada pengalaman-

pengalaman objektif, sedangkan empirisme masih menerima pengalaman yang subjektif.

• Beberapa tokoh dari aliran ini antara lain August Comte, John Stuart Mill dan

Herbert Spencer.

• August Comte menyatakan bahwa perkembangan pemikiran manusia, baik sebagai

pribadi maupun manusia secara keseluruhan meliputi tiga zaman, yaitu: zaman teologis,

zaman metafisis dan zaman positif.

5. Pragmatisme

• Mazhab ini muncul pada awal abad 20.

• Mazhab ini mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan

dirinya sebagai benar dengan membawa akibat yang bermanfaat secara praktis.

• Pedoman pragmatisme adalah logika pengamatan. Pragmatisme bersedia

menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat yang praktis.

• Beberapa pemikir dari aliran ini adalah William James dan John Dewey.

• John Dewey misalnya, menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan

garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh karena itu filsafat

tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang tidak ada faedahnya.

6. Eksistensialisme

• Eksistensialisme berkembang pada abad 20.


• Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan

berpangkal kepada eksistensi.

• Eksistensi adalah cara manusia berada dalam dunia. Cara berada manusia dalam

dunia berbeda dengan cara berada benda-benda. Benda-benda berada dengan tidak sadar

tanpa hubungan. Sedangkan manusia berada di dunia justru berhubungan dengan sesama

manusia dan berhubungan dengan benda-benda.

• Beberapa pemikir dari aliran ini adalah Martin Heidegger, Jean Paul Sartre, Karl

Jaspers dan Gabriel Marcel.

• Tetapi pada umumnya sumber utama dari filsafat eksistensialisme adalah Soren

Kierkegaard.

• Menurut Sartre misalnya, ada atau yang ada itu dapat dilihat dari dua sudut

pandang, yaitu ada yang hidup dan berada bagi dirinya sendiri (etre pour-soi) dan kedua,

sebagai ada yang identik dengan dirinya, tidak aktif, tidak pasif, tidak afirmatif, dan tidak

negatif (etre en-soi)

4. Perkembangan Ilmu Pada Zaman Pra Yunani dan Yunani Kuno:

- Zaman Pra Yunani:

Berkisar antara empat juta tahun sampai dua puluh ribu tahun SM, disebut sebagai zaman

batu, karena pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan.

Selanjutnya pada abad ke XV sampai VI SM, manusia telah menemukan besi, tembaga

dan perak untuk berbagai peralatan, dimana besi merupakan bahan yang pertama kali

digunakan di Irak (Brouwer, 1982 : 6). Pada abad ke VI SM di Yunani lahirlah filsafat,

disebut the greek miracle yang artinya suatu peristiwa yang ajaib.

- Zaman Yunani Kuno:

Zaman Yunani Kuno merupakan zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang

memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Selanjutnya


tumbuhlah sikap kritis yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir yang

terkenal dan sikap kritis ini lah yang menjadikan cikal bakal tumbuhnya ilmu

pengetahuan modern yaitu sikap an inquiring (suatu sikap yang senang menyelidiki

sesuatu secara kritis)

5. Perkembangan Ilmu Zaman Pertengahan dan Renaisance

- Zaman Pertengahan:

Zaman ini ditandai dengan tampilnya pada theolog di lapangan ilmu pengetahuan, dimana

para ilmuan tersebut hampir semua adalah para theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait

dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah

ancilla theologia yang artinya abdi agama.

Antara tahun 600-700 M yang menjadi obor kemajuan ilmu pengetahuan berada

diperadapan dunia Islam seperti dibidang ilmu kedokteran dan ilmu alam.

- Zaman Renaisance:

Renaissance ditandai sebagai era kebangitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-

dogma agama. Pada zaman ini manusia disebut sebagai animal rationale karena

pemikiran manusia pada masa ini sudah bebas dan berkembang. Sehingga banyak

penemuan-penemuan ilmu modern yang sudah dirintis oleh tokoh-tokoh ilmuan

6. Perkembangan Ilmu Zaman Modern

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Menurut

Slamet Iman Santoso(1977 : 65) perkembangan ilmu pengetahuan ada tiga sumber,yaitu

(1) hubungan antara kerajaan islam di semenanjung Iberia dengan negara francis, (2)

Perang Salib, (3) para pendeta/sarjana mengungsi ke italia atau ke Negara lain.

7. Jalinan Fungsional Ilmu, Filsafat dan Agama


Filsafat dan ilmu dalam penggunaanya dalam beberapa hal saling tumpang tindih. Bahasa

yang dipakai dalam filsafat berusa untuk berbicara mengenai ilmu dan bukanya

didalamnya ilmu. Walaupun begitu apa yang harus dikatakan oleh seseorang ilmuan

mungkin penting pula bagi seorang filsuf. Satu hal yang tidak dapat dilakukan oleh

seorang filsof ialah mencoba memberitahukan kepada seorang ilmuan mengenai apa yang

harus ditemukanya.

Baik agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya memiliki

tujuan yang sama, yakni mencapai kebenaran yang sejati. Agama yang dimaksud disini

adalah agama samawi yaitu agama yang diwahyukan tuhan kepada nabi dan rasul-Nya.

Dibalik persamaan itu terdapat pula perbedaan antara keduanya. Dalam agama ada

beberapa hal yang amat penting, misalnya Tuhan, kebajikan, baik dan buruk, surga dan

neraka, dan lain-lain. Hal-hal tersebuat diselidiki pula oleh filsafat. Oleh karena hal-hal

tersebut ada atau paling tidak mungkin ada.

Oleh karena filsafat itu menyelidiki sesuatu yang ada dan mungkin ada, dapat saja agama

yang terang ada itu difilsafatkan, artinya ditinjau secara filsafat. Pun etika yang

menyelidiki tingkah laku manusia dari sudut baik buruknya tentu sama pula dengan hal-

hal keagamaan.

8. Filsafat Ilmu: Pengertian, Cakupan dan Permasalahan

- Pengertian:

Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal

yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari

kehidupan manusia ( The Liang Gie, 2004:61)

- Cakupan:

Menurut John Loss filsafat ilmu dapat digolongkan menjadi empat konsepsi yaitu:

• Berusaha menyusun padangan-pandangan dunia sesuai atau berdasarkan toeri-teori

ilmiah yang penting.

• Memaparkan praanggapan dan kecenderungan paera ilmuwan


• Sebagai suatu cabang pengetahuan yang menganalisis dan menerangkan konsep dan

teori dari ilmu.

• Sebagai pengetahuan kritis derajat kedua yang menelaah ilmu sebagai sasarannya.

- Permasalahan:

Enam problem atau permasalahan mendasar :

a. problem-problem epistimologi tentang ilmu

b. problem-problem metafisis tentang ilmu

c. problem-problem metodologis tentang ilmu

d. problem-problem logis tentang ilmu

e. problem-problem etis tentang ilmu

f. problem-problem estetis tentang ilmu

9. Filsafat Ilmu: Sejarah, Pendekatan dan Arah

- Sejarah:

Filsafat ilmu berkembang dari masa ke masa sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta realitas sosial. Dimulai dengan aliran rasionalisme-

emprisme , kemudian kritisisme dan positivisme.

- Pendekatan:

Rasionalisme adalah paham yang menyatakan kebenaran haruslah ditentukan melalui

pembuktian, logika, dan dan analisis yang berdasarkan fakta.

Empirisisme adalah pencarian kebenaran melalui pembuktian-pembukitan indrawi.

Kebenaran belum dapat dikatakan kebenaran apabila tidak bisa dibuktikan secara indrawi,

yaitu dilihat, didengar dan dirasa.

- Arah:

Perkembangan sains sampai ke abad 20 membawa manusia ke tingkat yang lebih tinggi

pada kehidupannya. Level pemahaman terhadap alam mencapai tingkat level yang lebih

tinggi. Pengamatan alam sudah sampai ke level mikroskopis, ternyata pengamatan pada

level mikroskopis mementahkan hukum-hukum fisika yang pada saat itu menajdi pijakan
ilmu fisika. Hukum-hukum fisika klasik seperti mekanika dan gravitasi dimentahkan oleh

perilaku elektron dan proton yang acak tapi teratur. Penemuan-penemuan baru pada

bidang fisika pada level mikroskopis merubah pandangan ilmuwan pada saat itu

mengenai alam secara keseluruhan. Tenyata sains merupakan ilmu yang tidak pasti, ada

ketidakpastian dalam kepastian terutama pada level mikroskopis dimana ketidakpastian

itu semakin besar. Pada masa ini terjadi pergeseran paradigma dari paradigma Newtonian

ke paradigm pos Newtonian. Perubahan paradigma ini merupakan revolusi pada bidang

fisika, yang melahirkan tokoh-tokoh baru seperti Einstein dan Heisenberg

10. Filsafat Ilmu: Implementasi dan implikasi dalam Pengembangan Keilmuan

pengembangan manajemen pembelajaran yang mencakup pengembangan metodologi

pembelajaran, pengembangan sarana dan bahan belajar termasuk bacaan anak,

pengembanganpermainan dan alat permainan serta pengembangan evaluasi tumbuh

kembang anak. Dalam rangka memberikan perhatian secara khusus terhadap anak usia

dini yang tidak terlayani pada lembaga formal (TK/RA) maka dibentuklah Direktorat

PADU di lingkungan Depdiknas. Kehadiran direktorat ini terutama untuk memberikan

layanan, bimbingan dan atau kependidikan, peningkatan fungsi keluarga sebagai basis

pendidikan anak, serta pengembangan manajemen pembelajaran yang mencakup

pengembangan metodologi pembelajaran, pengembangan sarana dan bahan belajar

termasuk bacaan anak, pengembangan permainan dan alat permainan serta

pengembangan evaluasi tumbuh kembang anak. Dalam rangka memberikan perhatian

secara khusus terhadap anak usia dini

yang tidak terlayani pada lembaga formal (TK/RA) maka dibentuklah Direktorat PADU

di lingkungan Depdiknas. Kenyataan bahwa masih banyak anak usia dini yang belum

mendapatkan pelayanan pendidikan tak dapat dipungkiri, terlebih bagi masyarakat kelas

bawah yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia yang berada di pedesaan. Hal

itu disebabkan antara lain kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak

usia dini masih sangat rendah. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi dan
kesehatan untuk peningkatan kualitas anak, nampaknya jauh lebih baik daripada

kesadaran akan pentingnya pendidikan. Hasil penelitian Meneg Pemberdayaan

Perempuan tahun 2001 di wilayah Jakarta dan sekitarnya seperti yang dilansir oleh

Yayasan Kita dan Buah Hati (Jalal, 2002 13) menyebutkan bahwa pada umumnya

masyarakat memandang belum perlu pendidikan diberikan kepada anak usia dini. Hal ini

sangat wajar mengingat bahwa pemahaman

masyarakat terhadap pentingnya PAUD masih sangat rendah serta pada umumnya mereka

berpandangan bahwa pendidikan identik dengan sekolah, sehingga bagi anak usia dini

pendidikan dipandang belum perlu.Lebih jauh Hadis (2002 25) mengemukakan ada

beberapa faktor yang menjadikan penyebab masih rendahnya kesadaran masyarakat di

bidang pendidikan anak usia dini seperti ketidaktahuan, kemiskinan, kurang

berpendidikan, gagasan orangtua tentang perkembangan anak yang masih sangat

tradisional, kurang mau berubah, masih sangat konkret dalam berpikir, motivasi yang

rendah karena kebutuhan yang masih sangat mendasar, serta masih sangat dipengaruhi

oleh budaya setempat yang sempit.

11. Penalaran: Hakikat dan Sumber Pengetahuan

- Hakikat:

Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam

jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan

dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi,

keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Dalam komunikasi keseharian, kita

sering menggunakan kalimat seperti, “Saya terampil mengoperasikan mesin ini”, “Saya

sudah terbiasa menyelesaikan masalah itu”, “Saya menginformasikan kejadian itu”,

“Saya meyakini bahwa masyarakat pasti mempercayai Tuhan”, “Saya tidak emosi

menghadapi orang itu”, dan “Saya mempunyai pikiran-pikiran baru dalam solusi

persoalan itu”.

- Sumber Pengetahuan:
Pengetahuan yang kita bahas sekarang itu memiliki sumber (source) diantaranya adalah

1. Intuisi Ketika kita berbicara mengenai intuisi subuah maen stream yang terbangun

dibenak kita adalah sebuah eksperimen, coba-coba, yang berawal dari sebuah pertanyaan

dan keraguan maka lahirlah insting. Sebuah bahasa sederhana juga penulis temukan

penjelasan mengenai apa itu intuisi?, Kamus Politik karangan B.N. Marbun mengatakan :

daya atau kemampauan untuk mengetahui atau memahami sesuatu tampa ada dipelajari

terlebih dahulu

2. Rasional

Pengetahuan rasional atau pengetahuan yang bersumber dari akal adalah suatu

pengetahuan yang dihasilkan dari proses belajar dan mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian

buku, pengajaran seorang guru, dan sekolah. Hal ini berbeda dengan pengetahuan intuitif

atau pengetahuan yang berasal dari hati. Pengetahuan ini tidak akan didapatkan dari suatu

proses pengajaran dan pembelajaran resmi, akan tetapi, jenis pengetahuan ini akan

terwujud dalam bentuk-bentuk “kehadiran” dan “penyingkapan” langsung terhadap

hakikat-hakikat yang dicapai melalui penapakan mistikal, penitian jalan-jalan keagamaan,

dan penelusuran tahapan-tahapan spiritual. Pengetahuan rasional merupakan sejenis

pengetahuan konsepsional atau hushuli, sementara pengetahuan intuisi atau hati adalah

semacam pengetahuan dengan “kehadiran” langsung objek-objeknya atau hudhuri.

3. Emperikal atau pemakalah lebih suka dengan membahasakan nya dengan Indra Tak

diragukan bahwa indra-indra lahiriah manusia merupakan alat dan sumber pengetahuan,

dan manusia mengenal objek-objek fisik dengan perantaraanya. Setiap orang yang

kehilangan salah satu dari indranya akan sirna kemampuannya dalam mengetahui suatu

realitas secara partikular. Misalnya seorang yang kehilangan indra penglihatannya maka

dia tidak akan dapat menggambarkan warna dan bentuk sesuatu yang fisikal, dan lebih

jauh lagi orang itu tidak akan mempunyai suatu konsepsi universal tentang warna dan

bentuk. Begitu pula orang yang tidak memiliki kekuatan mendengar maka dapat

dipastikan bahwa dia tidak mampu mengkonstruksi suatu pemahaman tentang suara dan
bunyi dalam pikirannya. Atas dasar inilah, Ibn Sina dengan menutip ungkapan filosof

terkenal Aristoteles menyatakan bahwa barang siapa yang kehilangan indra-indranya

maka dia tidak mempunyai makrifat dan pengetahuan. Dengan demikian bahwa indra

merupakan sumber dan alat makrifat dan pengetahuan ialah hal yang sama sekali tidak

disangsikan. Hal ini bertolak belakang dengan perspektif Plato yang berkeyakinan bahwa

sumber pengetahuan hanyalah akal dan rasionalitas, indra-indra lahiriah dan objek-objek

fisik sama sekali tidak bernilai dalam konteks pengetahuan. Dia menyatakan bahwa hal-

hal fisikal hanya bernuansa lahiriah dan tidak menyentuh hakikat sesuatu. Benda-benda

materi adalah realitas-realitas yang pasti sirna, punah, tidak hakiki, dan tidak abadi. Oleh

karena itu, yang hakiki dan prinsipil hanyalah perkara-perkara kognitif dan yang menjadi

sumber ilmu dan pengetahuan adalah daya akal dan argumen-argumen rasional.

12. Kebenaran: Kriteria dan Cara Penemuan Kebenaran

- Kriteria:

Ketika kita mengakui kebenaran sebuah proposisi bahwa bumi bergerak mengelilingi

matahari, dasar kita, tidak lain adalah sesuai tidaknya proposisi tersebut dengan

kenyataannya.

- Cara Penemuan Kebenaran:

Pengetahuan (knowledge) sudah puas dengan “menangkap tanpa ragu” kenyataan

sesuatu, sedangkan ilmu (science) menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar apa

yang dituntut oleh pengetahuan.

Contoh: Si Buyung mengetahui bahwa pelampung kailnya selalu terapung di air, ia akan

membantah jika dikatakan bahwa gabus pelampungnya itu tenggelam, sampai disini

wilayah pengetahuan. Namun, jika ia memahami bahwa berat jenis pelampung lebih kecil

dibandingkan berat jenis air sehingga mengakibatkan pelampung selalu terapung, maka

ini telah memasuki wilayah ilmu.

13. Ilmu Pengetahuan: Hakikat dan Fungsi


- Hakikat:

Asal kata ilmu adalah dari bahasa Arab, ‘alama. Arti dari kata ini adalah pengetahuan.

Dalam bahasa Indonesia, ilmu sering disamakan dengan sains yang berasal dari bahasa

Inggris “science”. Kata “science” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “scio”,

“scire” yang artinya pengetahuan.

Science (dari bahasa Latin “scientia”, yang berarti “pengetahuan” adalah aktivitas yang

sistematis yang membangun dan mengatur pengetahuan dalam bentuk penjelasan dan

prediksi tentang alam semesta1. Berdasarkan Oxford Dictionary, ilmu didefinisikan

sebagai aktivitas intelektual dan praktis yang meliputi studi sistematis tentang struktur

dan perilaku dari dunia fisik dan alam melalui pengamatan dan percobaan”2.

- Fungsi:

Drs R.B.S. FUDYARTANTA, dosen psikologi universitas gajah mada menyebutkan 4

tujuan ilmu pengetahuan :

(1) Fungsi deskriptif: menggambarkan ,melukiskan dan memaparkan suatu obyek atau

masalah sehingga mudah dipelajari

(2) Fungsi pengembangan, menemukan hasil ilmu yang baru

(3) Fungsi prediksi, meramalkan kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga

dapat dicari tindakan percegahannya

(4) Fungsi Kontrol, mengendalikan peristiwa yang tidak dikehendaki.

14. Signifikasi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan Sains, Teknologi dan Seni

Berbicara mengenai filsafat baru mulai merebak di abad awal 20, namun france bacon

dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad 19 dapat dikatakan sebagai

peletak dasar filsafat ilmu khasanah bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli filsafat
berpandangan bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi filsafat ilmu mulai

mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) mengalami kemajuan yang

sangat pesat. Dalam hal ini, ada semacam ke khawatiran yang muncul pada kalangan

ilmuan dan filsuf, termasuk juga kalanagan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat

mengancam eksistensi umat manusia, bahkan alam dan beserta isinya.

Para filsuf terutama melihat ancaman tersebut muncul lantaran pengembangan iptek

berjalan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofisnya seperti landasan ontology,

epistemologis dan aksiologis yang cenderung berjalan sendiri-sendiri. Untuk memahami

gerak perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran filsafat ilmu sebagai

upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula, yakni

mendasarkan diri dan concern terhadap kebahagian umat manusia, sangat di perlukan,

inilah beberapa pokok bahasan utama dalam pengenalan terhadap filsafat ilmu, disamping

objek dan pengertian filsafat ilmu yang kan dijelaskan terlebih dahulu.

15. Ilmu Pengetahuan: Landasan Pokok dan Cara Memperolehnya

- Landasan Pokok:

• Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang

ada. Dari aliran ini muncul empat macam aliran filsafat

• Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theori of knowledge). Secara

etomologi, istilah etomologi berasal dari kata Yunani episteme = pengetahuan dan logos

= teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal

mula atau sumber, struktur, metode dan syahnya (validitas) pengetahuan. Dalam

metafisika, pertanyaan pokoknya adalah “apakah ada itu?”, sedangkan dalam

epistemologi pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya ketahui?”

• Pengertian aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan

logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “Teori tentang nilai”. Nilai yang dimaksud

adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang
apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan

etika dan estetika.

- Cara Memperolehnya:

Dr. Muhamad Al-Bahi membagi ilmu dari segi sumbernya terbagi menjadi dua,pertama;

ilmu yang bersumber dari Tuhan, kedua; ilmu yang bersumber dari manusia. Al-Jurjani

membagi ilmu menjadi dua jenis, yaitu pertama; ilmu Qadim dan kedua; ilmu Hadits.

Ilmu Qadim adalah ilmu Allah yang jelas sangat berbeda dari ilmu hadits yang dimiliki

manusia sebagai hamba-Nya.

justify; text-indent: -18.0pt;"> 16. Hubungan Filsafat Ilmu, Etika dan Moral

Etika merupakat bagian dari filsafat. Filsafat sendiri merupakan bagian dari ilmu

pengetahuan. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai interpretasi

tentang hidup manusia, yang betugas meneliti dan menentukan semua fakta kongkrit

hingga yang paling mendasar. Ciri khas filsafat adalah upaya dalam menjelaskan

pertanyaan selalu menimbulkan pertanyaan yang baru.

Abdul kadir (2001) memperinci unsur-unsur penting filsafat ilmu sebagai berikut:

1. Kegiatan intelektual, Bahwa filsafat merupakan kegiatan yang memerlukan

intelektualitas atau pemukiran .

2. Mancari makna yang hakiki, Filsafat memerlukan interpretasi terhadap suatu dalam

kerangka pencarian makna yang hakiki.

3. Segala fakta dan gejala, Bahwa objik dari kegiatan filsafat adalah fakta dan gejala

yang terjadi secara nyata.

4. Dengan cara refleksi, metodis dan sistematis, Filsafat memrlukan suatu metode

dalam kegiatannya serta membutukan prosedur-prosedur yang sistematis.

5. Untuk kebahagian manusia, Tujuan akhir filsafat sebagai ilmu adalah untuk

kebahagian manusia.
17. Ilmu Pengetahuan: Langkah Memperoleh Ilmu Pengetahuan

1. Prasangka Adalah sesutau kemungkinan atau atau dugaan terhadap sesuatu yg

belum tentu benar

2. Intuisi Adalah suatu pendapat yg tiba2 muncul tanpa dipikir secara logis dan

analisis

3. Trial dab Error Adalah coba2, untung2an yg hasilnya belum tentu benar.

Menurut Charles Price ada 4 macam car untuk memperoleh pengetahuan

1. Percaya Seseorang akan mendapat pengatahuan karena ia percaya pada hal tersebut

adalah benar.

2. Wibawa Sesuatu akan dianggap benar,apa bila seseorang yg berwibawa menyatakan

benar

3. Apriori Merupakan suatu keyakinan/pendirian/anggapan sebelum mengetahuai

(melihat, mendengar, menyelidiki) keadaan tertentu.

4. Metode Ilmiah Seseuatu dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg merupakan

rambu2 untuk menentukan benar atau salah.

18. Penalaran dan Logika: Pengertian dan Perbedaan.

Pengertian Logika

Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan

sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai

dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara

filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang

penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir

tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai

dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga

benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.


Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan

dalam bentuk

kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep

mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua

unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini

merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah

dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.

Definisi Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan

empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan

yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah

proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi

baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Penalaran sebagai sebuah kemampuan berpikir, memiliki dua ciri pokok, yakni logis dan

analitis. Logis artinya bahwa proses berpikir ini dilandasi oleh logika tertentu, sedangkan

analitis mengandung arti bahwa proses berpikir ini dilakukan dengan langkah-langkah

teratur seperti yang dipersyaratkan oleh logika yang dipergunakannya. Melalui proses

penalaran, kita dapat samapai pada kesimpulan yang berupa asumsi, hipotesis atau teori.

Penalaran disini adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis

berdasarkan fakta yang relevan. Kemampuan menalar adalah kemampuan untuk menarik

kesimpulan yang tepat dari bukti-bukti yang ada dan aturan tertentu.

Cara berpikir masyarakat dapat dibagi menjadi 2, yaitu : Analitik dan Non analitik.

Sedangkan jika ditinjau dari hakekat usahanya, dapat dibedakan menjadi : Usaha aktif

manusia dan apa yang diberikan.

Penalaran Ilmiah sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Deduktif yang berujung pada rasionalisme

2. Induktif yang berujung pada empirisme


Logika merupakan suatu kegiatan pengkajian untuk berpikir secara shahih

19. Membangun Filsafat Ilmu: Aspek Ontomologi

Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu tentang yang ada. Sedangkan,

menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani

maupun secara rohani. Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan dari sebuah

pernyataan-pernyataan dalam sebuah ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut

dengan Metafisika.

20. Membangun Filsafat Ilmu: Aspek Estimologi

Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek

ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan

tersebut.

21. Membangun Filsafat Ilmu: Aspek Aksiologi

Aspek aksiologi merupakan aspek yang membahas tentang untuk apa ilmu itu digunakan.

Menurut Bramel, dalam aspek aksiologi ini ada Moral conduct, estetic expresion,

dansosioprolitical. Setiap ilmu bisa untuk mengatasi suatu masalah sosial golongan ilmu.

Namun, salah satu tanggungjawab seorang ilmuan adalah dengan melakukan sosialisasi

tentang menemuannya, sehingga tidak ada penyalahgunaan dengan hasil penemuan

tersebut. Dan moral adalah hal yang paling susah dipahami ketika sudah mulai banyak

orang yang meminta permintaan, moral adalah sebuah tuntutan.

22. Teoti: Pengertian, Cakupan dan Syarat

- Pengertian:
Teori merupakan salah satu konsep dasar penelitian sosial. Teori adalah seperangkat

konsep/konstruk, defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan sistimatis

suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat yang terjadi.

- Cakupan:

menurut definisinya adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk

menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu.

- Syarat:

Syarat teori ala Malcom Waters

1.Pernayataan itu harus abstrak

2.Pernyataan itu harus tematik

3.Pernyatan itu harus konsisten sama logika

4.Pernyatan itu harus di jelaskan

5.Pernyataan itu harus harus umum pada prinsipnya

6.Pernyataan itu harus independent

7.Pernyataan itu harus substantif dan valid

23. Manfaat Filsafat dalam Tindakan Manusia

Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya

dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas,

kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah

pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).

Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat

memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan

pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis

dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati,
sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah

letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia

yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya,

itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.

24. Pentingnya Filsafat Ilmu Bagi mahasiswa

Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat

dirasakan, antara lain :

• Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam

sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap kritis

terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-

sumber lainnya.

• Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai

calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah.

Dengan mempelajarifilsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh

mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam

proses pembelajaran dan penelitian ilmiah

25. Paradigma: Positivistik dan Naturalistik

- Positivistik:

Positivistik adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya

sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.

Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.

- Naturalistik:

Paradigma naturalistik disebut juga paradigma definisi sosial, paradigma non-positivistik,

paradigma mikro dan pemberdayaan. Kendatipun menggunakan istilah yang beragam,

keempat istilah tersebut pada umumnya memiliki pengertian yang yang sama dan

merupakan rumpun paradigma penelitian kualitatif.


26. Peranan Matematika dalam Pengembangan Ilmu

Sejak peradaban manusia bermula, Matematika memainkan peranan yang sangat vital

dalam kehidupan sehari hari. Berbagai bentuk simbol digunakan untuk membantu

perhitungan, pengukuran, penilaian dan peramalan. Dari penemuan penemuan situs

purbakala, para ahli arkeologi telah menemukan penggunaan sistem penjumlahan di

Afrika,dan diperkirakan telah terwujud sejak 8.500 SM dengan menggunakan tulang

sebagai alat perhitungan. Begitu juga dengan perkembangan komputer, matematika juga

mempunyai banyak peran dalam perkembangaanya. Kita tidak sangsi bahwa sumbangan

Matematika terhadap perkembangan Ilmu dan Teknologi sangat besar sekali. Boolean

Aljabar untuk komputer berdigital modern, Splines untuk merubah bentuk 3 dimensi,

Fuzzy untuk peralatan elektronik, metoda numerik untuk bidang tehnik, rantai markov

untuk bidang finansial dan ekonomi adalah beberapa contoh penggunaan matematika

dalam bidang ilmu dan teknologi. Perkembangan matematika ini telah banyak

melahirkan mencetuskan ide-ide kearah pelaksanaan peralatan modern, seperti komputer

dan sistem komunikasi. Walaupun peradapan manusia berubah dengan pesat namun

bidang matematika terus relevan dan menunjang kepada perubahan ini. Sumbangan

matematika terhadap perkembangan Ilmu Komputer sangatlah besar tengok saja istilah-

istilah seperti Statistik, Probabilitas, Teori Informasi, Teori Graf, Aljabar Boolean,

Matematika Diskret, Algoritma, dan Kalkulus yang ternyata sangat dibutuhkan dalam

perkembangan Ilmu Komputer.

27. Mengkaji Ilmu dari Sudut Pandang Filsafat

Segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini pasti mempunyai asal-usul dan tujuan

keberadaanya, begitu juga manusia. Asala mula dan tujuan hidup manusia merupakan

merupakan substansi yanng sulit dijelaskan. Karena akal manusia sangat terbatas untuk

mencapai pada substansi tersebut.


Pikiran manusia tidak pernah mampu menjelaskan secara terperinci tentang substansi

asal-mula tersebut. Mekipun demikian, pikiran manusia dapat dipastikan mampu secara

logis menyimpilkan dan menilai bahwa hakekat asal mula itu hanya ada satu, bersifat

universal, dan berada di dunia metafisis, karena itu bersifat absolut dan tidak mengalami

perubahan serta sebagai sumber dari segala sumber yang ada.

28. Cara Kerja Para Ilmuwan: Metode Ilmiah

Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses

keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.

Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk

menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji

dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis

tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

29. Cara Kerja Para Ilmuwan: Kebenaran Ilmiah dan Sikap Ilmiah

- Kebenaran Ilmiah:

Menyingkap tabir kebenaran ilmiah

Penelitian pada hakekatnya merupakan usaha mengungkap kebenaran, dengan berusaha

mengungkap tabir kebenaran.

Paradigma dalam mencari kebenaran

Pada dasarnya semua manusia selalu ingin menari kebenaran, namun demikian, cara

menunjukkan atau cara memperoleh kebenaran tersebut berbeda-beda. Menurut Thomas

Kuhn (Poedjiadi: 2001,38), metode yang digunakan untuk mencari kebenaran dilandasi

oleh “paradigma” tertentu.

- Sikap Ilmiah:

Dalam melakukan kegiatannya, baik dalam penelitian maupun dalam pengembangan

konsep, hukum dan teori dalam disiplin ilmunya, seorang ilmuwan dituntut untuk

memiliki sikap-sikap tertentu. Ia harus memiliki sikap-sikap positif sebagai pencerminan


dari kapasitasnya sebagai manusia terpelajar yang selalu mencari kebenaran dari sumber-

sumber asalnya. Beberapa sikap yang diuraikan berikut ini, tidak hanya spesifik bagi

ilmuwan karena sipatnya yang memasuki daerah etika dan moral, misalnya kejujuran dan

sikap menghargai pendapat orang lain. Sikap-sikap tersebut akan dibahas secara singkat

berikut ini.

30. Argumentasi Ilmiah: Logika dalam Proses berpikir Ilmiah:

Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu

logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus,

tepat, dan teratur.Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan

kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke

dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk

akal.

Pikiran manusia pada hakikatnya selalu mencari dan berusaha untuk memperoleh

kebenaran. Karena itu pikiran merupakan suatu proses. Dalam proses tersebut haruslah

diperhatikan kebenaran bentuk dapat berpikir logis. Kebenaran ini hanya menyatakan

serta mengandaikan adanya jalan, cara, teknik, serta hukum-hukum yang perlu diikuti.

Semua hal ini diselidiki serta dirumuskan dalam logika.

Secara singkat logika dapat dikataka sebagai ilmu pengetahuan dan kemampuian untuk

berpikir lurus. Ilmu pengetahuan sendiri adalah kumpulan pengetahuan tentang pokok

tertentu. Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan

penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penjelasan ini terjadi dengan

menunjukkan sebab musababnya.

31. Argumentasi Ilmiah: Deduktif dan Induktif


- Deduktif:

Deduktif adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik

kesimpulan yang bersifat khusus.

- Induktif:

induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan yang ruang lingkupnya

khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang

bersifat umum.

32. Paradigma: Manfaat dalam Mencari Kebenaran

Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran,

sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan

dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan

mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia

sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya

dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang

dimana selalu ditunjukkan oleh kebenaran.

Hal kebenaran sesungguhnya merupakan tema sentral di dalam filsafat ilmu. Secara

umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran.

Problematik mengenai kebenaran merupakan masalah yang mengacu pada tumbuh dan

berkembangnya dalam filsafat ilmu.

33. Paradigma: Naturalistik dan Modus Operandi

- Naturalistik:

Paradigma naturalistik (definisi sosial) merupakan paradigma dalam penelitian kualitatif.

Menurut naturalistik, fenomena sosial dipahami dari perspektif dalam berdasarkan subjek

pelaku. Penelitian yang menggunakan paradigma ini bertujuan untuk memahami

(understanding) makna perilaku, simbol-simbol, dan fenomena-fenomena.

- Modus Operandi:
Paradigma modus operandi memandang bahwa kebenaran diperoleh dengan melakukan

pengujian atau penelitian secara periodik, sehingga didapatkan garis penyebab yang khas

dai suatu peristiwa atau keadaan. Contoh bidang yang yang menggunakan metode seperti

ini adalah diagnosis medic dan patologi.

34. Hipotesis: Pengertian dan manfaatnya dalam Kerangka Berpikir Ilmiah

- Pengertian:

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo= di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang

ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan

dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar,

teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut

dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.

- Manfaat:

1.Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.

2.Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala

hilang begitu saja dari perhatian peneliti.

3.Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa

koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.

4.Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian denga

BAB III

PENUTUP
A Kesimpulan

Dari uraian pembahasan di atas penulis dapat disimpulkan bahwa objek material filsafat

adalah sarwa-yang-ada yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok,

yakni hakekat Tuhan, alam, dan Manusia. Sedangkan objek fformal filsafat adalah usaha

mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akhirya) tentang objek

materi filsafat (sarwa-yang-ada).

Penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat menurut objeknya ialah sebagai berikut:

1. Ada Umum adalah menyelidiki apa yang ditinjau secara umum.

2. Ada Mutlak adalah sesuatu yang secara mutlak yakni zat yang wajib adanya.

3. Comologia yaitu filsafat yang mencari hakikat alam.

4. Antropologia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk ada yang tidak mutlak,

maka juga menjadi objek pembahasan.

5. Etika adalah filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia.

6. Logika ialah filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah

yang terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui kebenaran. Maka

penyelidikan akal budi itu disebut Filsafat Akal Budi atau Logika.

Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa objek filsafat itu sama dengan objek ilmu

pengetahuan bila ditinjau secara material dan berbeda bila secara formal

Dalam hubungan dengan suatu upaya yang bersifat ilmiah, metode berarti cara kerja yang

teratur dan sistematis yang digunakan untuk memahami suatu objek yang

dipermasalahkan, yang merupakan sasaran dari bidang ilmu tertentu. Metode yang benar

dan tepat akan menjamin kebenaran yang diraih.

B. Saran
Ada pun saran dari kami adalah semoga penemuan-penemuan filsafat di bidang ilmu

pengetahuan yang ada atau pun yang nanti nya akan berkembang lagi dapat di gunakan

sebaik mungkin dan dapat bermafaat bagi semua masyarakat dunia.

C Daftar Pustaka

http://alimpolos.blogspot.com/2014/05/pengertian-objek-dan-metode-tentang.html

https://serupa.id/metode-filsafat-10-contoh-penjelasan-lengkap/

Anda mungkin juga menyukai