Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH FILSAFAT ILMU ISLAMI

“PANDANGAN ONTOLOGIS DAN OBYEK MATERI ILMU”


Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Syahrir Mallongi, SE., M.Si

OLEH :

NAMA : SAMIDA
NIM : 000802562022
KELAS/NO.URUT : MH2 / 5

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Dengan
semua rahmatnya, penulis akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.

Tak lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Syahrir
Mallongi, SE., M.Si., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat Ilmu Islami, yang
sudah memberikan banyak bantuan untuk menyusun makalah ini. Penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu
penyusunan makalah ini.

Makalah berjudul “PANDANGAN ONTOLOGIS DAN OBYEK MATERI ILMU”


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Islami. Melalui tugas ini,
penulis mendapatkan banyak ilmu baru tentang memahami Pandangan Ontologis
Dan Obyek Materi Ilmu dengan baik.

Tentu penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Meskipun begitu,
penulis berharap bahwa makalah ini bisa bermanfaat untuk orang lain.

Apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan, penulis sangat terbuka dan
dengan senang hati menerimanya.

Makassar, 14 Oktober 2022

Samida

ii
DAFTAR ISI

Sampul…………………………………………………………………………………….…i
Kata Pengantar……………………………………………………………………………..ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..………..…1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………1
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………………..2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………..………………..2
BAB II PEMBAHASAN………………………………...….……………………...………..2
2.1 Pengertian Ontologi………………………………………………..………………..…3
2.2. Aliran Dalam Ontologi……………………………………………...….……………...4
2.2.1 Monisme….……………………………………………………………………….… 4
2.2.2 Dualisme…………………….…………………………………………………….….4
2.2.3 Metrialisme……………………………………………………………………………5
2.2.4 Idealisme……………………………………………………………………………...6
2.2.5 Agnostisme………………………………………………………………………...…6
2.3 Obyek Materi Ilmu……………………….…………………………………………..…7
BAB III PENUTUP…..…………………..……………...………………………………….9
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………..9
Daftar Referensi……………………………………………………………..…….……...10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa mencari kebenaran. Filsafat
juga disebut sebagai induk dari ilmu pengetahuan, banyak ilmu pengetahuan yang
terlahir dari filsafat. Imanuel Kant mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan yang
menjadi pokok pangkal segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat
persoalan yakni apa yang dapat diketahui? (jawabnya metafisika), apa yang
seharusnya di ketahui? (jawabnya etika), sampai dimana harapan kita? (jawabnya
agama) apa itu manusia? (jawabnya antropologi). (Ahmad Tafsir, 2001 : 11). Disisi lain,
filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik bersifat
abstrak maupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk paham
betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan
mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.
Sedangkan, pengetahuan adalah persepsi subyek (manusia terhadap obyek (riil
dan gaib) atau fakta.Dan ilmu pengetahuan itu sendiri adalah kumpulan pengetahuan
yang benar disusun dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku
niversal dapat diuji/diverifikasi kebenaranya.Ilmu pengetahuan tidak hanya satu,
melaikan banyak (plural) bersifat terbuka berkaitan dalam memecahkan masalah.Jadi,
Pengetahuan filsafat mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan tertentu secara
rasional.
Dalam hal ini berkaitan sekali dengan cabang – cabang ilmu filsafat. Cabang –
cabang ilmu filsafat di antaranya Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi. Ontologi adalah
cabang ilmu yang membahas hakikat segala sesuatu yang ada. Epistimologi adalah
cabang ilmu menjelaskan tentang bagaimana mencari pengetahuan dan seperti apa
pengetahuan tersebut. Aksiologi membahas tentang untuk apa ilmu itu digunakan.

1
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud ontologi ?
B. Apa saja aliran dalam bidang ontologi ?
C. Apa saja pandangan obyek materi ilmu ?

1.3 Tujuan Penulisan


A. Agar penulis mengetahui maksud dari ontology dan bidang-bidangnya
B. Agar penulis mengetahui apa saja pandangan obyek materi ilmu

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ontologi

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.Tokoh
Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato,
dan Aristoteles.Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara
penampakan dengan kenyataan.Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai
pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula
segala sesuatu.Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali
segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa
dianggap ada berdiri sendiri).

Hakikat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam
sudut pandang:

1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau


jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan,
bunga mawar yang berbau harum.

Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas
atau kenyataan konkret secara kritis.

Secara etimologi Ilmu pengetahuan mempunyai tiga komponen sebagai tiang


penyangga tubuh pengetahuan, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Singkatnya,
ontologi mengenai pertanyaan apa, epistemologi mengenai pertanyaan bagaimana, dan
aksiologi mengenai pertanyaan untuk apa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah ontologi adalah cabang ilmu filsafat yang
berhubungan dengan hakikat hidup.Webster's Third New International Dictionary daring
mendefinisikan ontologi sebagai ilmu cabang metafisika khusus mempelajari sifat dan

3
hubungan makhluk. Dapat pula didefinisikan sebagai teori tertentu tentang sifat
makhluk atau jenis hal yang memiliki keberadaan.Teori tentang jenis entitas dan
khususnya jenis entitas abstrak yang harus diterima dalam sistem bahasa". Secara
harfiah, kata Ontologi berasal dari bahasa Yunani: òn berarti: "ada", atau òntos artinya:
"keberadaan", dan lògos, artinya: "pemikiran], tetapi dapat juga diturunkan secara
eksplisit dari (entitas) yang ditafsirkan secara beragam menurut sudut pandang filosofis
yang berbeda.

2.2 Aliran-Aliran Dalam Ontologi

Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni monisme, dualisme, materialisme,


idealisme, dan agnostisisme, berikut penjelasannya :

2.2.1 Monisme

Monisme adalah aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu
yang ada adalah satu saja, baik yang asa itu berupa materi maupun rohani yang
menjadi sumber dominan dari yang lainnya.Para filosof pra-Socrates seperti Thales,
Demokritos, dan Anaximander termasuk dalam kelompok Monisme, selain juga Plato
dan Aristoteles.Sementara filosof Modern seperti Immanuel Kant dan Hegel adalah
penerus kelompok Monisme, terutama pada pandangan idealisme mereka.

Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan filsafat


yang paling kuno. Pertama kali diperkenalkan oleh filosof Yunani bernama Thales atas
pernungannya terhadap air yang terdapat dimana-mana, dan sampai pada kesimpulan
bahwa “air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala
sesuatu”. Yang penting bagi kita bukanlah mengenai kesimpulannya tersebut melainkan
pendiriannya bahwa mungkin segala sesuatu berasal dari satu substansi saja.

2.2.2 Dualisme

Dualisme meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat, yaitu
materi (jasad) dan jasmani (spiritual).Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas
dan berdiri sendiri, sama-sama abadi dam azali.Perhubungan antara keduanya itulah

4
yang menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya
kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.

Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia kesadaran (rohani)
dan dunia ruang (kebendaan).Aristoteles menamakan kedua hakikat itu sebagai materi
dan forma (bentuk yang berupa rohani saja).Umumnya manusia dengan mudah
menerima prinsip dualisme ini, karena kenyataan lahir dapat segera ditangkap panca
indera kita, sedangkan kenyataan batin dapt segera diakui adanya dengan akal dan
perasaan hidup.

2.2.3 Materialisme

Materialisme menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa segala
sesuatu yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu kenyataan
yang berdiri sendiri. Menurut pahan materialisme bahwa jiwa atau roh itu hanyalah
merupakan proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.

Materialisme terkadang disamakan orang dengan naturalisme. Namun


sebenarnya terdapat perbedaan antara keduanya.Naturalisme merupakan aliran filsafat
yang menganggap bahwa alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak
ada.(Tuhan yang di luar alam tidak ada).Sedangkan yang dimaksud alam (natural)
disana ialah segala-galanya meliputi benda dan roh. Sebaliknya materialisme
menganggap roh adalah kejadian dari benda, jadi tidak sama nilainya dengan benda.

Filsafat Yunani yang pertama kali muncul juga berdasarkan materialisme,


mereka disebut filsafat alam.Mereka menyelidiki asal-usul kejadian alam ini pada unsur-
unsur kebendaan yang pertama.Thales (625-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal
itu air. Anaximandros (610-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu apeiron yakni
suatu unsur yang tak terbatas.Anaximenes (585-528 s.M) menganggap bahwa unsur
asal itu udara. Dan tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Demokritos (460-360 s.M)
menggap bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya tak
dapat dihitung dan sangat halus.Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa
alam.Pada Demokritos inilah tampak pendapat materialisme klasik yang lebih tegas.

5
2.2.4 Idealisme
Idealisme merupakan lawan dari materialisme yang juga dinamakan
spiritualisme.Aliran menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka warna itu
semua berasal dari roh (sukma) atau yang sejenis dengan itu.Intinya sesuatu yang tidak
berbentuk dan yang tidak menempati ruang.Menurut aliran ini materi atau zat itu
hanyalah suatu jenis daripada penjelmaan roh.Alasan yang terpenting dari aliran ini
adalah “manusia menganggap roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi
kehidupan manusia.Roh dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi
hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja .

2.2.5 Agnostisme

Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia mampu mengetahui


hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang ruhani.Aliran ini juga menolak
pengetahuan manusia tentang hal yang transenden.Contoh paham Agnostisisme
adalah para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga seorang
Ateis.Sartre menyatakan tidak ada hakikat "ada" manusia, tetapi yang ada adalah
"keberadaan"-nya.

Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:

 yang-ada
 kenyataan/realitas
 eksistensi
 esensi
 substansi
 perubahan
 tunggal
 jamak

Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh
tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris

6
(misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan
sebagainya).

2.3 Obyek Materi Ilmu

Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud, yaitu segala
sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik materi konkret, fisik, maupun yang
material abstrak, psikis.Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional,
spiritual, nilai-nilai.Dengan demikian obyek filsafat tak terbatas, yakni segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.Objek material filsafat adalah segala yang
ada.Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. Ada yang tampak
adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam
metafisika.Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu
yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam
kemungkinan.

Objek Material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan
yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.Dalam gejala ini jelas
ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat.Objek material filsafat
(segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat) setidaknya ada 3 persoalan pokok,
1) Hakikat Tuhan, 2) Hakikat Alam, 3) Hakikat Manusia. Maka ada filsafat tentang
manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat
(teologi – filsafat ketuhanan dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah
diganti dengan kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi sekalipun kelihatan
terpisah akan tetapi saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu
pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Ada beberapa pengertian objek
material filsafat, yaitu:

Segala bentuk pemikiran manusia tentang sesuatu yang ada dan mungkin ada;

Segala persoalan pokok yang dihadapi manusia saat dia berpikir tentang dirinya
dan tempatnya di dunia;

7
Segala pengetahuan manusia serta apa yang ingin diketahui manusia.

Dalam hal ini permasalahan yang dikaji oleh filsafat meliputi:

 Logika ( benar dan salah )


 Etika ( baik dan buruk )
 Estetika ( indah dan jelek )
 Metafisika (zat dan pikiran )
 Politik ( organisasi pemerintahan yang ideal).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal
dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal
seperti Thales, Plato, dan Aristoteles, serta aliran dalam bidang ontologi, yakni
monisme, dualisme, materialisme, idealisme, dan agnostisisme,
Sedangkan objek material filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud, yaitu
segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik materi konkret, fisik, maupun yang
material abstrak, psikis.Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual,
nilai-nilai.Dengan demikian obyek filsafat tak terbatas, yakni segala sesuatu yang ada
dan yang mungkin ada.

9
Daftar Referensi

https://azizahifahhh.blogspot.com/2016/12/objek-material-dan-objek-formal-filsafat.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Ontologi
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2012/11/28/ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-
dalam-pengetahuan-filsafat/

10

Anda mungkin juga menyukai