Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang dari
ilmu-ilmu. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan
batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih
memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena adanya siklus
pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan menunjukkan
bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara
subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-masing cabang pada tahap
selanjutnya melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan
masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan
munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan
pula sub-sub ilmu pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus
lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan hakekatnya dapat dilihat
sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-
ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan dengan patokan-patokan
serta tolok ukur yang mendasari kebenaran masing-masing bidang.
Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah
mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan. Sejak zaman kuno pertengahan dan
modern sekarang ini, telah melahirkan sebuah cara pandang terhadap gejala alam
dengan berbagai variasinya. Proses perkembangan dari berbagai fase kehidupan
primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan lompatan
pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Disinilah
pemikiran filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada
satu arah menuju pola pikir ilmiah Oriented, perubahan dari pola pikir mitosentris
ke logosentris dalam berbagai segmentasi kehidupan.
Corak dari pemikiran bersifat mitologis (keteranganya didasarkan atas
mitos dan kepercayaan saja) terjadi pada dekade awal sejarah manusia. Namun
setelah adanya demitologisasi oleh para pemikir alam seperti Thales (624-548

1
SM), Anaximenes (590-528 SM), Phitagoras (532 SM), Heraklitos (535-475 SM),
Parminides (540-475 SM) serta banyak lagi pemikir lainnya, maka pemikiran
filsafat berkembang secara cepat kearah kemegahannya diikuti oleh proses
demitologisasi menuju gerakan logosentrisme. Demitologisasi tersebut
disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme, empirisme dan positivisme yang
dipelopori oleh para pakar dan pemikir kontemporer yang akhirnya mengantarkan
kehidupan manusia pada tataran era modernitas yang berbasis pada pengetahuan
ilmiah.
Pengetahuan Filsafat biasanya berkenaan dengan hakikat sesuatu
(transenden) sehingga kadang perbincangannya seputar hal-hal yang abstrak
terhadap bangunan sebuah pengetahuan. Objek pembahasannya selalu
mengedepanan aspek ontologi, epistimologi dan aksiologi. Filsafat pengetahuan
(Epistemologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan
mengenai masalah hakikat pengetahuan. Epistemologi merupakan bagian dari
filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan,
asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat-sifat dan kesahihan pengetahuan. Objek
material epistemologi adalah pengetahuan dan Objek formal epistemologi adalah
hakekat pengetahuan. Dalam makalah ini objek pembahasan dalam filsafat
tersebut akan diluas bersamaan dengan ahli yang mencetuskan teori-teorinya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana status kognitif hukum alam ?
1.2.2 Bagaimana teori prosedur ilmiah?
1.2.3 Bagaimana struktur teori ilmiah?

1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan status kognitif hukum alam
1.3.2 Menjelaskan teori prosedur ilmiah
1.3.3 Menjelaskan struktur teori ilmiah

2
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil oleh penulis maupun pembaca
makalah ini ialah bagi penulis dan pembaca ialah dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis tentang teori Analisis Implikasi Teori Sains.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Status kognitif Hukum Alam


A. John Locke (1632-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates
Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat
dalam tiga buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit
tahun 1600; letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on
government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran
rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka
menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui
panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke : Segala sesuatu berasal dari
pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang
masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi. Dengan demikian dia
menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan
pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiris).
Aliran ini bertolak dari Lockean tradition yang lebih mengutamakan
perkembangan manusia dari sisi empirikyang secara eksternal dapat diamati dan
mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia (Umar
Tirtarahardja,2000:194). Secara etimologis empirisme berasal dari kata empiri
yang berarti pengalaman. Pokok pikiran yang dikemukakan oleh aliran ini
menyatakan bahwa pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan
pembawaan yang berupa bakat tidak diakuinya. Menurut aliran empirisme bahwa
pada saat manusia dilahirkan sesungguhnya dalam keadaan kosong bagaikan
“tabula rasa” yaitu sebuah meja berlapis lilin yang tidak dapat ditulis apapun di
atasnya. Sehingga pendidikan memiliki peran yang sangat penting bahkan dapat
menentukan keberadaan anak.
Pendidikan dikatakan “Maha Kuasa” artinya Pendidikan memiliki
kekuasaan dalam menentukan nasib anak. John Locke menganjurkan agar
pendidikan disekolah dilaksanakan berdasarkan atas kemampuan rasio dan bukan
perasaan. Aliran ini meyakini bahwa dengan memberikan pengalaman melalui

4
didikan tertentu kepada anak, maka akan terwujudlah apa yang diinginkan.
Sementara itu pembawaan yang berupa kemampuan dasar yang dibawa seseorang
sejak lahir diabaikan sama sekali. Penganut aliran ini masih berkeyakinan bahwa
manusia dipandang sebagai makhluk yang dapat dimanipulasi karena
keberadaannya yang pasif.

B. Gottfried Wilhelm Leibniz (1646–1716)


Leibniz berpendapat di alam semesta ini ada banyak sekali subtansi yang
disebutnya Monad (monos = satu; monad = satu unit). Kajian filsafat meliputi dua
ranah yang biasa di sebut ranah fisika dan metafisika. Dua ranah tersebut
mewakili hubungan antara sains dan metafisika. Untuk bisa memahami Monad
ini, akan diberikan gambaran sebagai pembandingnya, dalam ilmu matematika
yang terkecil adalah titik, dalam fisika yang terkecil adalam sub atomik yang
meliputi proton, neutron dan elektron, namun dalam metafisika yang terkecil
adalah Monad. kata terkecil hendaknya tidak dipahami sebagai ukuran, melainkan
sebagai tidak berkeluasan, maka monad itu bukan benda. Monad-monad bukanlah
kenyataan jasmaniyah, melainkan kenyataan mental, yang terdiri dari persepsi dan
hasrat. Menurut Leibniz monade tidak bersifat jasmani dan tidak dapat dibagi-
bagi lagi. Leibniz membayangkan monad sebagai “force primitives” (daya purba)
yang tidak material, melainkan spiritual. Dengan kata lain, yang ia maksud
sebagai monad adalah kesadaran diri tertutup. Dalam sebuah pernyataannya yang
kemudian termasyhur, dia mengatakan sebagai berikut: “monad-monad tak
memiliki jendela tempat sesuatu bisa keluar atau masuk.” Karena itu, setiap
monad memiliki sudut pandang ini melingkupi kenyataan yang melingkupinya. Di
antara monad-monad tak ada interaksi, sebab masing-masing merupakan
kenyataan mental yang suda cukup diri. Monad adalah sebuah sistem tertutup
yang cukup diri. Setiap monad tak lain dari pada un miroir de l’univers, cermin
hidup alam semesta.
Kalau dunia dan kesadaran adalah monad-monad yang terisolasi satu
sama lain, bagaimana menjelaskan gejala adanya keteraturan dalam hubungan
timbal balik. Leibniz menjawab bahwa Allah pada saaat menciptaan mengadakan
“harmonie preetablie” (keselarasan yang ditetapkan sebelumnya) di antara monad-

5
monad. Jadi meskipun monad-monad memiliki momentumnya sendiri-sendiri,
mereka cocok satu sama lain, sehingga menimbulkan ilusi bahwa mereka
berinteraksi satu sama lain. Misalnya, air yang diletakkan di atas api menjadi
panas bukan karena api, melainkan monad air, api, dan panas bersesuian satu
sama lain.

C. Skeptisisme Hume
Hume menyangkal angapan rasionalisme bahwa ada paham-paham dan
prinsip-prinsip yang kita ketahui berasal murni dari akal budi, lepas dari segala
pengamatan. Menurut Hume, segala isi kesadaran berasal dari pengalaman
inderawi. Hanya ada dua macam pengertian, yaitu pengalaman inderawi, baik dari
luar maupun perasaan-perasaan batin, yang disebutnya impression, dan isi-isi
hasil asosiasi impresi-impresi itu, yang disebutnya ideas atau gagasan. Yang
terakhir termasuk prinsip-prinsip ilmu ukur juga pikiran tentang Tuhan. Oleh
karena gagasan-gagasan ini semata-mata berdasarkan asosiasi antara impresi-
impresi, pengalaman-pengalaman inderawi dan batin, gagasan-gagasan itu tidak
memiliki eksistensi sendiri. Gagasan-gagasan itu semata-mata mencerminkan
proses-proses psikis kita dalam menghubungkan dan mengkombinasikan data-
data empiris. Oleh karena itu, konsepsi Hume dapat disebut Psikologisme. Hume
menolak adanya kebenaran-kebenaran yang mutlak, yang pasti. Semua kebenaran
bersifat faktual, dalam arti berdasarkan adanya kesan inderawi atau data
pengalaman yang kebetulan. Yang dapat diketahui semata-semata kesan-kesan
inderawi satu-satu. Secara objektif tidak ada kepastian bahwa pengalaman yang
sering terulang akan terus terualang, misalnya bahwa batu ygn dilempar ke atas
mesti jatuh ke bawah lagi. Apa yang kita sebut hukum alam bukanlah kepastian
objektif, melainkan berdasarkan kepercayaan kita semata-mata. Kepercayaan itu
sendiri berdasarkan perasaan kebiasaan, sebenarnya tidak ada kepastian,
melainkan hanya kebarangkalian. Hume menganut skeptisisme; ia tidak menerima
bahwa ada pengetahuan yang memberikan kepastian. Secara khusus Hume
mengkritik dasar metafisika : pengertian kausalitas atau penyebaban, dan
pengertian substansi. Jika sebuah bola bilyar melanggar bolabilyar yang lain, dan
yang pertama berhenti bergerak, sedangkan yang kedua meneruskan gerakannya,

6
dikatakan bahwa hantaman bola bilyar pertama menyebabkan gerakan bola bilyar
kedua. Namun, menurut Hume tidak ada dasar sama sekali untuk mengatakan
demikian. Yang diamati hanyalah post hoc, bukan proper hoc, hanyalah bahwa
sudah dua bola itu bersentuhan, yang satunya mulai bergerak, tetapi kita tidak
melihat bahwa gerakan bola kedua adalah karena bola yang pertama. Pengamatan
empiris selalu hanya menyediakan urutan dalam waktu, tidak pernah sebuah
hubungan internal. Substansi dimaksudkan sesuatu yang berada pada dirinya
sendiri, di mana berbagai sudut menjadi satu dalam substansi tersebut. Namun,
gagasan itu pun hanyalah gagasan psikologis, bukan ontologis. Dalam kenyataan
kita hanya melihat berbagai segi yang melekat pada sesuatu, a bundle of
perceptions, dan tidak pernah “sesuatu” itu sendiri. Kita menganggap semua segi
seseorang – gerak-geriknya, bentuknya, warnanya, tertawanya,dan sebagainya –
sebagai ciri orang itu adalah semata-mata berdasarkan kebiasaan bahwa segi-segi
itu selalu muncul bersama. Pengalaman inderawi tidak memuat apa pun tentang
sebuah substansi “di belakang” segi-segi itu. Itu bahkan berlaku bagi keakuan kita
sendiri. Kita berpendapat bahwa keakuan kita merentangkan diri secara identik
melalui waktu. Namun, sebenarnya “aku” ini hanyalah “deretan kontinu kesan-
kesan”. Kelihatan bahwa Hume memang pemikir empiristik murni. Empirisme
merupakan epistemologis karena mengenai batas kemampuan pengetahuan
manusia.
Kelemahan pemikiran Hume mengenai skeptisisme. David Hume
menganggap bahwa tidak ada pengetahuan yang memberikan kepastian.
Bagaimana dengan adanya hukum-hukum ilmu ukur atau ilmu hitung yang telah
menjadi kesepakatan bersama? Dengan pengakuan akan kebenaran suatu hukum
yang telah diakui secara universal, setidaknya ada sesuatu hasil pengetahuan yang
memberikan kepastian. Misalnya hukum ilmu hitung tentang matematika, 1 + 1 =
2. Bunyi hukum matematika tersebut merupakan kesepakatan bersama bahwa
setiap bilangan 1 ditambah dengan bilangan 1 adalah hasilnya 2.
Kelebihan pemikiran Hume mengenai skeptisisme. Kritik atas
pengertian kausalitas, merupakan sebuah analisis kritis dari Hume yang berharga
bagi kita. Yang perlu digaris bawahi yakni pengamatan yang cenderung megamati
post hoc saja dan proper hoc diabaikan. Dalam pengamatan empiris selalu hanya

7
menyediakan urutan waktu, tidak pernah sebuah hubungan internal. Oleh karena
itu, penyelidikan lebih lanjut mengenai hubungan internal suatu objek perlu
ditekankan juga.

D. Prinsip Regulasi Kant dalam Sains


Filsafat Kant dirumuskan dalam perdebatan dua pandangan besar pada
waktu itu, yakni rasionalisme dan empirisme, khususnya rasionalisme G.W.
Leibniz (1646‐1716), dan empirisme David Hume (1711‐1776). Kant dipengaruhi
oleh mereka, tetapi mengkritik kedua pemikiran filsuf ini untuk menunjukkan
kelemahan‐kelemahan mereka, serta kemudian merumuskan pandangannya
sendiri sebagai sintesis kritis dari keduanya, yakni filsafat transendental
(transcendental philosophy). Dalam arti yang lebih luas, ia mau ‘melampaui’
posisi epistemologis dua paradigma yang saling beroposisi tersebut. Ini adalah
intensi utama dari filsafat Kant, yakni sebuah tanggapan terhadap problem
epistemologis yang terkait dengan proyek pencerahan yang mendominasi
panggung filsafat abad ke delapan belas. Kritiknya terhadap metafisika juga
terdapat di dalam tanggapannya ini.
Kant mencoba memisahkan antara rasionalisme dan empirisme. Di
dalamnya, terdapat kritisisme dan sintesisme. Pada dasarnya, Kant ingin
mengubah permukaan filsafat secara radikal dengan melakukan sentralisasi pada
diri manusia sebagai subjek berpikir. Implikasinya, Kant tidak mengawali dengan
investigasi atas benda-benda sebagai objek, melainkan investigasi terhadap
struktur-struktur subjek yang memungkinkan mengetahui benda-benda sebagai
objek. Dalam hal ini, tanpa kita sadari, sebenarnya, pengetahuan lahir karena
manusia dengan akalnya secara aktif dan mengonstruksi gejala-gejala yang dapat
ditangkap. Upaya-upaya filosofis Kant ini dikenal dengan kritisisme atau filsafat
kritis. Filsafat Kant bermaksud membeda-bedakan antara pengenalan yang murni
dan yang tidak murni, yang tiada kepastiannya. Filsafatnya dimaksud sebagai
penyadaran atas kemampuan-kemampuan rasio secara obyektif dan menentukan
batas-batas kemampuannya, untuk memberi tempat kepada iman kepercayaan.
Karya Kant yang terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781.
Dalam bukunya ini ia “membatasi pengetahuan manusia”. Atau dengan kata lain

8
“apa yang bisa diketahui manusia.” Ia menyatakan ini dengan memberikan tiga
pertanyaan, di antaranya:
1. Apakah yang bisa diketahui manusia untuk dapat dikerjakan?
Setelah melalui pemikiran alot dan studi komparatif, Kant menjawab
dengan metafisikanya, yakni apa-apa yang bisa diketahui manusia adalah
apa yang dipersepsikan dengan panca indra. Selain daripada itu, Kant
menganggapnya hanyalah ilusi. Karena pengetahuan yang dihasilkan dari
pikiran tanpa adanya bukti lewat penjelmaan indrawi hanyalah ide belaka..
2. Apakah yang harus dilakukan manusia untuk dapat dikerjakan?
Jawaban ini menghasilkan filsafat etika Kant, Kant sendiri menjawab,
yang harus dilakukan manusia adalah apa-apa yang harus bisa diangkat
menjadi peraturan yang universal. Kant kemudian menyebutnya hukum
moral. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang
sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi
peraturan umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak
akan jalan. Dalam etika berbisnis ekonomi, orang tidak boleh menipu.
Begitu juga dengan kisah Nabi Khaidir tidak seharusnya membunuh anak
kecil, meskipun sudah dicegah oleh Nabi Musa As.
3. Apakah yang bisa diharapkan manusia?
Bagi Kant, yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya.
Akal budi membentuk suatu konsepsi yang kemudian dibuktikan oleh
indra. Dari akal budi inilah yang memutuskan pengharapan manusia.
Rupanya kedua pemikiran mendasar ini yang menghantarkannya kepada
dua perkawinan mazhab besar rasionalisme dan empirisme. Inilah yang
memutuskan pengharapan manusia. Menurut Kant, melalui bimbingan
agama, pengharapan ini dapat diperoleh manusia.

II. Teori Prosedur Ilmiah


Teori John Herschel Metode Ilmiah
John Herschel Awal Wacana di Alam Filsafat, adalah pekerjaan yang
paling komprehensif dan paling seimbang di filsafat ilmu yang ada pada saat itu..

9
Salah satu kontribusi Herschel penting bagi filsafat ilmu adalah perbedaan
yang jelas antara "konteks penemuan" dan "konteks pembenaran ". Dia
menegaskan bahwa prosedur yang digunakan untuk merumuskan teori adalah
ketat tidak relevan dengan pertanyaan dari penerimaan nya. Sebuah induktif teliti
pendakian dan menebak liar pada pijakan yang sama jika mereka deduktif
Konsekuensi sudah dikonfirmasi oleh pengamatan.
Konteks Penemuan
Meskipun ia dihormati pandangan Francis Bacon pada penyelidikan
ilmiah, Herschel menyadari bahwa banyak penemuan ilmiah yang penting tidak
sesuai Bacon yang Pola. Untuk alasan ini, ia menyatakan bahwa ada dua cara
yang berbeda dalam yang seorang ilmuwan bisa melanjutkan dari pengamatan
terhadap hukum dan teori-teori. satu Pendekatan adalah aplikasi skema induktif
tertentu. Yang lainnya adalah perumusan hipotesis. Pandangan Herschel dari
konteks penemuan mungkin diwakili skematis seperti dalam diagram pada
halaman.
Menurut Herschel, langkah pertama dalam prosedur ilmiah ini adalah
untuk membagi fenomena yang kompleks menjadi bagian-bagian penyusunnya
atau aspek, dan untuk memperbaiki perhatian pada properti-properti yang sangat
penting untuk menjelaskan fenomena. untuk menjelaskan gerakan benda,
misalnya, kita harus fokus pada sifat tersebut sebagai kekuatan, massa, dan
kecepatan. Contoh utama Herschel dari pengurangan dari fenomena yang
kompleks menjadi aspek yang relevan adalah analisis suara ke dalam getaran
sumber, transmisi gerak getaran melalui media, penerimaan oleh telinga, dan
produksi sensasi. Dia menyatakan bahwa pemahaman yang lengkap suara akan
membutuhkan pengetahuan fenomena dampak yang masalah dalam getaran,
pengetahuan tentang interaksi implikasi dari teori metode ilmiah
implikasi dari teori metode ilmiah
SKEMA
partikel bergerak dan partikel yang mengelilinginya, dan pengetahuan fisiologi
pendengaran sensations.
Hukum Alam. Fenomena dianalisis benar adalah bahan baku dari yang
ilmuwan berusaha untuk merumuskan "hukum alam". Herschel termasuk antara

10
hukum alam baik korelasi properti dan urutan peristiwa. Di antara korelasi yang
sah dari properti adalah Hukum Boyle dan generalisasi bahwa zat ganda
pembiasan menunjukkan warna berkala di bawah cahaya terpolarisasi. Herschel
berbicara tentang korelasi seperti "fakta umum". Di Kalangan urutan sah peristiwa
hukum Galileo jatuh bebas dan parabola yang lintasan proyektil.
Herschel mencatat bahwa hukum-hukum alam yang menegaskan secara
implisit dengan ketentuan yang bahwa kondisi batas tertentu terpenuhi. Misalnya,
hukum jatuh bebas ditegaskan untuk menahan hanya untuk gerak dalam ruang
hampa, dan Hukum Boyle ditegaskan untuk menahan hanya untuk perubahan
pada suhu konstan.
Herschel ditelusuri dua rute yang berbeda dari fenomena hukum alam. itu
rute pertama penemuan hukum adalah dengan aplikasi induktif tertentu skema.
Hukum Boyle, misalnya, ditemukan dengan mempelajari variasi volume gas
dengan tekanan, serta generalisasi dari eksperimental hasil. Sebagai contoh,
mengingat data:
TABEL
penyidik dapat menyimpulkan bahwa P α ( / V).
Rute kedua penemuan hukum adalah dengan perumusan hipotesis.
Herschel menegaskan bahwa rute terakhir ini hukum alam tidak dapat dikurangi
penerapan aturan tetap. Ia mencontohkan sebagai hipotesis contoh Huygens
bahwa sinar yang luar biasa di ganda-pembiasan Islandia spar disebarkan eliptik.
Meskipun Huygens tidak memiliki konsepsi dari gelombang transversal gerak
cahaya, ia mampu merumuskan hukum yang menyumbang ganda pembiasan
melalui hipotesis ini propagasi elips. menurut Herschel, hipotesis Huygens tidak
dapat direpresentasikan sebagai kesimpulan dari skema induktif.
Teori. Penemuan hukum alam hanya tahap pertama dalam ilmiah
interpretasi. Tahap kedua adalah penggabungan hukum ini menjadi teori. Menurut
Herschel, teori muncul baik pada induktif lanjut generalisasi, atau dengan
penciptaan hipotesis berani yang membentuk hubungan timbal hukum
sebelumnya tidak berhubungan.
Herschel gabungan ideal Bacon dari hirarki generalisasi ilmiah dengan
penekanan perseptif pada peran imajinasi kreatif dalam pembangunan hirarki.

11
Satu teori imajinatif yang terkesan dia adalah teori amper elektromagnetisme.
Amper menjelaskan reksa daya tarik atau tolak magnet dengan positing adanya
beredar arus listrik dalam magnet. Amper tidak tiba di teori ini setelah penerapan
skema induktif pada hukum listrik dan magnet. Namun, teori memang memiliki
konsekuensi diuji, dan Herschel menegaskan bahwa penerimaan yang ditentukan,
tidak dengan metode yang formulasi, tetapi dengan konfirmasi eksperimental
consequences ini.
Konteks Pembenaran
Herschel menegaskan bahwa kesepakatan dengan pengamatan adalah yang
paling penting kriteria penerimaan untuk hukum ilmiah dan teori-teori. Tambahan
Pula dia bersikeras bahwa beberapa kasus mengkonfirmasikan yang penting lebih
besar dari lain.
Salah satu jenis penting mengkonfirmasikan contoh adalah perpanjangan
dari hukum untuk kasus-kasus ekstrim. Herschel mencatat, misalnya, bahwa
percepatan identik dari koin dan bulu di vakum eksperimen yang dihasilkan
adalah "ujian berat" hukum Galileo jatuh badan.
Jenis utama kedua mengkonfirmasikan contoh adalah hasil yang tak
terduga yang menunjukkan bahwa hukum atau teori memiliki lingkup undesigned.
Herschel menyatakan bahwa” karakteristik yang paling meyakinkan dan terbaik
dari induksi cukup beralasan dan luas. . . adalah ketika verifikasi itu bertumbuh,
karena itu, secara spontan, dalam pemberitahuan, dari tempat di mana mereka
mungkin paling tidak diharapkan, atau bahkan di antara contoh yang sangat baik
yang berada di pertama dianggap bermusuhan dengan mereka”
Dia mencatat, misalnya, bahwa penemuan orbit elips bintang biner sistem
adalah konfirmasi terduga mekanika Newtonian, 6 dan bahwa Adanya perbedaan
antara dihitung dan diamati kecepatan dari suara adalah konfirmasi tak terduga
hukum generasi panas dengan kompresi cairan elastis.
Jenis utama ketiga mengkonfirmasikan contoh adalah "eksperimen
penting". Herschel dianggap penting sebagai percobaan tes kerusakan yang
diterima teori harus bertahan hidup. Ia mencontohkan dengan kekaguman
percobaan yang telah disarankan oleh Francis Bacon untuk menentukan apakah
percepatan ke bawah tubuh adalah hasil tarik bumi atau beberapa mekanisme

12
internal untuk tubuh sendiri. Bacon telah menyarankan bahwa masalah diputuskan
dengan membandingkan perilaku jam berat-driven dan jam semi-didorong pada
tinggi ketinggian dan di tambang
Selain itu, Herschel dikreditkan Pascal dengan memiliki dirancang penting
percobaan untuk memutuskan apakah munculnya merkuri dalam tabung tertutup
adalah hasil tekanan atmosfer atau "kebencian terhadap ruang hampa". menurut
Herschel, perbandingan Pascal dari ketinggian kolom air raksa di dasar dan
puncak gunung membantah "kebencian" hipotesis dan kiri Torricelli "lautan air"
hipotesis saja dalam kepemilikan lapangan.
Ini mungkin keberatan bahwa, sedangkan percobaan diusulkan Bacon dan
Pascal dapat memberikan konfirmasi mencolok dari hipotesis tertentu, mereka
benar yang disebut "penting" hanya jika setiap hipotesis alternatif yang mungkin
adalah tidak konsisten dengan hasil yang diperoleh. Kegagalan untuk memberikan
berat badan karena ini persyaratan dipimpin Herschel, dan banyak ilmuwan abad
kesembilan belas lainnya, untuk menerima tekad Foucault bahwa kecepatan
cahaya lebih besar di udara dari dalam air sebagai "penting" percobaan. Hasil
Foucault konsisten dengan Teori gelombang Huygens, tetapi tidak konsisten
dengan sel hidup Newton Teori. Banyak ilmuwan menyimpulkan dari ini cahaya
yang harus "benar-benar" gelombang. Asumsi implisit bahwa dua teori ini adalah
satu-satunya yang mungkin interpretasi dari fenomena optik kemudian terbukti
tidak benar.
Terlepas dari kenyataan bahwa terlalu banyak signifikansi telah dikaitkan
dengan beberapa eksperimen dalam evaluasi bersaing teori, sikap umum yang
mempromosikan pencarian untuk kasus pemalsuan telah paling penting dalam
sejarah ilmu pengetahuan. Herschel mendorong sikap ini. Dia menuntut agar
ilmuwan menganggap peran antagonis terhadap teori sendiri, dan mencari baik
bantahan-bantahan langsung dan pengecualian yang membatasi berbagai aplikasi
teori-teori ini. Herschel percaya bahwa nilai dari sebuah teori terbukti hanya
dengan kemampuannya untuk menahan serangan tersebut.

Kesimpulan Whewell tentang Sejarah Ilmu Pengetahuan


Morfologi Kemajuan Ilmiah

13
William Whewell, yang hidup sezaman dengan Herschel, berusaha untuk
mendasarkan filsafatnya ilmu survei komprehensif sejarah ilmu pengetahuan.
Whewell diusulkan untuk memeriksa sebenarnya proses penemuan dalam
berbagai ilmu di Untuk melihat apakah ada pola yang ditampilkan di dalamnya.
Whewell mengaku orisinalitas untuk pendekatan, menunjukkan bahwa
sebelumnya penulis pada filsafat ilmu telah dianggap sejarah ilmu pengetahuan
sebagai hanya gudang contoh yang dapat disebut untuk mengilustrasikan poin
tertentu tentang metode ilmiah. Whewell mengusulkan untuk membalikkan
hubungan ini yang telah membuat sejarah ilmu pengetahuan bergantung pada
filsafat ilmu.
Whewell cukup canggih tentang metodologi sejarah penelitian. Dia
mengakui bahwa pemulihan di masa lalu harus melibatkan tindakan sintesis pada
bagian dari sejarawan. Oleh karena itu, ia memilih interpretatif tertentu kategori
untuk membimbing studi sejarah. Whewell melihat ilmiah maju sebagai kesatuan
sukses fakta dan ide-ide, dan mengambil polaritas fakta dan ide menjadi prinsip
metodologis dasar untuk interpretasi sejarah ilmu pengetahuan. Berbekal prinsip
ini, ia berusaha untuk menunjukkan kemajuan setiap ilmu dengan menelusuri
penemuan fakta-fakta yang relevan dan yang integrasi fakta-fakta di bawah ide-
ide yang tepat.
Fakta dan Aplikasi. Whewell kadang berbicara tentang "fakta" sebagai
laporan persepsi kami pengalaman objek individu. Namun, ia menegaskan bahwa
ini adalah hanya satu jenis fakta. Secara dipertimbangkan, fakta adalah setiap
bagian dari pengetahuan yang merupakan bahan baku untuk perumusan hukum
dan teori-teori. dari ini sudut pandang, Hukum Kepler adalah fakta di mana
Newton berteori. Whewell menyatakan bahwa hanya ada perbedaan relatif antara
fakta dan teori. Jika teori yang tergabung dalam teori lain, itu menjadi fakta dalam
sendiri yang tepat.
Whewell disebut "ide-ide" prinsip-prinsip rasional yang mengikat
bersama-sama fakta. Situs mengungkapkan aspek relasional pengalaman yang
merupakan kondisi yang diperlukan untuk memahami. Whewell menegaskan tesis
Kant bahwa ide-ide yang diresepkan untuk, dan tidak berasal dari, sensasi.
Whewell termasuk di antara ide kedua pengertian umum seperti ruang, waktu, dan

14
menyebabkan, dan ide-ide dasar ilmu tertentu. Contoh yang terakhir adalah
"afinitas elektif" dalam kimia, "Kekuatan penting" dalam biologi, dan "jenis
alami" dalam taksonomi.
Whewell mengakui bahwa tidak ada hal seperti itu sebagai "fakta murni"
bercerai dari semua ide. Setiap fakta tentang suatu objek atau proses harus
melibatkan ide ruang, waktu, atau nomor. Akibatnya, bahkan fakta yang paling
sederhana melibatkan sesuatu sifat teori. Perbedaan Whewell antara fakta dan
Teori di bawah perbedaan psikologis. Ketika kita label sesuatu yang "Bahkan, kita
biasanya tidak menyadari cara di mana prinsip-prinsip relasional
mengintegrasikan pengalaman indrawi kita. Sebagai contoh, kita ambil untuk
menjadi kenyataan bahwa satu tahun adalah hari sekitar 365. Tapi fakta ini
melibatkan gagasan waktu, jumlah, dan kekambuhan. Kami menyebutnya
hubungan ini 'fakta' hanya karena kita tidak hadir ke ide-ide yang terkait.
Sebaliknya, ketika kita label sesuatu yang 'teori', perhatian kita diarahkan untuk
ide-ide yang diterapkan untuk mengintegrasikan fakta. Whewell menyatakan
bahwa "Kami masih memiliki perbedaan dimengerti Fakta dan Teori, jika kita
mempertimbangkan Teori sebagai sadar, dan Fakta sebagai kesimpulan sadar, dari
fenomena yang disajikan untuk senses.'10 kami Dia percaya bahwa konsep
"Bahkan ',' ide ', dan' teori ', adalah nilai untuk menafsirkan sejarah ilmu
pengetahuan, meskipun setiap teori mungkin juga fakta dan setiap fakta
mengambil bagian sifat teori.
Pola Ilmiah Penemuan. Pola penemuan ilmiah yang Whewell mengaku
melihat dalam sejarah ilmu adalah perkembangan tiga-beat terdiri dari
pendahuluan, suatu zaman induktif, dan sekuel. mendahului terdiri dari kumpulan
dan dekomposisi fakta, dan klarifikasi konsep. Sebuah zaman induktif muncul
ketika pola konseptual tertentu superinduced fakta. Dan sekuelnya adalah
konsolidasi dan perluasan integrasi dengan demikian tercapai. Pola penemuan
dapat schematized sebagai pada gambar di halaman sebelah.
Meskipun Whewell mengklaim bahwa pola ini diulang dalam sejarah
ilmu, ia berhati-hati untuk menunjukkan bahwa tahapan dalam pola sering
tumpang tindih. Dalam sejarah ilmu khusus, penjelasan dari konsepsi dapat
menyertai, serta mendahului, perumusan undang-undang, dan perumusan teori,

15
dapat menyertai, serta mendahului, verifikasi hukum. Namun demikian, ia
mengaku telah diwakili, oleh pola ini, morfologi dari kemajuan ilmu pengetahuan.
SKEMA
Penguraian Fakta dan Penjabaran secara dari Konsepsi. Whewell
menyatakan bahwa dekomposisi fakta dan penjelasan dari konsepsi adalah tahap
yang diperlukan dalam teori-konstruksi. Dekomposisi fakta adalah pengurangan
kompleks fakta untuk "dasar" fakta-fakta yang hubungan negara antara seperti
jelas dan berbeda ide ruang, waktu, jumlah, dan kekuatan. Dalam banyak kasus
hal ini dicapai dengan berfokus pada kualitas yang mengalami variasi kuantitatif,
dan dengan mengembangkan teknik untuk nilai rekaman kualitas ini.
Gagasan dari penjelasan konsepsi lebih sulit untuk dijabarkan. Dalam
sejarah ilmu pengetahuan, diskusi di kalangan ilmuwan sering mengakibatkan
klarifikasi konsep. Whewell mencatat bahwa melalui diskusi tersebut bahwa
konsep "kekuatan", "polarisasi", dan "spesies" telah diklarifikasi, dan ia
menyerukan klarifikasi sama konsep "hidup".
Salah satu kesulitan tentang pengertian Whewell tentang penjelasan adalah
sifat klarifikasi dicapai. Whewell berbicara tentang konsepsi sebagai "khusus
modifikasi "dari ide-ide dasar sciences.11 tersebut Dengan demikian, konsepsi
memiliki berbagai kurang luas aplikasi daripada ide-ide mendasar mereka sendiri.
Whewell termasuk di antara konsepsi "mempercepat kekuatan" dan "Kombinasi
netral elemen" .12 Ia menyatakan bahwa konsepsi tersebut explicated ketika
hubungan logis mereka dengan ide-ide dasar yang jelas diakui.
Whewell percaya bahwa makna ide dasar dapat dinyatakan dengan
seperangkat aksioma yang menyatakan kebenaran dasar tentang ide. Dia
menyatakan bahwa konsepsi derivatif explicated hanya ketika hal itu berkaitan
dengan fundamental ide sedemikian rupa bahwa "diperlukan daya meyakinkan"
aksioma ini dipahami. Dan untuk memahami "diperlukan daya meyakinkan" dari
aksioma adalah "jelas dan terus "untuk merenungkan ide itu sendiri.
Pertanyaan yang tak terelakkan pada saat ini adalah bagaimana mengenali
bahwa ilmuwan memiliki mencapai "jelas dan mantap" ketakutan dari sebuah ide.
Tentu saja, dalam retrospeksi, seseorang dapat mengukur kejelasan ide dengan
keberhasilan teori yang itu tertanam. Pada pendekatan ini, seseorang dapat

16
menyimpulkan, seperti Whewell lakukan, bahwa Konsep inersia diklarifikasi
secara progresif dalam karya Galileo, Descartes, dan Newton.
Whewell menyatakan bahwa, selain menjadi jelas, konsepsi ilmiah yang
berguna adalah "tepat" dengan fakta-fakta yang mereka diterapkan. dia mengakui
bahwa, untuk sebagian besar, kita dapat membangun kesesuaian konsepsi hanya
dengan menunjuk ke konfirmasi hukum dan teori-teori yang memanfaatkan
mereka. Namun demikian, ia berpikir bahwa dalam kasus-kasus tertentu kriteria
kesesuaian dapat digunakan untuk menyingkirkan terlebih dahulu interpretasi
sesat. Sebagai contoh, karena tujuan yang tepat fisiologi adalah kebenaran
menghormati "kekuatan vital", seseorang dapat mengecualikan dari interpretasi
fisiologi secara eksklusif berbasis mekanik prinsip atau prinsip-prinsip kimia.
Colligation Fakta. Whewell menyatakan bahwa hukum dan teori-teori
adalah "colligation" di mana penyidik superinduces konsepsi pada serangkaian
fakta. Dia berbicara tentang colligation sebagai "mengikat bersama-sama" fakta,
dan memilih formulasi Hukum Ketiga Kepler untuk menggambarkan proses
integrasi. Kepler berhasil mengikat bersama-sama fakta tentang periode planet
'revolusi dan jarak dari matahari, dengan cara konsepsi seperti 'kuadrat nomor ','
kubus jarak ', dan' proporsionalitas '.
Menurut Whewell, prestasi Kepler adalah kemenangan induksi. Dia
menyatakan bahwa dalam penggunaan yang tepat "Induksi adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan Proses dari colligation sejati Fakta melalui
sebuah tepat dan sesuai Konsepsi ".15 Beberapa aspek diskusi Whewell induksi
pantas komentar.
Whewell diadakan induksi yang merupakan proses penemuan. Ini bukan
skema untuk masalah mengevaluasi bukti generalisasi induktif. Tapi dia
mengambil ini menjadi masalah dari "logika induksi". Induksi sendiri adalah
proses generalisasi dari fakta-fakta sedemikian rupa sehingga colligation yang
dicapai. membuktikan proposisi. Ini bukan untuk mengatakan bahwa Whewell
tidak tertarik dalam masalah mengevaluasi bukti generalisasi induktif. Tapi dia
mengambil ini menjadi masalah dari "logika induksi". Induksi sendiri adalah
proses generalisasi dari fakta-fakta sedemikian rupa sehingga colligation yang
dicapai.

17
Pemeriksaan Whewell tentang sejarah ilmu pengetahuan meyakinkannya
bahwa colligation fakta dicapai melalui wawasan kreatif para ilmuwan, dan bukan
dengan cara penerapan aturan induktif tertentu. Dia mengamati bahwa
keberhasilan induksi "tampaknya terdiri dalam membingkai beberapa hipotesis
tentatif dan memilih yang tepat. Tapi pasokan hipotesis yang tepat tidak bisa
dibangun oleh aturan, atau tanpa bakat inventif. "16 Menurut Whewell, induksi
adalah proses penemuan dan pengadilan. Dia mencontohkan Kepler, yang
mencoba agar sesuai dengan fakta-fakta gerak planet ke berbagai bulat telur orbit,
sebelum akhirnya mencapai sukses dengan hipotesis orbit elips. Selain itu,
Whewell terdaftar sejumlah kasus "sangat tepat dan tidak bisa dijelaskan stroke
bakat inventif "dalam sejarah ilmu pengetahuan.
Tesis utama Whewell tentang induksi adalah bahwa proses ilmiah
Penemuan tidak dapat dikurangi dengan aturan. Namun, dia mengakui bahwa
pertimbangan kesederhanaan, kontinuitas, dan simetri sering dikukuhkan sebagai
regulatif prinsip dalam pemilihan hipotesis. Whewell juga menyarankan bahwa
metode induktif yang spesifik, seperti metode kuadrat dan metode residu, adalah
nilai dalam perumusan matematis hukum terukur.
Sebuah konsekuensi dari posisi Whewell pada induksi dan hipotesis
adalah bahwa inferensi induktif selalu sesuatu yang lebih dari sekedar kumpulan
fakta. Whewell menyatakan bahwa "Fakta tidak hanya membawa bersama-sama,
tapi terlihat dalam sudut pandang baru. Sebuah Elemen mental yang baru
superinduced; dan aneh konstitusi dan disiplin pikiran yang diperlukan untuk
membuat ini Induksi.
Sungai-sungai Analogi. Whewell membandingkan perkembangan evolusi
dari ilmu pengetahuan untuk pertemuan anak sungai untuk membentuk river.19
Dia menyimpulkan dari studi sejarah bahwa ilmu berkembang melalui progresif
penggabungan hasil masa lalu dalam teori ini. Ia mencontohkan teori Newton
tarik gravitasi sebagai paradigma pertumbuhan ini dengan penggabungan. Teori
Newton dimasukkan Hukum, Hukum Galileo Kepler Jatuh Bebas, yang gerakan
pasang surut, dan beragam fakta lain.
Whewell menyadari bahwa interpretasi berturut fenomena tertentu tidak
selalu konsisten. Meskipun demikian, ia menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan

18
yang terus perkembangan, daripada serangkaian revolusi. Penekanannya adalah
pada aspek-aspek teori ditolak yang difasilitasi theoryformation berikutnya.
Sebagai contoh, ia mengakui bahwa Lavoisier Oksigen Teori memiliki
menggantikan Teori Phlogiston, dan bahwa banyak fakta-fakta yang dijelaskan
oleh Teori Oksigen tidak konsisten dengan Teori Phlogiston, tapi dia berpendapat
bahwa Teori Phlogiston tetap telah memainkan peran positif dalam sejarah kimia,
karena teori ini diklasifikasikan bersama-sama proses pembakaran, pengasaman,
dan respiration.20 Pada pandangan Whewell, seorang Teori kontribusi untuk
kemajuan ilmu pengetahuan jika mengikat bersama-sama, bahkan untuk alasan
yang salah, fakta yang memang terkait.
Consilience of Induksi
Whewell mengklaim bahwa sejarah ilmu pengetahuan mengungkapkan
petunjuk untuk "logika induksi ". Petunjuk ini adalah analogi sungai-sungai. Dia
menyimpulkan bahwa, karena kemajuan ilmu pengetahuan merupakan
penggabungan berturut hukum dalam teori, set diterima generalisasi dalam ilmu
tertentu harus menunjukkan pola struktural tertentu. Pola ini adalah "Table
Inductive" yang memiliki bentuk hubungan sungai-sungai. The Inductive Table
adalah piramida terbalik, dengan fakta-fakta tertentu di bagian atas dan
generalisasi dari lingkup luas di bagian bawah. Transisi dari atas ke bawah tabel
mencerminkan generalisasi induktif progresif, di mana pengamatan dan
generalisasi deskriptif dimasukkan di bawah teori meningkatkan cakupan.
SKEMA
Whewell dipertahankan bahwa induktif Tabel menentukan bentuk valid set
kesimpulan induktif, dalam banyak cara yang sama seperti silogisme menentukan
bentuk kesimpulan deduktif yang valid. Namun, ia berhati-hati untuk tidak terlalu
berat analogi. Dia mencatat bahwa sementara bentuk silogisme yang schemata
yang diubah menjadi argumen deduktif yang valid pada penyisipan kelas nama,
bentuk Tabel Inductive tidak lengkap sebagai skema untuk konstruksi valid
kesimpulan induktif. Hal ini karena generalisasi pada satu Tingkat tidak hanya
siam untuk membentuk generalisasi yang lebih tinggi. Sebaliknya, generalisasi
yang lebih inklusif menggabungkan generalisasi-tingkat yang lebih rendah hanya
setelah superinduction konsep, atau mengatur konsep. Hal ini dengan cara

19
konseptual integrasi, dan bukan sekedar penjumlahan atau pencacahan, lowerlevel
yang generalisasi terlihat untuk dihubungkan. Untuk alasan ini, Whewell
bersikeras bahwa Tabel induktif lengkap harus membuat referensi ke spesifik
konsep superinduced pada setiap tingkat umum. Misalnya, meja untuk
generalisasi induktif dari Hukum Kepler untuk Hukum Newton kedua akan
menampilkan bentuk piramida terbalik, dan akan menetapkan bahwa
penggabungan ini dilakukan dengan cara seperti konsep superinduced sebagai
gaya, gerak inersia, dan Absolute Ruang dan Waktu.
Whewell berpendapat bahwa penggabungan dua atau lebih generalisasi
menjadi sebuah teori yang lebih inklusif sendiri merupakan kriteria penerimaan
untuk ilmiah teori. Dia berbicara tentang penggabungan ini sebagai "pertepatan
induksi", dan menyatakan bahwa "Tidak ada contoh dapat dikemukakan, di
seluruh sejarah ilmu pengetahuan, sejauh yang saya tahu, di mana ini Consilience
dari Inductions telah memberikan kesaksian mendukung hipotesis setelah
ditemukan palsu. "21 Apakah atau tidak pertepatan induksi dicapai dalam kasus
tertentu tergantung pada kecukupan konsep teoritis untuk mengikat bersama-sama
dua atau lebih hukum. itu teori kinetik gas adalah contoh yang baik dari
pertepatan sukses induksi. Konsep tabrakan elastis Newtonian antara molekul gas
cukup untuk mengikat bersama-sama dalam satu teori hukum empiris Boyle,
Charles, dan Graham.
Historicization Kebenaran Diperlukan
Telah menunjukkan bahwa Whewell menafsirkan sejarah ilmu di hal
perbedaan Kantian antara bentuk dan isi pengetahuan. Pengetahuan ilmiah, untuk
Whewell, adalah mengikat bersama fakta oleh berarti ide. Tapi karena Whewell
menyatakan bahwa ide-ide ini mengungkapkan diperlukan kebenaran, mungkin
tampak bahwa setidaknya beberapa pengetahuan ilmiah dapat mencapai Status
kebenaran yang diperlukan.
Dalam karya awal, Whewell menyatakan bahwa aksioma geometri dan
hukum dasar alam berbeda mengenai status kognitif. geometris aksioma adalah
kebenaran yang diperlukan, hukum ilmu alam yang not.22 Selanjutnya, Namun, ia
berubah pikiran, dan bersikeras bahwa beberapa undang-undang ilmu alam benar
datang untuk diakui sebagai kebenaran yang diperlukan.

20
Whewell mengakui sifat paradoks klaim ini. Dia setuju dengan Hume
bahwa tidak ada jumlah bukti empiris dapat membuktikan bahwa hubungan tidak
bisa lain daripada itu. Namun ia percaya bahwa hukum ilmiah tertentu telah
mencapai status yang diperlukan.
Upaya Whewell untuk menyelesaikan paradoks bergantung pada
perbedaan antara bentuk dan soal hukum dasar alam. Dia menyatakan bahwa
Hukum gerak Newton, misalnya, contoh bentuk Ide Sebab-akibat. Tapi karena Ide
Penyebab merupakan syarat mutlak yang sangat kemungkinan pengetahuan
empiris yang obyektif, hukum Newton harus berbagi ini kebutuhan. Menurut
Whewell, makna Ide Penyebab mungkin membongkar tiga aksioma: ( ) tidak
terjadi tanpa sebab; ( ) efek sebanding dengan penyebabnya; dan ( ) reaksi sama
dan berlawanan dengan aksi. Masih untuk pengalaman, namun, untuk menentukan
isi dari aksioma. Pengalaman mengajarkan bahwa materi kasar memiliki tidak
intrinsik internal yang penyebab percepatan, bahwa pasukan yang diperparah
dengan cara tertentu, dan bahwa definisi tertentu 'action' dan 'reaksi' yang sesuai.
Hukum Newton gerak mengungkapkan temuan ini. Whewell menyatakan bahwa
hukum Newton memberikan interpretasi empiris yang tepat dari aksioma sebab-
akibat, sehingga mencapai status yang diperlukan truths.
Whewell menyatakan bahwa status yang diperlukan dari hukum dasar
alam berasal dari hubungan mereka dengan orang-Situs yang apriori diperlukan
kondisi pengetahuan empiris objektif. Dia tidak menentukan sifat hubungan ini
selain untuk menarik gagasan bahwa hukum tersebut "contoh" yang bentuk Web.
Namun, dia percaya bahwa ini "contoh" berlangsung secara bertahap dalam
sejarah perkembangan ilmu. Ini adalah masalah yang klarifikasi progresif
hubungan hukum induktif yang paling umum untuk Ide dasar dari ilmu-ilmu.
Whewell cukup yakin bahwa pekerjaan Newton menetapkan status penting dari
hukum-hukum umum mekanika. Dia kurang tertentu tentang hukum-hukum
umum lainnya dari ilmu.
Meyerson pada Mencari Hukum Konservasi
Émile Meyerson, menulis di , memberi Whewell kredit penuh
untuk menjadi yang pertama untuk menjelaskan dengan benar apriori keharusan
yang membedakan hukum dasar gerak dari generalisasi empiris belaka. Meyerson

21
berusaha untuk memperpanjang Analisis Whewell oleh pengelompokan hukum
ilmiah menjadi "hukum empiris" dan "Hukum sebab-akibat".
Menurut Meyerson, hukum empiris menentukan bagaimana sistem diubah
ketika kondisi yang tepat dimodifikasi. Hukum jenis ini memungkinkan kita untuk
memprediksi hasil proses alam dan memanipulasi proses tersebut untuk melayani
tujuan kami. Sebuah undang-undang kausal, sebaliknya, adalah sebuah aplikasi
dari Hukum Identitas keberadaan objek dalam waktu. Ini menyatakan bahwa ada
sesuatu yang tetap sama sepanjang perubahan. Dalam kasus reaksi kimia,
misalnya, atom yang terlibat tetap sama sepanjang proses penataan ulang.
Meyerson percaya bahwa sementara pengetahuan tentang hukum empiris
memenuhi kami permintaan ramalan, hanya pengetahuan tentang hukum sebab
akibat memuaskan keinginan kita untuk pemahaman. Hal ini agar dalam
kebajikan aspek ganda hukum sebab akibat. karena hukum kausal menyatakan
identitas, itu menyiratkan kebenaran- yang diperlukan "itu yang, adalah, dan tidak
bisa tidak ", seperti kata Aristoteles. Tapi hukum sebab akibat juga memiliki
empiris konten, karena menyatakan klaim tentang keberadaan benda-benda dalam
waktu. Ini akan tampak bahwa hukum sebab-akibat, menurut Meyerson, berarti
baik diperlukan kebenaran Hukum Identitas, dan pernyataan bahwa kontingen
tertentu "substansi" tetap identik seluruh perubahan dari jenis tertentu. Meyerson
mengakui bahwa pernyataan kontingen mungkin berubah menjadi palsu. ini
memiliki terjadi, misalnya, dalam kasus konservasi massa dan konservasi paritas.
Meyerson menyatakan bahwa, dalam kasus tersebut, meskipun aplikasi Hukum
Identitas dengan keberadaan benda-benda dalam waktu terbukti tidak benar,
Hukum Identitas itu sendiri tidak terpengaruh.
Tetapi Hukum Identitas itu sendiri adalah tautologi. Hal ini tidak mungkin
untuk menyimpulkan dari itu pernyataan tunggal tentang dunia. Meyerson
mengakui ini. Meskipun Demikian, ia percaya bahwa Hukum Identitas adalah
"signifikan" tautologi. Hal ini penting karena aplikasi yang benar-undang ini
dengan keberadaan benda-benda di waktu kondisi yang diperlukan pemahaman
tentang alam. Upaya untuk mengesankan Hukum Identitas pada alam merupakan
prinsip arahan penting bagi penyelidikan ilmiah.

22
Pencarian untuk itu yang tetap sama di seluruh perubahan telah paling
sukses dalam teori atom dan hukum konservasi mekanik. tapi, sebagai Meyerson
menunjukkan, permintaan identitas yang kita bebankan kepada alam bertemu
dengan resistance di titik-titik tertentu. Contohnya adalah Prinsip Carnot, Hukum
Kedua Termodinamika. Prinsip Carnot menetapkan bahwa alami proses dalam
sebuah sistem yang terisolasi meningkatkan entropi dari sistem. Entropi adalah
ukuran tingkat organisasi. Peningkatan entropi merupakan penurunan organisasi
dalam sistem. Tapi karena ada Peningkatan searah entropi dalam proses alami di
terisolasi sistem, tidak mungkin menganggap entropi sebagai "substansi"
dilestarikan seluruh proses ini. Hukum Kedua Termodinamika adalah relasi
lingkup besar dan penting. Ini adalah hubungan yang "non-kausal" di Meyerson
yang masuk akal. Meyerson menyatakan bahwa "prinsip Carnot adalah ekspresi
perlawanan yang bersifat menentang ke kendala yang pemahaman kita, melalui
prinsip kausalitas, mencoba untuk latihan di atasnya.

III. Struktur Teori Ilmiah


Geometri murni dan Geometri Fisik
Pemahaman yang memadai tentang proses teori-konstruksi mengandaikan
pengakuan perbedaan antara sistem aksioma dan nya aplikasi untuk pengalaman.
Pembangunan geometri non-Euclidean di abad kesembilan belas disebut perhatian
perbedaan ini. Lobachevsky, Bolyai, dan Riemann menemukan sistem aksioma
yang berbeda dalam penting hal dari sistem Euclidean.
Dalam sistem Euclidean, diasumsikan bahwa tepat satu garis sejajar dapat
ditarik melalui titik tidak pada satu garis lurus. asumsi yang berbeda dibuat dalam
sistem non-Euclidean. Lobachevsky dan Bolyai diganti Euclidean asumsi oleh
aksioma yang melalui titik tertentu ada dua baris sejajar dengan garis lurus yang
diberikan. Dari aksioma ini, dan lainnya aksioma dan definisi sistemnya,
Lobachevsky menyimpulkan teorema yang jumlah dari sudut interior segitiga
selalu kurang dari derajat, dan menurun sebagai bidang peningkatan
segitiga. Riemann menggantikan Euclidean asumsi oleh aksioma bahwa melalui
titik tidak ada garis sejajar dengan diberikan garis lurus. Sebuah teorema geometri

23
Riemann adalah bahwa jumlah dari sudut interior segitiga selalu lebih besar dari
derajat, dan meningkat seiring bidang segitiga meningkat.
Sebagai sistem deduktif formal, tidak ada alasan untuk menilai salah satu
dari ini alternatif untuk lebih unggul dari yang lain. Mereka relatif konsisten untuk
satu yang lain. Hal ini dapat menunjukkan bahwa jika Euclidean geometri secara
internal konsisten, maka geometri non-Euclidean alternatif konsisten juga.
Pengakuan fakta ini menyebabkan banyak pemikir kontras status apriori
dari aksioma dan teorema "geometri murni" dengan secara empiris signifikan
pernyataan dari "geometri fisik". Helmholtz, misalnya, menekankan bahwa
berbagai sistem geometri, dalam diri mereka sendiri, tanpa isi empiris. Hanya
ketika mereka disatukan dengan prinsip-prinsip tertentu mekanika bahwa
proposisi empiris signifikan hasil. Menurut Helmholtz, itu adalah diperlukan
untuk menentukan hal bagaimana seperti 'titik', 'garis', dan 'angle' yang menjadi
diukur sebelum teorema geometri dapat diterapkan untuk experience.
Duhem pada Binding Bersama Hukum
Pierre Duhem berbagi minat Whewell dalam sejarah ilmu pengetahuan
dan, seperti Whewell, berusaha untuk merumuskan filsafat ilmu konsisten dengan
catatan sejarah. Whewell telah menarik gambar dari kemajuan ilmu pengetahuan
sebagai pertemuan anak sungai untuk membentuk sungai. Duhem sepakat bahwa
teori-teori yang berhasil melakukan colligate, atau mengikat hukum bersama-
sama, eksperimental. Dia berbicara tentang teori "Mewakili" kelompok hukum,
dan kontras ini "perwakilan" fungsi dengan "jelas" fungsi yang paling teori yang
dianggap memiliki. Teori sering diadakan untuk menjelaskan fenomena dengan
menjelaskan "realitas mendasari fenomena ". Duhem mengkritik pandangan ini,
bersikeras bahwa itu adalah Fungsi perwakilan saja yang bernilai ilmiah.
Posisi Duhem bahwa teori-teori ilmiah "mewakili", tetapi tidak
"menjelaskan", hukum eksperimental didasarkan pada pandangannya tentang
struktur teori. Menurut untuk Duhem, teori ilmiah terdiri dari sistem aksioma dan
"aturan korespondensi ", * yang berkorelasi beberapa istilah sistem aksioma
dengan eksperimen ditentukan besaran. Mungkin ada, di samping itu, gambar,
atau model, berkaitan dengan sistem aksioma ditafsirkan. Tapi model ini tidak
bagian dari struktur logis dari teori. Sistem Aksioma dan aturan korespondensi

24
cukup untuk pengurangan undang-undang eksperimental yang yang "diwakili"
oleh teori. Akibatnya, model yang terkait dengan Teori tidak memainkan bagian
dalam tugas memprediksi hasil eksperimen.
Dalam kasus teori kinetik gas, misalnya, negara aksioma hubungan antara
istilah-istilah seperti 'molekul', 'kecepatan', dan 'massa'. aksioma Sistem ini terkait
dengan pengalaman melalui konsep kecepatan akar kuadrat rata-rata semua
molekul. † Aturan korespondensi mengkorelasikan ini akar-meansquare kecepatan
dengan tekanan dan temperatur gas. Duhem bersikeras bahwa teori kinetik
berharga karena mengikat bersama-sama sebelumnya hukum eksperimental terkait
tentang perilaku makroskopik gas. untuk Misalnya, hukum dikaitkan dengan
Boyle, Charles, dan Graham adalah deduktif Konsekuensi dari asumsi teori. Ini
adalah "wakil" fungsi teori. Dia membantah, bagaimanapun, bahwa model yang
menggambarkan tabrakan elastis antara titik-massa-memiliki fungsi jelas. Duhem
sangat kritis terhadap posisi Lord Kelvin yang "memahami" a Proses adalah untuk
memvisualisasikan mekanisme yang mendasari. Menurut Duhem, yang model
yang terkait dengan teori mungkin memiliki nilai heuristik dalam pencarian
hukum eksperimental tambahan, tetapi model itu sendiri bukanlah premis di
penjelasan yang diberikan oleh teori
Duhem menekankan bahwa teori tidak "mewakili" kelompok hukum
hanya dengan menyatakan gabungan dari undang-undang ini. Hubungan ini lebih
kompleks, dan memungkinkan berbagai besar untuk imajinasi teori tersebut.
Tentu saja, sebuah Teori diterima harus menyiratkan hukum eksperimental diuji,
tetapi mendasar asumsi teori dapat mencakup pernyataan tentang besaran sekali
tidak berkorelasi dengan proses measurement.3 Dalam kasus tersebut, aksioma
teori yang dirumuskan oleh hipotesis, dan bukan oleh induktif inferensi.
Duhem mengatakan bahwa prosedur ilmiah diresapi seluruh dengan
pertimbangan teoritis. Dia mendukung pendapat Whewell bahwa ada fakta tidak
tereduksi tanpa semua teori. Duhem menekankan bahwa ilmuwan selalu
menafsirkan temuan eksperimental dengan bantuan beberapa teori. apa Yg Duhem
dirinya tidak menggunakan 'aturan korespondensi' frase untuk berdiri untuk
laporan yang menghubungkan sistem aksioma dengan besaran eksperimen
ditentukan. † Kecepatan akar kuadrat rata-rata u didefinisikan sebagai berikut:

25
RUMUS
di mana n adalah jumlah molekul.
adalah menarik bagi ilmuwan tidak hanya bahwa pointer dari beberapa instrumen
adalah pada . . Observasi tersebut adalah nilai hanya dalam hubungannya
dengan interpretasi maknanya. Misalnya, membaca pointer ditafsirkan berarti
bahwa arus dalam rangkaian adalah nilai tertentu, bahwa suhu dari substansi
memiliki nilai tertentu, atau sesuatu yang serupa. Selain itu, sebagai Duhem
menunjukkan, ilmuwan mengakui bahwa instrumen yang mempekerjakan
memiliki kesalahan eksperimental terbatas. Sebagai contoh, jika manometer
dibaca ' . ', dan jika batas kesalahan eksperimental adalah ± . atmosfer,
maka setiap tekanan antara . dan . atmosfer konsisten dengan membaca.
Duhem menyatakan ini dengan menunjukkan bahwa tanpa batas waktu banyak
"fakta-fakta teoritis" yang consisent dengan satu set eksperimental mengingat
kondisi.
Atas dasar pertimbangan tersebut, Duhem mengkritik ideal ilmiah
Prosedur yang telah diberikan Newton di Umum Scholium dari Principia. Newton
telah merekomendasikan bahwa filsafat alam dibatasi pada proposisi dicapai
dengan generalisasi induktif dari pernyataan tentang fenomena. Meskipun Newton
sendiri tidak mengikuti yang ideal inductivist ini di Principia, itu sendiri yang
ideal telah terbukti ulet dalam sejarah ilmu pengetahuan. Duhem mengamati
bahwa” dua terumbu karang yang tak terelakkan membuat kursus murni induktif
praktis untuk fisikawan. Di tempat pertama, tidak ada hukum eksperimental dapat
melayani teori sebelum telah mengalami interpretasi mengubahnya menjadi
hukum simbolik; dan interpretasi ini menyiratkan kepatuhan terhadap seluruh
rangkaian teori. Di tempat kedua, ada hukum eksperimental tepat, tetapi hanya
perkiraan, dan karena itu rentan terhadap tak terbatas yang berbeda simbolik
terjemahan; dan di antara semua terjemahan ini, fisikawan harus memilih salah
satu yang akan memberinya sebuah hipotesis berbuah, tanpa pilihannya dipandu
oleh eksperimen pada semua”
Campbell di "Hipotesis" dan "Kamus"
NR Campbell, menulis di , membuat perbedaan antara aksioma
sistem dan aplikasi untuk mengalami dasar analisis yang cermat dari struktur teori

26
fisika. Menurut Campbell, teori fisik terdiri laporan dua jenis yang berbeda. Ia
disebut satu set pernyataan "Hipotesis" teori. Dalam penggunaan Campbell,
seorang "hipotesis" adalah koleksi laporan kebenaran yang tidak dapat dipastikan
empirically.6 Itu membuat tidak masuk akal untuk bertanya tentang kebenaran
empiris hipotesis dalam dirinya sendiri, karena tidak ada makna empiris telah
ditetapkan dengan ketentuan-ketentuannya. Campbell termasuk dalam hipotesis
dari teori kedua aksioma dan teorema deducible dari mereka.
Campbell disebut set kedua pernyataan dalam teori sebagai "Kamus"
untuk hipotesis. Laporan dalam kamus berhubungan istilah hipotesis laporan yang
empiris kebenaran dapat ditentukan. Pandangan Campbell dari struktur teori
ilmiah dapat direpresentasikan sebagai berikut:
GRAFIK
Dalam diagram ini, α, β, γ,. . . adalah hal sistem aksioma, dan garis-garis
bergabung dengan istilah mewakili aksioma. Dalam dirinya sendiri, sistem
aksioma adalah seperangkat hubungan abstrak antara istilah ditafsirkan. Batas
antara sistem aksioma dan bidang pengalaman rasa dijembatani oleh kamus entri
yang menghubungkan istilah tertentu dari sistem aksioma dengan eksperimen sifat
terukur.
Dalam perjanjian dengan Duhem, Campbell menegaskan bahwa dalam
banyak teori ada istilah yang tidak ada entri kamus. Hal ini tidak perlu untuk
menghubungkan setiap istilah hipotetis untuk pernyataan eksperimen diuji untuk
mencapai signifikansi empiris untuk teori secara keseluruhan. Dalam diagram di
atas, δ dan ω tidak disebutkan dalam kamus. Namun, seluruh sistem aksioma, di
mana δ dan ω adalah istilah, terkait dengan pengalaman melalui kamus entri yang
berkaitan α dan A, β dan B, dan γ dan C.
Teori kinetik gas adalah ilustrasi yang baik dari titik ini. aksioma dari
hubungan teori negara antara massa dan kecepatan dari masing-masing molekul.
Tetapi tidak ada entri kamus untuk kecepatan molekul individu. Namun demikian,
kecepatan molekul individu terkait dengan akar-meansquare kecepatan semua
molekul, dan kecepatan akar kuadrat rata-rata adalah berkorelasi melalui kamus
dengan suhu dan tekanan gas.
Teori matematika dan Teori Teknik

27
Campbell dibagi teori fisika ke "teori matematika" dan "Teori mekanik",
dan berdasarkan pembagian pada perbedaan resmi struktur. Setiap istilah yang
penting dari hipotesis teori matematika adalah berkorelasi secara langsung dan
secara terpisah dengan besaran secara empiris ditentukan. Geometri fisik
mencontohkan jenis teori. Istilah-istilah seperti 'titik', 'line', dan 'angle' terhubung
langsung mengukur prosedur. Dalam kasus Teori mekanik, di sisi lain, beberapa
istilah hipotesis adalah berkorelasi dengan besaran secara empiris ditentukan
hanya melalui fungsi terms.7 ini ini adalah kasus untuk kecepatan molekul
individu dalam kinetik Teori. Teori kinetik gas sehingga mencontohkan jenis
mekanik Teori fisik.
Analogi
Campbell menyatakan bahwa struktur formal teori ilmiah terdiri dari
hipotesis dan kamus. Tapi dia juga menyatakan bahwa hal itu tidak cukup untuk
Teori hanya untuk menampilkan struktur formal yang diperlukan. Ini harus, di
samping itu, akan terkait dengan analogi. Sebuah teori yang dapat diterima
menunjukkan analogi ke Sistem diatur oleh hukum yang ditetapkan sebelumnya.
Dan ini sebelumnya ditetapkan undang-undang yang dinilai lebih akrab, atau yang
lebih memadai, daripada hukum disimpulkan dari teori. Campbell menyatakan
bahwa teori
“selalu menjelaskan hukum dengan menunjukkan bahwa jika kita membayangkan
bahwa sistem yang hukum-hukum menerapkan terdiri dalam beberapa cara sistem
lain yang beberapa undang-undang lain yang dikenal berlaku, maka hukum dapat
disimpulkan dari theory”
Dalam teori kinetik gas, misalnya, analogi yang ditarik antara molekul gas
dan segerombolan partikel. Partikel yang dianggap mematuhi hukum Newton dan
menjalani tabrakan tanpa kehilangan energi. ini analogi memainkan peran penting
dalam sejarah perkembangan teori tentang perilaku gas. Awalnya, analogi positif
antara partikel dan molekul dibatasi pada sifat gerak dan dampak elastis. Tidak
ada referensi dibuat untuk properti lain bahwa partikel mungkin. Selanjutnya, van
der Waals diperpanjang teori untuk menjelaskan perilaku gas di bawah tekanan
tinggi. Dia dicapai ini dengan membuat asumsi tertentu tentang volume partikel

28
dan kekuatan yang ada antara partikel. Properti ini awalnya merupakan bagian
dari analogi netral antara partikel dan molekul.
Duhem dan Campbell keduanya menyadari peran heuristik analogi dalam
hal ini. Tapi untuk Duhem, untuk menegaskan teori adalah untuk menegaskan
positif analogi saja, sedangkan untuk Campbell, untuk menegaskan teori adalah
untuk menegaskan sebuah positif-plus-netral analogi. Untuk alasan ini, Duhem
dijelaskan transisi dari teori kinetik asli untuk modifikasi oleh van der Waals
sebagai penggantian satu teori dengan yang lain, sedangkan Campbell
menggambarkan transisi sebagai perpanjangan teori kinetik.
Campbell menegaskan bahwa analogi terkait dengan teori tidak hanya
perangkat heuristik untuk memudahkan pencarian hukum tambahan. di
Sebaliknya, analogi ini merupakan bagian penting dari teori, karena hanya dalam
hal dari analogi bahwa teori dapat dikatakan untuk menjelaskan satu set hukum.
Campbell diilustrasikan titik ini dengan merumuskan teori ad hoc berikut:
Hipotesis terdiri dari proposisi matematika berikut:
(1) u, v, w,. . . adalah variabel independen.
(2) adalah konstan untuk semua nilai variabel tersebut.
(3) b adalah konstan untuk semua nilai variabel tersebut.
(4) c = d, di mana c dan d adalah variabel dependen.
Kamus terdiri dari proposisi berikut:
1. Pernyataan bahwa (c 2 + d 2) a = R dimana R adalah angka positif dan
rasional, menyiratkan pernyataan bahwa perlawanan (listrik) dari beberapa
bagian yang pasti logam murni R.
2. Pernyataan bahwa CD b = T menyiratkan bahwa (absolut) suhu bagian
yang sama dari logam murni adalah T9.
Ini dapat disimpulkan dari hipotesis bahwa
Menurut kamus, teorema ini setara dengan eksperimental hukum bahwa hambatan
listrik dari potongan logam murni berbanding lurus suhu mutlak.
Apa yang salah dengan teori semacam itu? Duhem akan mengatakan
bahwa itu gagal untuk mencapai ekonomi representasi, dan bahwa hal itu tidak
mungkin untuk memiliki nilai heuristik. Campbell menegaskan, bagaimanapun,
bahwa ini hipotesis-plus-kamus bukanlah "teori" sama sekali. Hipotesis dan

29
kamus telah dirumuskan semata-mata untuk menyiratkan hukum eksperimental
yang diinginkan. Namun yang jelas, hukum tertentu, atau bahkan satu set hukum,
dapat disimpulkan dari selamanya banyak set premisses. keberhasilan
pemotongan hukum dari hipotesis-plus-kamus adalah diperlukan, tapi tidak
cukup, kondisi menjelaskan hukum. Menurut Campbell, hanya ketika analogi
ditarik hukum lain yang dikenal bahwa teori menjelaskan hukum deducible dari
itu.
Campbell percaya ini benar untuk teori matematika serta untuk teori
mekanik. Namun, sementara analogi untuk teori mekanik eksplisit dinyatakan dan
jelas, seperti ini tidak terjadi untuk teori matematika. Campbell menjelaskan hal
ini dengan menunjukkan bahwa dalam teori matematika hukum yang analogi yang
ditarik adalah hukum yang sama yang disimpulkan dari teori. Analoginya adalah
salah satu bentuk matematika. Teori dari mana hukum eksperimen disimpulkan
adalah bentuk matematis yang sama dengan hukum itu sendiri.
Campbell dikutip teori Fourier tentang konduksi panas sebagai contoh
teori matematika. Teori ini terdiri dari persamaan matematika dan kamus.
Persamaan ini
Kamus menetapkan bahwa θ adalah temperatur absolut, λ termal
konduktivitas, ρ densitas, c panas spesifik, t waktu, dan x, y, z tata ruang
koordinat titik dalam lempengan panjang tak terhingga bahan. banyak sekali
hukum eksperimental tentang konduksi panas melalui lembaran terbatas berbagai
Bahan dapat disimpulkan dari teori ini. Hukum hubungan negara eksperimental
antara variabel dan konstanta yang sama seperti yang disebutkan dalam teori, dan
undang-undang berbagi dengan teori bentuk matematika. Menurut Campbell, itu
adalah dalam kebajikan analogi antara teori dan Fourier hukum percobaan
konduksi panas yang teori dapat dikatakan untuk menjelaskan hukum.
Campbell menyatakan bahwa tujuan ilmu pengetahuan adalah penemuan
dan penjelasan hukum, dan bahwa hukum dapat dijelaskan hanya dengan
penggabungan mereka teori. Analisis tajam tentang struktur teori-teori ilmiah
adalah lanjut meniup terhadap pandangan inductivist prosedur ilmiah.
Teori mekanik, khususnya, muncul hanya setelah keberhasilan penerapan
analogi. Dan tidak ada aturan dapat ditentukan di muka untuk memisahkan sesuai

30
dari analogi yang tidak pantas. Imajinasi teori dibatasi hanya dengan persyaratan
konsistensi internal dan deducibility dari hukum eksperimental. Setelah
dirumuskan, tanda sukses mekanik Teori adalah kesuksesan dalam menunjukkan
korelasi lanjut.
Teori matematika juga muncul hanya pada keberhasilan penerapan
analogi. Dalam proses ini, pertimbangan kesederhanaan matematika adalah
penting. Tapi Campbell bersikeras bahwa perumusan matematika Teori ini tidak
hanya ekstrapolasi hukum eksperimental. Teori yang harus pilih antara hubungan
matematika alternatif yang baik menyiratkan hukum dan menunjukkan beberapa
kesamaan bentuk matematis dengan hukum. ada yang tidak ada dalam undang-
undang eksperimental sendiri yang memaksa dia untuk memilih salah satu
alternatif tertentu.
Klaim Campbell bahwa hanya dalam kebajikan dari sebuah analogi yang
ilmiah Teori dapat dikatakan untuk menjelaskan hukum-hukum deducible dari itu
telah ditentang oleh Carl Hempel. Hempel berpendapat bahwa Campbell teori ad
hoc tentang hambatan listrik dari logam tidak membuktikan bahwa banding ke
analogi penting untuk penjelasan ilmiah.
Hempel menyarankan teori ad hoc yang berbeda dari yang hukum
resistensi dapat disimpulkan. Hipotesis terdiri dari dua relasi berikut:
di mana k1 dan k2 adalah konstanta. Kamus menetapkan bahwa, untuk setiap
bagian dari u logam murni, c (u) adalah perlawanan dan d listriknya (u) adalah
kebalikan dari yang temperatur absolut.
Ini dapat disimpulkan dari hipotesis di atas bahwa

Dalam hal kamus, hubungan ini menetapkan bahwa hambatan listrik sepotong
logam murni berbanding lurus dengan suhu mutlak.
Hempel menunjukkan bahwa teorinya, tidak seperti itu dari Campbell,
apakah tampilan analogi hukum yang didirikan sebelumnya. Setiap hubungan
yang dinyatakan dalam hipotesis adalah analog formal hukum Ohm. * Namun
keberadaan ini analogi tidak menambah kekuatan penjelas teori. Sebagai Duhem
telah mengamati, kekuatan penjelas dari teori berasal dari argumen yang
eksperimental hukum yang disimpulkan, dan analogi yang tidak terlibat dalam

31
argumen ini. Hempel menekankan bahwa kedua teori sendiri dan alternatif
Campbell Teori kekurangan kekuatan penjelas karena hanya ada satu pun Hukum
eksperimental yang dapat disimpulkan dalam setiap teori. teori Baik mencapai
integrasi konseptual dengan menunjukkan bagaimana set tertentu teoritis asumsi
menyiratkan sejumlah undang-undang percobaan yang berbeda. menurut Hempel,
itu adalah integrasi konseptual ini, yang Duhem telah disebut "perwakilan Fungsi
", yang merupakan kekuatan penjelas dari ilmiah teori
Hempel mengakui bahwa analogi sering nilai dalam membimbing lebih
lanjut penelitian. Dia tidak membantah fakta bahwa analogi telah berpengaruh
dalam sejarah perkembangan ilmu. Tapi dia mempertahankan, dengan Duhem,
yang karena analogi tidak terjadi sebagai premisses dalam pemotongan
eksperimental hukum, analogi bukan bagian dari struktur teori-teori ilmiah.
Di mana saya adalah saat ini, V perbedaan potensial, dan R perlawanan, dalam
listrik sirkit Yang paling yang telah ditetapkan oleh kontra-kasus Hempel adalah
bahwa tidak setiap banding ke kesamaan bentuk memberikan penjelasan untuk
satu set hukum. Hal ini membuat klaim terpengaruh Campbell bahwa penjelasan
hukum oleh Teori dicapai hanya dengan merumuskan analogi beberapa sistem
diatur oleh sebelumnya menetapkan undang-undang. Campbell mungkin akan
setuju bahwa referensi Hukum Ohm tidak membentuk analog yang tepat, dan
bahwa Hempel hipotesis-plus-kamus tidak memiliki kekuatan penjelas. Tapi
Campbell berkomitmen hanya untuk posisi bahwa jika teori memang memiliki
kekuatan penjelas, maka hal itu menunjukkan analogi sistem diatur oleh hukum
yang ditetapkan sebelumnya. A "Teori" yang menampilkan sebuah analogi tetapi
yang tidak memiliki penjelasan daya tidak counter-kasus klaim ini.
Hesse pada Ilmiah Penggunaan Analogi
Mary Hesse telah menyarankan bahwa menggunakan analogi dalam ilmu
sering mengklaim bahwa dua jenis hubungan terus antara analog dan sistem
menjadi menjelaskan. Yang pertama adalah hubungan kesamaan antara sifat-sifat
analog dan sifat-sifat sistem yang akan dijelaskan. Yang kedua adalah kausal
hubungan, atau hubungan fungsional, yang memegang kedua untuk analog dan
untuk sistem yang akan dijelaskan. Sebagai contoh, sebuah analogi antara sifat-
sifat suara dan sifat-sifat cahaya dapat direpresentasikan sebagai berikut:

32
Analogi ini dapat digunakan untuk membuat klaim ganda. Klaim pertama
adalah bahwa sifat yang sesuai dalam setiap kolom yang sama. Klaim kedua
adalah bahwa ada hubungan kausal dari jenis yang sama yang menghubungkan
istilah dalam setiap kolom. Ini akan mencakup hukum refleksi, refraksi, variasi
intensitas dengan jarak, dan sejenisnya. Hesse menunjukkan bahwa masing-
masing Klaim dapat ditentang. Orang mungkin berpendapat bahwa hubungan
kesamaan yang dangkal. Dan salah satu mungkin berpendapat bahwa itu adalah
tidak pantas untuk menerapkan diketahui hubungan sebab akibat dari propagasi
suara untuk kasus propagasi cahaya
Analogi yang digunakan dalam kontra-kasus Hempel berbeda dalam hal
penting dari analogi suara-cahaya. Dalam analogi suara-cahaya, kesamaan
horisontal Hubungan yang dianggap memegang independen dari keberadaan
vertikal hubungan kausal. Hal ini tidak terjadi di analogi Hempel. Satu-satunya
hubungan mengaku terus antara hal analog dan hal sistem yang akan dijelaskan
adalah partisipasi dalam hubungan fungsional dari bentuk yang sama. Keterkaitan
horisontal didirikan hanya dalam kebajikan dari sebuah identitas bentuk dalam
hubungan vertikal masing-masing, yaitu .: TABEL
Hesse disebut analogi jenis ini sebagai "analogi resmi" untuk membedakan
mereka dari "analogi materi" yang memiliki hubungan kesamaan horisontal yang
independen dari hubungan vertikal.
Hesse menyatakan bahwa penerimaan analogi resmi tergantung
sepenuhnya pada kesesuaian hubungan resmi yang dikutip. Dalam Hempel
kontra-kasus, ada tampaknya tidak ada alasan (selain membangun hubungan
deduktif menghasilkan hukum yang dikenal) untuk memilih Hukum Ohm sebagai
analog. Untuk tujuan menyimpulkan hukum diketahui, Ideal Gas Hukum * akan
menjadi analog sama baik. Kita telah diberi ada alasan untuk percaya bahwa ada
hubungan antara aksioma Hempel dan aliran arus dalam sirkuit listrik. Apa yang
dibutuhkan pada saat ini adalah kriteria kesesuaian link analogis.
Harre pada Pentingnya Underlying mekanisme
Bertentangan dengan Duhem-Hempel pandangan teori, Rom Harre
memiliki merekomendasikan "Copernican Revolution" di mana penekanan

33
bergeser dari formal, struktur deduktif teori untuk model terkait. dia menyatakan
bahwa RUMUS
revolusi Copernicus dalam filsafat ilmu terdiri membawa model ke posisi
sentral sebagai instrumen pemikiran, dan relegating deduktif terorganisir struktur
proposisi untuk peran heuristik saja, dan membangkitkan gagasan dari generasi
satu peristiwa atau keadaan oleh orang lain. Pada tampilan ini teori konstruksi
menjadi dasarnya dalam membangun ide-ide mekanisme hipotetis.
Harre menyatakan bahwa penekanan ini lebih konsisten dengan "gigih
intuisi ilmuwan "15 daripada posisi Duhem.
Harre dibedakan tiga bagian komponen teori ilmiah; pernyataan tentang
model, hukum empiris, dan aturan transformasi. itu pernyataan tentang model
biasanya mencakup hipotesis yang menegaskan keberadaan entitas teoritis dan
hipotesis tentang perilaku ini entitas. Aturan transformasi dapat terdiri kedua
hipotesis kausal dan modal mengubah. Hipotesis kausal dapat dinyatakan dalam
bersyarat kalimat dalam bentuk 'Jika M kemudian E', di mana 'M' adalah keadaan
model, dan 'E' adalah jenis efek yang diamati. Transformasi model yang dapat
dinyatakan dalam kalimat bi-kondisional dalam bentuk 'M jika, dan hanya jika, E'.
Pada analisis ini, struktur teori kinetik gas akan diwakili, sebagian, sebagai
berikut:
TABEL
Sehubungan dengan model tertanam dalam teori, Harre menekankan
hipotesis eksistensial yang disarankan oleh model daripada struktur deduktif yang
dapat dikembangkan dari hipotesis deskriptif. Dia bersikeras bahwa rumusan
hipotesis eksistensial adalah operasi "ilmu-memperpanjang", dan didukung
anggapan ini dengan analisis sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Tidak
dapat disangkal bahwa mencoba untuk membenarkan klaim tentang keberadaan
entitas teoritis seperti kapiler, gelombang radio, dan neutrino, memiliki
memberikan kontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Harre menunjukkan spektrum hasil yang mungkin dari upaya untuk
mengkonfirmasi hipotesis eksistensial. Salah satu kemungkinan adalah bahwa
baik demonstratif dan Kriteria recognitive untuk jenis entitas dicari puas.
Mendeleef itu prediksi adanya unsure yang belum ditemukan adalah contoh.

34
Kriteria recognitive yang ia ditentukan-sifat fisik, jenis Senyawa terbentuk, et al.-
kemudian ditunjukkan dipenuhi oleh Skandium, Gallium, dan Germanium. Hal
yang sama dapat dikatakan untuk hipotesis tentang keberadaan positron, virus,
dan neutrino.
Dalam kasus lain, hipotesis eksistensial dapat ditinggalkan karena
demonstratif Kriteria belum dipenuhi. Ini adalah nasib hipotesis bahwa terdapat
sebuah planet yang mengorbit di dalam itu dari Merkurius, dan juga hipotesis
bahwa ada eter di mana cahaya disebarkan.
Dan dalam kasus lain masih, hipotesis eksistensial dapat ditinggalkan
karena Kriteria recognitive belum terpenuhi. Dalam kasus tersebut,
demonstrationregion yang ditemukan untuk ditempati oleh sesuatu yang tidak
memuaskan asli Kriteria recognitive. Misalnya, penyelidikan mikroskopis dari
hati manusia mengungkapkan bahwa itu adalah otot yang terus-menerus, dan
hipotesis Galen bahwa terdapat pori-pori di septum di mana darah berlalu, adalah
ditinggalkan.
Dalam beberapa kasus, kegagalan untuk memenuhi kriteria recognitive
telah mengakibatkan recategorization entitas teoritis yang bersangkutan. Hal ini
terjadi dalam kasus "Kalori". Banyak ilmuwan abad kedelapan belas menjelaskan
efek termal di hal transfer cairan tak terlihat. Namun pada abad kesembilan belas,
berbagai penelitian menunjukkan bahwa kalori tidak memenuhi kriteria tertentu
recognitive yang harus dipenuhi oleh entitas substantif. Sebagai contoh, ini
"substansi" sebagian besar menghilang dalam proses tertentu di mana kerja
mekanik dilakukan. Salah satu respon ilmuwan adalah untuk menafsirkan kalori
sebagai kualitas substansi-energi kinetik rata-rata partikel penyusunnya-bukan
selain sebagai zat itu sendiri.
Menurut Harre, salah satu kriteria kesesuaian link analogis tertanam dalam
teori adalah generasi hipotesis eksistensial dari Teori. Jika tidak ada hipotesis
eksistensial yang disarankan oleh teori, maka teori tidak memajukan pemahaman
kita tentang mekanisme yang mendasari alam proses. Harre menyatakan bahwa”
penjelasan ilmiah terdiri dalam mencari atau membayangkan mekanisme generatif
masuk akal untuk pola antara peristiwa, untuk struktur hal, bagi generasi,

35
pertumbuhan, pembusukan, atau kepunahan hal dan bahan, untuk perubahan
dalam bertahan dan hal-hal bahan bahan”
Dari sudut pandang ini, teori-teori yang Campbell dan Hempel dirumuskan
untuk menyimpulkan variasi hambatan listrik dengan suhu, seluruhnya tidak
memadai.

36
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
 Pada perkembangannya muncul dua prinsip yang sangat berpengaruh,
yaitu prinsip empirisme dan rasionalisme. Banyak filsuf yag memiliki
teorinya masing-masing baik itu medukung prinsip empirisme atau pun
rasionalisme. Filsafat Kant kemudian dirumuskan dalam perdebatan dua
pandangan besar pada waktu itu yakni rasionalisme dan empirisme,
khususnya rasionalisme G.W. Leibniz (1646‐1716), dan empirisme David
Hume (1711‐1776). Kant dipengaruhi oleh mereka, tetapi mengkritik
kedua pemikiran filsuf ini untuk menunjukkan kelemahan‐kelemahan
mereka, serta kemudian merumuskan pandangannya sendiri sebagai
sintesis kritis dari keduanya, yakni filsafat transendental (transcendental
philosophy).
 John Herschel Awal Wacana di Alam Filsafat, adalah pekerjaan yang
paling komprehensif dan paling seimbang di filsafat ilmu yang ada pada
saat itu. Whewell mengusulkan untuk memeriksa proses penemuan dalam
berbagai ilmu untuk melihat apakah ada pola yang ditampilkan di
dalamnya. Kemudian, Meyerson berusaha untuk memperpanjang Analisis
Whewell oleh pengelompokan hukum ilmiah menjadi "hukum empiris"
dan "Hukum sebab-akibat".
 Pemahaman yang memadai tentang proses teori-konstruksi mennimbulkan
pengakuan adanya perbedaan antara sistem aksioma dan aplikasinya.
Pembangunan geometri Euclidean di abad kesembilan belas memberikan
perhatian pada perbedaan ini. Lobachevsky, Bolyai, dan Riemann
menemukan sistem aksioma yang berbeda dalam hal dari sistem Euclidean

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca mengetahui lebih jauh
tentang teori-terori filsfat dari beberapa filsuf kemudian mengilhami teori-teori
tersebut dalam mendidik para siswa di sekolah

37
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Muhammad. Rasionalisme Leibniz. Diakses pada:


http://abywatilove.blogspot.com/2013/02/rasionalisme-leibniz.html. Pada
tanggal 25 Desember 2014
Anonim. 2014. Aliran Pendidikan. Diakses pada
http://umbusipri.blogspot.com/2014/06/aliran-pendidikan_17.html. Pada
tanggal 25 Desember 2014
Karyadi, Hidayat. 2013. Epistomologi Pengetahuan Metode Imiah. Diakses pada:
http://hidayatkaryadi.blogspot.com/2013/10/epistemologi-pengetahuan-
metode-ilmiah.html. Pada tanggal 26 Desember 2014
Susesno, Franz Magnis. 1997. 13 Tokoh Etika. Yogyakarta : Kanisius Sember
Wattimena, Reza A.A. 2009. Metode Skeptisisme di Dalam Filsafat Modern.
Diakses pada: http://rumahfilsafat.com/2009/07/23/metode-skeptisisme-
di-dalam-filsafat-modern/ Juli 23, 2009 . Pada tanggal 26 Desember 2014

38

Anda mungkin juga menyukai