Anda di halaman 1dari 4

Resume Buku Filsafat Ilmu

Judul buku : Filsafat Ilmu “ Mencari Makna tanpa Kata dan Mentasbihkan
Tuhan dalam Nalar”

Penulis : Prof. DR. Cecep Sumarna

Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya

Tahun Terbit : 2020 (Cetakan Pertama)

Bab 1

Pada bab 1 ini penulis mengawali dengan mengenalkan filsafat lewat


berbagai penjelasan para tokoh besar dalam menafsirkan apa aitu filsafat seperti
pemahaman filsafat dari pemikir barat yakni Socrates, Decrates, Immanuel Kant
juga para pemikir tanah air yakni Ali Mudahafir, Harun Hadiwiyono, Hasbullah
Bakri, Harun Nasution. Perdebatan makna filsafat ini berakar dari penjelasan
makna filsafat yang berasal dari kata “ philosophia” atau “ philosopos “ dimana
kata philos dan shopos yang berarti cinta kebijaksanaan. Jika dirangkum pada bab
ini menjelaskan mengenai filsafat bahwa Filsafat meminta orang untuk lebih
cerdas dalam memecahkan peristiwa dan fenomena di sekitar mereka. Penilaian
dan keputusan tidak selalu bersifat sementara. Filsafat pun berbicara tentang alam
atau jenis realitas.
Filsafat adalah kumpulan sikap dan keyakinan tentang kehidupan dan
alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah analisis logis
bahasa dan penjelasan makna dan pemahaman (konsep) kata-kata. Filsafat
mencakup masalah yang lebih luas dan lebih dalam yang didasarkan pada
pengalaman dunia nyata sehari-hari. Filsafat bersifat deskriptif, tetapi menjelaskan
secara logis dari ketidaktahuan menjadi pengetahuan. Filsafat menawarkan
penjelasan yang mutlak dan mendalam.
Selain pemaknaan yang berbeda dari setiap para pemikir, bab 1 juga
membahas mengenai pergeseran makna filsafat yang mana naik pangkat menjadi
sebuah pengetahuan yang dapat mengantarkan manusia menuju kebenaran yang
murni, filsafat yang dulunya bermakna mengenai kebijaksaan, kemudian bergeser
kea rah yang lebih substantif. Filsafat berubah maknanya yang kemudian di
jadikan pandangan hidup atau jalan hidup

Selain itu, penulis memaparkan ciri-ciri pemikiran filosofis dengan ciri-


ciri sebagai berikut: radikal, sistematis, universal, spekulatif. Berpikir secara
fundamental berarti melihat akar masalah. Sistemik adalah berpikir selangkah
demi selangkah, sadar, berkesinambungan, bertanggung jawab, dan logis.
Universal berarti bahwa pemikiran secara keseluruhan tidak terbatas pada bagian
tertentu dan mencakup semua aspek, konkret dan abstrak, atau fisik dan metafisik.
Akhirnya, secara spekulatif, para filsuf memiliki pola pikir spekulatif, sehingga
mereka terus bereksperimen dan bertanya tentang kebenaran yang mereka pegang.

Dan yang terakhir yang di bahas pada bab ini adalah mengenai objek
kajian filsafat, yang diawali dengan pembahasan mengenai Ketuhanan, dimana
pengkajian filsafat juga merambah pada kajian Ketuhanan atau yang umum di
sebut dengan ilmu teologis. Filsafat tidak hanya terbatas pada kajian mengenai
alam atau pun manusia, lebih dari itu yakni persoalan mengenai Tuhan, serta
relasi dengan ketiganya. Disamping itu penulis menyatakan bahwa kajian
ketuhanan tidak hanya milik agamawan, melainkan juga seorang filsuf.

BAB 2

Bab ini di awali mengenai pembahasan soal dinamika perkembangan ilmu,


dimana penulis menjelaskan mengenai ilmu yang tidak bisa berdiri sendiri, karena
ilmu adalah suatu hal yang terus berkembang yang mana ilmu itu terikat pada
suatu factor atau actor sampai mana ilmu itu hadir. Dalam bab ini penulis
menjelaskan jika ilmu dinamis, tidak pernah statis, selalu berubah oleh zaman,
dalam hal ini penulis memberikan contoh pendapat dari Thomas S Kuhn yang
mana mengartikan bahwa ilmu adalah sesuatu yang berkembang, yang tidak dapat
berdiri sendiri, yang tetap terpaut oleh sesuatu meskipun sedikit, meskipun
terdapat sebuah perdebatan. Penjelasaan selanjutnya adalah mengenai perbedaan
antara pengetahuan dan ilmu. Ilmu lebih menitikberatkan pada aspek teoritis dari
sejumlah pengetahuan yang di peroleh atau dimiliki manusia, sedangkan
pengetahuan tidak menyaratkan teoritisasi dan pengujian. ilmu adalah pengetahuan
yang koheren, sistematis secara empiris, terukur dan dapat dibuktikan. ilmu adalah

kumpulan konsep yang diuji menurut kaidah berpikir ilmiah, kumpulan ilmu yang

dipelajari dan diuji atas dasar penelitian ilmiah, yang disebut pengetahuan atau

kecerdasan. ilmu berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah merupakan

keputusan yang terpisah, sebaliknya ilmu menyiratkan suatu kesatuan ide yang

berhubungan dengan objek yang sama dan secara logis terkait satu sama lain, oleh

karena itu koherensi adalah sains itu sendiri adalah esensi ilmu. dan metodologi.

pada bagian kedua ini menguraikan mengenai kategorisasi ilmu, di awali


dengan pengertian ilmu menurut Naquib Alatas, bahwa ilmu dalam literasi islam
di bagi menjadi dua yakni ilmu ma’rifat dan ilmu sains, dimana kedua bidang
ilmu adalah saling berkaitan. Ilmu ma;rifat adalah ilmu yang diberikan langsung
oleh Allah yang berupa wahyu, ilham dan irhas. Ilmu sains menurutnya adalh
bagian dari ilmu penegtahuan yang berkaitan dengan dimensi fisik dari objek
objek dengan aspek yang bersifat fisik dan materiil. Ilmu sains dianggap dapat
dicapai manusia dengan pengguaan intelektual dan jasmaniah atas objek objek
yang materiil dan empiris.
BAB 3

Filsafat ilmu lahir pada abad ke 18 M, dimana penulis menjelaskan bahwa


jika telaahnya akan mengacu kepada seorang intelektual yakni Immanuel Kant,
dalam hal ini bahkan Immanuel Kant disebut sebagai pendiri filsafat ilmu, hal ini
didasari karena Kant pernah menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu
yang mampu menunjukkan batas batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia
secara tepat. Batas batas tersebut dianggapnya tidak cukup memadai di jawab oleh
ilmu, manfaat ilmu hanya dapat dikawal dengan kajian filsafat, tanpa filsafat ilmu
hanyalah bias makna.

Sejak adanya pemikiran tersebut ragam pemikiran intelektual mengenai


tidak terjun bebas dalam paradigma positivismenya, sejak adanya pemikiran
Immanuel Kant ini ilmu mulai di kawal oleh aspek aksiologis. Dan bukti penting
filsafat pada abad ke 18 M adalah di eropa telah lahir Filsafat pengetahuan, yang
mana didalamnya terdapat matematika, logika, bahasa, metodologi dan nilai guna
keilmuan menjadi landasan utama dalam melahirkan ilmu. Menurutnya
pentingnya belajar filsafat salah satunya agar dapat paham jika apa yang membuat
manusia seolah memalingkan dalam segenap capaiannya bukanlah filsafat
melainkan produk dari filsafat itu sendiri, yaitu ilmu. Dimana dalam
perkembangannya sesuatu yang dapat disebut ilmu adalah sesuatu yang empiris,
dapat di ukur, serta di uji, jika tidak tidak bisa di anggap sebagai ilmu.

Dalam penjelasan berikutnya penulis menyatakan mengenai kegelisahan


Kant akan perkembangan ilmu yang positivistic, sebagai contoh ketika ilmu sosial
dan humaniora yang menggunakan pendekatan yang sama seperti pendekatan
sains. Selanjutkan penulis mengkomparasikan pemikiran Immanuel Kant dengan
QS Al Imron : 190;191 dan QS As Shad:27 dimana menjelaskan bahwa langit dan
bumu adalah objek ilmu yang berubah secara dinamis dan teratur yang kemudian
melahirkan teori, singkatnya bahwa tidak mungkin pendekatan dalam ilmu kealam
dapat di gunakan dalam ilmu kemanusiaan

Anda mungkin juga menyukai