Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini persoalan tentang revolusi mental menjadi perhatian
banyak pihak. Hal ini berawal dari jargon Presiden Joko Widodo agar bangsa
Indonesia memperbaiki karakter bangsa yang telah mengalami kemerosotan.
Dampak dari era globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin
canggih, turut menyebabkan munculnya berbagai persoalan seperti korupsi,
kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian masa, kehidupan
ekonomi yang konsumtif, dan sebagainya. Berdasarkan berbagai permasalahan
yang terjadi menunjukkan bahwa krisis moral yang dialami bangsa kita sudah
sangat memprihatinkan, semua perilaku negatif di kalangan pelajar tersebut,
jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah, maka kita perlu
memperbaiki moral dan karakter bangsa.
Berbagai pendapat mengenai revolusi mental ada yang mendukung dan
adapula yang kontra. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti
peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan
hukum yang lebih kuat. Alternatif lain untuk mengatasi krisis karakter ini
melalui pendidikan karakter. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang
bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang
lebih baik. Pendidikan karakter tidak terbatas diterapkan dalam pendidikan
formal saja, namun pendidikan non-formal juga.
Berkaitan dengan revolusi mental sama halnya dengan memperbaiki
karakter suatu bangsa untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas sehingga membuat negara menjadi maju. Penulis akan membahas
tentang pentingnya revolusi mental dilakukan bangsa kita serta upaya apa saja
yang dilakukan demi terwujudnya Indonesia Baru.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan revolusi mental?
2. Apa tujuan revolusi mental?
3. Mengapa revolusi mental penting untuk Indonesia?
4. Bagaimana upaya mewujudkan revolusi mental untuk Indonesia Baru?

1
Pentingnya Revolusi Mental untuk Mewujudkan Indonesia Baru
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN REVOLUSI MENTAL


Sebelum menjelaskan arti dari revolusi mental, kita perlu mengetahui
arti dari masing-masing kata tersebut. Menurut Tim Penyusun Kamus
(1997:840) kata revolusi memiliki arti (1) perubahan ketatanegaraan
(pemerintahan atau keadaan sosial) yang dilakukan dengan kekerasan (seperti
dengan perlawanan bersenjata); (2) perubahan yang cukup mendasar dalam
suatu bidang. Sedangkan arti kata mental menurut Tim Penyusun Kamus
(1997:646) Mental ialah bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang
bukan bersifat badan atau tenaga. Dalam kaitannya dengan revolusi mental
yang dibahas dalam tulisan ini, arti kata revolusi mengacu pada pegertian yang
kedua. Revolusi mental adalah transformasi etos, perubahan mendasar dalam
mentalitas, cara berpikir, cara merasa dan cara mempercayai, yang
direfleksikan dalam perilaku dan tindakan sehari-hari, yang menyangkut
semua bidang kehidupan, sehingga mentalitas bangsa lambat-laun berubah.
Revolusi mental sebagai gerakan kolektif melibatkan seluruh bangsa dengan
memperkuat peran semua institusi pemerintahan dan pranata sosial-budaya
yang ada di masyarakat. Revolusi mental dilaksanakan melalui internalisasi
nilai-nilai strategis pada individu, keluarga, institusi sosial, masyarakat sampai
dengan lembaga-lembaga negara.
Revolusi mental bermula dari ajakan Presiden Jokowi sebagai
pemimpin bangsa Indonesia untuk mengangkat kembali karakter bangsa yang
telah mengalami kemerosotan. Presiden Jokowi mengatakan bahwa untuk
lebih memperkokoh kedaulatan, mengikatkan daya saing dan mempererat
persatuan bangsa kita perlu melakukan revolusi mental. Sebenarnya revolusi
mental bukan istilah baru, sebelumnya revolusi mental pernah disampaikan
oleh Presiden RI pertama, yaitu Ir. Soekarno. Beliau mengatakan bahwa
revolusi mental merupakan satu gerakan untuk menggembleng manusia
Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja,
bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.
Seperti yang dikatakan oleh Supelly (2014) bahwa Presiden
Sukarnolah penggagas ide mengenai Revolusi Mental yang disampaikan
oleh Presiden RI pertama pada Pidato Hari Proklamasi tanggal 17 agustus
tahun 1962 dengan tema Tahun Kemenangan yang didalam teks tersebut
terdapat istilah revolusi belum selesai dan revolusi mental. Selanjutnya
dikatakan bahwa revolusi mental adalah bentuk lain dari revolusi untuk
membangun Indonesia yang lebih baik dan merupakan kelanjutan dari
revolusi fisik.

B. TUJUAN REVOLUSI MENTAL


Pada masa sekarang, pembangunan bangsa cenderung menerapkan
paham liberalism yang kontradiktif dengan nilai, budaya, dan karakter bangsa

2
Pentingnya Revolusi Mental untuk Mewujudkan Indonesia Baru
Indonesia. sekarang sudah waktunya Indonesia melakukan tindakan korektif,
dengan mencanangkan revolusi mental. Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM) secara resmi telah dicanangkan Presiden Joko Widodo pada upacara
HUT Korpri ke-43 pada tanggal 1 Desember 2014. Presiden Jokowi
mendasarkan GNRM kepada konsep Trisakti yang pernah diutarakan Bung
Karno dalam pidatonya tahun 1963 dengan tiga pilar: Indonesia yang
berdaulat secara politik, Indonesia yang mandiri secara ekonomi, dan
Indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya. Bung Karno menyebut
revolusi mental adalah satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia
agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat
elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala. Adapun tujuan dari Gerakan
Revolusi mental menurut Anwar Hi. Mustafa, S.Sos., M.Si adalah:
(1) Mengubah cara pandang, pikir, sikap, perilaku dan cara kerja yang
berorientasi pada kemajuan dan kemodernan sehingga Indonesia
menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan
bangsa-bangsa lain di dunia.
(2) Membangkitkan kesadaran dan membangun sikap optimistik dalam
menatap masa depan Indonesia sebagai negara dengan kekuatan
besar untuk berprestasi tinggi, produktif dan berpotensi menjadi
bangsa maju dan modern dengan fondasi tiga pilar Trisakti.
(3) Mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri
secara ekonomi, dan berkepribadian yang kuat melalui
pembentukan manusia Indonesia baru dengan pembentukan nilai-
nilai integritas, kerja keras, dan semangat gotong royong.

C. PENTINGNYA REVOLUSI MENTAL


Dalam konteks berbangsa dan bernegara setidaknya ada beberapa
catatan mengapa kita perlu melakukan revolusi mental. Pertama, praktik-
praktik dalam berbangsa dan bernegara yang dilakukan dengan tidak jujur,
tidak memegang etika dan moral, tidak bertanggungjawab, tidak dapat
diandalkan, tidak bisa diperaya. Kedua, dalam bidang perekonomian kita
tertinggal jauh dari negara lain, karena kita kehilangan etos kerja, daya juang,
daya saing, semangat mandiri, kreativitas dan semangat inovatif. Ketiga,
sebagai bangsa kita Krisis Identitas Karakter, sebagai bangsa yang
mempunyai semangat gotong royong, saling bekerjasama demi kemajuan
bangsa meluntur (Anwar Hi. Mustafa, S.Sos., M.Si.).
Seperti dikutip oleh Marko S Hermawan, yang menyebutkan bahwa
manusia Indonesia memiliki 6 ciri khas (Sholeh, 2014):
1. Munafik atau hipokrit.
2. Enggan dan segan bertanggungjawab atas perbuatannya.
3. Bersikap dan berperilaku feodal.
4. Percaya takhayul.
5. Artistik berbakat seni.

3
Pentingnya Revolusi Mental untuk Mewujudkan Indonesia Baru
6. Lemah watak atau karakternya.

Hasil-hasil survey internasional sering menunjukkan bahwa dalam hal


yang baik, angka untuk Indonesia cenderung rendah, tetapi dalam hal buruk
cenderung tinggi. Contoh, data Transparency International menunjukkan
persepsi tentang tingkat korupsi di sektor publik, dari 177 negara dan dengan
177 skor, Indonesia berada di rangking 114 dengan skor 32. Ini di bawah
Ethiopia yang berada pada posisi 111.
Masyarakat Indonesia sendiri merasa resah melihat perilaku, sikap
serta mentalitas kita yang saling serobot di jalan raya, tidak mematuhi
peraturan lalu-lintas, tidak mau antre, kurang menghargai orang lain,
menyontek saat ujian, melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak,
banyaknya kasus pembunuhan, dan praktik KKN.
Serangkaian FGD (kelompok diskusi terfokus) di Jakarta, Aceh, dan
Papua yang dilakukan oleh Kelompok Kerja Revolusi Mental Rumah Transisi
juga menggambarkan keresahan masyarakat tentang karakter kita sebagai
bangsa. FGD ini melibatkan 300 orang budayawan, seniman, perempuan,
netizen, kaum muda, pengusaha, birokrat, tokoh agama/adat, akademisi dan
LSM. Kesimpulan yang didapat adalah bangsa Indonesia memang perlu
mengubah mentalitas secara revolusioner karena adanya gejala:
1. Krisis nilai dan karakter
2. Krisis pemerintahan: pemerintah ada tapi tidak hadir, masyarakat
menjadi obyek pembangunan.
3. Krisis relasi sosial: gejala intoleransi.

Berita tentang perilaku masyarakat Indonesia yang buruk makin sering


muncul. Itu artinya kita sedang mengalami degradasi karakter secara obyektif
maupun subyektif. Pada serangkaian FGD kelompok diskusi sepakat bahwa
bangsa Indonesia memang membutuhkan suatu revolusi mental. Memang
ada yang cenderung menanggapi secara skeptis, tetapi banyak pula yang
menerima ide ini sebagai sesuatu yang harus segera dilaksanakan, dan mereka
yakin bahwa Indonesia juga bisa membangun karakter seperti Jepang, Korea,
dan Singapura. Mereka juga yakin bahwa karakter adalah sesuatu yang bisa
diubah, bukan merupakan ciri abadi suatu bangsa.
Meskipun kita sudah terlambat dibandingkan dengan negara-negara
lain dan kurang maksimalnya upaya pemerintah dalam revolusi mental sejak
gagasan tentang Revolusi Mental pertama kali disampaikan oleh Presiden RI
pertama, namun lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Para tokoh dan pakar bersepakat bahwa hakikat revolusi mental adalah
mengembagkan nilai-nilai. Agar perubahan revolusioner, maka nilai-nilai
yang dikembangkan tidak perlu terlalu banyak, tetapi harus bersifat strategis-

4
Pentingnya Revolusi Mental untuk Mewujudkan Indonesia Baru
instrumental. Artinya apabila nilai-nilai dikembangkan bisa mengangkat
kualitas dan daya saing bangsa secara keseluruhan.
Nilai-nilai yang akan dikembangkan tidak perlu disakralkan dan harus
bersifat lintas agama agar tidak menimbulkan perdebatan antargolongan.
Revolusi mental sebaiknya tidak menargetkan suatu moralitas privat, seperti
kerajinan menjalankan ibadah, dan sebagainya, namun lebih menitikberatkan
kepada moralitas publik, misalnya, tertib aturan di tempat umum, membayar
pajak, tidak korupsi, tidak menyontek, taat berlalu-lintas, tidak melakukan
kekerasan atau pembunuhan, dan lain-lain. Berikut ini adalah nilai-nilai
strategis revolusi mental:
1. Integritas
a. Kewargaan. Sadar pada hak dan kewajiban. Ada keseimbangan
antara peran pemerintah untuk hadir melayani dengan peran
masyarakat madani yang taat hokum. Contohnya, bersih, antri, hak
disable, hak pejalan kaki, aman berkendara.
b. Dapat dipercaya. Terlalu banyak sudah kebohongan publik saat ini,
maka perlu dibangkitkan lagi integritas di kalangan rakyat maupun
birokrasi pemerintah, agar tercipta kejujuran publik dan Indonesia
bebas korupsi. Contohnya, anti memberi dan menerima suap.

2. Etos Kerja
a. Profesional. Contohnya, cepat tanggap, tepat waktu, tidak menunda
pekerjaan.
b. Mandiri. Bangsa Indonesia sekarang amat tergantung pad bangsa
lain, dari teknologi sampai pangan. Bangun kemandirian dengan
membenahi kebijakan pembangunan dan regulasi. Contohnya, cinta
produk Indonesia.
c. Kreatif. Kebudayaan Nusantara sebenarnya sangat kreatif, tetapi
kini banyak kebijakan dan regulasi yang menghambat. Dengan
revolusi mental kita harus bisa membangkitkannya kembali.
Contohnya, Melakukan inovasi, anti mencontek, life-long learning.

3. Gotong Royong.
a. Saling menghargai. Sebagai bangsa yang majemuk, kehidupan
bangsa Indonesia sangat begantung pada nilai ini. Namun kita
menyaksikan toleransi dan kesetiakawanan sosial semakin lemah.
Kelompok-kelompok ekstrem saat ini tanpa malu-malu
menunjukkan bahwa mereka tidak mau menerima kehadiran
kelompok lain yang berbeda agama, suku dan ras. Contohnya,
sopan santun, menerima perbedaan, anti kekerasan, anti
diskriminasi, kasih sayang.

5
Pentingnya Revolusi Mental untuk Mewujudkan Indonesia Baru
b. Gotong royong. Ini adalah inti dari Pancasila. Tetapi pada masa
sekarang ini kita merasakan kemerosotan yang dahsyat baik dalam
komunitas kecil maupun sistem ekonomi dan politik yang liberal,
oligarkis, dan monopolistik. Maka revolusi mental harus
mengembalikan karakter gotong royong dalam bentuk yang lebih
modern. Contohnya, tolong menolong, kerjasama, kerelawanan.

D. UPAYA MEWUJUDKAN REVOLUSI MENTAL UNTUK INDONESIA


BARU
Agar tidak berhenti menjadi slogan saja, pokja revolusi mental telah
mengusulkan delapan prinsip revolusi mental.
1. Revolusi mental adalah gerakan sosial untuk bersama-sama menuju
Indonesia yang lebih baik. Bukan hanya tugas Pemerintah dalam
melaksanakannya namun hak dan kewajiban bersama (masyarakat dan
pemerintah) yang difokuskan pada pengembangan nilai-nilai strategis.
2. Harus didukung oleh tekad politik (political will) Pemerintah.
Pemerintah harus berkomitmen adanya reformasi birokrasi untuk
mendorong dan memfasilitasi perubahan sikap dan perilaku masyarakat.
3. Harus bersifat lintas sektoral dan partisipatoris. Salah satunya lewat
penanaman nilai secara bertalu-talu melalui kampanye, aksi sosial,
media sosial, film, sinetron, games, dan pengumuman terus menerus di
tempat-tempat umum untuk antre, menjaga kebersihan, dan seterusnya.
4. Kolaborasi masyarakat, sektor privat, akademisi dan pemerintah. Hasil
dari gerakan revolusi mental harus dapat diukur dampaknya kepada
perilaku masyarakat. Perlu dipantau departemen apa yang kebijakannya
mendukung justru menghambat pengembangannya. Presiden Jokowi
harusnya bisa melihat sejauh mana pemerintahannya berhasil
mengimplementasikan revolusi mental secara nyata di Indonesia.
5. Dilakukan dengan program gempuran nilai (value attack) untuk
senantiasa mengingatkan masyarakat terhadap nilai-nilai strategis dalam
setiap ruang publik.
6. Desain program harus mudah dilaksanakan (user friendly),
menyenangkan (popular) bagi seluruh segmen masyarakat. Popular bagi
semua usia, dan sesuai budaya lokal.
7. Nilai-nilai yang dikembangkan terutama ditujukan untuk mengatur
moralitas publik (sosial) bukan moralitas privat (individual).
8. Dapat diukur dampaknya dan dirasakan manfaatnya oleh warga
masyarakat.

Selain itu revolusi mental dapat ditanamkan melalui pendidikan


karakter yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan pendidikan umum

6
Pentingnya Revolusi Mental untuk Mewujudkan Indonesia Baru
lainnya yang berjalan beriringan dengan diterapkannya pendidikan karakter,
selain itu pendidikan kesenian atau non-formal seperti Marching Band juga
dapat menunjang pembentukan karakter bangsa.
a. Pendidikan Kerakter
Revolusi mental dimulai dari pendidikan, karena peran pendidikan
sangat strategis dalam membentuk mental anak bangsa. Pendidikan
pengembangan karakter adalah sebuah proses berkelanjutan dan tidak
pernah berakhir (never ending process). Selama sebuah bangsa ada dan
tidak ingin tetap eksis, pendidikan karakter harus menjadi bagian terpadu
dari pendidikan alih generasi.
Pembangunan pendidikan tidak mungkin akan efektif kalau
sekedar mengandalkan perombakan institusional tanpa melakukan
perombakan terhadap manusianya atau sifat mereka yang menjalankan
sistem ini. Sehebat apapun lembaga negara yang kita ciptakan, selama
lembaga tersebut ditangani oleh manusia yang mampuni tidak akan
membawa kebaikan. Sudah banyak UU, PP, Permendiknas, PMA, Permen
PAN dan RB, perdirjen yang dihasilkan. Telah dibentuk sejumlah badan,
komisi, badan, lembaga mengurus pendidikan. Otonomi daerah telah
dilaksanakan, dan diklat, workshop, seminar untuk guru juga telah
dilaksanakan.
Pendidikan karakter tidak harus dikaitkan dengan anggaran. Tetapi
yang lebih dubutuhkan adalah komitmen dan integritas para pemangku
kepentingan dibidang pendidikan untuk secara sungguh-sungguh
menerapkan nilai-nilai strategis revolusi mental disetiap pembelajaran.
Karena pendidikan karakter tidak hanya sebatas mengajarkan mana yang
benar dan mana yang salah, tetapi melalui kebiasaan (habituation) yang
ditamankan setiap hari mana hal yang baik. Sehingga peserta didik
menjadi paham (kognitif) tentang mana yang baik dan yang salah, maupun
merasakan (afektif) nilai yang baik (loving the good/moral feeling), dan
perilaku yang baik (moral action), dan biasa melakukan (psikomotor).
Di Indonesia, pendidikan karakter, moral, dan budaya sebenarnya
sudah dirintis oleh Ki Hajar Dewantara dengan Tri Pusat Pendidikan yang
dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
sosial. Saat ini lingkungan sekolah memiliki peran besar dalam
membentuk karakter siswa. Jadi peran guru dalam dunia pendidikan
modern sekarang semakin kompleks, guru harus menjadi teladan sekaligus
mentor dari siswa di dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang
meliputi olah piker, olah hati, dan olah rasa.
Pendidikan Karakter dalam Undang-Undang No. 20 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (2003) pada pasal 3. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

7
Pentingnya Revolusi Mental untuk Mewujudkan Indonesia Baru
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia: 1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa; 2)
berakhlak mulia; 3) Sehat; 4) Berilmu; 5) Cakap; 6) Kreatif; 7) mandiri;
dan 8) menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang
baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik. Adapun kriteria
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai
sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya.

b. Organisasi Marching Band


Marching Band adalah sebuah organisasi multi-disiplin berbasis
apresiasi music dan gerak, yang dapat membantu membentuk karakter
positif seorang remaja. Pengalaman berorganisasi, pengenalan ilmu music,
kedisiplinan dan akuntabilitas diri, serta sarana bersosialisasi dan rekreasi
merupakan beberapa manfaat riil yang dapat dirasakan seorang anggota
Marching Band selama beraktivitas, maupun setelah bekerja di dunia
nyata. Marching Band dapat menjadi salah satu solusi perwujudan
masyarakat Indonesia yang berkepribadian dan berkarakter positif.
Marching Band di Indonesia sendiri dalam satu decade terakhir ini telah
mengalami perkembangan yang baik.
Penelitian yang dilakukan Zdzinski (2004) menyebutkan Marching
Band berkontribusi positif terhadap peningkatan musical, sosial dan
personal seseorang. Dibawah ini Marko Hermawan (2015) menjabarkan
diagram keragaman fungsi dan manfaat Parching Band dari berbagai
disiplin ilmu.
1. Fungsi Kedisiplinan
Marching Band berawal dari kegiatan baris-berbaris militer yang
terdiri dari tentara-tentara, memainkan alat music tiup (brass dan
woodwinds) dan pukul (percussion) untuk mengiringi sebuah parade.
Aturan baris-berbaris secara militer membutuhkan tingkat
kedisiplinan yang tinggi, sehingga Marching Band dapat
meningkatkan kedisiplinan individu. Budaya Marching Band ini
dipakai oleh sekolah-sekolah di Amerika untuk meningkatkan
motivasi, rasa tanggung jawab dan kedisiplinan siswa sekolah
(Rogers,1985). Disamping itu, Zszinski (2004) meneliti 171
responden tentang kontribusi Marching Band terhadap kualitas hidup
seseorang, berkesimpulan bahwa manfaat utama yang didapat setelah
mengikuti kegiatan Marching Band adalah etos kerja yang tinggi

8
Pentingnya Revolusi Mental untuk Mewujudkan Indonesia Baru
(14.62%), kedisiplinan diri (13.45%) dan akuntabilitas diri (10.53%).
Sehingga bisa disimpulkan bahwa Marching Band dapat membentuk
karakter manusia yang bertanggung jawab.

2. Fungsi Kesenian
Di Indonesia, ada kalanya Marching Band dikategorikan dan
dipersepsikan sebagai aktivitas olahraga fisik. Namun secara fungsi
dan manfaat, Marching Band modern sudah dikolaborasikan antara
kegiatan, fisik (baris-berbaris membentuk konfigurasi), bermain
music orkestratif, dan gerak tari dan olah tubuh. Mills (1998)
berpendapat bahwa Marching Band harus memiliki 10 dimensi
manfaat, 4 diantaranya berdimensi kesenian antara lain pertunjukkan
musikal (musical performance), musik yang berestetika (musical
aesthetics), pencapaian musikal (musical achievement),
pengembangan musik (musical development). Manfaat tersebut
seyogyanya dapat menjembatani kekurangan pendidikan musik pada
pendidikan formal di sekolah-sekolah di Indonesia.

3. Fungsi Sosial
Kentribusi lain adalah bahwa Marching Band dapat meningkatkan
kemampuan sosial dan individual seseorang. Mills (1988)
mengatakan bahwa manfaat Marching Band secara sosial adalah
peningkatan hubungan sosial (social enrichment), pencapaian tim
(group accomplishment), identitas institusi (school identity),
peningkatan diri (self-improvement), peningkatan interpersonal
skills, and rekreasi. Ia menambahkan bahwa remaja yang aktif dalam
kegiatan Marching Band dapat meningkatkan kemampuan sosial
kemasyarakatan ketimbang mereka yang tidak mengikuti organisasi
ini. Hermawan (2010) menambahkan pula bahwa Marching Band
dapat meningkatkan kemampuan berorganisasi dan manajemen antar
anggota, antara lain kepemimpinan, manajemen waktu, rekrutmen
anggota, manajemen music dan pelatihan. Fungsi sosial ini juga
dapat menjembatani karakter manusia Indonesia yang bersifat
hipokrit, kurang bertanggung jawab, dan berkarakter lemah.
Kerjasama tim dan kesetiakawanan dalam berlatih Marching Band
hendaknya dapat mengurangi sifat negatif tersebut dimana remaja
diajarkan untuk bersosialisasi dengan rekan lainnya.

9
Pentingnya Revolusi Mental untuk Mewujudkan Indonesia Baru
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Indonesia perlu melakukan revolusi mental akibat krisis moral
yang sekarang ini semakin buruk. Melalui Revolusi Mental, integritas, etos
kerja, dan gotong royong diperbaiki untuk menjadi pribadi yang lebih baik
dan berkarakter. Upaya dalam mewujudkan Revolusi Mental salah satu
contohnya dapat diwujudkan melalui adanya pendidikan karakter yang
diterapkan seperti kebiasaan (habituation) yang ditanamkan di lingkungan
sekolah melalui pendidik yang berkarakter. Selain itu pendidikan non-
formal seperti Marching Band juga perlu diterapkan di lingkungan
sekolah. Sekolah tidak hanya fokus pada akademik siswa, tetapi juga pada
karakter siswa. Dengan adanya Marching Band, anggota Marching Band
mendapatkan banyak pendidikan dan pengalaman yang bermanfaat serta
menjadi sarana pendidikan karakter yang baik.

B. SARAN
Revolusi Mental diterapkan mulai dari seluruh pemerintah sendiri untuk
melakukan kebiasaan yang baik dan mengubah segala perilaku buruk, terutama
seperti korupsi. Apabila pemerintahan sudah berhasil melakukannya dan
masyarakat Indonesia percaya lagi dengan pemerintah, maka kebijakan Revolusi
Mental bukan tidak mungkin untuk dilakukan oleh setiap individu bangsa
Indonesia dan seluruh kalangan di Indonesia. Karena hal itu juga demi kebutuhan
dan kebaikan bersama. Maka, Indonesia akan menjadi Indonesia Baru yang maju
dengan Bangsa yang berkarakter lebih baik.

10
Pentingnya Revolusi Mental untuk Mewujudkan Indonesia Baru
DAFTAR PUSTAKA
Setiyadi, Dwi Bambang Putut., Basuki.2015. Revolusi Mental melalui
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam
http://journal.unwidha.ac.id/index.php/proceeding/article/view/653/515
Kementrian PPN/Bappenas. Pra-Musrenbangnas Revolusi Mental dalam
http://www.tataruangpertanahan.com/file_peraturan/996Paparan
%20Deputi%20SDMK%20Penutupan%20Pra-Musrenbangnas
%202015%20Revolusi%20Mental.pdf
Sholihah, Umi. 2015. Membangun Revolusi Mental Pendidik dan Peserta Didik
melalui Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Inggris dalam
http://journal.unwidha.ac.id/index.php/proceeding/article/view/656/518
Anwar Hi. Mustofa, S.Sos., M.Si. Revolusi Mental dalam Birokrasi Pemerintah
dalam http://portal.malutpost.co.id/en/opini/item/8966-revolusi-mental-
dalam-birokrasi-pemerintah&ei
Paulus Wirutomo. 2015. Retorika Revolusi Mental pada Koran kompas edisi
Rabu, 29 April 2015. Dikutip dari
http://nasional.kompas.com/read/2015/04/29/00160011/Retorika.Revolusi.
Mental&Ic
Marko S. Hermawan. 2015. Marching Band sebagai Pendidikan Berkarakter:
Sebuah Solusi Komprehesif Pendidikan Non-Formal Bagi Remaja dalam
https://www.researchgate.net/publication/280008046
revolusimental.go.id/tentang-gerakan/
Andri Wicaksono.2015. Revolusi Mental bagi Pendidik yang Berkarakter: Perwujudan
Manusia Indonesia Berjati Diri. Dalam
http://andriew.blogspot.co.id/2015/05/revolusi-mental-bagi-pendidik-yang.html

11
Pentingnya Revolusi Mental untuk Mewujudkan Indonesia Baru

Anda mungkin juga menyukai