Anda di halaman 1dari 8

AKADEMI MILITER

PSIKOLOGI .
REVOLUSI MENTAL
DALAM MEMBENTUK KARAKTER ASN
YANG BERINTEGRITAS
A. Pendahuluan.
Indonesia adalah salah satu negara yang tengah dilanda krisis
multidimensi yang berkepanjangan. Ketika negara-negara lain (Thailand, Korea
Selatan, Malaysia, dan lain-lain) telah bangkit dengan segera setelah mengalami
krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997, Indonesia sampai saat ini
masih terus mengalami krisis, dan masih kelihatan suram untuk bangkit dari
keterpurukan. Krisis ini sebenarnya mengakar pada menurunnya kualitas moral
bangsa atau lemahnya mentalitas dan hancurnya karakter generasi muda.
Tantangan globalisasi yang ada di hadapan kita merupakan hal yang tak bisa
diingkari. Revolusi teknologi, transportasi, informasi, dan komunikasi menjadikan
dunia ini tanpa batas. Kita bisa mengetahui sesuatu yang terjadi di belahan
benua lain dalam hitungan detik melalui internet dan lain-lain.
Pengetahuan dan teknologi menjadi garda depan

yang

harus

diprioritaskan dalam era globalisasi. Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan


sudah berlari tunggang langgang untuk mengejar ketertinggalan dan mengubah
diri tidak hanya sebagai penonton pasif, tapi juga aktor kreatif yang ikut dalam
proses kompetensi ketat globalisasi. Menurut M. Mastuhu (2007: 49-50),
globalisasi memberi peluang bagi siapa saja yang mau dan mampu
memanfaatkannya,

baik

untuk

kepentingan

diri

sendiri

maupun

untuk

kepentingan manusia lainnya. Menurut A. Qodri Azizy (2004: 26), kata kunci
globalisasi adalah kompetensi. Lalu bagaimana dengan bangsa Indonesia
sendiri disaat semua negara berpacu dan berlomba membuat teknologi
secanggih mungkin untuk mengimbangi globalisasi, Indonesia malah sibuk
dengan permasalahan dan semakin terpuruk. Globalisasi sudah menembus
semua penjuru dunia, bahkan sampai daerah terpencil sekalipun, masuk ke
rumah-rumah, membombardir pertahanan moral dan agama, sekuat apa pun
dipertahankan. Media televisi, internet, koran, handphone, dan lain-lain adalah
media informasi dan komunikasi yang berjalan dengan cepat, menggulung sekatsekat tradisional yang selama ini dipegang sekuat-kuatnya.
Moralitas menjadi melonggar, sesuatu yang dulu dianggap tabu, sekarang
menjadi biasa-biasa saja. Cara berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis,
1

menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan menikmati narkoba menjadi tren


dunia modern yang sulit ditanggulangi. Globalisasi menyediakan seluruh fasilitas
yang dibutuhkan manusia, positif maupun negatif. Banyak manusia terlena
dengan menuruti semua keinginannya, apalagi memiliki rezeki melimpah dan
lingkungan kondusif. Akhirnya, karakter bangsa berubah menjadi rapuh, mudah
diterjang ombak, terjerumus dalam tren budaya yang melenakan, dan tidak
memikirkan akibat yang ditimbulkan. Prinsip-prinsip moral, budaya bangsa, dan
perjuangan hilang dari karakteristik mereka. Inilah yang menyebabkan dekadensi
moral serta hilangnya kreativitas dan produktivitas bangsa. Sebab, ketika
karakter suatu bangsa rapuh maka semangat berkreasi dan berinovasi dalam
kompetensi yang ketat akan mengendur, dan mudah dikalahkan oleh semangat
konsumerisme,

hedonisme,

dan

pesimisitisme

yang

instan

dan

menenggelamkan.
Oleh karena itu, pemerintahan Jokowi membuat sebuah gebrakan dalam
masa pemerintahannya yaitu tentang Revolusi Mental yang ada dalam poin ke
delapan dalam Nawa Cita, khusunya revolusi mental. Program ini diharapkan
mampu mengubah dan membenahi karakter bangsa Indonesia. Namun, saat ini
revolusi mental ini sedang menjadi sorotan dan menjadi pertanyaan khalayak
umum. Berawal dari permasalahan di atas, maka dalam makalah ini berjudul
REVOLUSI MENTAL
BERINTEGRITAS

DALAM MEMBENTUK KARAKTER ASN YANG

untuk

mendalami

tentang

revolusi

mental

dalam

meningkatkan jiwa nasionalisme.


B. Revolusi Mental
Mendengar kata revolusi mental bukanlah hal yang baru bagi bangsa
Indonesia, karena sebelumnya presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno telah
mencetuskan ini. Namun, belakangan ini kata Revolusi Mental tengah hangat
menjadi topic pembicaraan di beberapa media. Karena kata Revolusi Mental ini
menjadi jargon atau program pemerintahan presiden Jokowi yang tertuang
dalam Nawa Cita poin ke delapan. Nawa Cita adalah istilah umum yang diserap
dari bahasa Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan).
Seiring dengan kemenangan Bapak Joko Widodo dan Yusuf Kalla dalam
Pilpres 9 Juli 2014, maka tampaknya kita akan memasuki era perubahan yang
signifikan (semoga) melalui kosep REVOLUSI MENTAL yang dicanangkan oleh
Presiden Baru periode 2014-2019 itu. Konsep Revolusi Mental nampaknya dapat
menjadi sebuah harapan yang bisa kita terapkan untuk membangun mental
masyarakat

Indonesia

yang

kuat.

Revolusi

Mental

ditujukan

untuk

pembangunan manusia dan pembangunan sosial.

Pembangunan manusia melingkupi 3 dimensi, yaitu Sehat, Cerdas,


Berkepribadian. Adapun pengertian masing-masing, Sehat berarti dimulai
dengan fisik kita yang senantiasa fit dan bugar. Cerdas berarti mengarah pada
otak kita yang selalu berpikir dan diasah sehingga memiliki kemampuan analisis
yang tajam dan berkualitas. Sedangkan Berkepribadian adalah kaitannya
dengan kehendak yang berbudi pekerti luhur. Perlunya Revolusi Mental adalah
karena penyakit seperti emosi/mental/jiwa akan berdampak pada individu berupa
malasnya seseorang dan tidak mempunyai karakter. Kemudian dampaknya
akan menular kepada masyarakat yang ditandai dengan gangguan ketertiban,
keamanan, kenyamanan, kecemburuan sosial, dan ketimpangan sosial. Lebih
jauh lagi, akan berdampak negatif pada bangsa dan negara. Bangsa kita akan
lemah dan menjadi tidak bermartabat. Kemudian produktivitas dan daya saing
kita menjadi rendah.
Revolusi mental adalah jembatan menuju Indonesia yang berkepribadian.
Dimulai dari diri sendiri, menjadi manusia cerdas dengan metode belajar yang
serius, terus berlatih, memanfaatkan prasaran dan sarana yang sudah tersedia
(sambil berharap pemerintah memperbaiki/ melengkapinya), meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dengan belajar, serta membiasakan budaya
membaca. Menjadi manusia sehat jasmani dengan menjaga kesehatan diri dan
pemeliharaan lingkungan.

Karena substansi revolusi mental ada pada

pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, pendidikan berbudi pekerti luhur,


serta pendidikan demokrasi dan sadar hukum.
1. Pengertian Revolusi Mental
Revolusi (dari bahasa latin revolutio, yang berarti "berputar arah") adalah
perubahan fundamental (mendasar) dalam struktur kekuatan atau organisasi
yang terjadi dalam periode waktu yang relatif singkat. Kata kuncinya adalah
Perubahan dalam Waktu Singkat. Sedangkan Mental adalah berhubungan
dengan batin dan watak atau karakter namun tidak bersifat jasmani. Jadi
secara

umum

Revolusi

Mental

merupakan

suatu

gerakan

seluruh

masyarakat baik pemerintah atau rakyat dengan cara yang cepat untuk
mengangkat kembali nilai-nilai strategi yang diperlukan oleh bangsa dan
negara untuk mampu menciptakan ketertiban dan kesejahteraan rakyat
sehingga dapat memenangkan persaingan di era globalisasi. Revolusi mental
mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku yang berorientasi pada
kemajuan dan kemoderenan, sehingga menjadi bangsa besar dan mampu
berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Berikut ini pendapat tentang Revolusi Mental menurut Bung Karno
sebagai pencetus, dan menurut Pak Jokowi :
3

a. Bung

Karno

Revolusi

Mental

merupakan

satu

gerakan

untuk

menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang putih,


berkemampuan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api menyala-nyala.
b. Pak Jokowi : Usaha lebih memperkokoh kedaulatan, meningkatkan daya
saing dan mempererat persatuan bangsa, kita perlu melakukan Revolusi
Mental.
2. Tiga Pokok Permasalahan Bangsa
a. Merosotnya wibawa bangsa
b. Lemahnya sendi perekonomian bangsa
c. Intoleransi dan krisis kepribadian bangsa.

3. Tujuan Revolusi Mental


Adapun tujuan revolusi mental adalah sebagai berikut :
a. Mengubah cara pandang, pikir dan sikap/perilaku dan cara kerja.
b. Membangkitkan kesadaran dan membangun sikap optimistik.
c. Mewujudkan Indonesia yang berdaulat, berdikari dan berkepribadian.
4. Delapan Prinsip Revolusi Mental
a.
b.
c.
d.

Bukan proyek tapi gerakan sosial.


Ada tekad politik untuk menjamin kesungguhan pemerintah.
Harus bersifat lintas-sektoral.
Bersifat partisipasi (kolaborasi pemerintah, masyarakat sipil, sektor

privat, dan akademisi).


e. Diawali dengan pemicu.
f. Desain program harus ramah pengguna, popular, menjadi bagian dari
gaya hidup dan sistemik-holistik (bencana semesta).
g. Nilai-nilai yang dikembangkan bertujuan mengatur kehidupan sosial
(moralitas publik).
h. Dapat diukur dampaknya.

5. Tiga Nilai Revolusi Mental


a. Integrasi (jujur, dipercaya, berkarakter, bertanggung jawab).
b. Etos Kerja (etos kerja, daya saing, optimis, inovatif dan produktif).
c. Gotong Royong (kerja sama, solidaritas, komunal, berorientasi pada
kemaslahatan).
6. Strategi Internalisasi 3 Nilai Revolusi Mental
a. Jalur birokrasi
Internalisasi 3 nilai Revolusi Mental pada Kementrian/Lembaga melalui:
1) Pembentukan tugas.
2) Tersusunnya program, kegiatan nyata berbasis nilai-nilai Revolusi
Mental.
4

3) Menjadi contoh tauladan (Role Model).


b. Jalur swasta
1) Memperkuat kemitraan antara pengusaha kecil dan pengusaha besar.
2) Insentif pengurangan pajak bagi pengusaha Indonesia yang
mengembangkan produk lokal inovatif.
3) Instruksi Presiden kepada pengusaha media untuk berkolaborasi
mempromosikan Revolusi Mental.
4) Mengembangkan lembaga keuangan mikro di desa.
5) Mendukung inisiatif uaha menengah membuka pasar/sentral yang
menjual produk lokal yang inovatif, kreatif dan harga terjangkau.
c. Jalur kelompok masyarakat
1) Pembudayaan 3 nilai Revolusi Mental dalam kelompok masya-rakat
2) Membangun Role Model.
3) Aspirasi terhadap kelompok masyarakat.
4) Keteladanan oleh tokoh.
d. Jalur pendidikan
1) Memperkuat kurikulum pendidikan kewarganegaraan pada semua
jenjang, jenis dan jalur pendidikan untuk membangun integrasi,
membentuk etos kerja keras dan semangat gotong royong.
2) Menerapka ekstra kurikuler revolusi mental di sekolah.
3) Meningkatkan sarana pendidikan yang merata.
4) Meningkatkan kompetensi guru dalam mendukung Revolusi Mental.
Strategi

Internalisasi

diterapkan

melalui

jalur

birokrasi,

lembaga

pendidikan, kelompok masyarakat, sektor swasta, hingga ke seluruh lapisan


masyarakat. Sektor pendidikan misalnya, bagaimana pemerintah akan terus
memperkuat kurikulum untuk membangun integritas, membentuk etos kerja,
dan semangat gotong royong. Ada tiga nilai dalam gerakan Revolusi Mental,
yaitu:
1. Integritas (jujur, dipercaya, berkarakter dan bertanggungjawab)
2. Kerja Keras (etos kerja, daya saing, optimis, inovatif dan produktif)
3. Gotong Royong (kerjasama, solidaritas, komunal dan berorientasi pada
kemaslahatan)
7. Memahami arti dari karakter dan integritas. Definisi kata-kata ini sering
direnggangkan atau disalahartikan, berikut pengertiannya:
a. Karakter adalah jumlah dari kualitas yang muncul dalam diri seseorang
atau kelompok, kekuatan moral atau etika, dan deskripsi dari diri
seseorang, sifat dan kemampuan. Karakter adalah Siapa Anda. Ini

mendefinisikan anda dan membimbing tindakan anda, mudah-mudahan


dengan cara yang positif.
b. Integritas adalah kepatuhan teguh kepada kode moral atau etika yang
ketat, menjadi utuh, sehat, (utuh berarti tak terbagi; masih lengkap).
c. Integritas dapat disimpulkan secara sederhana sebagai melakukan hal
yang benar untuk alasan yang tepat bahkan ketika tidak ada yang
melihat.
Membangun karakter memerlukan proses. Karakter akan terbentuk
berdasarkan sikap kita setiap hari, apa yang kita lakukan dan kita katakan,
bagaimana kita menangani masalah, dan bagaimana kita berhubungan
dengan orang lain. Berikut kebiasaan yang perlu kita lakukan secara
konsisten dan penuh komitmen untuk membangun karakter dan integritas
yang kokoh:
a. Selalu menepati janji.
Janji merupakan sesuatu yang harus kita penuhi atau kita lakukan di
masa mendatang. Banyak di antara kita yang tidak menaruh nilai tinggi
terhadap janji yang sudah kita buat. Kita sering menganggap bahwa
orang lain dapat memaklumi setiap kali kita melanggar atau tidak
menepati janji. Kita sering melihat seorang pemimpin yang tidak
memperoleh kepercayaan dan rasa hormat karena sang pemimpin tidak
menepati janji. Jadi, lebih baik kita tidak berjanji, daripada berjanji tetapi
tidak menepatinya.
b. Menunjukkan konsistensi.
Jika kita konsisten atas setiap perbuatan kita, kepercayaan orang akan
meningkat karena mereka yakin apa yang kita harapkan dari mereka. Ini
memudahkan mereka untuk tumbuh dan berkembang mencapai prestasi
terbaik karena mereka yakin kita tidak akan mengecewakan mereka.
Ketika mereka menghadapi keputusan yang sulit, mereka akan bertanya
pada dirinya sendiri, "Apa yang akan dilakukan oleh pemimpin saya
dalam situasi seperti ini?
c. Senantiasa memegang komitmen dan tanggung jawab.
Komitmen adalah hal-hal yang disepakati bersama oleh setiap pihak
yang terlibat. Seorang pemimpin dengan integritas tinggi selalu
memegang setiap komitmen yang telah dibuatnya atau telah disepakati
bersama. Memelihara dan menjaga komitmen merupakan suatu nilai
yang dijungjung tinggi dan penuh tanggung jawab. Bagi pemimpin yang
6

berintegritas, komitmen adalah hal utama yang harus dipertahankan


apapun akibat dan berapapun risikonya.
Orang yang berintegritas sering digambarkan sebagai orang-orang yang
perbuatannya sesuai perkataan, bertindak konsisten dengan menjunjung
nilai-nilai luhur, mampu mengemban tanggung jawab, mengamalkan
kebenaran tanpa syarat dan berbagai nilai moral lainnya. Ada yang
menyebutkan integritas sebagai keterpaduan antara kesempurnaan dan
ketulusan. Dalam sebuah kamus integritas didefinisikan sebagai 'the quality
of being honest and having strong moral principles; moral uprightness', yang
artinya punya kualitas untuk hidup jujur, memiliki prinsip moralitas dengan
standar tinggi dan lurus. Begitu banyak nilai baik yang terkandung dari
sebuah pribadi berintegritas yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang
diadopsi dari prinsip dunia dalam memandang kebahagiaan saat ini,
sehingga sulit sekali mencari orang yang masih memilikinya di tengah
kehidupan global yang semakin jauh dari akhlak mulia dan budi pekerti.
Alasan harus memenuhi kebutuhan atau beban hidup yang semakin
meningkat, takut kehilangan kesempatan dan sebagainya akan dengan
mudah menggeser prinsip-prinsip moral untuk menyerah kepada sikap-sikap
oportunis, cari aman dan keuntungan sendiri, berpusat pada diri pribadi
bahkan tega mengorbankan orang lain untuk itu. Berbohong menjadi sesuatu
yang wajar, berbohong itu biasa. Banyak orang bermimpi untuk menikmati
dunia yang lebih baik, lebih damai dan lebih bersahabat, tapi lucunya tidak
menyadari bahwa tanpa membangun pribadi-pribadi yang berintegritas itu
akan sangat sulit diwujudkan atau malah akan berakhir sebatas utopia saja.
Oleh karena itu, satu saja dari nilai-nilai itu tidak kita lakukan maka
integritas pun hilang dari diri kita. Sekedar mengetahui saja tidak cukup,
hanya mengatakan saja tidak cukup, kita harus pula menyelaraskannya
dengan perbuatan nyata dalam hidup kita. Jika kita merenungkan poin-poin di
atas sesungguhnya membangun karakter yang berintegritas tidaklah mudah,
dan demikian juga aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Integritas
meningkatkan keteguhan terhadap implementasi kejujuran dan tanggung
jawab, meningkatkan pengabdian kepada kejujuran dan tanggung jawab
yang lebih besar, meningkatkan kemampuan untuk menjaga ucapan dan
perbuatan dalam satu energi positif, dan menjadikan diri sebagai orang yang
dapat dipercaya untuk menjalankan kejujuran dan tanggung jawab besar.
Orang-orang berkarakter integritas menjalani hidup dari dalam ke luar.
Intinya, menjadi sangat jujur untuk menjalani kehidupan dari hati nurani, dan
7

tidak berbohong kepada nilai-nilai kehidupan yang menjadi fondasi dari


karakter diri. Integritas merupakan sebuah nilai yang sangat mahal dan
sangat jarang bisa dimiliki. Tidak semua orang mampu memiliki integritas di
dalam karakter dan kepribadiannya. Sangatlah mudah untuk bisa memiliki
banyak uang, kekayaan materi yang melimpah ruah, dan kemewahan hidup
yang luar biasa. Tetapi, sangatlah tidak mudah untuk memiliki integritas yang
konsisten di dalam karakter, kepribadian, sikap, dan perilaku diri. Integritas
adalah sebuah nilai yang sangat suci. Jadi, ketika karakter seseorang
berfondasikan integritas yang kuat, maka jiwa dan perilakunya menjadi
sangat suci dan bertanggung jawab di dalam kejujuran yang penuh reputasi.

Magelang,

Nopember 2016

Drs. Riza Pahlevi, Psi


Letnan Kolonel CAJ NRP 32569

BIODATA
Nama

: Drs. Riza Pahlevi, Psi

Pangkat

: Letnan Kolonel Caj / NRP 32569

Jabatan

: Kepala Psikologi Akademi Militer

Alamat

: Jl. Serayu 13 Panca Arga I Magelang

E-mail

: rizapahlevi.psi85@yahoo.co.id

Hp

: 0818212349 / 082210002349

Anda mungkin juga menyukai