Anda di halaman 1dari 3

PERAN PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN

Oleh: Muslim Taufiq *)

Di tengah eforia globalisasi, bangsa Indonesia menempatkan (placemented) globalisasi sebagai


sunatullah (the rule of law) yang tidak terelakkan dari proses pembangunan nasional. Sehingga
permasalahan yang paling prinsipil adalah bagaimana bangsa Indonesia mampu memanpaatkan
globalisasi dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Sealur dengan pemahaman global di atas, pemeliharaan dan peningkatan momentum
pembangunan merupakan tuntutan yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi yang semakin meningkat
intensitasnya dewasa ini mengakibatkan persaingan diantara negara-negara semakin keras dan ketat.
Sudah menjadi kesepakatan umum bahwa hanya negara-negara yang mempunyai keunggulankeunggulan (excellences) yang bisa bertahan dalam persaingan global tersebut.
Dilihat dari tuntutan internal dan eksternal global di atas, maka diantara keunggulankeunggulan yang mutlak dimiliki bangsa Indonesia adalah penguasaan sains-teknologi, dan
keunggulan sumber daya manusia. Kemajuan dan penguasaan terhadap sains-teknologi mendorong
percepatan transformasi masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan, yang di Indonseia dikenal
dengan istilah pembangunan.
Proses pembangunan bangsa Indonesia diarahkan kepada terwujudnya manusia Indonesia
seutuhnya yakni makmur, sejahtera lahir bathin, mental dan spiritual. Oleh karena itu secara
operasional proses pembangunan nasional diarahkan pada bidang-bidang yang dapat menciptakan
kemakmuran, kesejahteraan lahir dan bathin, seperti bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, agama,
sosial politik dan lain-lain.
Proses pencapaian cita-cita pembangunan tersebut merupakan kewajiban bersama semua
warga negara, tidak dibatasi oleh profesi, usia, jabatan, dan pranata sosial lain. Dalam hal ini
pemuda sebagai bagian dari warga negara mempunyai kewajiban yang sangat besar untuk
mewujudkan cita-cita pembangunan nasional, mengingat pemuda adalah intelektual muda yang
mempunyai kapabilitas.
Ketika mendengar istilah pemuda dengan mudah orang bisa membayangkan dan
mendefinisikannya, ada yang mempersepsi bahwa pemuda adalah komunitas penduduk yang berusia
antara rentang 17 sampai 40 tahun, yang lain mempersepsi bahwa pemuda adalah komunitas
penduduk yang mempunyai pikiran-pikiran muda seperti kreatif, inovatif dan desduktrif.
Terlepas dari masing-masing persepsi tersebut, kita semua sepakat bahwa pemuda merupakan
penerus estafeta pembangunan, pemuda adalah harapan bangsa, bahkan yang lebih ekstrim pemuda
adalah penentu masa depan bangsa. Persepsi itu diperkuat pula oleh catatan sejarah bahwa pada
masa-masa sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan pemuda selalu eksis dibarisan depan
memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.

Label tinggi, catatan sejarah dan harapan besar bangsa terhadap pemuda seperti di atas, tentu
harus dijawab dan dibuktikan para pemuda melalui karya-karya nyata dalam proses pembangunan di
segala bidang.
Dalam tanggung jawab besar sebagai penerus estafeta pembangunan nasional, pemuda harus
mempersiapkan diri dengan baik agar harapan besar bangsa ini mampu diemban dengan baik. Dalam
kontek ini pemuda harus mempersiapkan diri dengan cara :
Pertama, optimalisasi proses mencari ilmu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat
kompleksitas dan dinamika pembangunan di masa yang akan datang lebih tinggi. Akan tidak
bermakna ketika tampuk estafeta pembangunan digerakkan oleh pemuda tanpa ilmu, bukan
keberhasilan yang akan hadir tetapi kegagalan yang akan menghampiri. Bukankah agama Islam
mengajarkan barang siapa yang ingin kehidupan dunia maka harus dengan ilmu dan barang siapa
yang ingin kehidupan akherat juga harus dengan ilmu dan barang siapa yang menginginkan
kehidupan keduanya juga harus dengan ilmu. Dalam kontek itu , pemuda harus tidak mengenal
lelah, tidak pantang menyerah, dan tidak lari dari susahnya mencari ilmu. Agar pada saatnya ketika
mereka terjun dalam kegiatan pembangunan bisa memenuhi harapan bangsa.

Kedua, memperkuat keimanan. Seiring dengan kompelksitas kemajuan zaman, dapat


diprediksi gangguan dan godaan dalam proses pembangunan akan semakin besar kadarnya. Pemuda
dalam hal ini agar keluar sebagai pemenang atas godaan-godaan tersebut tentu harus meningkatkan
kesadaran keimanan kepada Tuhannya, bahwa Tuhan senantiasa mencatat segala perbuatan kita dan
akan meminta pertanggungjawaban di akhirat nanti.
Ketika orang mendefinisikan pemuda adalah komunitas penduduk yang mempunyai usia 17
sampai 40 tahun, kita menilai begitu dominannya pada sisi jumlah rentang usia tersebut mewarnai
kategori usia produktif. Di negara kita batasan usia produktif adalah 17 sampai 60 tahun, hampir bisa
disimpulkan bahwa lebih dari setengah usia produktif berada pada rentang usia pemuda. Dominasi
jumlah tersebut bergerak lurus dengan cepat atau lambatnya laju pembangunan, artinya apabila
pemuda mengoptimalkan peran dalam pembangunan, maka laju pembangunan akan cepat, begitu
juga sebaliknya.
Para ahli berbeda pendapat dalam mengungkap peran pemuda dalam pembangunan,
perbedaan itu setidaknya terjadi pada pengungkapan istilah dan jumlah item dari peran-peran itu.
Dalam hal ini penulis berpendapat setidaknya ada lima peran pemuda dalam pembangunan adalah
sebagai berikut :
Satu, Pemuda sebagai Dinamisator Pembangunan
Dinamisator dalam bahasa sederhananya adalah penggerak. Satu hal lagi yang harus kita ingat
bahwa pemuda itu diartikan juga komunitas penduduk yang mempunyai pikiran-pikiran muda seperti
kreatif, inovatif dan desduktrif. Karena mempunyai pikiran-pikiran muda seperti itu, maka pemuda
akan senantiasa mempunyai kemauan dan kemampuan. Ketika kemauan dan kemampuan itu bersatu
maka pemuda akan menjadi penggerak.
Dua, Pemuda sebagai Katalisator Pembangunan
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan terkadang masih ada gap (jarak). Gap ini bisa
terjadi dalam wujud ketidaksesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan, bisa juga dalam
bentuk begitu lamanya jarak waktu antara perencanaan dan pelaksanaan. Dalam kontek gap seperti
di atas, pemuda dengan jiwanya yang selalu kreatif, kreatif, dan desduktrif bisa menempatkan diri
sebagaikatalisator (penghubung yang mempercepat) kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan serta
ketepatan waktu antara perencanaan dan pelaksanaan.
Tiga, Pemuda sebagai Motivator Pembangunan
Pembangunan merupakan tanggung jawab semua elemen masyarakat, kita tidak boleh
membebankan pelaksanaan pembangunan hanya kepada pemerintah. Dalam kontek ini pemuda
harus memerankan diri sebagai motivator (pendorong) kepada semua elemen masyarakat untuk mau
bersama-sama bahu-membahu melaksanakan dan mensukseskan pembangunan.
Empat, Pemuda sebagai Inovator Pembangunan
Dalam kajian psikologi pemuda mempunyai karakteristik selalu berpikir rasional dan ideal.
Karena karakteristik itulah, pembaharuan-pembaharuan sering muncul dari pemuda. Karakteristik
yang akhirnya melahirkan semangat inovasi harus juga merambah ke sektor pelaksanaan
pembangunan. Pemuda dengan jiwa yang tidak pernah puas terhadap satu keberhasilan akan selalu
mencari keberhasilan kedua, ketiga dan seterusnya. Pemuda dengan jiwa inovasinya tidak akan
merasa puas dan berdiam diri dengan suatu system yang telah mencapai angka keberhasilan 100%
tetapi akan selalu berimprovisasi mencari sebuah system yang bisa menghantarkan keberhasilan ke
angka 1000%.
Lima, Pemuda sebagai Evaluator Pembangunan
Derap langkah proses pembangunan yang dilakukan semua pihak tentu tidak boleh lepas dari
kontrol kaum intelektual muda (pemuda) yang secara kapabilitas mereka lebih mengetahui indikatorindikator penyimpangan, penyelewengan, kegagalan, dan manipulasi lainnya dalam kegiatan
pembangunan. Bentuk kontrol sebagai bagian dari wujud evaluasi hendaknya dilakukan secara
efektif, efisien dan tidak berdampak negatif terhadap laju pembangunan. Audensi, Dengar Pendapat,
dan Dialog merupakan alternatif yang bisa dipilih pemuda dalam menyampaikan hasil evaluasi
pembangunan.
Ke-lima peran pemuda tersebut akan berhasil guna dan berdaya guna dalam proses
pembangunan ketika ada komitmen dan konsistensi pemudauntuk senantiasa melakukan perubahan
dan perbaikan demi kesejahteraan masyarakat, tidak terjebak pada ranah pragmatisme yang
mengungkung idealisme dan rasionalisme, tidak mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok,

tidak juga menjadi alat politik dari sebuah kelompok. Hal ini perlu dipertegas mengingat praktekpraktek in-idealisme, dan in-konsistensi semakin sering muncul kepermukaan.
Pemuda dengan kapasitas dan kapabilitas yang tidak diragukan lagi, sudah mampu masuk
elemen-elemen pelaksana pembangunan, ada yang menjadi bagian dari pemerintah (eksekutif),
pengusaha (kontraktor), lembaga swadaya masyarakat, dewan perwakilan rakyat (legislatif), aparatur
penegak hukum (yudikatif) dan lain-lain. Dalam kontek perubahan dan perbaikan hendaknya semua
elemen pelaksana pembangunan yang didalamnya ada pemuda duduk bersama melakukan kajian
strategis perencanaan, pelaksanaan, dan kontroling/evaluasi pembangunan dengan senantiasa
membingkai diri dengan nilai-nilai agama; jujur, adil, bersih, berpihak kepada kesejahteraan
masyarakat, dan professional.
Apabila pemuda sudah mampu memainkan peran dalam pembangunan dengan baik, dan derap
langkah memainkan peran tersebut didasari ilmu serta dikerangka-i nilai-nilai agama, maka menjadi
harapan besar proses pembangunan akan berhasil mensejahterakan rakyat.***

Anda mungkin juga menyukai