Anda di halaman 1dari 20

Dosen : Dr. Sri Umiyati., M.

Si

Judul : ANALISIS PROGRAM MILLENIAL JOB CENTER DALAM


MEWUJUDKAN PROGRAM NAWA BHAKTI SATYA

Oleh : (Moeh Faizal Amin), NIM : (20170510044)

BAB I
SUMBER DAN LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 Deskripsi Situasi Permasalahan


“Pemuda” atau “generasi muda adalah konsep – konsep yang sering
diberati oleh nilai – nilai. Hal ini terutama disebabkan karena keduanya
bukanlah semata – mata istilah ilmiah tetapi sering lebih merupakan
pengertian ideologis atau kulturil. “Pemuda harapan bangsa”, “pemuda
pemilik masa depan” atau “pemuda harus dibina” dan sebagainya,
memperlihatkan betapa saratnya nilai yang telah terlekat pada kata
“pemuda” tersebut. Hal ini telah umum disadari bahwa peran dari pemuda
itu dinilai sangat vital bagi pembangunan bangsa.
Bahkan permasalahan sosial pada remaja menjadi suatu hal yang
masih harus selalu diperhatikan dan ditinjau akan perkembangan
kepribadian para pemuda tersebut oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan
remaja memiliki peran penting dalam proses pembangunan negara ini dan
akan menjadi penerus bangsa, maka perlu meningkatkan kapasitas pemuda
agar dapat mengaktualisasikan dirinya sehinga dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dan dapat membangun bangsa yang maju dan sehat serta jauh dari
keterpurukan dan menjadi contoh yang baik untuk bangsa lain.
UU No 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan poin 2 dan 4
menyebutkan, ”Kepemudaan adalah berbagai hal yang berkaitan dengan
potensi, tanggung jawab, hak, karakter, kapasitas, aktualisasi diri, dan cita-
cita pemuda, dan pelayanan kepemudaan adalah penyadaran,
kewirausahaan, serta kepeloporan pemuda”.

1
Kebutuhan pembelajaran pada pemuda ini bukan hanya memberikan
pengaruh terhadap kehidupan individu sendiri, akan tetapi akan berdampak
pula kepada kehidupan masyarakat sehingga dapat mencapai sesuatu yang
di cita – citakan sebelumnya.
Pemerintah bahkan seluruh masyarakat berharap banyak pada
pemuda, sehingga banyak program yang dijalankan dan memang bertujuan
khusus untuk memberikan pembelajaran dalam meningkatkan kapasitas
pemuda, berbagai sarana dan upaya baik pendidikan dan pelatihan atau
organisasi kepemudaan telah banyak digulirkan di masyarakat oleh
pemerintah.
Seperti halnya yang tercantum dalam Instruksi Presiden No.15
(1974) bahwa:
Pelatihan adalah bagian dari pendidikan menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem
pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan
dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori.

Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam menyediakan wahana


penyaluran berbagai macam bakat dan apresiasi para pemuda melalui jalur
pendidikan nonformal. Hal ini dikarenakan pendidikan nonformal yang
bersifat pengembangan diri.
Paulo Freire menyebutkan bahwa pendidikan yang hanya sebatas
kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru kepada murid tidak ubahnya
seperti menabung uang dimana seseorang (guru) memindahkan uang (ilmu)
pada celengan (siswa). Pendidikan seperti ini tidak memberikan ruang gerak
bagi kreatifitas siswa - siswanya karena pada dasarnya siswa telah di setting
menjadi kaku seperti celengan, patuh mendengarkan guru berceramah,
mencatat dan menghapal.
Salah satu keunggulan pendidikan nonformal di banding
pendidikan formal dikemukakan Suryadi (2009. hlm. 31) ,
“Bahwa pendidikan nonformal lebih canggih membangun sikap
kemandirian peserta didik karena mereka bermotivasi mendapatkan

2
keterampilan untuk bekerja dan mengembangkan diri (skilled
orientation), sementara itu peserta didik pada sekolah dan
perguruan tinggi banyak yang hanya mengejar ijazah (paper
orientation)”.

Dalam pendidikan nonformal tidak hanya mengejar ijazah maupun


suatu gelar tertentu, melainkan membangun suatu individu yang diharapkan
mampu mengembangkan diri dan diharapkan mampu bermanfaat bagi
individu lain.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang dalam masa
hidupnya senantiasa melakukan interaksi dan hidup saling berdampingan
antara individu satu dan individu lainnya sehingga mampu membentuk
suatu perkumpulan dan secara tidak sengaja dan tanpa disadari membentuk
suatu wadah yang disebut organisasi. Dari organisasi itu pun dapat dijadikan
ajang dalam pengembangan kreatifitas dan mengembangkan diri di
lingkungan sosial masyarakat dalam berbagai bidang.
Salah satu wadah yang ada di Jawa Timur, tepatnya di kota Surabaya
adalah, millennial job center yang merupakan program dari gubernur Jatim
dalam menjalankan program nawa bhakti satya. Millennial job center
merupakan sub dari program nawa bhakti satya yang merupakan salah satu
program kerja gubernur Jatim dalam menciptakan Jatim Kerja.
Millennial job center sendiri tepatnya berada di Gedung Negara
Grahadi, Surabaya. Sehingga diharapkan untuk para pemuda atau yang
biasa disebut kaum millennial dapat mengembangkan dirinya melalui
wadah yang sudah di sediakan khusus untuk mengembangkan talentanya,
khususnya dibidang profesi yang dibutuhkan di era Revolusi Industri 4.0,
Seperti web developer, content creator, web designer, digital marketer,
programmer, dan banyak sekali profesi yang diminati kalangan millenial.

1.2 Pentingnya Situasi Permasalahan


Pada saat ini, perkembangan globalisasi di Indonesia sangat
merajalela di dalam kehidupan warganya. Perubahan yang seiring dengan

3
perkembangan kreasi dan inovasi manusia dalam bidang teknologi yang
sering memiliki tingkat perubahan yang paling tinggi saat ini.
Perkembangan globalisasi teknologi yang diserati oleh globalisasi ekonomi
dapat dikatakan memiliki wajah ganda, disatu sisi teknologi menolong
kehidupan manusia, tetapi disisi lain ternyata juga mengancam tata
kehidupan manusia sebagai citra Allah. Sebagai contoh adalah dengan
adanya mesin-mesin industri. Keberadaan mesin-mesin tersebut dapat
menolong pekerjaan manusia, namun hal tersebut dapat memunculkan
banyak pengangguran karena tenaga kerja manusia tidak terpakai lagi.
Di jaman era globalisasi khususnya di Indonesia, dapat memberikan
dampak kepada pergerakan kehidupan warganya. Kehidupan manusia yang
berada di Indonesia menjadi semakin cepat dan dapat mengakibatkan
manusia merasa berada di dalam kekhawatiran, karena banyak orang yang
tidak dapat mengikutinya. Mereka yang tidak mampu mengikuti gerak
perkembangan itu akan tersingkir, dan inilah yang disebut dengan
marginalisasi. Keadaan ini menimbulkan ketidakadilan di segala bidang,
jurang kaya dan miskin, kuat dan lemah, berkuasa dan ditindas semakin
dalam. Dunia menjadi medan bagi kultur “homo homini lupus” (manusia
adalah serigala bagi sesamanya), bukan lagi medan bagi kultur “homo
homini socius” (manusia adalah sahabat bagi sesamanya).
Dalam hal ini Pemprov Jatim berusaha untuk memberikan yang
terbaik bagi masyarakat jatim khususnya kaum muda, dalam terlaksananya
program Millenial Job Center yang merupakan program unggulan dari
gubernur jatim, diharapkan dapat memberikan job training dan skill
tambahan bagi lulusan S1 maupun pendidikan vokasi, sekaligus membantu
starting up usaha, serta promosi bagi usahawan muda dan dukungan
pembiayaan usaha pada tahap awal usaha, agar dapat bersaing di eroa
revolusi industri 4.0 dan di ero globalisasi modern.

1.3 Taksiran Efektivitas dan Efisiensi Program


a. Efektivitas Program

4
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective
yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil
dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas
sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan
atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi,
kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan
ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan
pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S.
(2006:16) yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran
dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”
Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan
kata dasar, sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas.
Menurut Effendy (2008:14) mendefinisikan efektivitas sebagai
berikut: ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang
direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang
ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan” Efektivitas
menurut pengertian di atas mengartikan bahwa indikator efektivitas
dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target
telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Barnard dalam Prawirosentono (2008: 27) yang mengatakan
bahwa efektivitas adalah kondisi dinamis serangkaian proses
pelaksanaan tugas dan fungsi pekerjaan sesuai dengan tujuan dan
saranan kebijakan program yang telah ditetapkan, dengan definisi
konseptual tersebut didapat dimensi kajian, yaitu dimensi efektivitas
program.
Dimensi Efektivitas Program diuraikan menjadi indikator (1)
Kejelasan tujuan program; (2) Kejelasan startegi pencapaian tujuan
program; (3) perumusan kebijakan program yang mantap; (4)
penyusunan program yang tepat; (5) Penyediaan sarana dan
prasarana; (6) Efektivitas operasional program; (7) Efektivitas

5
fungsional program; (8) Efektivitas tujuan program; (9) Efektivitas
sasaran program; (10) Efektivitas individu dalam pelaksanaan
kebijakan program; dan (11) Efektivitas unit kerja dalam
pelaksanaan kebijakan program.
Hasil analisa penulis menunjukan bahwa program Millenial
Job Center yang di canangkan Pemprov jatim sudah efektif. Hal
tersebut ditunjukan dengan ketepatan sasaran program yang sudah
tepat sasaran, sosialisasi program yang sudah dilaksanakan,
pencapaian tujuan program yang sudah tercapai dan pemantauan
program sudah dilakukan oleh pihak penyelenggara. Faktor
pendukung adanya program Millenial Job Center ini ialah
banyanknya generasi muda khususnya lulusan S1 maupun vokasi
masih belum mampu bersaing dalam dunia kerja. Faktor
penghambat dari program ini adalah rendahnynya tingkat kesadaran
masyarakat akan pentingnya pelatihan kerja mauapun pelatihan-
pelatihan lain yang di selenggarakan oleh Pemprov Jatim sendiri.

b. Efisiensi Program
Secara umum, pengertian efisiensi adalah suatu ukuran
keberhasilan sebuah kegiatan yang dinilai berdasarkan besarnya
biaya/ sumber daya yang digunakan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), efisiensi
dapat diartikan sebagai ketepatan cara dalam melakukan sesuatu,
dan kemampuan melaksanakan tugas dengan baik dan tepat tanpa
membuang biaya, waktu, dan tenaga.
Menurut Mulyamah (1987;3), pengertian efisiensi adalah
suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan
dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataan lain
penggunaan yang sebenarnya
Menurut S. P. Hasibuan (1984;233-4), pengertian efisiensi
adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output

6
(hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang
dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai
dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain
hubungan antara apa yang telah diselesaikan.
Pemerintah selalu berupaya untuk melakukan efisiensi
dalam program yang di laksanakan. Agar upaya efisiensi dapat
dikatakan berhasil maka harus memenuhi beberapa syarat berikut:
 Berhasil guna, yaitu kemampuan suatu unit kerja dalam
mendatangkan hasil dan manfaat. Misalnya, barang yang
diproduksi bermanfaat bagi masyarakat.
 Ekonomis, yaitu suatu tindakan untuk mendapatkan input
(barang atau jasa) yang berkualitas dengan tingkat sekecil
mungkin.
 Pelaksanaan kerja dapat dipertanggungjawabkan
 Pembagian kerja yang nyata
 Rasionalitas wewenang dan tanggungjawab
 Prosedur kerja yang praktis

Hasil analisa penulis menunjukan bahwa program Millenial


Job Center yang di canangkan Pemprov jatim sudah cukup efisien.
Hal tersebut ditunjukan dengan adanya pelaksanaan kerja yang
dapat dipertanggungjawabkan, pembagian kerja yang nyata,
rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, dan prosedur kerja yang
praktis.

7
BAB II

MASALAH RENCANA STRATEGIS

2.1 Rumusan Masalah


Dalam latar belakag yang telah di paparkan di atas, maka dapat
diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini:
a. Bagaimana efektivitas program Millenial Job Center yang telah di
laksanakan oleh Pemprov Jatim?
b. Bagaimana Efisiensi program Millenial Job Center yang telah
dilaksanakan oleh Pemprov Jatim

2.2 Teori Pendukung, Pendekatan dan Metode Analisa


a. Teori Pendukung
1. Teori Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective
yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil
dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas
sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang
tujuan.Pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno
Handayaningrat S. (1994:16) yang menyatakan bahwa
“Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.” Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat (1986) yang
menjelaskan bahwa :“Efektivitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan
waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target
yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat
disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan
waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target
tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Sedangkan

8
Efektivitas menurut H. Emerson: pengukuran dalam arti
tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. (Soewarno Handayaningrat, 1990, hal 15)
Menurut pendapat Mahmudi mendefinisikan efektivitas,
sebagai berikut:“Efektivitas merupakan hubungan antara
output dengan tujuan, semakinbesar ontribusi (sumbangan)
output terhadap pencapaian tujuan, makasemakin efektif
organisasi, program atau kegiatan” (Mahmudi, 2005:92).
Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau
kegiatan yang dinilai efektif

2. Teori efisiensi
Secara umum, pengertian efisiensi adalah suatu ukuran
keberhasilan sebuah kegiatan yang dinilai berdasarkan besarnya
biaya/ sumber daya yang digunakan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), efisiensi


dapat diartikan sebagai ketepatan cara dalam melakukan sesuatu,
dan kemampuan melaksanakan tugas dengan baik dan tepat
tanpa membuang biaya, waktu, dan tenaga.

Menurut Mulyamah (1987;3), pengertian efisiensi adalah


suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan
masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataan
lain penggunaan yang sebenarnya

Menurut S. P. Hasibuan (1984;233-4), pengertian efisiensi


adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan
output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang
dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai
dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain
hubungan antara apa yang telah diselesaikan.

9
Dari uraian disimpulkan bahwa efisiensi adalah suatu cara
dengan bentukusaha yang dilakukan dalam menjalankan
sesuatu dengan baik dan tepat sertameminimalisir
pemborosan dalam segi waktu, tenaga dan biaya.

b. Pendekatan
Dalam penelitian ini digunakan sebuah pendekatan yang
dikenal dengan pendekatan kualitatif. Creswell menyatakan
penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti
kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden dan
melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif
merupakan riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan
makna (perspektif informan) lebih ditonjolkan dalam penelitian
kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar
fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Selain itu,
landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran
umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan
hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran
landasan teori dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju
data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap
teori yang digunakan. Adapun dalam penelitian kualitatif
peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai
penjelas, dan berakhir dengan suatu teori (Noor, 2011: 34)
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan
bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
merupakan instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya,
menganalisis, dan mengkonstruksi objek yang diteliti menjadi
lebih jelas. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum
jelas, mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami

10
interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikankebenaran data
dan meneliti sejarah perkembangan (Noor, 2011: 35).

c. Metode Analisa
Jenis penelitian menggunakan deskriptif kualitatif
dengan metode analitis. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010,
hlm. 4) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah “prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat
diamati”. Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang
alamiah secara holistik, memposisikan manusia sebagai
alatpenelitian, melakukan analisis data secara induktif, lebih
mementingkan proses dari pada hasil penelitian yang dilakukan
disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian
Metode deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan
adalah berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sedang
berlangsung dan berkenaan dengan kondisi masa sekarang. Nazir
(2011, hlm. 52) menjelaskan metode deskriptif adalah sebagai
berikut:
Metode deskrptif adalah satu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu subjek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secarasis tematis
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Sugiyono (2015, hlm. 15) menjelaskan tentang pengertian penelitian
kualitatif sebagai berikut:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti padakondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, pengambilan sampel sumber data

11
dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
penggabungan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi

Metode ini cocok dalam penelitian ini karena penelitian ini


berusaha mencari gambaran satu kelompok manusia untuk
mencapai tujuan kelompok tersebut, sehingga fenomena kelompok
tersebut dapat terungkap secara jelasdan akurat.

2.3 Pelaku Utama


Dalam program Millenial Job Center sendiri pelaku utamanya
adalah gubernur Jatim itu sendiri, dan gubernur jatim tentunya
berkoordinasi dengan Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil). Karena
masing-masing rumpun wilayah di Jatim memiliki sub kultur yang berbeda.
Makanya Bakorwil ini menjadi penting.

2.4 Manfaat Penulisan


a. Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan
bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu
manajemen strategis sektor pemrtintah terutama dalam rangka
meningkatkan efektivitas dan efisiensi program yang dijalankan
oleh pemerintah.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Pemprov jatim penelitian ini sebagai bahan pertimbangan
yang strategis dalam dalam upaya meningkatkan efektivitas dan
efisiensi program.
2. Dapat memberikan informasi bagi pihak terkait Pemprov Jatim
terkait efektivitas dan efisiensi kinerja strategi program.

12
2.5 Pengukuran Efektivitas dan Evisiensi
a. Indikator efektivitas
Menurut Anthony (2005), efektivitas ditentukan oleh
hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat
tanggung jawab dengan tujuannya. Pusat tanggung jawab
merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan,
melaksanakan fungsi –fungsi tertentu dengan tujuan akhir untuk
mengubah input menjadi output. Semakin besar output yang
dikontribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit
tersebut.
Dimensi Efektivitas Program diuraikan menjadi indikator (1)
Kejelasan tujuan program; (2) Kejelasan startegi pencapaian tujuan
program; (3) perumusan kebijakan program yang mantap; (4)
penyusunan program yang tepat; (5) Penyediaan sarana dan
prasarana; (6) Efektivitas operasional program; (7) Efektivitas
fungsional program; (8) Efektivitas tujuan program; (9) Efektivitas
sasaran program; (10) Efektivitas individu dalam pelaksanaan
kebijakan program; dan (11) Efektivitas unit kerja dalam
pelaksanaan kebijakan program.
Hasil analisa penulis menunjukan bahwa program Millenial
Job Center yang di canangkan Pemprov jatim sudah efektif. Hal
tersebut ditunjukan dengan ketepatan sasaran program yang sudah
tepat sasaran, sosialisasi program yang sudah dilaksanakan,
pencapaian tujuan program yang sudah tercapai dan pemantauan
program sudah dilakukan oleh pihak penyelenggara. Faktor
pendukung adanya program Millenial Job Center ini ialah
banyanknya generasi muda khususnya lulusan S1 maupun vokasi
masih belum mampu bersaing dalam dunia kerja. Faktor
penghambat dari program ini adalah rendahnynya tingkat kesadaran
masyarakat akan pentingnya pelatihan kerja mauapun pelatihan-
pelatihan lain yang di selenggarakan oleh Pemprov Jatim sendiri.

13
b. Indikator efisiensi
Efisiensi adalah hubungan optimal antara masukan dan
keluaran serta tingkat sejauh mana masukan digunakan dan
dihubungkan pada suatu tingkat tertentu. Efisiensi dapat juga
diartikansebagai rasio perbandingan antara output dengan input,
atau jumlah output per unit input (Anthony & Young, 1999).
Pemerintah selalu berupaya untuk melakukan efisiensi
dalam program yang di laksanakan. Agar upaya efisiensi dapat
dikatakan berhasil maka harus memenuhi beberapa syarat berikut:
 Berhasil guna, yaitu kemampuan suatu unit kerja dalam
mendatangkan hasil dan manfaat. Misalnya, barang yang
diproduksi bermanfaat bagi masyarakat.
 Ekonomis, yaitu suatu tindakan untuk mendapatkan input
(barang atau jasa) yang berkualitas dengan tingkat sekecil
mungkin.
 Pelaksanaan kerja dapat dipertanggungjawabkan
 Pembagian kerja yang nyata
 Rasionalitas wewenang dan tanggungjawab
 Prosedur kerja yang praktis

Hasil analisa penulis menunjukan bahwa program Millenial


Job Center yang di canangkan Pemprov jatim sudah cukup efisien.
Hal tersebut ditunjukan dengan adanya pelaksanaan kerja yang
dapat dipertanggungjawabkan, pembagian kerja yang nyata,
rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, dan prosedur kerja yang
praktis.

14
BAB III
ALTERNATIF PROGRAM PEMERINTAH

3.1 Analisis SWOT

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN STRATEGIK

INTERNAL EKSTERNAL

KEKUATAN (STRENGTHS) PELUANG ( OPPORTUNITIES)


1. Dapat menciptakan calon generasi muda yang 1. Adanya dukungan yang positif dari masyarakat
berkompeten di era revolusi industry 4.0. dan pemprov jatim.
2. Mampu memberikan pelatihan unggulan bagi 2. Berpeluang menjadi program unggulan di era
para pemuda Jawa Timur. revolusi industry 4.0.

KELEMAHAN (WEAKNESSES) TANTANGAN/ANCAMAN


1. Kurangnya sosialisasi pemprov jatim terkait
(THREATS)
program ini.
1. Perubahan yang cukup pesat di era globalisasi
2. Masih banyak masyarakat yang belum menjadi tantangan tersendiri bagi program ini
mengetahui akan adanya program ini. untuk terus meningkatkan pelatihan-pelatihan
yang berkualitas.
2. Adanya para pemuda millennial yang kurang
sadar akan betapa pentingnya pelatihan soft skill
untuk pembekalan diri.

15
3.2 Analisis Risiko

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program Millenial Job Center


dalam memberikan ruang bagi anak-anak muda mengembangkan talentanya,
khususnya di bidang profesi yang dibutuhkan di era Revolusi Industri 4.0 dirasa
hampir tidak memiliki kendala, namun beberapa aspek terkait program ini harus
segera di perhatikan. Aspek-apek yang diberikan salah satunya berupa tutor yang
professional dan kompeten dalam pelatihan yang nanti akan diberikan.

16
BAB IV
REKOMENDASI PROGRAM RSP
4.1 Deskripsi Alternatif yang disarankan

1. Pelaksanaan program Millenial Job Center harus mendapat dukungan dari


Pemerintah Provinsi dalam hal pendampingan, koordinasi dan fasilitasi dari
Pemprov jatim.
2. Pelaksanaan program Millenial Job Center diupayakan harus terjalin
hubungan kemitraan antar komunitas kota yang dilaksanakan secara
bersinergi antara stakeholders kota/ kabupaten secara lengkap, yaitu
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dan kegiatan kerjasama tersebut
dapat disosialisasikan kepada seluruh masyarakat melalui media
informasi/komunikasi dan media sosial lainnya, sehingga program Millenial
Job Center ini dapat diketahui olah seluruh lapisan masyarakat.
3. Perlunya dukungan penganggaran dalam pembiayaan dan dalam proses
penganggarannya harus dialokasikan sesuai dengan kebutuhan, baik pada
tahap pelaksanaan dan dalam menerima kunjungan calon masyarakat yang
akan mengikuti pelatihan.
4. Peningkatan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia tutor pelaksana
program Millenial Job Center dengan harapan dapat mengoptimalkan
pelaksanaan program.
5. Perlunya sarana prasarana teknologi dan jaringan komunikasi yang memadai
dan berkualitas, sehingga dapat mendukung kelancaran tugas tutor pelatih
pelaksana program Millenial Job Center.

17
4.2 Kerangka strategis bagaimana
Strengths Weaknesses
1. Dapat menciptakan 1. Kurangnya
calon generasi muda sosialisasi pemprov
Strategi: yang berkompeten di era jatim terkait program
1. S-O revolusi industri 4.0. ini.
2. W-O
2. Mampu memberikan 2. Masih banyak
3. S-T
pelatihan unggulan bagi masyarakat yang
4. W-T
para pemuda Jawa belum mengetahui
Timur. akan adanya program
ini.
Opportunities Strategi: S-O Strategi: W-O
1. Adanya dukungan yang Dukungan yang positif Kurangnya
positif dari masyarakat dan pada program ini juga sosialisasi terkait
pemprov jatim. menjadi aspek program ini
terciptanya generasi menghambat peluang
2. Berpeluang menjadi muda yang berkompeten menjadi program
program unggulan di era di era revolusi industry unggulan Jatim
revolusi industry 4.0. 4.0
Threats Strategi: S-T Strategi: W-T
1. Perubahan yang cukup Perubahan yang pesat Kurangnya
pesat di era globalisasi dalam era globalisasi sosialisasi akan
menjadi tantangan tersendiri menjadikan para pemuda program ini menjadi
bagi program ini untuk terus menjadi sadar akan tantangan tersendiri
meningkatkan pelatihan- mengembangkan soft bagi program ini
pelatihan yang berkualitas. skill mereka, dan untuk meningkatkan
berpeluang menjadi pelatihan dan juga
2. Adanya para pemuda generasi muda yang para generasi muda
millennial yang kurang sadar berkompeten di era di tuntut untuk sadar
akan betapa pentingnya revolusi industry betapa pentingnya
pelatihan soft skill untuk melatih soft skill
pembekalan diri.

18
DAFTAR PUSTAKA
Ace Suryadi, Dasim Budimansyah.2009. Paradigma Pembangunan Pendidikan
Nasional Konsep, Teori dan Aplikasi Dalam Analisis Kebijakan
Publik. Widya Aksara Press. Bandung

Ahmad,Fauzi.2004.Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Anthony dan Govindarajan. 2005, Management Control System, Edisi


Pertama,Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Anthony, Robert N. and David W. Young, 1999, Management Control in


Non Profit Organizations, fifth edition, Irwin/Mc Graw- Hall.

Effendy, Onong Uchjana. 2008. Ilmu Komunikasi, Teori & Praktik. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Freire, Paulo.Pendidikan Sebagai Proses: Surat-Menyurat Pedagogis dengan


Para Pendidik Guinea Bisseau. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007.

Handayaningrat, Soewarno. 1990. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan


Manajemen. Jakarta : Haji Masagung.

Handayaningrat, S. 2006. Pengantar studi administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

Hasibuan, Malayu S.P, 1984, Manajemen dasar, pengertian dan masalah,


Jakarta: Penerbit Gunung Agung

Hidayat. 1986.Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan. Yogyakarta:Gajah


Mada University Press

Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP


YKPN.

Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mulyamah. (1987). Manajemen Perubahan. Jakarta: Yudhistira.

19
Nazir.Mohammad,Ph.D.(2011). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Noor. Juliansyah, 2011, Metodologi Penelitian,Prenada Media Group, Jakarta

Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:


Alfabeta

Suyadi Prawirosentono. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia


Kebijakan Kinerja Karyawan”. Yogyakarta:BPFE.

20

Anda mungkin juga menyukai