Anda di halaman 1dari 10

Intermediate Training tingkat nasional HMI Cabang Cirebon, 16-23 Juli 2011

Peran Mahasiswa dalam Mewujudkan Cita-cita


Pembangunan Daerah

Oleh :
Syamsul Bahri

Dipresentasikan pada Latihan Kader II Tingkat Nasional


Diselenggarakan HMI Cabang Cirebon
16-23 juli 2011

0|p e r a n m a ha s i s w a d a l a m m e w u j u d k a n c i t a - c i t a p e m b a n g u na n d a e r a h
Intermediate Training tingkat nasional HMI Cabang Cirebon, 16-23 Juli 2011

Peran Mahasiswa dalam Mewujudkan Cita-cita


Pembangunan Daerah1

PENDAHULUAN

Pada zaman sekarang, berbagai negara disibukan untuk pembenahan diri dalam
menghadapi era persaingan dengan negara lain, Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang secara langsung ikut dalam ajang persaingan tersebut. Persaingan yang
terjadi itu tidak lepas dari adannya globalisasi dan modernisasi, perkembangan yang begitu
cepat serta askes yang tidak terbatas membuat semua hal yang sebelumnya tidak disadari
ternyata menjadi cambuk yang harus dialami, maka dari itu perlu diadakannya pembangunan
dalam semua aspek yang tentunya berkualitas  agar mampu untuk terus mengikuti
perkembangan yang terjadi atau bahkan mampu untuk bersaing dan mengungguli bangsa
lainya.

Secara umum pembangunan adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri,


sejahtera, dan berkeadilan. Bangsa yang maju tidak terlepas dari peran para pemuda atau
mahasiswa Indonesia yang telah memperjuangkan negara ini. Pemuda yang memiliki
moralitas dan intelektual yang tinggi bisa mempercepat kemajuan di bidang iptek,
pendidikan, kesehatan, sosial budaya, dan lain-lain. Bangsa yang mandiri ditandai oleh
kemampuan bangsa dalam membangun dan memelihara kelangsungan hidupnya
berlandaskan kekuatan sendiri.

Sedangkan keadilan, yang menjadi tema abadi dalam pembangunan, ditandai oleh
kemampuan bangsa dalam mendistribusikan hasil-hasil pembangunan secara merata,
sehingga bisa menjangkau masyarakat secara luas. Tidak hanya itu, juga dalam kesempatan
untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan itu sendiri. Keadilan juga harus tercermin
pada kian menyempitnya kesenjangan sosial ekonomi. Kesejahteraan dan keadilan sangat erat
kaitannya dan sering dibahas secara satu kesatuan pengertian.

1
. Makalah disampaikan pada LK II HMI cabang di Cirebon

1|p e r a n m a ha s i s w a d a l a m m e w u j u d k a n c i t a - c i t a p e m b a n g u na n d a e r a h
Intermediate Training tingkat nasional HMI Cabang Cirebon, 16-23 Juli 2011

PEMBAHASAN

Pada awal perkembangan dunia banyak orang mengungkapkan bahwa negara yang
maju adalah negara yang memiliki sumber daya yang melimpah, hanya saja setelah
perkembangan terjadi anggapan tersebut sedikit keliru dengan anggapan bahwa jika sumber
daya tersebut tidak dikelola maka tidak akan berguna, dengan adanya anggapan baru tersebut
membuktikan bahwa sumber daya manusialah yang menjadi faktor penentu kemajuan sebuah
negara. Maka dari itu pembangunan diawali dari peningkatan kualitas SDM. Upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut tidak akan terlepas dari factor kesehatan
individu yang bersangkutan, karena kesehatan merupakan modal dasar bagi seseorang untuk
mengkontribusikan segala daya dan upayanya dalam mewujudkan kesejahtera. Pembangunan
kesejahteraan masyarakat tidak akan terlepas dari peran seorang mahasiswa yang memiliki
kepedulian terhadap masyarakat.

Kita mengenal slogan “Pemuda harapan bangsa” atau “Maju mundurnya suatu bangsa
tergantung pada pemudanya”. Mahasiswa adalah bagian pemuda yang selalu ditunggu
perannya dalam pembangunan. Apa sajakah peran itu?

Kita telah memaklumi bersama bahwasannya mahasiswa termasuk kalangan elit.


Hanya segelintir saja dari jutaan orang pemuda di Indonesia, yang berkesempatan
mengenyam pendidikan tinggi. Tak semua memiliki kesempatan masuk ke dalam kelas ini.
Terlebih realita yang ada saat ini manakala biaya kuliah semakin mahal. Makin sedikit pula
yang dapat merasakan hidup di dunia perguruan tinggi. Dan yang sedikit itulah, yang
memiliki potensi strategis sebagai iron stock para leader di negeri kita ini.

Mahasiswa adalah kalangan yang memiliki potensi besar melakukan mobilitas.


Bahkan, hal itu sudah dilakukan semenjak mereka resmi memiliki status sebagai mahasiswa,
karena status itu termasuk kelas menengah. Ke depan, selepas menyelesaikan proses
pembelajaran dan pencarian jati diri mereka di kampus, pintu melakukan mobilitas itu
semakin terbuka. Mobilitas secara vertikal maupun horizontal, menuju ke posisi strategis di
berbagai sektor yang akan mereka geluti, baik public sector, private sector atau third sector.2

Besarnya potensi mereka itu -logis, karena hampir tidak mungkin negeri ini akan
dipimpin oleh para lulusan SMP apalagi SD -tak luput dari besarnya harapan yang
disematkan ke pundak mereka. Mereka diharapkan oleh masyarakat untuk nantinya kembali

2
. Cahya Hw. http://www.google.com

2|p e r a n m a ha s i s w a d a l a m m e w u j u d k a n c i t a - c i t a p e m b a n g u na n d a e r a h
Intermediate Training tingkat nasional HMI Cabang Cirebon, 16-23 Juli 2011

dan membangun masyarakat khususnya di daerah dari mana mereka berasal. Mahasiswa yang
merantau, seolah-olah menjadi perwakilan daerah untuk menyerap ilmu sebanyak mungkin
kemudian diterapkan dalam pembangunan daerahnya suatu saat nanti. Dan ini memang
menjadi salah satu peran yang harapannya bisa dijalankan oleh para mahasiswa, terlepas dari
realita mahasiswa zaman sekarang yang tak sedikit menghabiskan masa studinya dengan
hura-hura dan bersenang-senang.

Sebenarnya apa saja peran mahasiswa yang bisa dimainkannya dalam pembangunan?
Hal ini perlu dipahami bersama, karena ketidakjelasan peran akan menimbulkan
kegamangan. Dan kegamangan akan mengakibatkan ketidakproduktifan. Maka tentang peran
mahasiswa dalam pembangunan daerah ini perlu kita ulas lebih jauh. Namun, kita perlu
terlebih dahulu melihat seberapa jauh potensi yang dimiliki oleh mahasiswa. Sehingga apa
saja peran yang dapat dimainkan nanti, bisa kita lihat dari potensi yang ada dalam diri
mereka.3

Pertama, kita dapat melihat potensi mahasiswa dari aspek karakternya. Kita pahami
bersama, bahwa mahasiswa memiliki karakter idealis. Semua hal dilihat dan ingin dibentuk
dalam tataran ideal. Baik dalam kehidupan mahasiswa itu sendiri, keorganisasian, berbagai
sistem dan kebijakan dalam masyarakat maupun dalam kehidupan negara. Mahasiswa
biasanya menjadi orang yang paling resah dengan ketidakberesan, benci dengan
ketidakadilan, menginginkan tegaknya aturan dan norma kebaikan. Dengan begitu tepatlah
manakala mahasiswa disebut sebagai social control, mengkritisi setiap ketidakberesan
berjalannya sistem di masyarakat maupun negara.

Pemuda memiliki tipe pemikiran yang kritis dan kreatif. Mahasiswa sebagai bagian
dari pemuda tak lepas dari sifat ini. Sejarah mengatakan, bahwa perubahan-perubahan besar
berawal dari para pemuda. Kita dapat melihat bagaimana peristiwa kebangkitan nasional,
sumpah pemuda, proklamasi kemerdekaan Indonesia serta reformasi berawal. Semua tidak
luput dari peran para pemuda. Pun begitu dengan berbagai peristiwa perubahan, revolusi dan
pembaruan di beberapa belahan dunia.

Kaum muda memiliki frame berfikir yang khas. Berawal dari idealismenya dia kritis
terhadap persoalan-persoalan, dan dengan kreativitasnya memberikan solusi-solusi dari
persoalan yang ada. Tak jarang solusi yang mereka hasilkan merupakan hal-hal yang tak
terpikirkan sebelumnya oleh generasi yang lebih tua. Banyak terobosan baru yang mereka
3
. Miftachul Huda, Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan Sosisal. Putaka Pelajar, hal .3-6.

3|p e r a n m a ha s i s w a d a l a m m e w u j u d k a n c i t a - c i t a p e m b a n g u na n d a e r a h
Intermediate Training tingkat nasional HMI Cabang Cirebon, 16-23 Juli 2011

lahirkan, karena mereka punya paradigma berpikir yang berbeda. Karena berbeda paradigma,
maka biasanya antara generasi tua dan generasi muda terjadi konflik pemikiran, antara
paradigma lama dan paradigma baru. Kita dapat ambil contoh pada salah satu persitiwa besar,
proklamasi kemerdekaan. Terjadi perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan
muda tentang kapan proklamasi harus dilakukan.

Beberapa kelebihan yang bersifat alami di atas, yakni idealis, kritis dan kreatif
membuat arus perubahan dapat diciptakan, menuju yang lebih baik sebagaimana idealita yang
ada dalam benak mereka. Dipadu dengan sifat semangat, dan didukung oleh kekuatan fisik
yang masih prima, maka arus perubahan semakin besar. Mereka tak akan kenal lelah dalam
bekerja dan menggerakkan perubahan itu, sehingga dalam waktu yang tak terlampau lama
apa yang mereka inginkan akan segera dicapai.

Kedua, potensi mereka dilihat dari aspek intelektualitas, kecerdasan dan penguasaan
wawasan keilmuan. Ilmu dan wawasan yang dimiliki selain akan memperluas cakrawala
pandangan, juga memberikan bekal teoritis maupun praktis dalam pemecahan masalah.
Seorang mahasiswa akan dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang ada yang pada
masa dahulu pernah ditemui manusia dan dirumuskan dalam berbagai teori pemecahannya.
Atau, jika hal yang ada belum pernah ditemui sebelumnya, maka mereka sudah memiliki
bekal yang metodologis dan sistematis tentang bagaimana cara menemukan pemecahan
problem-problem yang ada. Tiada lain dengan riset, baik riset di bidang eksak maupun
noneksak.

Potensi dari dua aspek yang ada itulah yang akan membuat mahasiswa dapat
melakukan perannya. Syaratnya, kedua potensi itu benar-benar dikembangkan secara optimal
oleh mereka baik secara personal maupun komunal sehingga dapat menjadi senjata yang siap
digunakan untuk memberikan kemanfaatan terbesar bagi masyarakat. Potensi dari aspek
karakter dikembangkan dengan berbagai aktivitas yang mengasah softskill, baik melalui
kegiatan organisasi, pelatihan-pelatihan maupun aktivitas keseharian mahasiswa di luar
kegiatan akademik. Sedangkan potensi intelektualitas dibangun melalui semua kegiatan yang
mengasah hardskill, yakni kegiatan belajar mengajar, pengkajian, penelitian dan juga
pelatihan. Dengan begitu mereka memiliki kualifikasi dan kompetensi menuju profil
mahasiswa ideal, yakni mahasiswa yang memiliki integritas moral, kredibilitas sosial dan
profesionalitas keilmuan.

4|p e r a n m a ha s i s w a d a l a m m e w u j u d k a n c i t a - c i t a p e m b a n g u na n d a e r a h
Intermediate Training tingkat nasional HMI Cabang Cirebon, 16-23 Juli 2011

Pada era sekarang ini, rasanya sudah tidak relevan lagi manakala implementasi peran
mahasiswa hanya sekadar seperti apa yang dilakukan pada masa-masa lalu. Sebagian besar
yang telah dilakukan mahasiswa untuk menjalankan peran sebagai agent of change dan social
control dilakukan melalui aksi-aksi turun ke jalan. Aksi untuk menuntut perubahan kebijakan,
penyebaran wacana dan opini ke publik, namun belum bisa memberikan solusi konkrit.
Sudah saatnya hal itu diubah, sudah tiba waktunya bagi mahasiswa untuk memaksimalkan
peran sebagai aktor intelektual yang dapat memberikan jawaban-jawaban dan solusi yang
konkrit, membumi, aplikatif dan bermutu. Bukan sekadar wacana yang mengawang, atau
alternatif solusi dari hasil analisis yang serampangan. Namun semuanya berbasis penguasaan
keilmuan pada bidang masing-masing, melalui proses pengkajian yang mendalam dan
komprehensif, dilihat dari berbagai sudut pandang secara interdisipliner sehingga
menghasilkan solusi yang solutif.

Peran yang bisa dimainkan mahasiswa di daerah tentu tak terkungkung pada
daerahnya masing-masing, namun bisa berperan di daerah lain. Juga tidak melulu yang
bersifat konseptual, namun juga yang bersifat praktikal dengan terjun langsung di
masyarakat. Yang jelas semuanya didasari oleh kerangka berpikir ilmiah. Mahasiswa dapat
memulai aksinya berpijak dari masalah-masalah yang ada pada suatu daerah, maupun potensi
besar yang belum terkembangkan atau teroptimalkan yang dapat menjadi senjata bagi daerah
tersebut. Baik dalam bidang pangan, pendidikan, kesehatan, iptek, pertanian, sosial, budaya,
pemerintahan dan lain sebagainya.4 

Di bidang pangan misalnya, suatu daerah memiliki keunggulan komparatif sebagai


penghasil salak. Di setiap musim panen, produksi salak melimpah dan dapat mensuplai
produk ke beberapa daerah lain yang membutuhkan. Permasalahannya adalah seringkali
jumlah produksi salak melebihi permintaan yang ada, sehingga ada sisa yang setiap periode
terbuang percuma, karena sifat produk pertanian yang cepat rusak. Berdasarkan permasalahan
itu, seorang mahasiswa yang baik akan dapat mengubah permasalahan seperti itu menjadi
potensi besar. Dia akan melakukan riset untuk menciptakan produk olahan dari salak,
sehingga salak yang tidak termanfaatkan dalam bentuk mentah setelah menjadi produk
olahan lain akan memiliki nilai jual lebih tinggi, disamping dapat meningkatkan daya tahan
produk itu sendiri. Implikasi positif lain dari hal ini adalah membuka peluang usaha baru
yang nantinya dapat menyerap tenaga kerja, dengan begitu pengangguran dapat dikurangi.

4
. Prof. DR. H.M. Amin Syukur MA, Tasauf Sosial, Pustaka Pelajar. Hal. 14

5|p e r a n m a ha s i s w a d a l a m m e w u j u d k a n c i t a - c i t a p e m b a n g u na n d a e r a h
Intermediate Training tingkat nasional HMI Cabang Cirebon, 16-23 Juli 2011

Kripik salak dan selai salak merupakan contoh produk sebagai wujud nyata dari usaha
semacam ini.

Contoh lainnya, manakala pada suatu daerah memiliki permasalahan pada banyaknya
sampah padat yang tidak tertangani dan akhirnya menumpuk di beberapa tempat. Selain dari
segi estetika tidak sedap bagi pemandangan, menimbulkan bau tidak sedap, dari aspek
kesehatan dapat menjadi sumber beberapa penyakit, selain memberikan potensi ancaman
banjir apabila menyumbat beberapa saluran air. Mahasiswa atau kelompok mahasiswa dapat
memberikan solusi dengan program pemberdayaan masyarakat pengolahan sampah organik.
Dampaknya pada pengurangan jumlah sampah yang ada secara signifikan, dihasilkannya
produk olahan sampah organik misalnya menjadi pupuk organik yang memiliki kegunaan dan
bernilai jual, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sampah.

Mahasiswa tidak harus terjun sendiri ke masyarakat secara swadaya, karena hal itu
akan sangat berat. Alangkah sangat baiknya mahasiswa dapat merangkul berbagai pihak yang
dapat diajak kerja sama dalam membuat proyek-proyek yang lebih besar untuk memberikan
pencerdasan pada masyarakat dan memberdayakan mereka. Pemerintah daerah, pihak
kampus (universitas) dan pihak swasta adalah pihak-pihak yang sangat bertanggung jawab
dalam kemajuan masyarakat. Pemerintah daerah tentu saja pelaku utama yang bertanggung
jawab penuh terhadap kemajuan masyarakat di daerahnya. Universitas memiliki kewajiban
dalam pendidikan dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana tertuang dalam salah satu poin
Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pihak swasta memiliki kewajiban untuk melaksanakan
program-program CSR (Corporate Social Responsibility). Peran ketiga elemen besar itu
harus dapat dioptimalkan, dan disinergikan. Dan hal ini dapat diinisiasi oleh mahasiswa.

Pihak pemerintah berperan dalam pendanaan sebagaimana telah dianggarkan, juga


SDM pakar dengan adanya para petugas penyuluh lapangan dari departemen-departemen
tertentu. Pihak universitas memberikan sumbangan dari sisi keilmuan, program (misalnya
dengan program KKN) dan SDM pelaksana, yakni mahasiswa itu sendiri. Aspek dana juga
didukung oleh pihak swasta, selain perannya dalam memenuhi kebutuhan akan instrumen
berupa peralatan maupun perlengkapan. Sinergitas yang saling melengkapi dari ketiga pihak
ini akan memberikan signifikansi sangat tinggi dalam upaya melaksanakan pembangunan
daerah. Karena dengan sinerginya beberapa pihak tersebut, masing-masing tidak bekerja
sendiri melalui program yang bisa jadi overlap satu sama lain sehingga tidak efektif dan
efisien, bahkan kontraproduktif.

6|p e r a n m a ha s i s w a d a l a m m e w u j u d k a n c i t a - c i t a p e m b a n g u na n d a e r a h
Intermediate Training tingkat nasional HMI Cabang Cirebon, 16-23 Juli 2011

Ke depan, kesadaran akan pentingnya sinergitas antara beberapa pihak perlu semakin
ditingkatkan, dan ini harus dimulai semenjak sekarang. Tak ketinggalan, penyiapan diri
mahasiswa, yang ke depan juga akan menempati ruang-ruang strategis di pemerintah, swasta
maupun kampus harus dilakukan semenjak dini, dengan cara:

1. Pengembangan potensi diri dari aspek hardskill maupun softskill sebagai upaya
memaksimalkan potensinya sebagai iron stock,
2. Melakukan kontrol kebijakan pemerintah terhadap penentuan arah dan karakteristik
pembangunan daerah,
3. Berupaya untuk senantiasa memenuhi kebutuhan akan perbaikan dari kehidupan
masyarakat dan berbagai permasalahan yang terjadi di sana melalui penerapan dan
implementasi ilmu yang telah diperoleh di bangku perguruan tinggi,
4. Mengembangkan jaringan (networking) dengan berbagai pihak, khususnya yang
memiliki peran dan potensi dalam pembangunan daerah.5

Semua itu tak dapat terwujud manakala tidak diawali oleh kepedulian serta sikap
kritis terhadap peristiwa sosial yang melahirkan niat dan kemauan untuk turut berperan serta
memperbaiki masyarakat. Sehingga nantinya cita-cita untuk mewujudkan Indonesia sebagai
bangsa yang berkedaulatan, berkeadilan, maju dan mandiri dapat diraih.

5
. Cahya Hw. http://www.google.com

7|p e r a n m a ha s i s w a d a l a m m e w u j u d k a n c i t a - c i t a p e m b a n g u na n d a e r a h
Intermediate Training tingkat nasional HMI Cabang Cirebon, 16-23 Juli 2011

KESIMPULAN

Apabila fungsi pembangunan daerah disederhanakan, maka ia dapat dirumuskan ke


dalam tiga tugas utama yang mesti dilakukan oleh pemerintahan daerah, yakni pertumbuhan
ekonomi (economi growth), perawatan masyarak (comunity care,) dan pembangunan manusia
(human development). Fungsi pertumbuhan ekonomi mengacu pada bagaimana melakukan
“wirausaha” (misalnya melalui industrialisasi, penarikan pajak) guna memperoleh
pendapatan finansial yang diperlukan untuk membiayai kegiatan pembangunan. Fungsi
perawatan masyarakat menunjuk pada bagaimana merawat dan melindungi warga masyarakat
daerah tersebut dari berbagai macam kehidupannya (misalnya menderita sakit, terjerembab
kemiskinan atau tertimpa bencana alam atau sosial). Sedangkan fungsi pengembangan
manusia mengarah pada peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia(SDM) yang
menjamin tersedianya angkatan kerja berkualitas yang mendukung mesin pembangunan.
Agar pembangunan daerah berjalan optimal dan mampu bersaing di pasar global, ketiga
aspek tersebut harus dicakup secara seimbang.6

Mahasiswa merupakan tulang punggung bagi negara, maju dan mundurnya suatu
negara tergantung dari mahasiswanya yang mau peka dan peduli terhadap negaranya. Maka
oleh sebab itu, peran mahasiswa di dalam pembangunan daerah bisa menjadi pendamping
maupun fasilitator bagi masyarakat untuk mewujudkan cita-cita suatu negara yaitu
terciptanya masyarakat yang adlil, makmur, sejahtera lahir dan batin.

6
. Edi Suharto,Ph.D. Membangun Masyasrakat Memberdayakan Rakyat. PT Refika Aditama, hal. 5

8|p e r a n m a ha s i s w a d a l a m m e w u j u d k a n c i t a - c i t a p e m b a n g u na n d a e r a h
Intermediate Training tingkat nasional HMI Cabang Cirebon, 16-23 Juli 2011

SENARAI LITERATUR

 Cahya Hw. http://www.google.com. Sabtu, 09 juli 2011


 Suharto, Edi, (2010) Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT Refika
Aditama, Bandung. Cet. IV
 Huda, Miftachul,(2009) Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan Sosial. Pustaka
Pelajar, Yogyakarta. Cet. I
 Syukur, Amin,(2004). Tasauf Sosial. Pustaka Pelejar, Yogyakarta. Cit. I

9|p e r a n m a ha s i s w a d a l a m m e w u j u d k a n c i t a - c i t a p e m b a n g u na n d a e r a h

Anda mungkin juga menyukai