Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEEMPAT

MATA KULIAH ILMU SOSIAL DASAR PEMUDA, SOSIALISASI DAN IDENTITAS

Disusun Oleh : Nama NPM Kelas Mata kuliah : Musafak : 35412164 : 2 ID 08 : ILMU SOSIAL DASAR

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA BEKASI


2013

PEMUDA DAN SOSIALISASI

I.

Pengertian Pemuda.

Masa remaja adalah masa transisi dan secara psikologis sangat problematis , masa dimana mereka sedang giat-giatnya mencari jati diri mereka, masa dimana mereka sedang ingin membuktikan kemampuan mereka, masa ini memungkinkan mereka berada dalam anomi (keadaan tanpa norma atau hukum, red) , akibat kontradiksi norma maupun orientasi mendua. Dalam keadaan demikian, seringkali muncul perilaku menyimpang atau kecendrungan melakukan pelanggaran. Kondisi ini juga memungkinkan mereka menjadi sasaran pengaruh media massa. 1.1 Masalah Generasi Muda

Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh generasi muda di Indonesia dewasa ini antara lain sebagai berikut: 1. Terbatasnya lapangan kerja yang tersedia atau banyaknya pengangguran. 2. Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa. 3. Masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang. 4. Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala perilaku menyimpang. 5. Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang dapat merusak mental generasi muda. 6. Pernikahan dibawah umur yang masih banyak dilakukan oleh golongan masyarakat, terutama di pedesaan. 7. Masih merajalelanya kenakalan remaja dan permasalahan lainnya. 1.2 Perlu Dikembangkan

Dari artikel tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah kepemudaan dapat ditinjau dari asumsi yaitu : 1. Penghayatan mengenai proses perkembangan bukan sebagai suatu kontinum yang sambung tetapi fragmentaris, terpecah-pecah, dan setiap fragmen mempunyai artinya sendiri-sendiri. 2. Posisi pemuda dalam arah kehidupan itu sendiri. Tafsiran-tafsiarn klasik didasarkan pada anggapan bahwa kehidupan mempunyai pola yang banyak.

1.3

Cara Mengembangkan Potensi Generasi Muda: 1. Melalui pendidikan, contohnya belajar dengan tekun 2. Melalui pertambangan atau perindustrian yang sesuai dengan potensi miliknya 3. Ikut serta dalam berbagai kegiatan sosial yang ada di dalam masyarakat

1.4 Pemuda dan Identitas Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi sebelumnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus harus mampu memperbaiki kekurangan dari generasi sebelumnya dan harus mampu menciptakan kreatifitas baru pada masanya, generasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus. 1.4.1 Potensi-potensi Pemuda 1. Idealis dan daya kritis : secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, maka ia dapat melihat kekurangan-kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru. 2. Dinamika dan kreatifitas. 3. Keberanian mengambil resiko 4. Optimis dan kegairahan semangat 5. Sikap kemandirian dan disiplin murni 6. Terdidik 7. Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan. 8. Patriotisme dan nasionalisme 9. Sikap ksatria 10. Kemampuan kekuasaan ilmu dan teknologi. Studi Kasus : Pemuda adalah seseorang yang berpikir bahwa segala hal harus berubah menjadi lebih baik, mereka tahu bahwa dirinyalah yang harus lebih dulu diubah pola pikirnya sebelum melaksanakan suatu perubahan. Pemuda adalah seseorang yang berpikir bahwa tidak ada yang tidak bisa ia lakukan demi sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Pemuda adalah seseorang yang tahu bahwa dipundaknyalah tugas menjaga diri, keluarga, kampung halaman, negara dan agama diletakkan. Tetapi diatas semua itu, pemuda adalah seseorang yang bertindak dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab dalam melaksanakan itu semua. Karena jika hanya berada di tataran pemikiran tanpa dilanjutkan dengan tindakan atau karya nyata maka dunia tidak akan berubah.

1.5

Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda

Pemuda adalah golongan manusia-manusia yang masih muda dan memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung. Dewasa ini, pemuda di Indonesia sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Maksud dari pola pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaanya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu. Serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud. 1.5.1 Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan :

1. 2. 3. 4. 5.

Landasan idiil : Pancasila Landasan konstitusional : UUD 1945 Landasan Strategis : Garis-garis Besar Haluan Negara Landasan historis : Sumpah pemuda tahun 1928 dan Proklamasi kemerdekaan Landasan normatif : etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat

1.5.2 Pengertian Pokok Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda Generasi merupakan generasi penerus perjuangan bangsa dan sumber daya insani bagi pembangunan nasional, diharapkan mampu memikul tugas dan tanggung jawab untuk kelestarian kehidupan bangsa dan negara. Untuk itu generasi muda perlu mendapatkan perhatian yang khusus dan kesempatan yang seluas-luasnya agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, terdapat generasi muda yang menyandang permasalahan sosial seperti kenakalan remaja, penyalahgunaan obat dan narkotika, anak jalanan dan sebagainya baik yang disebabkan oleh faktor dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Oleh karena itu perlu adanya upaya, program dan kegiatan yang secara terus menerus melibatkan peran serta semua pihak baik keluarga, lembaga pendidikan, organisasi pemuda, masyarakat dan terutama generasi muda itu sendiri. Arah kebijakan pembinaan generasi muda dalam pembangunan nasional menggariskan bahwa pembinaan perlu dilakukan dengan mengembangkan suasana kepemudaan yang sehat dan tanggap terhadap pembangunan masa depan, sehingga akan meningkatkan pemuda yang berdaya guna dan berhasil. Dalam hubungan itu perlu adanya fungsi, peranan dan wadah untuk para pemuda menyalurkan segala

aspirasinya. Wadah kepemudaan seperti KNPI, Pramuka, Karang Taruna, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Organisasi Mahasiswa di lingkungan Perguruan Tinggi dan organisasi fungsional pemuda lainnya.

1.6

Peran Media Massa

Masa remaja yang mempunyai ciri khas tersendiri menyebabkan kecendrungan remaja melahap begitu saja semua arus informasi yang masuk kepada mereka. Tidak ingin merasa gaptek (gagap teknologi, red) dan tidak bisa mengikuti perkembangan jaman, remaja berlomba-lomba untuk selalu tampil di depan tentang semua informasi masa kini. Peranan media massa pada tataran ini sangat berpengaruh terhadap edukasi tentang filterisasi perkembangan jaman.

II.

Pengertian Sosialisasi.

Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses perjalanan hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma sosial yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya. Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli a. Keluarga Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudarasaudaranya. b. Sekolah Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. c. Teman bermain (kelompok bermain) Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. d. Media Massa Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

e. Lingkungan kerja Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. 2.1 Tujuan Pokok Sosialisasi 1. Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat. 2. Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengenbangkankan kemampuannya. 3. Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat. 4. Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umum. 2.2 Proses Sosialisasi.

Melalui proses sosialisasi, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menajdi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial. Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan aku atau saya sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian : 1. Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya.

2. Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial. Thomas Ford Hoult, menyebutkan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang terdapat dalam kebudayaan masyarakatnya. Menurut R.S. Lazarus, proses sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan mana individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan, dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah lakutingkah laku yang baru yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat. 2.3 Internalisasi, belajar dan spesialisasi

Ketiga kata atau istilah internalisasi, belajar, dan spesialisasi pada dasarnya memiliki pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi sosial. Istilah internalisasi lebih ditekankan pada norma-norma individu yang menginternalisasikan norma-norma tersebut, atau proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan tetapi norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat. Norma tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma yang mengatur pribadi (mencakup norma kepercayaan dan kesusilaan) dan norma yang mengatur hubungan pribadi (mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hukum). Istilah belajar ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki sekarang telah dimiliki oleh seorang individu, atau perubahan sikap dari tidak tahu menjadi tahu, dimana belajar dapat berlangsung di lingkungan maupun di lembaga pendidikan. Istilah spesialisasi ditekankan pada kekhususan yang telah dimiliki atau diukur oleh seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama.

III. 3.1

PERGURUAN DAN PENDIDIKAN Mengembangkan Potensi Generasi Muda

Mempersiapkan generasi penerus untuk menjawab tantangan perkembangan jaman mutlak harus dilakukan. Melalui berbagai fasilitas formal dan non formal generasi muda harus diberikan pendidikan maupun pengetahuan. Berikut cara-cara mengembangkan potensi yang ada pada diri pemuda. 3.1.1 Cara Mengembangkan Potensi Generasi Muda: 1. Melalui pendidikan, contohnya belajar dengan tekun 2. Melalui pertambangan atau perindustrian yang sesuai dengan potensi miliknya 3. Ikut serta dalam berbagai kegiatan sosial yang ada di dalam masyarakat 3.2 Pengertian Pendidikan dan Perguruan Tinggi

3.2.1 Berikut ini adalah beberapa definisi tentang Pendidikan: 1. Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, pendidikan berasal dari kata didik. Lalu kata ini mendapat awalan kata me sehingga menjadi mendidik yang artinya memelihara dan memberi latihan. 2. Menurut Bahasa Yunani, Pendidikan berasal dari kata Pedagogi yaitu kata paid artinya anak sedangkan agogos artinya membimbing, sehingga pedagogi memiliki arti ilmu dan seni yang mengajarkan anak. 3. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 4. Perguruan Tinggi adalah suatu tempat yang didambakan, diimpikan, diharapkan, difavoritkan, dan dicintai oleh masyarakat pada umumnya dan masyarakat kampus pada khususnya. Agar bisa menjadi Perguruan Tinggi Idaman, maka ada 5 faktor yang harus dipenuhi, yaitu :

Mutu / Kualitas Biaya murah / terjangkau Keamanan / Kenyamanan Mengikuti Perkembangan Zaman Bermanfaat Bagi Mayarakat

3.2.2 Alasan Untuk Mengenyam Pendidikan Tinggi Melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi adalah suatu impian bagi sebagian besar orang. Khususnya mereka yang sedang duduk di bangku SMA. Bagi mereka, melanjutkan ke bangku kuliah adalah sebuah kewajiban, sebagai bekal untuk menghadapi masa depan. Di bangku Perguruan Tinggi, seseorang bisa mendapatkan, pengetahuan dan keterampilan, yang sesuatu dengan minat serta bakat mereka. Dengan demikian, proses pembelajaran bisa terjadi secara terarah dan di sesuaikan dengan apa yang diinginkan. Inilah yang membedakan Perguruan Tinggi dengan pendidikan di tingkat sekolah. Di Perguruan Tinggi sendiri, terdapat beberapa jenjang pendidikan yang di sesuaikan dengan kebutuhan serta minat seseorang dalam belajar. Beberapa jenjang tersebut di antaranya : 1. Program Diploma: Program ini merupakan bagian dari perguruan tinggi yang menyiapkan lulusannya untuk siap bekerja di level menengah bawah. Lama pendidikan yang di tempuh tergantung dari tingkatan yang tersedia. 2. Sastra 1: Pada jenjang ini, seseorang akan mendapatkan materi yang menggabungkan antara teori serta aplikasi. Kajian yang di berikan mengarah pada proses pembelajaran seseorang dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada kajian ilmiah. 3. Program Pasca Sarjana: Peserta tingkat pendidikan ini adalah mereka yang sudah selesai menempuh pendidikan di tingkat sarjana. 4. Program Doktoral: Biasanya program ini di ambil oleh mereka yang bergerak dalam aktivitas akademis. Sebab, di jenjang ini peserta didik tidak lagi di ajarkan untuk menganalisa teori yang sudah ada. 3.3 Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat.

Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa sosial yang dalam atau dengan kata lain solidaritas sosial. Solidaritas yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan. Mahasiswa tidak bisa melihat penderitaan orang lain, tidak bisa melihat penderitan rakyat, tidak bisa melihat adanya kaum tertindas dan di biarkan begitu saja. Mahasiswa dengan sifat kasih dan sayangnya turun dan memberikan bantuan baik moril maupun materil bagi siapa saja yang memerlukannya. Selaku Pemuda kita dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, sosialisasi dengan warga sekitar. Kehadiran pemuda sangat dinantikan untuk

menyokong perubahan dan pembaharuan bagi masyarakat dan negara. Aksi reformasi di semua bidang adalah agenda pemuda ke arah masyarakat madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan anak-anak. IV. Kesimpulan Pemuda adalah golongan manusia-manusia muda yang masih memerlukan pembinaan, pendewasaan dan pengembangan ke arah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung. Pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan mengenyam pendidikan. Pada fase-fase tertetu pemuda sangat dibutuhkan bagi lingkungannya untuk membuat sebuah kreatifitas, dengan tekat serta semangat yang menjadikan pemuda menjadi suatu tombak perubahan. Periode saat remaja menuju dewasa atau biasa dibilang fase pubertas, pemuda mengalami banyak perubahan, fisik maupun psikis. Pemuda pada perguruan tinggi bisa dibilang sudah memasuki masa dewasa karena rata-rata diatas usia 17 tahun. Dengan usia yang cukup dewasa, seharusnya para mahasiswa sedikit demi sedikit merubah pola berfikir (mind set). Karena, bangsa yang maju itu dilihat dari generasi muda yang kelak menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki pola pikir maju dengan segenggam ilmu pengetahuan dan semangat nasionalisme yang berkobar V. Saran

Pemuda harus berani menjalin komunikasi dan berargumentasi terhadap orang tua, keluarga, dosen/guru. Karena mereka mempunyai banyak pengalaman dibanding kita sebagai pemuda yang baru mengenal dunia luar. Gunakanlah falsafah mengapa Tuhan menciptakan kita dengan dua telinga dan satu mulut. Itu bermakna, perbanyaklah mendengar daripada berbicara. Belajar mendengar nasehat dari orangorang tua kita, guru-guru kita, baik itu tentang kesuksesan dan kegagalan mereka. Bukan masalah yang menjadikan kita takut, tetapi ketakutanlah yang membuat jadi masalah. Jangan katakan kepada Tuhan kita punya masalah besar, tetapi katakanlah kepada masalah, bahwa kita punya Tuhan yang maha besar. Jangan pernah menyerah untuk mencoba, apalagi mencoba untuk menyerah. Berusaha semaksimal mungkin terhadap apa yang kita kerjakan pasti kita akan menuai kesuksesan, itu kuncinya.

Refferensi :
widyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/6385/ISD-OL.doc Buku MKDU Ilmu Sosial Dasar Oleh: Harwantiyoko, Neltje F. Katuuk Penerbit Gunadarma Abdullah, taufik, Pemuda dan Perubahan Social, LP3ES, Jakarta, 1974.

Anda mungkin juga menyukai