Anda di halaman 1dari 8

MASYARAKAT ERA DIGITAL DAN PENDIDIKAN

: ANTARA PELUANG DAN TANTANGAN

Gio Mohamad Johan1 dan Suyanto 2


E-mail: giomjohan@gmail.com dan yantoyabis@gmail.com
Dosen STKIP Bina Bangsa Getsempena, Banda Aceh 1
Guru SMAN 1 Teluk Pandan, Kutai Timur2

Abstrak
Kajian literatur ini berisi berbagai gagasan menganai keadaan masyarakt era digital dan
pendidikan. Dalam makalah ini disajikan beragam konsep mengenai masyarakat era
digital, implikasi keadaan masyarakat era digital terhadap pendidikan serta hakikat
pendidikan pada masa lalu, kini, dan nanti. Masyarakat era digital menjadi suatu
keniscayaan yang perlu dihadapi pada zaman modern. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi merambah semua aspek, termasuk aspek pendidikan. Bersamaan dengan
kondisi tersebut muncul berbagai peluang dan tantangan khususnya bagi dunia
pendidikan. Oleh karena itu untuk dapat menangkap peluang sekaligus menjawab
tantangan masyarakat era digital, pendidikan harus betul-betul disesuaikan dengan
kondisi masyarakat pada umumnya. Hal ini tentu harus memerhatikan pula mengenai
hakikat pendidikan baik di masa lalu, kini, dan nanti.

Kata Kunci: Masyarakat, Era Digital, Pendidikan.

Pendahuluan
Abad ke-21 telah berjalan satu dekade lebih dan keadaan masyarakat masa kini
masih mengandung berbagai kemungkinan. Keadaan masyarakat masa depan yang
mengandung berbagai kemungkinan tersebut menjadi peluang dan tantangan tersendiri
yang justru perlu dipelajari dan masih mungkin untuk dapat direncanakan. Era digital
sudah menyatu dengan kondisi masyarakat saat ini. Kondisi demikian menyebabkan
masyarakat semakin mudah dan memiliki peluang yang lebih besar dalam mengakses
berbagai informasi, terlebih lagi salah satu manfaat dari teknologi informasi yang mampu
memampatkan keterbatasan ruang dan waktu. Masyarakat semakin dimanjakan dengan
adanya perkembangan teknologi yang begitu pesat karena semakin mudah dan cepat
dalam mengakses teknologi terbaru, maka penyebaran informasi juga semakin cepat.
Sebab itu, penting kiranya kita mempelajari dan mengantisipasi keadaan masyarakat
masa depan ini beserta implikasinya terhadap pendidikan. Karena hanya dengan upaya
pendidikan yang tepat diharapkan para siswa menjadi terbentengi dari berbagai
kemungkinan yang bisa saja muncul sebagai dampak dari era digital.
Permasalahan mengenai masyarakat era digital dan pendidikan ini meliputi tiga
pertanyaan pokok: pertama, bagaimanakah karakteristik masyarakat era digital? Kedua,
bagaimanakah hakikat pendidikan pada masa lalu, kini, dan nanti? Ketiga, peluang dan
tantangan-tantangan apakah yang timbul pada masyarakat era digital? dan Keempat,
Implikasi apa saja terkait dengan keadaan masyarakat era digital terhadap pendidikan?
Makalah ini bertujuan untuk: pertama, mendeskripsikan karakteristik masyarakat era
digital. Kedua, mendeskripsikan hakikat pendidikan masa lalu, kini, dan nanti. Ketiga,
mendeskripsikan peluang dan tantangan yang timbul pada masyarakat era digital. Dan
keempat, mendeskripsikan implikasi keadaan masyarakat era digital terhadap
pendidikan.

Karakteristik Masyarakat Era Digital


Masalah yang muncul ke permukaan mengenai pemahaman masyarakat era
digital yakni mengenai sejauh mana definisi masyarakat era digital memperoleh porsi
yang tepat dalam seluruh konteks perkembangan masyarakat secara luas. Pada dasarnya
sebutan masyarakat era digital telah melekat dengan sendirinya pada situasi masyarakat
yang telah ada. Merupakan suatu kenyataan bahwa setiap individu mempunyai
kebutuhan dan tuntutan terhadap teknologi informasi. Perkembangan dinamika
kemanusiaan menempatkan perkembangan teknologi informasi dalam konteks
masyarakat era digital menjadi suatu kenyataan bahkan keharusan.
Indonesia hanya membutuhkan beberapa dekade saja pascakemerdekaan untuk
menciptakan masyarakat era digital. Masyarakat era digital merupakan masyarakat yang
mampu mengaplikasikan teknologi informasi ke dalam kesehariannya. Tanda yang
signifikan dalam masyarakat era digital saat ini adalah perkembangan yang sangat cepat
pada sektor ilmu pengetahuan dan teknologi. Tantangan era digital di Indonesia
utamanya yakni bangsa Indonesia harus berusaha menyetarakan atau mengikuti
perkembangan zaman akan perkembangan teknologi dunia, karena perkembangan
teknologi dan informasi sangat pesat. Bangsa Indonesia harus meningkatkan
kreatifitasnya dalam dunia teknologi agar dapat mengikuti perkembangan zaman yang
sekarang ini dalam kondisi yang serba mutakhir. Hal ini tentu akan memberikan dampak
yang sangat besar bagi dunia pendidikan khususnya terkait peluang dan tantangan ke
depannya.
Hakikat Pendidikan Masa Lalu, Kini, dan Nanti
Sudah sekian banyak buku, artikel, dan penelitian yang dibuat oleh para pendidik
dan khalayak umum membahas mengenai pendidikan. Dari sekian banyaknya karya
ilmiah yang dihasilkan tersebut semua sepakat bahwa pendidikan memiliki fungsi utama
untuk memanusiakan manusia. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu uasaha sadar
untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya peserta didik dengan cara
mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka (Syah, 2015).
Masyarakat pada umumnya berpendapat upaya pengembangan manusia hanya
terbatas pada upaya yang dilakukan guru di sekolah. Biasanya pengembangan itu berupa
mata pelajaran atau materi tertentu. Sementara, keterampilan lainnya seperti
kemampuan berpikir dan pengembangan perilaku lainnya masih menjadi nomor dua.
Pandangan ini seakan lumrah terjadi ditengah masyarakat, bahkan terjadi pada sebagian
orang tua dan pendidik. Kondisi ini adalah masalah yang sebenarnya dalam upaya
mendidik manusia, karena sebagian orang tua dan pendidik masih menekankan sekedar
penguasaan materi sebagai tujuan dari upaya pendidikan.
Implikasi dari hal tersebut para pendidik dan orang tua perlu memahami hakikat
manusia. Sekiranya tidak mungkin seorang pendidik dapat memanusiakan manusia jika
pendidik yang bersangkutan tidak memahami konsep pendidikan yang seutuhnya.
Hakikat manusia, baik dari masa lalu, kini, dan nanti akan relatif sama yakni, manusia
merupakan mahkluk yang perlu dididik dan mendidik diri. Pendidikan hendaknya tidak
hanya diarahkan kepada aspek lahiriah saja, melainkan aspek rohani. Banyak ditemukan
orang yang memiliki mata namun tidak melihat, mereka memilki telinga namun tidak
mendengar. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan diarahkan secara terintegrasi kepada
individu. Berbagai aspek seperti ranah kognitif, psikimotor dan afekif harus dibidik
sebagai sasaran yang utuh sebagai target hasil proses pendidikan.
Sejatinya sifat perkembangan manusia dan hewan sangat berbeda. Perkembangan
hewan dikenal dengan perkembangan tertutup, sedangkan pada manusia dikenal dengan
perkembangan terbuka. Sebagai contoh, anak kambing yang baru lahir dari induknya
akan tumbuh berkembang sesuai kodratnya sebagai kambing, ia tumbuh berkembang
menjadi kambing. Hal tersebut akan berbeda bila terjadi kepada manusia. Manusia
memiliki sifat perkembangan yang terbuka. Manusia yang telah lahir ke dunia ini telah
memiliki bekal atau potensi untuk menjadi manusia. Akan tetapi pada prosesnya ada
yang sangat berkembang, berkembang, kurang berkembang, bahkan tidak berkembang
potensinya.
Manusia dapat berkembang sesuai dengan kodratnya sebagai manusia atau
bahkan tidak sesuai dengan kodratnya sebagai manusia dipengaruhi oleh hawa nafsu dan
pengendalian dirinya. Kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh manusia tidak serta
merta dibawa sejak kelahirannya, melainkan diperoleh dari bantuan pihak lain. Bantuan
tersebut dapat berupa pelatihan, pengasuhan, bimbingan, atau dapat dirangkum sebagai
upaya pendidikan. Di sisi lain, manusia juga harus mau mendidik dirinya sendiri. Karena
pada hakikatnya sebaik apapun upaya yang dilakukan oleh orang lain, apabila seseorang
itu tidak mau mendidik dirinya maka, bantuan tersebut tidak akan memberikan dampak
yang berarti bagi pengembangan seseorang tadi untuk menjadi manusia. Apabila manusia
sejak lahir perkembangan dan pengembangan kehidupannya hanya diserahkan kepada
manusia itu sendiri, maka ia akan tumbuh berkembang hanya dengan dorongan
instingnya saja. Pada intinya manusia sebagai pelaku pendidikan belum selesai menjadi
manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia. Manusia tidak dengan sendirinya
menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan mendidik diri (Syaripudin,
2007).
Pendidikan diharapkan dapat menciptakan individu-individu yang utuh sebagai
kesatuan badani dan rohani. Sudah seharusnya pendidikan dapat mengembangkan sosok
manusia secara menyeluruh mencakup semua segi atau potensi yang dimiliki oleh
manusia. Potensi-potensi itu merupakan unsur-unsur alami yang dimiliki oleh manusia.
Pada hakikatnya tugas pendidikan adalah mengembangkan semua unsur yang al ami ini.
Dengan harapan setiap manusia dapat berkembang sebagai manusia yang utuh dan
lengkap dengan semua unsur yang ada pada dirinya (Pidarta, 2007).
Maka dari itu, pendidikan tidak hanya sekedar menciptakan manusia yang siap
kerja, tetapi juga siap guna untuk menjadi manusia seutuhnya. Selain pembelakalan
kecakapan mengenai kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia kerja, setiap peserta
didik juga sepatutnya perlu dibekali dengan pemahaman dirinya. Pemahaman diri ini
berguna untuk mengenal dirinya. Berdasarkan pemaparan sebelumnya mengenai sifat
perkembangan manusia perlu kiranya pendidik dalam menjawab tantangan pendidikan
pada masayarakat era digital tetap mengutamakan pemahaman kompetensi diri selain
kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Hal ini guna menciptakan masyarakat
digital yang unggul, mandiri, berwawasan, dan tetap religus.

Peluang dan Tantangan Pendidikan dalam Masyarakat Era Digital


Menelaah karakteristik masyarakat era digital seperti telah dideskripsikan di
atas, terdapat beberapa peluang yang muncul dalam kaitannya dengan bidang
pendidikan. Bagi masyarakat, era digital dan perkembangan media komunikasi informasi
memberikan peluang berupa penyebarluasan kesempatan belajar dan perluasan daerah
belajar bagi seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat dapat memperoleh peluang belajar
dari masyarakat lain yang lebih maju. Berdasarkan perspektif pembelajaran, di samping
memberikan peluang perluasan kesempatan dan perluasan daerah belajar, era digital
juga menimbulkan tantangan-tantangan yang semakin kompleks dalam berbagai bidang
kehidupan, khususnya dalam bidang pendidikan. Berbagai masalah tersebut muncul
sebagai akibat dari pengawasan dan pengelolaan media digital yang digunakan oleh
pelajar. Seiring penggunaan media digital yang dilakukan oleh pelajar, masalah muncul
dari konten yang ada didalam jejaring online. Maka dalam hal ini dibutuhkan peran serta
guru terutama orang tua siswa selaku pihak yang mengawasi dan mengarahkan siswa.
Dari perspektif kependudukan, era digital menandakan kemampuan keadaan
penduduk yang meningkat jumlahnya akan memunculkan tantangan berupa:
meningkatnya kebutuhan pangan, sandang dan papan, sedangkan lingkungan hidup
terbatas. Kebutuhan fasilitas pendidikan dan lapangan kerja pun akan meningkat.Bagi
negara tertentu yang penyebaran penduduknya tidak merata akan mengakibatkan
sulitnya pengembangan potensi daerah, di samping itu pertahanan-keamanan akan
menjadi rawan (Noer dan Alisyahbana, 1988).
Dari perspektif ekonomi, pertambahan penduduk usia produktif membutuhkan
perluasan lapangan kerja dalam bidang industri maupun jasa. Bagi negara yang kuantitas
penduduknya besar tetapi belum memiliki kualitas yang memadai karena tingkat
pendidikan yang kurang berkualitas, maka daya serap serta kemampuan
mengembangkan ilmu dan teknologi pun akan rendah. Ini akan menimbulkan tingginya
tingkat konsumsi daripada tingkat produksi dan biaya produksi akan menjadi tinggi.
Akibatnya, masyarakat yang bersangkutan akan rendah produktivitasnya dan rendah
pula kemampuan bersaingnya di arena pasar bebas. Hal ini akan menjadi masalah baru
apabila tidak ditangani secara sensitif. Pendidikan tampaknya menjadi komoditi bisnis
yang menarik, pada tahun 2016 ini terdapat 4.409 perguruan tinggi di Indonesia baik
yang berstastus perguruan tinggi negeri dan swasta (www.forlap.dikti.go.id). Apabila
perguruan tinggi tersebut tidak mampu menjawab tantangan masyarakat era digital
maka yang akan terjadi adalah penumpukan tenaga kerja. Seyogianya setiap lulusan
dibekali dengan berbagai kompetensi yang mumpuni untuk dapat bersaing dalam
persaingan global.
Dari perspektif lingkungan hidup tampak dari bertambahnya jumlah penduduk
yang banyak, pembangunan industri, kualitas penduduk yang rendah dan sebagainya
akan menimbulkan tantangan yang mungkin muncul berkenaan dengan lingkungan hidup.
Tantangan dimaksud yakni berupa menyempitnya lahan untuk lahan hijau terbuka, lahan
pertanian dan tempat tinggal. Apabila pembangunan industri, kepadatan penduduk, serta
pengelolaan sumber daya alam kurang berwawasan lingkungan, maka tidak menutup
kemungkinan akan memunculkan tantangan berupa pencemaran lingkungan (air, udara,
dan tanah), penurunan muka tanah, erosi, abrasi, banjir dan pemanasan global. Dan
secara tidak langsung hal ini akan memicu kuantitas dan kualitas sumber daya alam yang
menurun.
Dari perspektif teknologi informasi, muncul tantangan untuk mengembangkan
bioteknologi (teknologi petanian, teknologi kesehatan, dll.), teknologi industri,
teknologi komunikasi dan informatika, teknologi untuk mengatasi pencemaran
lingkungan hidup, dan lain-lain. Adapun Djojohadikusumo mengingatkan perlunya
pengembangan teknologi maju, teknologi adaptif dan teknologi protektif. Tekonologi
maju perlu dikembangkan agar kita tidak tertinggal oleh Negara lain. Teknologi adaptif
atau adaptasi teknologi yang kita adopsi dari negara lain dengan peri mbangan-
perimbangan kenyataan di masyarakat – seperti penyerapan tenaga kerja, penggunaan
bahan baku dan lain-lain. Adapun teknologi protektif diperlukan untuk memelihara,
melindung dan mengamankan ekologi dan lingkungan hidup bagi masa depan
(Mangunwijaya, 1987).
Sehubungan dengan ini, sebagaimana dikemukakan BSNP, kedepannya
diharapkan agar perguruan tinggi berkiprah dalam riset dasar dan terapan serta
menjadi mesin penggerak ekonomi. Berkenaan dengan berbagai teknologi yang perlu
dikembangkan sebagaimana dideskripsikan di atas, Habibie mengingatkan agar kita
mengembangkan teknologi yang tepat dan berguna untuk memecahkan masalah konkrit,
tanpa memperdulikan apakah teknologi primitif, menengah, maju atau teknologi canggih
(Noer dan Alisyahbana, 1988).

Implikasi Keadaan Masyarakat Era Digital Terhadap Pendidikan


Era digital memberikan implikasi yang sangat berarti terhadap dunia
pendidikan. Berbagai aspek pendidikan seperti tujuan pendidikan, orientasi pendidikan,
evaluasi, kurikulum dan sebagainya mendapatkan pengaruh yang besar dari era digital.
Hal ini menandakan bahwa era digital yang telah diambang mata telah memberikan
pengaruh yang luar biasa terhadap pendidikan. Tentu hal tersebut juga memiliki
konsekuensi tersendiri bagi dunia pendidikan yang telah dirasuki oleh era digital.
Muncul berbagai peluang sekaligus tantangan yang perlu dipersiapkan oleh
penyelenggara pendidikan.
Salah satunya keadaan ekonomi masyarakat era digital mengimplikasikan agar
pendidikan mampu mengubah jumlah penduduk yang begitu besar yang berperan
sebagai konsumen agar sekaligus juga menjadi produsen. Bentuk implikasi secara khusus
dari ha tersebut dapat berupa upaya perubahan mindset konsumtif. Pendidikan harus
mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan memadai untuk masuk
lapangan kerja dan atau menciptakan lapangan kerja baru; mampu beradaptasi dengan
tuntutan perubahan dalam bidang profesinya dan pada akhirnya setiap lulusan program
pendidikan harus mampu bersaing dengan tenaga kerja asing. Segala hal tersebut
dilakukan agar pendidikan dapat memiliki keterkaitan dan kesepadanan (link and match)
dengan kebutuhan masyarakat sehingga lulusan yang dihasilkan dapat langsung terserap
oleh dunia kerja.
Selanjutnya, berbagai kecenderungan dan tantangan berkaitan dengan sains dan
teknologi pada masyarakat era digital mengimplikasikan agar pendidikan mampu
memberdayakan peserta didik sehingga mampu menyerap, mengembangkan dan
mengaplikasikan sains dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan secara bijaksana.
Adapun teknologi yang perlu diserap, dikembangkan dan diaplikasikan itu adalah adalah
teknologi tepat guna, baik berkenaan dengan teknologi yang ramah lingkungan dan
bersahabat dengan masyarakat. Terlebih lagi pendidikan tinggi, Selain itu, perguruan
tinggi hendaknya mampu meningkatkan daya sahutnya dalam rangka pengembangan
sains dan teknologi.

Penutup
Kondisi masyarakat terus berubah dengan cepat, keadaan masyarakat era digital
memiliki karakteristik yang berbeda daripada keadaan masyarakat di era sebelumnya.
Hal tersebut memberikan implikasi secara langsung terhadap proses pendidikan. Maka
dari itu, pendidikan hendaknya mampu beradaptasi sesuai dengan peluang dan tantangan
yang ada agar terciptanya keseragaman antara tujuan pendidikan dengan tuntutan
zaman. Dengan demikian, melalui proses pendidikan yang adaptif hendaknya dapat pula
memprediksi sekaligus mengendalikan perubahan yang mungkin terjadi pada masa yang
akan datang. Beberapa hal yang dapat direkomendasikan kepada para pengambil
kebijakan dan praktisi pendidikan direkomendasikaan agar kebijakan dan praktik
pendidikan diselenggarakan dengan mengantisipasi karakteristik, peluang dan tantangan
pada tiap eranya, khususnya pada era digital.
Masyarakat era digital mengimplikasikan bahwa kita hatus mendapatkan

Daftar Pustaka

Badan Standar Nasional Pendidikan.(2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI.


Jakarta: BSNP.
Mangunwijaya, Y. B. (1987). Teknologi dan Dampak Kebudayaan, Volume I. (Cetakan
Kedua). Jakarta: Yayasan Obor.
Noer, D. dan Alisyahbana, I. (1988). Perubahan, Pembaharuan dan Kesadaran
Menghadapi Abad Ke-21. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Pidarta, M. (2007). Wawasan Pendidikan. Surabaya: Unesa Press.
Syah, M. (2015). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo.
Syaripudin, T. (2007). Landasan Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai