Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN HASIL ESSAY

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

“STRATEGI PEMBELAJARAN”

Dosen : Nasrul Hakim, M. Pd

Disusun oleh :

1. DINI EWI UTAMI (1701060009)


2. RIZA AZIZAH (1701060031)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI TADRIS PENDIDIKAN BIOLOGI

2019
Pentingkah Pendidikan Karakter di Era Milenial?

Seperti realita saat ini, globalisasi berkembang begitu pesat dan tak mungkin dapatkita
hindari. Globalisasi muncul karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu
pengetahuan rupanya menjadi proses awal terjadinya globalisasi. Manusia bisa melakukan banyak
perubahan melalui pengetahuan yang dimilikinya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin pesat memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali
bidang pendidikan. Hal ini tentunya menjadi PR besar bagi seorang pendidik atau guru. Guru
dituntut untuk bisa menjadi contoh atau teladan bagi siswanya. Sedangkan, siswa masa kini atau
yang sering kita sebut sebagai generasi milenial sangat dekat dengan smartphone yang merupakan
salah satu produk dari kemajuan teknologi. Generasi milenial adalah generasi yang identik dengan
pengguna media sosial atau yang kita sebut netizen. Media sosial merupakan jembatan sekaligus
jurang bagi generasi milenial. Mengapa demikian? Karena di media sosial tersaji segala bentuk
informasi yang dapat diakses oleh semua orang di dunia. Mulai dari yang positif hingga yang negatif,
dari yang baik hingga yang buruk, dari yang bersifat membangun bahkan sampai yang
menghancurkan. Dewasa ini, banyak sekali generasi yang menjadi korban “keganasan” media sosial.
Smartphone yang merupakan pintu gerbang menuju dunia tanpa batas semestinya digunakan
sebagai media untuk menggali berbagai bentuk informasi positif guna memperkaya diri dengan ilmu
pengetahuan. Namun yang terjadi saat ini justru sangat berbeda. Smartphone telah disalahgunakan
sebagai alat untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak semestinya dilakukan. Generasi milenial
menggunakan media sosial sebagai alat untuk melanggar norma. Mereka menganggap bahwa media
sosial merupakan buku diary nya. Banyak dari generasi milenial yang tak lagi memiliki rasa malu
mengunggah tulisan atau bahkan foto-foto yang bersifat privasi sekalipun. Hal ini tentu akan menjadi
celah bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan berbagai bentuk tindakan
kriminal. Tak heran jika saat ini sering sekali terjadi kasus-kasus yang bemula dari media sosial. Mulai
dari pelecehan seksual sampai peredaran narkoba melalui jejaring media sosial. Sangat miris melihat
semua yang terjadi saat ini. Dengan kemampuannya di dunia teknologi dan sarana yang ada,
generasi milenial belum banyak yang sadar akan kesempatan dan peluang di depan mereka. Mereka
cenderung tidak peduli dengan keadaan sosial di sekitar mereka. Kebanyakan dari mereka hanya
membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme. Tak banyak mengerti tentang persoalan-
persoalan real yang terjadi saat ini. Mereka bahkan begitu cepat mempercayai berita yang beredar,
tanpa mengkaji darimana informasi tersebut berasal, dengan tujuan apa informasi tersebut disebar
luaskan dan bagaimana keberanaran informasi tersebut, apakah semua itu bisa dipertanggung
jawabkan ataukah hanya sebuah hoax. Seharusnya mereka mempertimbangkan semua hal itu,
bukan hanya ikut-ikutan menyebarkan berita tanpa sumber yang jelas.Tentunya dalam proses
pendidikan perlunya penanaman sebuah nilai karakter atau yang sering dikenal pendidikan karakter.
Pendidikan karakter sendiri merupakan suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk
mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga
menjadi invidu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Pendidikan karakter sangat erat
hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih
kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.
Jika kita bandingkan pendidikan karakter dulu dengan pendidikan karakter pada
era milenial. Orientasi pendidikan jaman dulu dimaksudkan untuk membentuk sebuah karakter yang
berakhlah tinggi dan mulia dalam diri anak. Lembaga pendidikan pada jaman dulu sangat
mengajarkan budi pekerti, etika, saling mengalah dan mendulukan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi. Hal ini sering kali diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik keluarga
maupun masyarkat. Sehingga apabila seorang anak sedang berinteraksi kepada orang lain, dia dapat
memahami bagaimana cara bertingkah laku dan berkomunikasi dengan benar. Tidak hanya pada
jaman dahulu guru merupakan suatu profesi yang sangat terhormat, karena dianggap memiliki
pengetahuan lebih daripada masyarakat setempat. Masyarakat juga menuntut para guru mengajarkan
nilai moral kepada anak-anak meraka, disamping pengetahuan baca tulis dan berhitung. Guru
memiliki hak otoriter sebagai pengganti orang tua bila anak berada di sekolah. Cara mendidik mereka
lebih banyak menggunakan pendekatan pribadi yang membuat interaksi guru dengan murid lebih erat.
Penanaman kekeluargaan sangat ditanamkan kepada seluruh siswa bertujuan untuk saling memiliki
rasa empati, hormat dan saling rendah hati. Melihat pada era milenal. Pendidikan merupakan suatu
ajang yang digunakan bagaimana untuk meningkatkan kecerdasan, prestasi, ketrampilan, dan
menghadapi persaingan. Pendidikan bukan lagi soal tentang moral dan karakter sebagai tumpuan
utama untuk diajarkan kepada seorang anak. Lembaga pendidikan berlomba menonjolkan kurikulum
yang dipercaya bisa menciptakan generasi muda super dari usia sedini mungkin. Salah satu yang
mengubah pendidikan karakter adalah peran para orang tua yang masing-masing ingin anaknya tidak
dipandang sebelah mata oleh orang lain dengan prestasi yang anak buat. Bila dilihat dari tenaga
pendidik jaman sekarang. Perekrutan tenaga pendidik sekarang lebih mengutamakan nilai kelulusan
dan sertifikasi yang dimiliki guru. Guru era milenial sering dituntut dengan ekonomi sehingga
membuat dedikasi mengajar sebagai suatu pelayanan menjadi berkurang. Cara mendidik guru
era milenial sangat jarang menggunakan pendekatan untuk mengetahui peserta didiknya. Sehingga
kebanyakan murid memandang guru hanya sebatas menjalankan suatu kewajiban. Murid datang ke
kelas mendengarkan apa yang diterangkan lalu mereka pulang waktu jam pelajaran habis. Interaksi
guru-siswa terbatas pada jam sekolah saja. Masyarakat sekarang lebih mengarah ke individualis
masing-masing. Mereka hanya ingin tenar dengan apa yang diperoleh dari prestasi anaknya maupun
prestasi dirinya sendiri. Interaksi pun semakin personal, diambil contoh satu keluarga yang saling
main gadget sendiri-diri. Mereka lebih cenderung berinteraksi dengan orang jauh dibanding dengan
orang disekelilingnya. Tentu ini akan berdampak pada pendidikan karakter anak yang semestinya
dapat melatih komunikasi kepada orang lain. Bagaimana cara menghormati, cara memiliki rasa
empati dan lainnya. Seorang anak yang bertumbuh kembang dalam nuansa tanpa pendidikan
karakter, dia akan cenderung merenung dan menyendiri untuk memainkan segala sesuatu yang
membuatnya senang tanpa berinteraksi dengan orang lain. Pendidikan karakter yang semestinya
harus ditanamkan sedini mungkin. Karena dengan pendidikan karakter anak dapat mengembangkan
potensi dasar dalam dirinya sehingga menjadi individu yang berpikiran baik, berhati baik, dan
berperilaku baik. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus diimbangi dengan akhlak
yang baik, atau yang biasa disebut dengan IPTEK dan IMTAQ. Kedua hal tersebut tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan keduanya, tujuan pendidikan yang sebenarnya akan
terwujud. Untuk mencapai tujuan tersebut maka di dalam diri peserta didik harus ditanamkan
nilai-nilai pembentuk karakter yang bersumber dari agama, pancasila, dan budaya. Nilai-nilai
pembentuk karakter diantaranya yaitu:

1. Kejujuran
2. Disiplin
3. Sikap toleransi
4. Kerja keras
5. Kemandirian
6. Sikap demokratis
7. Rasa ingin tahu
8. Cinta tanah air
9. Menghargai prestasi
10. Gemar membaca
11. Religius
12. Rasa tanggung jawab
13. Peduli sosial
14. Dll.

Dari semua nilai-nilai pembentuk karakter diatas sangat berguna untuk meminimalisasi dan
memperkecil, bahkan menghilangkan perilaku tak bermoral yang meluas di masyarakat. Kita
perlu menata konsep dan implementasi pendidikan nasional.
Dengan adanya pendidikan karakter di era milenial, akan menciptakan sifat berfikir,
bertindak dan berwawasan untuk mempentingkan kepentingan bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi atau kelompok.
Semoga pendidikan era milenial di Indonesia tidak hanya mengajarkan bagaimana seorang
anak berprestasi tapi mengajarkan bagaimana seorang anak dapat berinteraksi kepada orang
lain dengan benar melalui tingkah laku, rasa empati, menghormati. Aamiin

Anda mungkin juga menyukai