Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN STUDI

TERKIKISNYA BUDAYA SOPAN SANTUN

Dibuat untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Bapak Abdul Basid, Ph.D

Disusun oleh :

Fatimah Putri A 220151609995

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

DEPARTEMEN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

OKTOBER 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bangsa Indonesia saat ini berada di zaman perkembangan era Globalisasi. Globalisasi
memberikan peluang dan fasilitas yang luar biasa bagi siapapun yang mau dan mampu
memanfaatkannya, baik untuk kepentingan pribadi dan kepentingan Bersama. Namun,
globalisasi tidak hanya membawa dampak positif, tapi juga dampak negative. Menyebarnya
globalisasi sudah menembus semua penjuru dunia, bahkan sampai merusak pertahanan moral
dan agama. Akhirnya, karakter anak bangsa berubah menjadi rapuh, mudah diterjang ombak,
terjerumus dalam tren budaya, dan tidak memilih dan memilah mana yang positif dan mana
yang negative serta tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan..

Saat ini kita ketahui bahwa banyak remaja yang kurang mengerti mengenai sopan santun.
Penghormatan kepada sesama dan orang tua semakin menipis. Tidak dapat dipungkiri bahwa
perkembangan zaman dan teknologi serta datangnya kebudyaaan barat membuat nilai-nilai
tradisional bangsa Indonesia memudar. Sikap sopan snatun sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Orang tua, guru dan teman sebaya menjadi peran penting dalam mempengaruhi
sikap sopan santun seorang anak.

Pada fase-fase awal kehidupan anak banyak sekali belajar melalui peniruan terhadap
kebiasaan dan tingkah laku orang-orang disekitarya. Jika orang tua maupun guru dapat
menunjukkan sikap sopan santun, maka otomatis anak akan mengadopsi tata krama tersebut
dalam perilaku sehari-hari. Nilai karakter dapat berjalan dan berhasil apabila dibiasakan,
diarahkan melalui bimbingan dan pembinaan dari orang tua dan guru. Sebab saling
menghargai dan menghormati muncul dari hati dan kesadaran yang hakiki.

Banyak hal dalam hidup ini perbuatan ucapan yang harus disesuaikan dengan kesantunan.
Apa yang orang berikan sebaiknya diterima dengan rendah hati dan sopan santun. Contoh
santun kepada guru yaitu dengan memuliakan dirinya, menghargai kesediaannya untuk
memberikan pengajaran, menyimak dengan baik kata-katanya, memerhatikan ajaran-ajaran
yang diberikannya, menunjukkan kesungguhan dengan memusatkan pikiran hanya kepada
dirinya, menegurnya ketika bertemu, dan menghormatinya. Contoh santun kepada orang
yang lebih tua adalah menghormatinya, tidak melawan orang yang lebih tua jika ada
perselisihan, tidak berjalan membelakangi orang yang lebih tua, tidak membodohi, dan
berbicara lemah lembut.10 Contoh santun kepada orang yang lebih muda usianya adalah
bersikap bersahabat dan bersabar terhadap sikapnya. Contoh santun kepada orang yang telah
menyakiti baik dengan lisan maupun secara fisik adalah memaafkan kesalahannya dan
bersahabat dengan lemah lembut.

Guru sebagai teladan harus memiliki modal dan sifat-sifat tertentu, di antaranya :

1. Guru harus meneladani Rasulullah SAW sebagai teladan seluruh alam. Sebagaimana
dalam Al-quran surat Al-Ahzab ayat 21
2. Guru harus benar-benar mengerti dan memahami prinsip-prinsip keteladanan.
Mulailah dengan ibda’binafsih, yaitu diri sendiri

Sopan santun merupakan salah satu sikap yang harus ditanamkan kepada anak-anak, baik
di rumah, sekolah maupun di masyarakat. Sopan santun merupakan nilai karakter yang
hubungannya dengan sesama. Hal ini berkenaan dengan cara bersikap, berperilaku dengan
orang lain. Manusia adalah makhluk bermasyarakat yang tidak bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain. Dalam beinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain itu diperlukan
sopan santun.

Santun merupakan sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata
bahasa maupun tata perilakunya kepada semua orang. Adapun kesempurnaan dan
kehalusan sopan santun hanya dapat dirasakan oleh perasaan yang halus, hanya
dapat dilihat oleh mata hati yang suci. Kata hati adalah perasaan jiwa yang
berfungsi sebagai penjaga dan pelindung seorang manusia. Mendidik hati harus
dilaksanakan sejak kecil dengan pengajaran dan latihan serta membiasakan sifatsifat utama
yang bernilai tinggi.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penanaman nilai sopan santun remaja saat ini.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dan orang tua dalam penanaman
sopan santun remaja saat ini.
3. Untuk mengetahui apa saja solusi guru untuk menghadapi kendala dalam
penanaman nilai sopan santun remaja terhadap guru dan orang tua.
C. MANFAAT
1. Kegunaan Teoritis
a. Diharapkan dapat menambahkan wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai
penanaman nilai sopan santun remaja terhadap guru dan orang tua.
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah bahan referensi dan
bahan masukan pada penelitian selanjutnya mengenai penanaman nilai
sopan santun peserta didik terhadap guru.
2. Kegunaan Praktis
a. Diharapkan bermanfaat bagi penulis lainnya sebagai calon pendidik, sehingga
dapat disampaikan kepada peserta didik serta masyarakat Indonesia pada
umumnya.
b. Diharapkan penulisan ini dapat disebarluaskan informasi mengenai pemahaman
dan penanaman nilai sopan santun peserta didik terhadap guru dan orang tua.
BAB II

PERMASALAHAN

A. IDENTIFIKASI MASALAH

Kemajuan teknologi memudahkan kita untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa
secara fisik melalui berbagai aplikasi yang disebut sosial media. Kemajuan ini bahkan
memberikan aksesibilitas bagi setiap orang untuk mengemukakan pendapatnya ke
seluruh dunia. Apapun yang kita unggah ke sosial media dapat meninggalkan jejak
digital. Jejak digital, menurut CNN Indonesia (2019), adalah jejak data yang tertinggal
ketika seseorang memakai internet. Jejak ini dapat berupa informasi mengenai situs yang
pernah dikunjungi, surel yang dikirim, dan informasi apapun yang kita bagikan secara
online. Kemudahan ini tidak selalu dimanfaatkan dengan baik dan bijak oleh beberapa
pihak. Bila ditelusuri, akan dengan mudah ditemukan berbagai hal negatif yang
mencemari media sosial, misalnya saja bullying, dan ujaran kebencian atau hate speech.
Kedua hal ini sangat bertentangan dengan budaya Indonesia yang masyarakatnya terkenal
ramah dan menjunjung sikap sopan santun.

Ujaran kebencian atau hate speech adalah bentuk komunikasi yang melibatkan
cemoohan, provokasi, atau penghasutan kepada individu atau komunitas tertentu yang
berhubungan dengan aspek suku, agama, ras, dan antargolongan (Darmawan and
Muhaimi 2020). Menurut Febriyani (2018), faktor-faktor yang dapat menyebabkan
seseorang melakukan ujaran kebencian dalam sosial media adalah adanya gangguan
keadaan psikologis pada individu tersebut, kurangnya kontrol sosial, adanya kepentingan
masyarakat, dan faktor ketidaktahuan masyarakat. Pada tahun 2017, Kepolisian Republik
Indonesia menangani 3.325 kasus hate speech. Jumlah kejahatan tersebut naik sebesar
44.99% dari tahun sebelumnya (Mediastiara 2017). Angka-angka yang telah dijabarkan
di atas menunjukkan bahwa budaya sopan santun di Indonesia dalam berpendapat sudah
tidak dijunjung tinggi lagi. Hal ini menjadi keluhan Presiden Republik Indonesia, Bapak
Joko Widodo, yang mengatakan bahwa maraknya hujatan, makian, dan kata-kata yang
saling menjelekkan yang ditemukan di kolom komentar sama sekali tidak mencerminkan
nilai-nilai dan budi pekerti luhur yang dipegang oleh marsyarakat Indonesia.
BAB III

ANALISIS

A. ANALISIS MASALAH
Fenomena globalisasi dengan motor utamanya yakni perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat menghadapkan manusia kepada situasi yang cepat
berubah, sehingga pergeseran nilai-nilai sosial budaya dalam masyarakat tidak dapat
dihindarkan lagi. Pergeseran tersebut rupanya diikuti dengan kemerosotan moral yang
akhir-akhir ini marak diberitakan di media massa.
Menurut ThomasLickona, sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran jika
memiliki sepuluh tanda-tanda seperti: (1) meningkatnya kekerasan dikalangan remaja (2)
membudayanya ketidakjujuran (3) sikap fanatik terhadap kelompok (4) rendahnya rasa
hormat terhadap orang tua (5) semakin kaburnyamoral baik dan buruk (6) penggunaan
bahasa yang memburuk (7) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan
narkoba, alkohol, dan seks bebas (8) rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan
sebagai warga negara (9) menurunnya etos kerja (10) adanya rasa saling curiga dan
kurangnya kepedulian antar sesama.
Perilaku sopan santun yang rendah dapat terjadi pada remaja, baik remaja
perempuan maupun remaja laki-laki. Karina, Hastuti, dan Alfiasari (2013) dalam
penelitiannya memaparkan bahwa 64 persen remaja laki-laki dan 34 persen remaja
perempuan di Kota Bogor memiliki karakter hormat santun yang termasuk dalam
kategori rendah. Hasil tersebut menggambarkan bahwa remaja perempuan yang memiliki
karakter hormat santun lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan remaja lakilaki.
Dewanggi, Hastuti, dan Herawati (2015) juga menemukan bahwa jenis kelamin
memengaruhi terbentuknya karakter anak. Perempuan memiliki karakter yang lebih baik
dibanding laki-laki dikarenakan perempuan memiliki tingkat kontrol diri yang lebih
tinggi dibandingkan dengan laki-laki (Cheung & Cheung, 2008).
Menurut Angelina (2013), kontrol diri menjadi faktor penyebab kecenderungan
perilaku menyimpang pada remaja, kondisi ini disebabkan remaja belum mampu
mengatur stimulus dan mempertimbangkan konsekuensi yang dihadapi sehingga
tindakannya belum tepat. Gailliot, Gitter, Baker, dan Baumeister (2012) juga
menyebutkan bahwa buruknya karakter seseorang seperti penggunakan kata yang kurang
sopan, dan mengabaikan norma di masyarakat dipengaruhi oleh rendahnya control diri.
Penelitian yang dilakukan oleh Malihah dan Alfiasari (2018) memaparkan bahwa 54,30
persen remaja di Kota Bogor memiliki control diri yang rendah, hal ini mengambarkan
bahwa remaja masih belum dapat mengendalikan diri dan mengatur dirinya dengan
maksimal sehingga dapat memungkinkan remaja melakukan hal-hal yang menyimpang.
Hal ini menggambarkan bahwa remaja memerlukan kemampuan untuk dapat mengontrol
diri dari hal-hal yang tidak sesuai dengan standar ideal.

B. SOLUSI

Penanaman nilai agama khususnya akhlak menjadi hal utama karena menjadi
dasar dan pegangan anak dalam menghadapi perkembangan zaman yang banyak
membawa pengaruh negatif sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam mengajarkan nilai dan mendidik perilaku tidaklah mudah. Dalam
berperilaku, biasanya anak mengambil contoh tauladan dari perilaku orang yang
dilihatnya.

Nilai-nilai akhlaqul karimah tentunya sangat perlu untuk ditanamkan pada diri
peserta didik. Seorang anak akantumbuh menurut apa yang dibiasakan oleh
pendidikannya ketika kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berkaitan dengan
pribadi, perilaku atau akhlak seseorang. Seseorang berperilaku baik, dikarenakan
Pendidikan yang telah dilaluinya, begitupun sebaliknya.
Tugas dan tanggungjawab tersebut bukan hanya dibebankan kepada orang tua
tetapi sekolah juga memiliki peran. Sekolah rupanya mampu mempengaruhi rasa
keberagamaan peserta didiknya, akhlak, serta aspek lain,baik melalui pembelajaran di
dalam kelas maupun kebijakan dan bimbingan di luar kelas, sehingga, anak dapat
memiliki akhlak yang baik dan dapat meningkatkan kembali akhlak sopan santun yang
mulai meluruh seperti contoh-contoh kasus di atas.

(Ujiningsih, 2010) (dkk, 2019) (Rantikawati, 2019) (Nurul, 2017) (Asmani, 2013) (Safira, 2014)
(Dwianputra Kresnadi, 2021)
BAB IV

KESIMPULAN

Pendidikan karakter merupakan proses panjang yang dapat dimulai dari anak usia
dini, namun demikian pada setiap jenjang sekolah dapat melakukan proses pendidikan
karakter salah satunya dengan melakukan pembisaan. Salah satu aspek pembentukan karakter
anak didik adalah sikap sopan santun. Pembentukan anak untuk menjadi anak yang memiliki
sikap sopan santun dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan di sekolah, di rumah,
dan di lingkungan tempat tinggal anak dapat ditanamkan melalui proses pembudayaan.
Terlaksananya proses pembudayaan sikap sopan santun ini hanya dapat dilakukan melalui
proses pembiasaan sikap sopan santun. Ptroses pembiasaan ini akan berhasil secara efektif
jika dilakukan kerjasama yang sihergis antara peran orang tua di rumah dan peran sekolah.
Teknik-teknik yang dapat dilakukan meiputi pemodelan dari orang tua dan guru, melalui
pengitergrasian penanaman sikap sopan santun dalam semua bidang pelajaran, peningkatan
peran pembelajaran pendidikan agama, pendidikan moral pancasila atau kewarga negaraan
dan peran guru Bimbingan Penyuluhan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, J. M. (2013). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di. Diva Press.

dkk, F. (2019). KARAKTER SOPAN SANTUN REMAJA:PENGARUH METODE SOSIALISASI ORANG TUA DAN
KONTROL DIRI. jurnalis of bogor.

Dwianputra Kresnadi, d. (2021). PUDARNYA BUDAYA SOPAN SANTUN MASYARAKAT INDONESIA DALAM
MENGEMUKAKAN PENDAPAT DI MEDIA SOSIAL . Journal of Development and Social Change.

Nurul, A. (2017). IMPLEMENTASI PROGRAM TPM BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PAUD DALAM
MENGEMBANGKAN SIKAP SOPAN SANTUN ANAK. repository.upi.edu .

Rantikawati, Y. (2019). PENANAMAN BUDAYA SOPAN SANTUN PADA SISWA DI SD NEGERI 2 TLAHAB LOR
KECAMATAN KARANGREJA.

Safira, F. (2014). Sopan Santun Remaja Masa Kini. academia.edu.

Ujiningsih. (2010). Pembudayaan Sikap Sopan Santun di Rumah dan di Sekolah Sebagai Upaya untuk
Meningkatkan Karakter Siswa. jurnal.uns.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai