BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi secara umum, sebagaimana diungkapkan Sztompka
(2004: 101-102), dapat diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia
tunggal. Globalisasi hakekatnya adalah suatu fenomena khusus dalam
peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan
merupakan bagian dari proses manusia global itu. Dengan semakin
majunya teknologi komunikasi dan teknologi informasi semakin
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini, karena itu globalisasi tidak
dapat dihindari kehadirannya. Globalisasi sangat berpengaruh di berbagai
aspek kehidupan manusia, salah satunya di bidang pendidikan.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta derasnya arus
globalisasi pada jaman sekarang membawa dampak tersendiri dalam dunia
pendidikan. Banyak kemajuan yang terjadi di bidang pendidikan. Siswa
dimudahkan dalam hal belajar dengan adanya internet, hanya dengan
mengisikan kata kunci tertentu di laman google.com siswa dapat
menemukan berbagai hal yang berhubungan dengan kata kunci tersebut.
Kemajuan yang seperti ini memudahkan siswa dalam mencari referensi
untuk menunjang proses belajar. Namun, dibalik setiap kemajuan
teknologi selalu membawa dampak negatif, salah satunya yaitu penurunan
kualitas moral khususnya pada anak yang masih dibawah umur. Ditandai
dengan pornografi, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya.
Seperti halnya kasus kekerasan yang terjadi di sekolah Dasar (SD)
Trisula Perwari, Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada bulan Oktober 2014.
Berdasarkan informasi yang terhimpun aksi kekerasan itu dilakukan oleh
siswa-siswa putera SD kelas 5 yang meminta uang sebesar Rp. 2000
dengan paksa pada seorang siswa putri. Namun, korban menolak dan
tindak kekerasan itu pun tak terhindarkan.
C. Batasan Masalah
Penulis dalam penyusunan makalah membatasi masalah yang akan
dibahas yaitu tentang bagaimana cara yang tepat mengimplementasikan
pendidikan karakter pada anak SD dalam era globalisasi.
D. Rumusan Masalah
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi adalah sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak
dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontributif yang positif kepada lingkungannya. Definisi
lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar sebuah proses transformasi nilainilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. (Dharma
Kesuma, 2013). Pendidikan karakter menurut (Jamal,2011) adalah segala
sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi karakter peserta
didik. Guru membantu dalam membentuk watak npeserta didik dengan cara
memberikan keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan materi yang
baik, toleransi, dan berbagai hal terkait di dalamnya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
adalah suatu proses penanaman dan penerapan nilai-nilai karakter melalui
transformasi nilai-nilai kehidupan dalam kepribadian seseorang.
Dalam pendidikan karakter terdapat 18 nilai karakter yaitu :
1. Religius
Siswa diharapkan mampu menumbuhkan sikap dan
perilaku yang patuh dalam menjalankan perintah agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan agama lain, dan mampu
hidup rukun dengan pemeluk agama lain di dalam masyarakat.
2. Jujur
Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya. Hal
ini diwujudkan dalam perbuatan, perkataan dan pekerjaan, baik
terhadap diri sendiri maupun pada orang lain. Menumbuhkan
sikap jujur sejak dini pada anak melalui pembiasaan dalam
sungguh-sungguh
agar
pada
saat
ujian
dapat
dan
berwawasan
yang
selalu
menjunjung
tinggi
nilai
persahabatan.
14. Cinta damai
Sikap yang selalu mengutamakan rasa kebersamaan dan
menghindari sikap permusuhan antar sesama teman. Contoh,
siswa yang melerai temanya yang sedang berkelahi.
15. Gemar membaca
Menerapkan kebiasaan menyediakan waktu
membaca
berbagai
bacaan
dalam
rangka
untuk
menambah
Siswa sekolah dasar adalah anak yang berusia antara 6-12 tahun
yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang sekolah dasar. Sekolah
dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di
Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1
sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat)
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia,
setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan
dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah
pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan
sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah
Kementerian Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota. Sedangkan Kementerian Pendidikan Nasional
hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan.
Secara struktural, sekolah dasar negeri merupakan unit pelaksana teknis
dinas pendidikan kabupaten/kota.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20
Tahun 2001) Pasal 17 mendefinisikan pendidikan dasar sebagai berikut:
1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah.
2. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah
ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah
menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau
bentuk lain yang sederajat.
C. Globalisasi
Kata globalisasi merupakan serapan dari bahasa asing yaitu bahasa
Inggris globalization. Kata globalization sendiri sebenarnya berasal dari
kata global yang berarti universal yang mendapat imbuhan -lization yang
bisa dimaknai sebagai proses. Jadi dari asal mula katanya, globalisasi bisa
misalnya
pada
bidang
10
11
BAB III
PEMBAHASAN
pendidikan
karakter
dilakukan
secara
indikator yang
dengan
mencium
tangan
guru
untuk
dan
pengorbanan
melalui
12
Pembelajaran
tematis
adalah
pendekatan
dalam
kompetensi
untuk
memperoleh
gambaran
13
beberapa
konsep
dan
strategi
di
atas
dalam
hal
14
6.
berbangsa
dan
bernegara
demi
kehidupan
terwujudnya
mengikuti
pendidikan menengah
21. Memiliki jiwa kewirausahaan
Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter
adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai
tersebut.
15
16
6. Etos kerja yang menurun. Etos kerja yang dipicu oleh spirit yang
lemah, artinya pemahaman sebagai bentuk ibadah tidak dihayati. Satusatunya ukuran hanyalah uang.
7. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru pada
generasi muda. Hal tersebut disebabkan karena : a) orang tua gagal
menjadi sosok figuran bagi anak-anaknya; (b) faktor keadaan
lingkungan yang tidak kondusif; (c) pemahaman agama yang dangkal
pada anak-anak; (d) pola asuh anak yang salah oleh orang tua.
8. Menurunnya rasa tanggung jawab pada individu maupun kelompok.
Perilaku tersebut sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari,
misalnya membuang sampah sembarangan, merokok sembarangan dan
lain-lain. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adnya sanksi yang tegas dari
aparat penegak hukum dan sanksi moral dari masyarakat.
9. Meningkatnya budaya kebohongan/korupsi. Korupsi, kolusi dan
nepotisme berawal dari ketidakjujuran. Bahkan, di dunia pendidikan
ancaman budaya tidak jujur merebak ketika guru-guru dan siswanya
berbuat curang ketika melaksanakan Ujian Nasional.
10. Timbulnya rasa saling curiga dan kebencian antar-sesama. Hal ini saat
berbahaya dikarenakan akan mudah terjadi konflik antar golongan di
dalam masyarakat jika kita tidak mengedepankan sikap toleransi dan
saling menghargai antar sesama.
Dari beberapa uraian diatas pendidikan karakter sejak dini
diharapkan akan mampu melahirkan generasi muda yang berkualitas,
cerdas serta berkarakter pancasila. Bukan tidak mungkin dengan generasi
penerus bangsa yang berkarakter dan berkualitas mampu mewujudkan
generasi emas tahun 2045 dan mampu menjadikan Indonesia menjadi
salah satu negara maju di dunia.
BAB IV
PENUTUP
17
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Strategi yang tepat dalam mengimplementasi program pendidikan
karakter pada siswa sekolah dasar dapat ditempuh dengan cara
mengitegrasikan nilai dan etika mata pelajaran, internalisasi nilai
positif yang di tanamkan oleh semua warga sekolah ( warga sekolah,
guru, dan orang tua), pembiasaan dan latihan, pemberian contoh dan
teladan, dan penciptaan suasana berkarakter di sekolah serta
pembudayaan
2. Indikator keberhasilan program pendidikan karakter pada siswa
sekolah dasar dapat didasarkan pada rumusan SKL. Program
pendidikan karakter pada tataran sekolah dapat dikatakan berhasil jika
terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan yang
terkandung dalam 18 nilai-nilai pendidikan karakter.
3. Pendidikan karakter pada generasi muda terutama siswa sekolah dasar
dalam era globalisasi sangatlah penting. Hal ini dikarenakan anak-anak
mudah sekali terpengaruh hal-hal yang bersift negatif akibat proses
globalisasi. Dengan pendidikan karakter sejak masih di sekolah dasar
diharapkan akan terciptanya generasi penerus bangsa yang tidak hanya
cerdas tetapi juga memiliki karakter yang baik.
B. Saran
Berdasarkan kajian teori dan pembahasan dalam makalah ini,
penulis menyimpulkan kiranya dapat menjadi masukan, sekaligus sebagai
evalusi dan introspeksi kepada sekolah dalam menemukan cara yang
efektif dalam pengimplementasian pendidikan karakter di sekolah dasar
18
dalam era globalisasi, agar dapat terwujudnya generasi muda yang cerdas
sekaligus berkarakter.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ardy Wiyani, Novan. 2013. Konsep, Praktik,& Strategi Membumikan Pendidikan
Karakter di SD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Dharma Kesuma, dkk. 2013. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Fitri, Agus Zaenul. 2012. Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter
Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mamur Asmani, Jamal. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter
di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press
Kuswiati. 2012. Pentingnya Pendidikan Karakter untuk Generasi Muda Di Era
Globalisasi. Blubuk: SMA Negeri 1 Blubuk
M. Arifin, Barnawi. 2102. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara
Sztompka, Pitr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Terj. Alimandan dari The
Sociology of Social Change. Jakarta: Prenada.
http://perpustakaan.kemdiknas.go.id/download/Pendidikan%20Karakter.pdf
diakses tanggal 24 November 2014 pada jam 21:50
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/peserta-didik-sekolah-dasar
diakses tanggal 24 November 2014 pada jam 22:09
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jckrw/article/download/162/161
diakses tanggal 24 November 2014 pada jam 22:32
20
http://lampung.kemenag.go.id/file/file/subbagHukmas/wjkn1352768153.pdf
diakses tanggal 25 November 2014 pada jam 21:28
http://news.liputan6.com/read/2117955/ungkap-kekerasan-pemkot-bukittinggipanggil-kepsek-sd-trisula
diakses tanggal 01 Desember 2014 pada jam 21:01