Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Globalisasi secara umum, sebagaimana diungkapkan Sztompka
(2004: 101-102), dapat diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia
tunggal. Globalisasi hakekatnya adalah suatu fenomena khusus dalam
peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan
merupakan bagian dari proses manusia global itu. Dengan semakin
majunya teknologi komunikasi dan teknologi informasi semakin
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini, karena itu globalisasi tidak
dapat dihindari kehadirannya. Globalisasi sangat berpengaruh di berbagai
aspek kehidupan manusia, salah satunya di bidang pendidikan.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta derasnya arus
globalisasi pada jaman sekarang membawa dampak tersendiri dalam dunia
pendidikan. Banyak kemajuan yang terjadi di bidang pendidikan. Siswa
dimudahkan dalam hal belajar dengan adanya internet, hanya dengan
mengisikan kata kunci tertentu di laman google.com siswa dapat
menemukan berbagai hal yang berhubungan dengan kata kunci tersebut.
Kemajuan yang seperti ini memudahkan siswa dalam mencari referensi
untuk menunjang proses belajar. Namun, dibalik setiap kemajuan
teknologi selalu membawa dampak negatif, salah satunya yaitu penurunan
kualitas moral khususnya pada anak yang masih dibawah umur. Ditandai
dengan pornografi, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya.
Seperti halnya kasus kekerasan yang terjadi di sekolah Dasar (SD)
Trisula Perwari, Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada bulan Oktober 2014.
Berdasarkan informasi yang terhimpun aksi kekerasan itu dilakukan oleh
siswa-siswa putera SD kelas 5 yang meminta uang sebesar Rp. 2000
dengan paksa pada seorang siswa putri. Namun, korban menolak dan
tindak kekerasan itu pun tak terhindarkan.

Kasus tersebut merupakan salah satu contoh penurunan kualitas


moral pada anak SD disebabkan karena gagalnya proses penanaman
pendidikan karakter di Indonesia khususnya di sekolah. Kurangnya
penanaman pendidikan karakter sejak masih duduk di sekolah dasar dan
berbagai pengaruh seperti media akan mengubah pola pikir dan gaya hidup
anak Indonesia yang tidak sesuai dengan kepribadian dan norma-norma
yang ada di Indonesia. Untuk itu pemerintah Indonesia menggalakkan
Pendidikan Karakter dalam dunia pendidikan dengan harapan terciptanya
generasi muda yang tidak hanya maju dan cerdas tapi juga berkarakter
pancasila.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Globalisasi yang semakin cepat berkembang dan banyak membawa
pengaruh negatif bagi generasi muda.
2. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dapat membawa pengaruh
negatif pada anak seperti pornografi, kejahatan, kekerasan dan
sejenisnya .
3. Kurangnya penanaman pendidikan karakter pada anak SD.

C. Batasan Masalah
Penulis dalam penyusunan makalah membatasi masalah yang akan
dibahas yaitu tentang bagaimana cara yang tepat mengimplementasikan
pendidikan karakter pada anak SD dalam era globalisasi.
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang dapat dirumuskan


masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi yang tepat dalam mengimplementasi program
pendidikan karakter pada siswa sekolah dasar?
2. Apa indikator keberhasilan program pendidikan karakter pada siswa
sekolah dasar?
3. Apa pentingnya pendidikan karakter dalam menjawab tantangan di era
globalisasi?

BAB II
STUDI PUSTAKA

A. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi adalah sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak
dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontributif yang positif kepada lingkungannya. Definisi
lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar sebuah proses transformasi nilainilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. (Dharma
Kesuma, 2013). Pendidikan karakter menurut (Jamal,2011) adalah segala
sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi karakter peserta
didik. Guru membantu dalam membentuk watak npeserta didik dengan cara
memberikan keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan materi yang
baik, toleransi, dan berbagai hal terkait di dalamnya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
adalah suatu proses penanaman dan penerapan nilai-nilai karakter melalui
transformasi nilai-nilai kehidupan dalam kepribadian seseorang.
Dalam pendidikan karakter terdapat 18 nilai karakter yaitu :
1. Religius
Siswa diharapkan mampu menumbuhkan sikap dan
perilaku yang patuh dalam menjalankan perintah agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan agama lain, dan mampu
hidup rukun dengan pemeluk agama lain di dalam masyarakat.
2. Jujur
Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya. Hal
ini diwujudkan dalam perbuatan, perkataan dan pekerjaan, baik
terhadap diri sendiri maupun pada orang lain. Menumbuhkan
sikap jujur sejak dini pada anak melalui pembiasaan dalam

kehidupan sehari-hari dapat mendorong individu untuk tidak


berbuat bohong dan korupsi. Contohnya, siswa diajarkan untuk
tidak mencotek pada saat ulangan.
3. Toleransi
Sikap atau tindakan yang menghargai perbedaan suku,
agama, ras, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang
berbeda dari diri kita. Salah satu contoh sikap toleransi di dalam
kelas Misalnya, seorang siswa diam ketika temannya yang lain
sedang memukakan pendapat.
4. Disiplin
Suatu tindakan yang menunjukkan sikap tertib dan patuh
pada peraturan dan ketentuan. Misalnya, siswa tidak membuang
sampah sembarangan, tidak terlambat datang ke sekolah, dan
lain-lain.
5. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai halangan dan rintangan guna menyelesaikan
tugas (belajar) dengan sebaik-baiknya. Misalnya, siswa belajar
dengan

sungguh-sungguh

agar

pada

saat

ujian

dapat

mengerjakan soal dengan lancar dan memperoleh nilai yang


bagus.
6. Kreatif
Sebuah sikap berpikir dan melakukan sesuatu pekerjaan
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki. Misalnya, guru dapat merangsang kreativitas siswa
dengan meberikan variasi-variasi bentuk soal pada mata
pelajaran tertentu.
7. Mandiri
Suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung
pada orang lain dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Contohnya,
siswa mengerjakan sendiri saat ulangan dengan tidak mencontek
temannya.
8. Demokratis

Sebuah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai


sama hak dan kewajiban diri sendiri maupun orang lain.
Contohnya, seorang siswa memiliki suara yang sama dengan
siswa lain dalam pemilihan ketua kelas.
9. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
sesuatu yang telah dipelajari, dilihat, dan didengar secara lebih
mendalam dan meluas.
10. Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak,

dan

berwawasan

yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan


pribadi dan kelompok.
11. Cinta tanah air
Suatu sikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bangsanya. Contohnya, siswa
mengikuti upacara bendera pada hari senin. Hal ini merupakan
salah satu sikap menghormati bangsa dan negara.
12. Menghargai prestasi
Suatu sikap yang mendorong seorang individu untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna di masyarakat dan mengakui
dan menghormati kesuksesan serta keberhasilan orang lain.
Contohnya, seorang siswa yang memberikan apresiasi kepada
temannya yang menjuarai lomba di tingkat provinsi.
13. Bersahabat/komunikatif
Suatu sikap yang

selalu

menjunjung

tinggi

nilai

persahabatan.
14. Cinta damai
Sikap yang selalu mengutamakan rasa kebersamaan dan
menghindari sikap permusuhan antar sesama teman. Contoh,
siswa yang melerai temanya yang sedang berkelahi.
15. Gemar membaca
Menerapkan kebiasaan menyediakan waktu
membaca

berbagai

bacaan

dalam

rangka

untuk

menambah

pengetahuan. Contohnya, memberikan penghargaan atau hadiah

kepada siswa yang sering meminjam buku diperpustakaan,


dengan cara ini diharapkan akan meningkatkan semangat siswa
untuk meminjam buku di perpusatakaan.
16. Peduli lingkungan
Perilaku atau tindakan yang berupaya untuk menjaga dan
melestarikan lingkungan alam sekitar agar tidak rusak. Misalnya,
Di sekolah guru dan siswa membudayakan sikap membuang
sampah pada tempatnya dan setiap seminngu sekai dilaksanakan
kegiatan jumat bersih.
17. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Contohnya,
di sekolah guru mengadakan kegiatan bakti sosial setahun sekali
dengan melibatkan siswa. Hal ini, akan mendorong siswa untuk
berbuat baik dan saling menolong antar sesama.
18. Tanggungjawab
Tanggung jawab merupakan sikap untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban sesuai yang harus seseorang lakukan
terhadap diri mereka sendiri, masyarakat, lingkungan, negara,
dan Tuhan Yang Maha Esa.
Sementara itu konsep pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai
sebagai the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal
character development. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar
manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang
bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan
karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai
karakter dasar tersebut.
B. Siswa Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar adalah anak yang berusia antara 6-12 tahun
yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang sekolah dasar. Sekolah
dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di
Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1
sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat)
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia,
setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan
dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah
pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan
sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah
Kementerian Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota. Sedangkan Kementerian Pendidikan Nasional
hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan.
Secara struktural, sekolah dasar negeri merupakan unit pelaksana teknis
dinas pendidikan kabupaten/kota.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20
Tahun 2001) Pasal 17 mendefinisikan pendidikan dasar sebagai berikut:
1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah.
2. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah
ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah
menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau
bentuk lain yang sederajat.
C. Globalisasi
Kata globalisasi merupakan serapan dari bahasa asing yaitu bahasa
Inggris globalization. Kata globalization sendiri sebenarnya berasal dari
kata global yang berarti universal yang mendapat imbuhan -lization yang
bisa dimaknai sebagai proses. Jadi dari asal mula katanya, globalisasi bisa

diartikan sebagai proses penyebaran unsur-unsur baru baik berupa


informasi, pemikiran, gaya hidup maupun teknologi secara mendunia.
Globalisasi adalah suatu proses penyebaran hasil pemikiran dan
karya suatu budaya sehingga melembaga dalam kebudayaan di seluruh
dunia. Era globalisasi mebawa berbagai dampak perubahan yang
menyetuh sampai pada dasar kehidupan manusia. Perubahan tersebut
disebabkan oleh peningkatan kualitas hidup, pelestarian lingkungan hidup
dan pelestarian lingkungan alam serta perjuangan hak asasi manusia.
Ciri-ciri globalisasi menurut (Kusniawati:2012) adalah sebagai
berikut :
1. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan
barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan
internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian
cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang
berbeda.
2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda
menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan
perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade
Organization (WTO).
3. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media
massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan
olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan
mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang
melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang
fashion, literatur, dan makanan.
4. Meningkatnya masalah bersama,

misalnya

pada

bidang

lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lainlain.


Dengan demikian dengan adanya perubahan dalam konstantin
ruang dan waktu, pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang
berbeda menjadi saling bergantung dan meningkatan interaksi kultural

10

melalui perkembangan media massa serta meningkatnya masalah bersama


tentu akan membawa pengaruh tersendiri bagi generasi muda terutama
anak-anak yang mudah sekali terpengaruh hal-hal yang bersifat negatif
seperti pornografi, kejahatan, kekerasan dan sejenisnya. Untuk itu,
perlunya diterapkannya pendidikan karakter sejak dini pada era globalisasi
agar terbangun karakter dan kepribadian yang baik sejak dini.

11

BAB III
PEMBAHASAN

A. Strategi yang tepat dalam mengimplementasi program pendidikan


karakter pada siswa sekolah dasar.
Pendidikan karakter dalam penerapannya diperlukan sebuah strategi
dan perencanaan yang baik. Strategi diperlukan agar penerapan program
pendidikan karakter pada siswa sekolah dasar dapat berjalan dengan lancar
dan hasilnya dapat maksimal. Strategi-srategi dan pendekatan dalam
pengimplementasian program pendidikan karakter antara lain :
1. Pengintegrasian nilai dan etika pada proses pembelajaran
2. Internalisasi nilai positif yang di tanamkan oleh semua warga
3.
4.
5.
6.

sekolah ( warga sekolah, guru, dan orang tua).


Pembiasaan dan latihan.
Pemberian contoh dan teladan.
Penciptaan suasana berkarakter di sekolah
Pembudayaan.
Menurut Agus Zaenul Fitri 2011, strategi pembelajaran pendidikan

karakter dapat dilihat dalam empat bentuk intregrasi, yaitu:


a. Integrasi dalam mata pelajaran
Pelaksanaan

pendidikan

karakter

dilakukan

terintegrasi ke dalam penyusunan silabus dan

secara

indikator yang

merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang


terdapat dalam KTSP. Berikut merupakan salah satu contoh integrasi
ke dalam mata pelajaran Pendidikan Agama:
1) Bersalaman

dengan

mencium

tangan

guru

untuk

memunculkan rasa hormat dan tawadhu kepada guru.


2) Penanaman sikap disiplin dan syukur melalui shalat
berjamaah pada waktunya.
3) Penanaman nilai ikhlas

dan

pengorbanan

penyantunan terhadap anak yatim dan fakir miskin.


b. Integrasi melalui pembelajaran tematis

melalui

12

Pembelajaran

tematis

adalah

pendekatan

dalam

pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan


beberapa kompetensi dasar dan indikator dari beberapa mata
pelajaran untuk dikemas dalam satu kesatuan.
Pembelajaran tematis dapat dikembangkan melalui:
1) Pemetaan

kompetensi

untuk

memperoleh

gambaran

kompreherensif dan utuh semua standar kompetensi,


kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran
yang di padukan dalam tema yang dipilih.
2) Identifikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator yang cocok untuk setiap
tema.
3) Menetapkan jaringan tema, menghubungkan KD dan
indikator dengan tema sehingga akan tampak kaitan antar
tema, kompetensi dasar, dan indikator.
4) Penyusunan silabus. Silabus tematik sudah di masukkan
pendidikan karakter yang akan di ajarkan pada siswa.
5) Penyusunan RPP pendidikan karakter
c. Integrasi melalui pembiasaan
Menurut Agus Zainul Fitri 2011, pengkondisian dan pembiasaan
untuk mengembangkan karakter dapat dilakukan dengan cara:
1) Mengucapkan salam saat mengawali belajar mengajar
2) Berdoa sebelum memulai pekerjaan untuk menanamkan nilai
syukur.
3) Pembiasaan pemberian kesempatan kepada orang lain untuk
berbicara sampai selesai sebelum memberikan komentar.
4) Pembiasaan angkat tangan bila hendak bertanya, menjawab.
Bependapat dan hanya berbicara setelah di persilahkan.
5) Pembiasaan bersalaman saat bertemu guru.
6) Melaksanakan sholat berjamaah di sekolah.
d. Integrasi melalui kegiatan ekstra kurikuler
1) Pramuka
Siswa dilatih dan di bina untuk mengembangkan diri dan
meningkatkan hampir semua karakter misalnya: melatih
disiplin, jujur, menghargai waktu, tenggang rasa dll.
2) Palang merah remaja

13

Menumbuhkan rasa kepedulian kepada sesama juga melatih


percakapan sosial dan jiwa sosial.
3) Olahraga
Mengajarkan nilai sportifitas dalam bermain menang ataupun
kalah bukan menjadi tujuan utama melainkan nilai kerja
keras dan semangat juang yang tinggi.
4) Karya wisata
Pembelajaran di luar kelas yang langsung melihat realitas
sebagai bahan pengayaan peserta didik dalam belajar melalui
kunjungan ke tempat tertentu.
5) Outbond
Aktivitas di luar kelas dengan menekankan aktivitas fisik
yang penuh tantangan dan petualangan.
Dari

beberapa

konsep

dan

strategi

di

atas

dalam

hal

pengimplementasikan program pendidikan karakter di SD sudah cocok


untuk diterapkan di sekolah. Akan tetapi, berhasil atau tidaknya dalam
penerapannya di sekolah bergantung juga pada suasana atau iklim sekolah
tersebut. Dengan menciptakan lingkungan sekolah yang baik dan
berkarakter maka akan membantu transformasi pendidik, peserta didik, dan
tenaga kependidikan menjadi warga sekolah yang berkarakter.
B. Indikator keberhasilan program pendidikan karakter pada siswa
sekolah dasar
Keberhasilan program pendidikan karakter pada siswa dapat diketahui
melalui pencapaian beberapa indikator dalam rumusan SKL (Mulyasa,
2011:07), antra lain :
1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan remaja.
2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3. Menunjukan sikap percaya diri
4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang
lebih luas.
5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan golongan
sosial ekonomis dalam lingkup nasional.

14

6.

Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan

sumber-sumber lain secara logis, kritis dan kreatif.


7. Menunjukan kemampuan berpikir logis, kritis, dan inovatif.
8. Menujukan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi
yang dimiliki.
9. Menunjukan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial.
11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
12. Menerapkan
nilai-nilai
kebersamaan
dalam
bermasyarakat,

berbangsa

dan

bernegara

demi

kehidupan
terwujudnya

persatuan dan kesatuan R.I


13. Menghargai karya seni dan budaya nasional
14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk
berkarya
15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman dan memanfaatkan
waktu luang dengan baik.
16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun
17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan
di masyarakat, menghargai adanya perbedaan pendapat.
18. Menunjukan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek
sederhana.
19. Menunjukan ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan
menulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk

mengikuti

pendidikan menengah
21. Memiliki jiwa kewirausahaan
Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter
adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai
tersebut.

15

C. Pentingnya pendidikan karakter dalam menjawab tantangan di era


globalisasi
Penanaman pendidikan karakter pada generasi muda khususnya
siswa sekolah dasar sangatlah penting dalam era globalisasi dikarenakan
jika seorang individu memiliki karakter yang baik, maka individu tersebut
akan memiliki pegangan dan prinsip-prinsip hidup yang kuat dan tidak
akan mudah terpengaruh hal-hal yang bersifat negatif akibat proses
globalisasi.
Menurut Lickona dalam Barnawi: 2012) menjelaskan beberapa
alasan perlunya pendidikan karakter di era globalisasi, di antaranya:
1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat. Kekerasan di
kalangan remaja akhir-akhir ini meningkat. Tawuran antarpelajar,
bahkan tawuran antar mahasiswa yang sejatinya merupakan calon
intelektual yang akan menjadi agent of change dalam masyarakat
terjadi dimana-mana.
2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang tidak baik/tidak baku. Hal ini,
menjadi fenomena yang berkembang di kalangan generasi muda.
Generasi muda jaman sekarang lebih suka menggunkan bahasa alay
dari pada bahasa indonesia pada umumnya. Bahasa alay dipicu oleh
pola komunikasi dengan SMS yang memiliki keterbatasan karakter.

3. Pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan menguat.


Kemunculan geng (terutama anak SMA) di kota-kota besar muncul
dalam kelompok geng-geng motor. Geng motor menyebabkan
keresahan di masyarakat karena perilaku mereka yang anarkis.
4. Meningkatnya perilaku merusak diri sendiri terutama pada kalangan
remaja yang sedang mencari jati diri. Perilaku tersebut antara lain
merokok, narkoba dan seks bebas.
5. Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk. Moral baik dan
buruk pada jaman sekarang menjadi lebih relatif tergantung pada siapa
dan apa sudut pandangnya. Sesungguhnya hal itu tidak dibenarkan
karena hal baik dan buruk itu sifatnya pasti dan sudah diatur dalam
berbagai agama.

16

6. Etos kerja yang menurun. Etos kerja yang dipicu oleh spirit yang
lemah, artinya pemahaman sebagai bentuk ibadah tidak dihayati. Satusatunya ukuran hanyalah uang.
7. Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru pada
generasi muda. Hal tersebut disebabkan karena : a) orang tua gagal
menjadi sosok figuran bagi anak-anaknya; (b) faktor keadaan
lingkungan yang tidak kondusif; (c) pemahaman agama yang dangkal
pada anak-anak; (d) pola asuh anak yang salah oleh orang tua.
8. Menurunnya rasa tanggung jawab pada individu maupun kelompok.
Perilaku tersebut sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari,
misalnya membuang sampah sembarangan, merokok sembarangan dan
lain-lain. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adnya sanksi yang tegas dari
aparat penegak hukum dan sanksi moral dari masyarakat.
9. Meningkatnya budaya kebohongan/korupsi. Korupsi, kolusi dan
nepotisme berawal dari ketidakjujuran. Bahkan, di dunia pendidikan
ancaman budaya tidak jujur merebak ketika guru-guru dan siswanya
berbuat curang ketika melaksanakan Ujian Nasional.
10. Timbulnya rasa saling curiga dan kebencian antar-sesama. Hal ini saat
berbahaya dikarenakan akan mudah terjadi konflik antar golongan di
dalam masyarakat jika kita tidak mengedepankan sikap toleransi dan
saling menghargai antar sesama.
Dari beberapa uraian diatas pendidikan karakter sejak dini
diharapkan akan mampu melahirkan generasi muda yang berkualitas,
cerdas serta berkarakter pancasila. Bukan tidak mungkin dengan generasi
penerus bangsa yang berkarakter dan berkualitas mampu mewujudkan
generasi emas tahun 2045 dan mampu menjadikan Indonesia menjadi
salah satu negara maju di dunia.

BAB IV
PENUTUP

17

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Strategi yang tepat dalam mengimplementasi program pendidikan
karakter pada siswa sekolah dasar dapat ditempuh dengan cara
mengitegrasikan nilai dan etika mata pelajaran, internalisasi nilai
positif yang di tanamkan oleh semua warga sekolah ( warga sekolah,
guru, dan orang tua), pembiasaan dan latihan, pemberian contoh dan
teladan, dan penciptaan suasana berkarakter di sekolah serta
pembudayaan
2. Indikator keberhasilan program pendidikan karakter pada siswa
sekolah dasar dapat didasarkan pada rumusan SKL. Program
pendidikan karakter pada tataran sekolah dapat dikatakan berhasil jika
terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan yang
terkandung dalam 18 nilai-nilai pendidikan karakter.
3. Pendidikan karakter pada generasi muda terutama siswa sekolah dasar
dalam era globalisasi sangatlah penting. Hal ini dikarenakan anak-anak
mudah sekali terpengaruh hal-hal yang bersift negatif akibat proses
globalisasi. Dengan pendidikan karakter sejak masih di sekolah dasar
diharapkan akan terciptanya generasi penerus bangsa yang tidak hanya
cerdas tetapi juga memiliki karakter yang baik.

B. Saran
Berdasarkan kajian teori dan pembahasan dalam makalah ini,
penulis menyimpulkan kiranya dapat menjadi masukan, sekaligus sebagai
evalusi dan introspeksi kepada sekolah dalam menemukan cara yang
efektif dalam pengimplementasian pendidikan karakter di sekolah dasar

18

dalam era globalisasi, agar dapat terwujudnya generasi muda yang cerdas
sekaligus berkarakter.

19

DAFTAR PUSTAKA
Ardy Wiyani, Novan. 2013. Konsep, Praktik,& Strategi Membumikan Pendidikan
Karakter di SD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Dharma Kesuma, dkk. 2013. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Fitri, Agus Zaenul. 2012. Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter
Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mamur Asmani, Jamal. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter
di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press
Kuswiati. 2012. Pentingnya Pendidikan Karakter untuk Generasi Muda Di Era
Globalisasi. Blubuk: SMA Negeri 1 Blubuk
M. Arifin, Barnawi. 2102. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara
Sztompka, Pitr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Terj. Alimandan dari The
Sociology of Social Change. Jakarta: Prenada.
http://perpustakaan.kemdiknas.go.id/download/Pendidikan%20Karakter.pdf
diakses tanggal 24 November 2014 pada jam 21:50
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/peserta-didik-sekolah-dasar
diakses tanggal 24 November 2014 pada jam 22:09
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jckrw/article/download/162/161
diakses tanggal 24 November 2014 pada jam 22:32

20

http://lampung.kemenag.go.id/file/file/subbagHukmas/wjkn1352768153.pdf
diakses tanggal 25 November 2014 pada jam 21:28
http://news.liputan6.com/read/2117955/ungkap-kekerasan-pemkot-bukittinggipanggil-kepsek-sd-trisula
diakses tanggal 01 Desember 2014 pada jam 21:01

Anda mungkin juga menyukai