Anda di halaman 1dari 7

Final Assessment Class Research 2022

SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik

Pentingnya Implementasi Pendidikan Karakter pada Siswa SMA untuk Meminimalisir


Dampak Negatif Pembelajaran Jarak Jauh Pasca Pandemi

Disusun oleh:

M. Syauqy Arrayyan, Achmad Bachtiar Primadani. ( Siswa )

Nanik Rahmawati, M.Si ( Pembina )

SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik


A. Pendahuluan

Pada era globalisasi seperti sekarang, teknologi sudah hampir menjadi salah satu kebutuhan
utama seluruh masyarakat dalam melengkapi kebutuhan sehari-hari, seperti transportasi,
makanan, komunikasi, konsumsi sehari-hari hingga pekerjaan. Di era saat ini teknologi sudah
menjadi kebutuhan utama masyarakat. Hampir semua hal saat ini dikendalikan oleh teknologi,
contohnya smartphone, laptop, mobil, televisi, dan lain-lain. Hal ini menjadikan teknologi sangat
berpengaruh bagi masyarakat di era saat ini. Tetapi, tidak jarang juga teknologi memberi dampak
buruk kepada masyarakat dari anak-anak hingga orang dewasa. Contohnya, para pelajar masa
kini kebanyakan sudah mengenal teknologi dari usia balita. Hal ini menyebabkan dari kecil
sudah ketergantungan terhadap gadget terutama smartphone. Apalagi anak SMA jaman sekarang
yang sangat melekat terhadap smartphone nya, benda tersebut selalu di bawa kemana-mana
mulai dari sekolah, tempat umum, lingkungan rumah, dan bahkan di bawa ke dalam kamar
mandi. Para remaja ini tidak dapat terlepas dari smartphone nya sebentar saja, dan mulai
menunjukan perubahan dari hal tersebut seperti menutup diri dari lingkungan sekitar nya, kurang
nya interaksi terhadap keluarga, dan saat bermain bersama teman pun yang dibuka adalah
smartphonenya. Dilihat dari masalah di atas bahwa teknologi juga memerlukan pemahaman yang
lebih agar kita bisa memanfaatkan sisi baik teknologi dan meminimalisir dampak negatif dari
buruknya teknologi. Teknologi juga memberikan dampak negatif kebanyakan kepada anak-anak
remaja terutama siswa SMA yang telah melewati pembelajaran daring atau pembelajaran jarak
jauh pasca pandemi.

Dampak negative dari uraian diatas dapat diminimalisir dengan berbagai cara salah satunya yaitu
peranan orang tua dalam mengawasi proses pembelajaran anak ketika daring dan memperhatikan
kondisi mental healthnya.

B. Isi

Pada era globalisasi ini kita akan membahas tentang pentingnya implementasi Pendidikan
karakter pada siswa SMA untuk meminimalisir dampak negative pembelajaran jarak jauh. Di era
ini kalian sudah tahu bahwa banyak hal yang dikendalikan oleh teknologi yang hampir
mencakup semua hal di kehidupan kita bahkan hingga ke hal yang bersifat pribadi atau bersifat
sensitif bila tersebar ke umum. Kita setidaknya harus memiliki dasar ilmu tentang keamanan
teknologi agar dapat menjaga diri di dunia maya. Selain ilmu dasar tentang teknologi juga harus
di imbangi dengan Pendidikan karakter terhadap anak-anak.

Di pasca pandemic ini, menyadarkan kita akan potensi luar biasa internet yang berpengaruh ke
dalam berbagai bidang, salah satunya pada bidang Pendidikan. Sebelumnya, kegiatan Pendidikan
dilakukan di sekolah, Pendidikan karakter dilakukan dengan pengawasan langsung dari guru.
Pendidikan adalah berbagai upaya untuk mewujudkan pembelajaran agar peserta didik dapat
secara aktif belajar dan mengembangkan potensi dirinya menjadi lebih baik dari segi kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, dsb. Sedangkan karakter adalah sifat, persepsi, baik-buruk seseorang
dalam menerapkan etika nilai, moral, emosi dan berbagai kemampuan kejiwaan lain yang
tercermin melalui perilaku atau tingkah laku yang baik. Karakter juga dapat didefinisikan
sebagai nilai dasar yang tertanam dan dimiliki oleh individu sebagai pondasi diri untuk berbuat
baik, sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Berbicara tentang karakter, apa itu karakter? Karakter mengacu pada rangkaian sikap (attitudes),
tindakan (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Dalam artikel berjudul
Urgensi Pendidikan Karakter, Profesor Suyanto, Ph.D. “Karakter adalah gagasan dan perilaku
yang menjadi ciri individu yang hidup dan bekerja sama baik dalam keluarga, masyarakat,
negara, dan negara”. Saat ini didefinisikan oleh Alwisol sebagai deskripsi perilaku yang
mencirikan nilai. Itu ditekankan sebagai baik dan buruk, secara eksplisit dan pribadi. Kata
karakter berasal dari bahasa Yunani dan berarti “tanda” (mark), berfokus pada tindakan dan
bagaimana menerapkan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan (Zubaedi: 2012, hlm. 11-12).
Tentu saja, dalam hal karakter, pelatihan karakter diperlukan. Pendidikan kepribadian
didefinisikan sebagai penggunaan sadar dari semua aspek kehidupan sekolah untuk
mempromosikan pengembangan kepribadian yang optimal. Laharjo mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai keseluruhan proses pendidikan yang memadukan ranah moral dan sosial dalam
kehidupan seorang siswa, memungkinkannya untuk hidup mandiri, dan memiliki prinsip
tanggung jawab yang benar. “Penguatan pendidikan karakter dalam situasi saat ini sangat
penting dalam mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Disadari atau tidak,
harta kita yang paling berharga, masyarakat yang mempengaruhi anak-anak kita, kini mengalami
krisis yang nyata dan mengkhawatirkan” (Zubaedi : 2012, p.11-12). Pendidikan pribadi di
Indonesia sebenarnya tidak termasuk dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Namun, setiap mata
pelajaran memiliki nilai, salah satunya pendidikan karakter. Dengan memberikan materi dan
kegiatan yang diadakan di sekolah, kami bertujuan untuk menanamkan pembentukan
kepribadian pada anak-anak. Hal ini dikarenakan karakter anak Indonesia harus dibentuk sejak
dini. Taman Kanak-Kanak (TK) pendidikan dasar akan menjadi lembaga pertama yang
menerapkan pendidikan karakter setelah anak dilibatkan dalam lingkungan keluarga. UNESCO
secara implisit menyebutkan pentingnya pendidikan karakter dalam empat pilar pendidikan
sejalan dengan pelaksanaan pendidikan karakter. “Seperti yang kita ketahui, ada empat pilar
pendidikan yang diharapkan dapat didukung dalam penyelenggaraan pendidikan di seluruh
dunia. Ini tentang mengetahui, belajar, belajar menjadi, dan belajar untuk hidup bersama. Dua
pilar terakhir learning to live with learning to be pada hakikatnya adalah pelaksanaan
pembentukan karakter” (Samani: 2012, p.18).

Tujuan pendidikan karakter menurut Mulyasa (2012, hlm.9) adalah untuk mendorong peserta
didik agar mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Selain itu, Kemdiknas menyatakan bahwa tujuan
pendidikan karakter antara lain adalah sebagai berikut ini. Mengembangkan potensi
nurani/kalbu/afektif peserta didik sebagai warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa. Mengembangkan kebiasaan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
denan nilai universal dan tradisi bangsa yang religius. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan
tanggung jawab peserta didik sebagai penerus bangsa. Mengembangkan kemampuan peserta
didik menjadi manusia mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. Mengembangkan
lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan aman, jujur, kreatif dan bersahabat.

Fungsi pendidikan karakter menurut Zubaedi (2012, hlm. 18) dibagi menjadi tiga fungsi utama,
yakni: Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi Agar perserta didik mampu
mengembangkan potensi dalam dirinya untuk berpikir baik, berhati nurani baik, dan berperilaku
baik dan berbudi luhur. Fungsi untuk penguatan dan perbaikan Memperbaiki dan menguatkan
peran individu, keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan
tanggung jawabnya dan berpartisipasi dalam mengembangkan potensi kelompok, instansi, atau
masyarakat secara umum. Fungsi penyaring Pendidikan karakter dapat digunakan agar
masyarakat dapat memilih dan memilah budaya bangsa sendiri dan dapat menyaring budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa sendiri yang berbudi
luhur.

Setelah mengetahui pengertian, tujuan, fungsi Pendidikan karakter para orang tua sebaiknya
melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung Pendidikan karakter. Hal tersebut juga bisa
dilakukan secara langsung, secara intensif dan bisa diukur tingkat keberhasilannya. Karena
Pendidikan karakter merupakan hal yang krusial dalam dunia Pendidikan maka pelaksanaannya
harus di lakukan dengan tata cara dan metode yang benar supaya tidak terjadi hal yang tidak di
inginkan.

Strategi pelaksanaan Pendidikan karakter harus di laksanakan dengan benar supaya dapat
melaksanakan semua tujuan dan fungsi nya. Dalam Panduan Pelaksaan Pendidikan Karakter
(Kemendiknas 2010, hlm. 15-17) Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan
merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang
terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan
pendidikan. Masih dari Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kemendiknas, agar
pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara optimal, pendidikan karakter dapat di
implementasikan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Sosialisasi ke stakeholders (komite sekolah, masyarakat, dan lembaga-lembaga lainnya).


2. Pengembangan dalam kegiatan sekolah.
3. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran.
4. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar, melalui:
a. Kegiatan rutin
b. Kegiatan spontan
c. Keteladanan
d. Pengondisian
5. Kegiatan ekstra kurikuler.
6. Menanamkannya melalui kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.
Referensi :

1. Amirulloh. (2015). Teori Pendidikan Karakter Remaja. Bandung: Alfabeta.


2. Kesuma, Dharma. (2013). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
3. Muhamimin Azzet, Akhmad. (2014). Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia:
Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
4. Mulyasa, H.E. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
5. Salahudin, Anas & Alkrienciechie, Irwanto. (2013). Pendidikan Karakter (Pendidikan
Berbasis Agama Dan Budaya Bangsa). Bandung: Pustaka Setia.
6. Samani, Muchlas & Hariyanto. (2013). Konsep Dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Posdakarya.
7. Wibowo, Agus. (2013). Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
8. Zubaedi. (2012). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Grub.
9. Zusnani, Ida. (2012). Manajemen Pendidikan Berbasis Karakter Bangsa. Jakarta Selatan:
Tugu Publisher.
10. Prajnidita Zaeny Rahmalah, Puji Astuti, Larasati Pramessetyaningrum, Susan. (2019).
Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Pembentukan Karakter Anak Usia Dini.
Purwokerto: Universitas Muhammadiyah.

C. Simpulan

Jadi untuk meminimalisir efek pasca pandemi yang membuat banyak pelajar ketergantungan
terhadap gadget contohnya jelasnya smartphone yang sekarang masih dapat di minimalisir
dengan memberikan pendidikan karakter kepada semua kalangan pelajar. ilmu dasar tentang
teknologi juga harus di imbangi dengan Pendidikan karakter terhadap anak-anak. Di pasca
pandemic ini, menyadarkan kita akan potensi luar biasa internet yang berpengaruh ke dalam
berbagai bidang, salah satunya pada bidang Pendidikan. Pendidikan kepribadian didefinisikan
sebagai penggunaan sadar dari semua aspek kehidupan sekolah untuk mempromosikan
pengembangan kepribadian yang optimal. Laharjo mendefinisikan pendidikan karakter sebagai
keseluruhan proses pendidikan yang memadukan ranah moral dan sosial dalam kehidupan
seorang siswa, memungkinkannya untuk hidup mandiri, dan memiliki prinsip tanggung jawab
yang benar. Tujuan pendidikan karakter menurut adalah untuk mendorong peserta didik agar
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
terwujud dalam perilaku sehari-hari, Fungsi untuk penguatan dan perbaikan Memperbaiki dan
menguatkan peran individu, keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk
melaksanakan tanggung jawabnya dan berpartisipasi dalam mengembangkan potensi kelompok,
instansi, atau masyarakat secara umum.

Anda mungkin juga menyukai