Dosen Pengampu
Kelompok 3 :
KONSENTRASI PGPAUD
PROGRAM STUDI PEDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2024
Model Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Bermain Peran Untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial
Kurniawati Astuti, Azalia Rizkini Pratiwi
Email : niaikroman@gmail.com, azaliarizkini7@gmail.com
ABSTRAK
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan dengan pesat bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa ini proses
pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang
cepat dan tepat. Pendidikan anak usia dini merupakan hal yang paling mendasar dan
tidak dapat diabaikan karena merupakan dasar bagi keberhasilan Pendidikan
selanjutnya. Adapun menurut peraturan Menteri Pendidikan Dasar, dan Pendidikan
Menengah Peraturan ini mengatur mengenai standar kompetensi lulusan pada
berbagai jenjang Pendidikan, termasuk PAUD (Kemendiknud 2022).
Anak dilahirkan belum bersifat social. Dalam arti dia belum memiliki
kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan social,
anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain.
Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman
bergaul dengan orang-orang dilingkungannya, baik orangtua, suadara, teman sebaya
ataupun orang dewasa lainnya. ( Mubiar, 2008)
Keterampilan social harus dikembangkan sejak dini, karena anak yang dapat
melakukan hubungan social secara baik dengan lingkungannya akan memiliki dasar
dan mempunya kemampuan untuk meraih keberhasilan di masa yang akan datang.
Keterampilan sosial dapat diperoleh anak melalui proses sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya. Perkembangan sosial merupakan salah satu aspek dalam ruang
lingkup perkembangan anak usia dini. Ketika perkembangan sosial terstimulus
dengan baik maka akan menunjang keterampilan sosial yang baik pula bagi anak.
Keterampilan sosial anak sangat diperlukan dalam kehidupan bersosial atau
bermasyarakat. Anak yang memiliki keterampilan sosial yang baik akan lebih efektif
dalam menjalin hubungan sosial dengan lingkungannya karena ia mampu memilih
dan melakukan perilaku yang tepat yang sesuai dengan tuntutan dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya dengan sangat mudah. Keterampilan
social merupakan strategi yang digunakan oleh seseorang untuk berusahan memulai
dan mempertahankan intekasi social. Menurut (Fatmawati,2010) menyatakan bahwa
keterampilan social adalah keterampilan anak untuk membina hubungan anatr pribadi
dalam berbagai lingkungan dan kelompok social.
Kemampuan keterampilan social anak sangat penting untuk anak, hal ini akan
menjadi bekal saat anak memasuki dunia pergaulan yang lebih luas, Dimana
pengaruh teman-teman dan lingkungan sosiaal akan mempengaruhi kehidupannya.
Anak harus diajarkan memiliki keterampilan social sejak dini yang bisa didapatkan
dari lingkungan keluarga, Masyarakat dan lingkungan sekolah, yaitu pertama kali
anak memasuki sekolah seperti Taman Kanak-Kanak (TK). Hal tersebut tercermin
dalam Capaian Pembelajaran untuk satuan PAUD (TK/RA/BAKB,SPS,TPA).
Kurikulum Merdeka pada salah satu komponen penting dari kesiapan bersekolah
yang dapat di dukung salah satunya dengan keterampilan social yang memadai untuk
berinteraksi sehat dengan teman sebaya. (Capaian Pembelajaran untuk satuan PAUD,
2022).
Model pembelajaran dapat dikatakn sebagai suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dikelas atau yang lain. Model
pembelajaran dapat dijadikan pola fikir, artinya para guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Salah
satu model yang dapat digunakan agar anak dapat mengikuti pembelajaran dengan
baik dan dalam penerapannya lebih efektif adalah dengan menggunakan Teknik
bermain peran.
Teknik bermain peran adalah suatu proses pembelajaran, artinya anak dapat
berperan langsung denga napa yang telah dilihatnya. Bermain peran makro yaotu
anak secara langsung memerankan peran yang mereka inginkan dan menggunakan
alat bermain yang sesungguhnya. Dengan melaksanakan Teknik bermain peran anak
dapat menyelesaikan perasaan orang lain tanpa ikut larut didalamnya, menurut (Latif,
2014) bermain peran makro merupakan anak bermain menjadi tokoh menggunakan
alat berukuran seperti sesungguhnya yang digunakan anak untuk menciptakan dan
memainnkan peran. Ada bebrapa mecam bermain peran makro yang dapat dilakukan
pada anak yaitu mengenai profesi seperti dokter, perawat, guru, petani, penjual dan
pembeli. ((Zahwa, dkk. 2018).
a. Menjelaskan
Penerapan pembelajaran berdasarkan simulasi, para pemain harus
memahami aturan-aturan yang cukup memadai untuk bisa melaksanakan
aktivitas simulasi. Namun bukanlah hal yang penting untuk membuat
anak memiliki pemahaman penuh tentang simulasi pada waktu awal.
Sebagaimana dalam kehidupan nyata, beberapa aturan menjadi relevan
hanya pada saat aktivitas proses dan bukan pada tahap awal.
b. Mewasiti
Guru harus memandang simulasi sebagai keadaan yang menuntut
partisipasi aktif siswa dan sebab itulah, ada kebebasan untuk berubah,
dan siswa diberikan lebih banyak kesempatan untuk berbicara. Guru
harus bertindak sebagai wasit yang melihat apakah peraturan benar-
benar diikuti dan ditaati. namun guru, atau siapa pun yang melakukan
ini, seharusnya tidak terlalu ikut campur dalam aktivitas permainan.
c. Melatih
Guru harus betindak sebagai pelatih ketika dibutuhkan, memberikan
nasihat pada pemain untuk memudahkan mereka dalam bermain dengan
lebih baik, yakni untuk memaksimalkan kemungkinankemungkinan
simulasi secara penuh. Sebagai seorang pelatih, guru haruslah menjadi
penasihat yang sportif, bukan seorang pendakwah atau seorang ahli
suatu disiplin ilmu. Dalam simulasi, siswa berpotensi melakukan
kesalahan dan menerima konsekuensi dari segala hal yang dilakukannya,
terutama siswa bisa belajar banyak hal dari simulasi ini.
d. mendiskusikan
Setelah melewati beberapa sesi, diperlukan diskusi yang membahas hal-
hal berikut, seperti bagaimana eratnya kaitan simulasi tersebut dengan
dunia nyata, kesulitan dan pandangan apa yang dimiliki siswa, dan
hubungan apa yang bisa ditemukan antara simulasi dengan materi yang
dipelajari.
Tujuan dari bermain peran makro menurut (Latif dkk, 2013) adalah:
a. Mengembangkan interaksi sosial dan bahasa anak. Bermainperan ini bisa
meningkatkan keterampilan sosial dikarenakan dalam bermain anak secara
langsung memerankan peran-peran yang sering mereka temui di lingkungannya
bersama dengan teman yang lainnya. Anak cenderung menyukai permainan ini
karena pada hakikatnya anak itu suka meniru dan peniru yang ulung.
b. Membangun rasa empati, mengambil sudut pandang spasial, afeksi. Anak dapat
mengasah rasa empati nya melalui bermain peran dikarenakan dalam bermain peran
anak bermain bersama teman lainnya dengan alat bermain yang sesungguhnya dan
mengharuskan anak untuk menggunakan alat bermain peran secara bergantian
Bermain peran makro sangat banyak manfaatnya bagi anak usia dini, semua
manfaat dari bermain peran makro akan mendukung anak dalam memiliki
kemampuan untuk memisahkan pikiran dari kegiatan dan benda, kemampuan
menahan dorongan hati dan menyusun tindakan yang di arahkan sendiri dengan
sengaja dan fleksibel, dan kemampuan membedakan imajinasi dan realitas.
Bermain peran makro ini baik untuk meningkatkan keterampilan sosial anak
karena anak secara langsung berinteraksi dengan teman ketika bermain peran.
Bermain peran ini juga sangat disukai dikalangan anak karena hendaknya anak itu
adalah peniru yang ulung. Anak suka memerankan peran peran yang mereka jumpai
dan menirukan peran-peran yang ada di sekitar mereka.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSKATA