Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Sosialisasi

Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan


Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

Sosialisasi Keluarga Dalam Membentuk Kepribadian Anak


(Studi Pada Keluarga Rumah Tangga Guru Ma Islamiyah)

Oktovie Ekgea Sawitri1, Imran2, Iwan Ramadhan3


1,2,3
Program Studi Pendidikan Sosiologi, Universitas Tanjungpura, Indonesia
oktovie.ekgeasawitri15@gmail.com1, imran@fkip.untan.ac.id2, iwan.ramadhan@untan.ac.id3

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Sosialisasi Keluarga Dalam Membentuk
Kepribadian Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Rumah Tangga Guru MA Islamiyah Pontianak. Penelitian
ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun informan dalam penelitian ini
berjumlah 8 orang, yaitu terdiri dari 4 orangtua dan 4 anak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam membentuk kepribadian anak diperlukan sosialisasi primer berupa nilai sosial, norma, nilai budaya,
dan pendewasaan diri, sedangkan dalam sosialisasi sekunder berupa interaksi dan pembauran dengan
lingkungan, penyesuaian diri, dan peran-peran sosial. Orangtua mengajarkan sosialisasi dengan anak
seperti bersikap sopan dengan orang lain, berdoa sebelum makan, membantu orangtua, beribadah seperti
sholat dan ngaji, bergaul dengan orang lain tanpa memandang suku, bersikap ramah dengan orang lain,
mengetahui perannya di rumah dan di lingkungan masyarakat.

Kata Kunci: Sosialisasi, Keluarga, Kepribadian Anak

ABSTRACT
The purpose of this study is to find out the Socialization of Families in Shaping Children's
Personalities (Case Study on Household Families of Ma Islamiyah Pontianak Teachers. This study uses case
study method with qualitative approach. The data collection techniques in this study use observation,
interview, and documentation. The informants in this study numbered 8 people, consisting of 4 parents and 4
children. The results of this study show that in shaping the personality of children, primary socialization is
required in the form of social values, norms, cultural values, and self-maturity, while in secondary
socialization in the form of interaction and interaction with the environment, self-adjustment, and social
roles. Parents teach socialization with children such as being polite with others, praying before meals,
helping parents, worshipping such as praying and ngaji, associating with others regardless of ethnicity,
being friendly with others, knowing their role at home and in the community.

Keywords: Socialization, Family, Child Personality

PENDAHULUAN
Di era modern ini, keluarga menjadi salah satu media sosialisasi pertama yang
diajarkan kepada anaknya. Orang tua akan mengajari anaknya apa yang dianggap baik dan
benar dalam kehidupan bermasyarakat agar dapat mempengaruhi kepribadiannya di masa
depan. Di dalam lingkungan tertentu, hal yang utama terhadap anak yaitu orang tua,
sehingga melalui lingkungan ini diharapkan anak agar dapat memahami dunia sekitar serta
pola sosial yang dipakai di dalam kehidupan sehari-hari, dan melalui lingkungan tersebut
pula anak diharapkan agar dapat mengalami proses sosialisasi awal (primer). Sosialisasi
pada prosesnya dimana seseorang mulai belajar untuk memahami perilaku (Anwar, 2018)
terkait yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di dalam lingkungan masyarakat
(Soedarmo & Suryana, 2019).
Teori utama yang mengkaji hal sosialisasi yaitu teori fungsionalisme struktural
yang dikemukakan oleh Talcott Parson. Ia percaya bahwa realitas merupakan suatu sistem
sosial, di mana setiap bagian-bagian yang terkait dengan keseluruhan serta menafsirkannya

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 10


Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

sesuai dengan fungsi dari keseluruhan sistem (Turama, 2018). Semua tindakan diharuskan
berorientasi pada tujuan dan memperhatikan tujuan terhadap individu lain. Melalui
sosialisasi, seseorang akan memahami perannya dalam masyarakat sehingga mampu
bertindak sesuai dengan peran dan aturan sosial yang ada dalam masyarakat tersebut.
Sesuai dengan norma sosial yang berlaku, setiap individu akan mampu saling
berkoordinasi dan menyesuaikan pola tingkah laku di dalam interaksi sosial (Munisa,
2020).
Sosialisasi merupakan suatu proses yang dilakukan di dalam mempelajari suatu
nilai, norma, kebiasaan, tingkah laku, serta semua hal yang terkait dengan proses tersebut
yang dilakukan secara efektif sehingga individu dapat berpartisipasi secara efektif di dalam
menjalani kehidupan sosialnya dalam sehari-hari (Lindriati et al., 2017). Sosialisasi
berkembang dari lingkungan kecil seperti keluarga, seperti halnya lingkungan komunitas,
keluarga terus berkembang. Seorang anak adalah seseorang ketika dia dilahirkan, dan
kemudian tumbuh menjadi seseorang. Anak yang dibiasakan bersosialisasi sejak kecil akan
membentuk pribadi yang memahami norma, tingkah laku, nilai dan peran sosial yang ada
di lingkungan masyarakat. Sosialisasi memiliki dua jenis bentuk diantaranya yaitu
sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder (Mubaroka & Harianto, 2016).
Sosialisasi primer diatikan sebagai sosialisasi pertama, dimana sosialisasi ini
diterapkan oleh setiap individu pada umumnya semasa masih kecil dan pada tahap ini,
keluarga merupakan peran yang sangat penting, karena seorang anak akan melakukan dan
meniru pola interaksi yang ada dalam keluarganya, serta menjadikan sosialisasi ini sebagai
gerbang dalam menuju lingkungan yang ada di masyarakat (Yudhapramesti, 2016). Selain
itu, terdapat juga sosialisasi sekunder, yang diartikan sebagai sosialisasi setelah adanya
sosialisasi primer. Dalam sosialisasi ini, merupakan sosialisasi yang dilakukan dengan
tujuan memperkenalkan seorang individu ke dalam lingkungan yang lebih luas lagi atau
yang disebut dengan masyarakat, ataupun teman-teman, serta disebut juga sebagai proses
sosialisasi yang berada di luar lingkungan keluarga (Mubaroka & Harianto, 2016). Dari
definisi tersebut, dapat digolongkan bahwa keluarga merupakan salah satu agen sosialisasi
primer.
Keluarga didefinisikan dan dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang ada sebagai
bagian dari diri individu tersebut dan merupakan suatu bagian dalam lingkungan
masyarakat secara keseluruhan (Maknunah, 2017). Dalam lingkungan keluarga, orang tua
akan mengenalkan anaknya pada nilai-nilai budaya, norma sosial, dan segala aturan yang
ada di masyarakat, disinilah anak mengalami disiplin pertama yang diperkenalkan dalam
proses interaksi dan kehidupan sosial.
Interaksi antar anggota keluarga membuat anak menyadari bahwa dirinya adalah
individu dan pribadi yang sosial. Keluarga adalah agen sosial utama sebelum seorang anak
atau seseorang mengenal dunia yang lebih luas (yaitu masyarakat). Orang tua adalah agen
penting dan memainkan peran penting dalam proses sosialisasi dasar ini. Dalam
lingkungan keluarga, anak mulai menyadari norma, nilai, dan kebiasaan yang diterapkan di
lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, sosialisasi juga berperan dalam membentuk
kepribadian seseorang. Kepribadian dapat diartikan sebagai suatu sifat yang terdapat dalam
seorang individu dalam bentuk naluri, ataupun dorongan dan kecenderungan yang
diperoleh melalui pengalaman yang ia temukan pada individu lain, ataupun juga dapat
diartikan sebagai sifat dan cara yang unik dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar
(Karim, 2020).
Sosialisasi keluarga dilakukan dengan tujuan mendidik seorang anak dimulai dari
masa awal hingga terbentuknya kemandirian anak dan dibimbing pada masa

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 11


Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

pertumbuhannya agar anak memiliki cara berperilaku, bersikap, hingga bertindak yang
sesuai dengan norma dan nilai yang ada dan berlaku di lingkungan masyarakat (Yulia,
2018). Pada dasarnya, dalam membentuk suatu kepribadian seseorang, sosialisasi dapat
memengaruhi proses dalam pembentukan kepribadian, hal ini dikarenakan sosialisasi
memegang peranan yang penting, karena setiap individu dapat membentuk kepribadian
seseorang melalui proses sosialisasi itu sendiri (Fadli, 2016). Namun pada kenyataannya
sosialisasi yang tidak seutuhnya didapat dari orangtua kepada anak dapat menyebabkan
kepribadian anak yang tidak baik maka dari itu kita dapat menyimpulkan bagaimana
pentingnya dalam membentuk kepribadian anak sehingga dapat mengatur berbagai hal,
seperti hal baik dan buruk bagi kehidupan seseorang.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 23 November 2020
peneliti memperoleh informasi dari wawancara bersama salah seorang guru yaitu RW
dimana diperoleh diketahui jumlah masing-masing anak dari setiap anggota keluarga, RW
yang perkerjaannya sebagai guru SKI dan Akidah akhlak berumur 46 Tahun memiliki 3
orang anak yang beralamatkan di Jalan Tanjung Raya 2 Gang. H. Sulaiman, sedangkan EY
yang perkerjaannya sebagai guru TIK berumur 47 Tahun memiliki 2 orang anak yang
beralamatkan di Jalan Kom Yos Sudarso Gang. Lamtoro, lalu YI yang perkerjaannya
sebagai guru sosiologi berumur 44 Tahun memiliki 2 orang anak yang beralamatkan di
Jalan Dr. Wahidin Gang. Sepakat 2A, dan BS yang perkerjaannya sebagai guru fikih
berumur 50 Tahun memiliki 4 orang anak yang beralamatkan di Jalan Prof. M. Yamin
Gang. Swakarya 3. Sehingga penulis akan melakukan penelitian terkait bagaimana
orangtua di dalam suatu keluarga tersebut menerapkan fungsi sosialisasi didalam keluarga.
Dari hal tersebut, penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana sosialisasi keluarga
dalam membentuk kepribadian anak (studi kasus pada keluarga rumah tangga guru MA
Islamiyah Pontianak, baik sosialisasi keluarga secara primer maupun sosialisasi keluarga
secara sekunder dalam membentuk kepribadian anak pada keluarga guru MA Islamiyah
Pontianak. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apa saja pelaksanaan
sosialisasi keluarga secara primer maupun pelaksanaan sosialisasi keluarga secara
sekunder dalam membentuk kepribadian anak pada keluarga guru MA Islamiyah
Pontianak.

METODE PENELITIAN
Terkait dengan hal yang akan diteliti, maka di dalam penelitian ini maka metode
yang dipakai yaitu dengan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus,
dimana metode kualitatif merupakan metode yang digambarkan untuk meneliti pada obyek
yang alamiah dan pada metode ini, bahwa peneliti dijadikan sebagai instrumen kunci
(Sugiyono, 2016), serta metode ini juga dipakai menjadi prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang maupun
perilaku yang dapat diamati oleh panca indera (Moleong, 2019). Penelitian ini juga
menggunakan studi kasus. Studi kasus yaitu salah satu jenis penelitian yang dipakai guna
menjawab terkait isu atau obyek terhadap suatu fenomena salah satunya fenomena di
dalam cabang ilmu sosial dan memberikan penekanan kepada kasus yang akan dianalisis
(Nur’aini, 2020). Lokasi peneitian ini terletak di MA Islamiyah di Jl. Imam Bonjol No.88,
Bansir Laut, Kec. Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78124.
Instrumen utama penelitian sosialisasi keluarga dalam membentuk kepribadian anak ini
adalah peneliti sendiri.
Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dimana data yang diperoleh
langsung kepada pengumpul data. Sumber data primer didapat melalui wawancara dengan

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 12


Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

informan. Adapun informan dalam penelitian ini adalah guru di MA Islamiyah.


Sebaliknya, data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung kepada
pengumpul data, seperti bentuk dokumen berupa jurnal sebagai literatur dan bentuk
observasi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik obeservasi yang dimana
peneliti turut serta berperan aktif dalam melakukan pengamatan di dalam suatu kelompok
rumah tangga guru di MA Islamiyah Pontianak. Selain observasi, teknik wawancara juga
dipakai dalam penelitian ini, bahwa teknik ini dilakukan dengan cara menyajikan dan
mengajukan setiap pertanyaan terstruktur yang terkait dengan hal yang akan diteliti karena
peneliti memakai pedoman wawancara yang sudah disusun secara sistematis dan lengkap
dalam mengumpulkan data yang akan peneliti cari. Dalam hal ini, wawancara dilakukan
dengan anak orangtua dan guru yang mengajar di MA Islamiyah Pontianak. Teknik
dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi berupa sumber gambar dan
foto selama melakukan penelitian.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pedoman
wawancara, panduan observasi serta dokumentasi. Data yang didapat dari hasil observasi
dan wawancara di reduksi oleh peneliti. Pada bagian ini, penyerderhanaan data dilakukan
dengan tahap seleksi, pemfokusan dan keabsahan data mentah disederhanakan menjadi
informasi yang bermakna, sehingga memudahkan peneliti dalam mengambil suatu
kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sosialisasi Keluarga Secara Primer Dalam Membentuk Kepribadian Anak Pada


Keluarga Guru MA Islamiyah Pontianak

Berdasarkan hasil observasi tentang sosialisasi secara primer pada tanggal 22


Februari 2021 dengan Ibu RW, 20 Februari 2021 dengan Bapak BS, tanggal 01 Maret 2021
dengan Ibu YI, dan tanggal 04 Maret 2021 dengan Ibu EY. Diperoleh hasil observasi
sebagai berikut.

a) Internalisasi nilai-nilai
Pada hasil yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai internalisasi nilai-nilai
yang dimana peneliti melakukan observasi di lingkungan rumah Ibu RW yaitu orang tua
dari KS. Peneliti mengamati bagaimana orangtua menanamkan nilai-nilai dan norma
kepada KS. Terlihat pada gambar di atas merupakan contoh dari internalisasi nilai nilai
yang dimana KS anak dari Ibu RW menerapkan salah satu contoh dari norma kesopanan
dan kesusilaan yaitu sebelum berangkat KS berpamitan dahulu dengan orangtua nya dan
mencium tangan orangtua nya sebelum berangkat pergi. Maka daripada itu internalisasi
nilai nilai sosial berjalan dengan baik. Kemudian peneliti melakukan observasi di
lingkungan rumah Bapak BS yaitu orang tua dari EL. Peneliti mengamati bagaimana
orangtua menanamkan nilai-nilai kepada EL. EL anak dari bapak BS sedang mencium
tangan bapak nya selesai sholat dan berpakaian yang baik dan sopan. Ini merupakan salah
satu contoh pelaksanaan sosialisasi primer dalam internalisasi nilai nilai berupa norma
kesopanan dan norma kebiasaan yang dimana EL berpakaian yang sopan dan kebiasaan
mencium tangan orangtua nya selesai sholat. Maka daripada itu internalisasi nilai nilai
sosial berjalan dengan baik.

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 13


Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

Peneliti juga melakukan observasi di lingkungan rumah Ibu YI yaitu orang tua dari
AZ. Peneliti mengamati bagaimanaorangtua menanamkan nilai-nilai kepada AZ. Contoh
dari internalisasi nilai nilai yang dimana AZ anak dari Ibu YI menerapkan salah satu
contoh dari norma agama yaitu AZ anak dari ibu YI diajarkan mengaji tujuan dari Ibu YI
mengajarkan anaknya mengaji adalah agar anak mengetahui dan memahami apa yang
diajarkan. Peneliti melakukan observasi di lingkungan rumah Ibu EY yaitu orang tua dari
EF. Peneliti mengamati bagaimana orangtua menanamkan nilai-nilai kepada EF. EF anak
dari Ibu EY sedang mengaji. Hal ini merupakan salah satu contoh pelaksanaan sosialisasi
primer dalam internalisasi nilai nilai berupa norma keagamaan yang dimana EF diajarkan
oleh orangtuanya untuk mengaji selepas EF melakukan sholat magrib. Maka daripada itu
internalisasi nilai nilai sosial berjalan dengan baik.
Orangtua sebagai agen sosialisasi primer dalam menanamkan internalisasi nilai-
nilai telah terlaksana KS anak Ibu RW menerapkan norma kesopanan dan kesusilaan yang
dimana sebelum berangkat pergi ke masjid KS berpamitan dan mencium tangan
orangtuanya, dan EL anak dari Bapak BS menerapkan norma kesopanan dan kebiasaan
yang dimana EL berpakaian dengan sopan dan mencium tangan orangtuanya selesai sholat
yang dimana itu sudah menjadi kebiasaan EL. Hal ini merupakan contoh dari pelaksanaan
internalisasi nilai-nilai.
Internalisasi dapat diartikan sebagai proses di dalam menanamkan suatu nilai
kepada individu ataupun dapat disebut juga dengan membina individu tersebut dan tujuan
dari internalisasi tersebut yaitu dapat membentuk pola pikir individu tersebut di dalam
melihat makna realitas suatu pengalaman (Hamid, 2016). Hal ini juga diperkuat dengan
hasil wawancara yang peneliti lakukan, dimana orangtua menanamkan internalisasi kepada
anak dan anak tersebut juga menerapkan atau melaksanakan apa yang diajarkan
orangtuanya.

b) Enkulturasi
Pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai enkulturasi
yang dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu EY. Peneliti mengamati bagaimana
Ibu EY mengajari EF tentang enkulturasi.Ibu EY sedang mengajari EF tentang enkulturasi
yang dimana anak diajarkan pembiasaan yang baik seperti pendampingan secara agama
sehingga sikap tersebut menjadi pola yang mantap untuk mengatur tindakkan nya. Maka
daripada itu enkulturasi berjalan dengan baik. Kemudian peneliti melakukan observasi di
lingkungan rumah Bapak BS yaitu orang tua dari EL. Peneliti mengamati bagaimana bapak
BS mengajarkan enkulturasi kepada EL. Dari hasil observasi yang didapatkan EL anak
bapak BS sering berada di pesantren sehingga bapak BS mengajarkan enkulturasi kepada
EL hanya dengan ucapan mengenai budaya melayu.
Selanjunya pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai
enkulturasi yang dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu YI. Peneliti mengamati
bagaimana Ibu YI mengajari AZ tentang enkulturasi. Ibu YI sedang mengajari AZ tentang
enkulturasi yang dimana anak diajarkan pembiasaan yang baik contohnya seperti anak
diajarkan untuk bersalaman dengan orangtuanya selesai sholat. Dari pembiasaan tersebut
maka dapat membentuk pribadi anak. Maka daripada itu enkulturasi berjalan dengan baik.
Pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai enkulturasi yang
dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu RW. Peneliti mengamati bagaimana Ibu
RW mengajari KS tentang enkulturasi. KS anak dari Ibu RW sedang menerapkan
enkulturasi yang diajarkan oleh orangtuanya, yang dimana KS diajarkan oleh Ibu RW
untuk belajar tanggung jawab yaitu berupa menjaga mainan yang telah diberikan oleh

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 14


Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

orangtuanya dan selepas bermain tidak lupa KS mengemaskan mainannya kembali agar
mainan tersebut tidak rusak. Maka daripada itu enkulturasi berjalan dengan baik.
Dalam proses membudayakan seorang individu, bahwa individu harus dapat
mempelajari hingga menyesuaikan pikirannya serta sikapnya dengan adat, sistem norma
dan nilai yang hidup dalam kebudayaannya, serta ditransmisikan dari satu generasi kepada
generasi berikutnya (Latuheru & Muskita, 2020). Oleh karena itu, proses pelatihan sudah
dimulai di benak warga sosial. Pertama, orang-orang di lingkungannya bermain, kemudian
teman-temannya bermain. Keluarga sebagai agen sosialisasi primer, bahwa peran orang tua
dalam mendidik anak merupakan hal yang sangat penting (Nurjayanti et al., n.d.).
Orangtua sebagai lembaga yang memiliki peran penting dalam enkulturasi telah
terlaksana yang dimana Ibu EY sedang mengajari EF tentang enkulturasi seperti
pembiasaan yang baik contohnya pendampingan secara agama, hasil observasi juga
diperkuat dengan wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan EY dan EF.

c) Pendewasaan Diri
Pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai pendewasaan
diri yang dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu YI. Peneliti mengamati
bagaimana Ibu YI mengajari AZ tentang pendewasaan diri. Ibu YI yang sedang menemani
AZ makan. Ini merupakan salah satu bentuk pendewasaan diri yang diajarkan Ibu YI
kepada AZ. Maka daripada itu pendewasaan diri berjalan dengan baik. Kemudian pada
hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai pendewasaan diri yang
dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu RW. Peneliti mengamati bagaimana Ibu
RW mengajari KS tentang pendewasaan diri. KS anak dari Ibu RW yang sedang mandi
sendiri, hal ini merupakan salah satu bentuk pendewasaan diri yang diajarkan oleh Ibu RW
kepada anaknya agar anak kedepannya bisa belajar untuk bersikap mandiri. Maka daripada
itu pendewasaan diri berjalan dengan baik.
Selanjutnya pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai
pendewasaan diri yang dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu EY. Peneliti
mengamati bagaimana Ibu EY mengajari EF tentang pendewasaan diri. EF anak dari Ibu
EY yang sedang merapikan tempat tidurnya, hal ini diajarkan oleh orangtua untuk
merapikan tempat tidur selesai tidur dan hal ini juga diterapkan oleh EF setiap harinya. Hal
ini dilakukan agar anak kedepannya bisa belajar untuk bersikap mandiri. Maka daripada itu
pendewasaan diri berjalan dengan baik. Pada hasil observasi yang dilakukan peneliti
diperoleh data mengenai pendewasaan diri yang dimana peneliti melakukan observasi
dengan Bapak BS. Peneliti mengamati bagaimana Bapak BS mengajari EL tentang
pendewasaan diri. Dari hasil yang didapat Bapak BS mengajarkan anaknya tentang
pendewasaan diri yaitu melalui pesantren. Jadi EL dimasukkan kepesantren sehingga EL
bisa belajar untuk mandiri sehingga EL bisa bersikap dewasa untuk dirinya sendiri. Dalam
menerapkan sosialisasi primer di dalam keluarga, orangtua mengajarkan anak untuk
bersikap sesuai dengan nilai sosial dan norma sosial. Anak juga diajarkan oleh orangtuanya
berupa enkulturasi, internalisasi dan pendewasaan diri. Maka dapat disimpulkan dalam
observasi pelaksanaan sosialisasi secara primer ini sudah berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 9 Januari – 4 Maret 2021. Bahwa secara umum peneliti dapat mengatakan bahwa
sosialisasi di dalam keluarga sudah dapat berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan
terlaksananya sosialisasi secara primer dan sekunder.
Pada pelaksanaan sosialisasi primer yaitu dengan menekankan pada nilai dan norma
norma yang ada seperti menghormati yang lebih tua, menjaga sopan santun, bersikap

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 15


Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

teladan, beribadah, bersikap mandiri, membantu orang lain, menasehati anak, mengajarkan
anak untuk bersikap tanggung jawab, menabung, jujur dalm berbicara, terbuka tentang
apapun, mencuci tangan sebelum makan, berdoa sesudah dan sbeelum makan, dan pamit
ketika ingin berpergian. Hasil observasi dan wawancara terhadap anak yaitu KS, EF, AZ,
dan EL diperoleh data bagaimana orangtua melaksanakan sosialisasi primer terhadap
kepribadian anak yaitu dengan mengajarkan anak untuk bersikap sesuai aturan dan norma
yang ada di keluarga ataupun lingkungan sekitarnya, kemudian orangtua juga menanamkan
nilai nilai social seperti nilai agama, nilai social, nilai keluarga, nilai ekonomi, nilai
kejujuran dan nilai kerja sama yang harmonis dan juga norma seperti norma kesopanan,
norma kesusilaan dan norma kebiasaan. Pada pelaksanaan sosialisasi sekunder yaitu
dengan mengajarkan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya seperti
bermain dengan teman, berbaur dengan keluarga dan lingkungan luar, mengikuti organisasi
yang ada di lingkungan rumah, membiarkan anak bermain dengan teman-temannya, anak
diajarkan agar dapat bersikap dengan sopan, ramah dan tidak boleh berkelahi dengan
temannya dan juga mengajarkan anak untuk mengerti perannya di keluarga dan di
lingkungan luar. Pada hasil observasi dan wawancara terhadap anak yaitu KS, EF, AZ, dan
EL diperoleh data bagaimana orangtua melaksanakan sosialisasi sekunder terhadap
kepribadian anak yaitu dengan mengajak anak untuk berkenalan dengan lingkungan nya,
membebaskan anak bermain dengan teman sebaya nya, dan anak juga mengetahui
perannya sebagai anak,abang, dan adik dikeluarganya dan juga anak juga tau perannya
disekolah
Orangtua sebagai pembentuk kepribadian anak dalam mengajarkan anak tentang
pendewasaan diri telah terlaksana yang dimana Ibu YI yang membiasakan anaknya untuk
bersikap mandiri seperti pada gambar AZ yang sedang makan sendiri tanpa harus dibantu
oleh orangtua. Ini merupakan salah satu contoh bentuk kemandirian anak yang bisa
mendewasakan anak. Gambarannya, ketika seseorang telah mencapai keseimbangan
mental dan pola pikir dalam setiap perkataan dan perbuatannya”. Hasil observasi juga
diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan informan yaitu Ibu YI dan anaknya AZ.
Dari hal tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa orangtua berperan sebagai agen
sosialisasi, yang dimana dari hasil penelitian saya orangtua mengajarkan anaknya tentang
internalisasi nilai-nilai, enkulturasi dan pendewasaan diri. Internalisasi nilai nilai seperti
nilai sosial, norma sosial, dan nilai budaya. Enkulturasi seperti nilai dan norma kebudayaan
yang dialami individu selama hidupnya dan pendewasaan diri seperti mengajarkan anak
untuk bersikap dewasa.

2. Pelaksanaan sosialisasi keluarga secara sekunder dalam membentuk kepribadian


anak pada keluarga guru MA Islamiyah Pontianak
Berdasarkan hasil observasi tentang sosialisasi secara sekunder pada tanggal 22
Februari 2021 dengan Ibu RW, 20 Februari 2021 dengan Bapak BS, tanggal 01 Maret 2021
dengan Ibu YI, dan tanggal 04 Maret 2021 dengan Ibu EY. Diperoleh hasil observasi
sebagai berikut.

a) Interaksi dan Pembauran


Berdasarkan hasil observasi sosialisasi secara sekunder yang dilakukan peneliti
diperoleh data mengenai interaksi dan pembauran yang dimana peneliti melakukan
observasi di lingkungan rumah Ibu YI. Peneliti mengamati bagaimana AZ anak Ibu YI
menerapakan sosialisasi secara sekunder. AZ sedang bermain dengan teman temannya
yang dimana ini merupakan salah satu contoh dari interaksi dan pembauran dengan

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 16


Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

lingkungan. Dimana AZ sedang berbicara dengan temannya dan mulai berbauran dan
beradaptasi dengan lingkungan sebayanya. Maka daripada itu sosialisasi secara sekunder
pada keluarga Ibu YI sudah berjalan dengan baik. Kemudian pada hasil observasi yang
dilakukan peneliti diperoleh data mengenai interaksi dan pembauran yang dimana peneliti
melakukan observasi dengan Ibu RW. Peneliti mengamati bagaimana Ibu RW mengajari
KS tentang interaksi dan pembauran. KS anak dari Ibu RW yang sedang berinteraksi
dengan orang yang lebih tua darinya, hal ini diajarkan oleh Ibu RW terkait interaksi dan
pembauran, yang dimana interaksi tersebut KS berbicara dengan yang lebih tua darinya
dan pembauran KS ikut bermain didalam kolam dengan yang lebih tua darinya. Maka
daripada itu interaksi dan pembauran berjalan dengan baik.
Selanjutnya pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai
interaksi dan pembauran yang dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu EY.
Peneliti mengamati bagaimana Ibu EY mengajari EF tentang interaksi dan pembauran. EF
anak dari Ibu EY sedang bermain dengan teman-temannya didekat rumah, terlihat EF yang
sedang berbicara dengan temannya dan bergabung didalam kelompok teman
sepermainnya, hal ini diterapkan EY atas apa yang telah diajarkan Ibu EY dirumah yang
mengajarkan anaknya untuk berinteraksi dan berbau dengan orang lain. Maka daripada
interaksi dan pembauran dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya pada hasil observasi yang
dilakukan peneliti diperoleh data mengenai interaksi dan pembauran yang dimana peneliti
melakukan observasi dengan Bapak BS. Peneliti mengamati bagaimana Bapak BS
mengajari EL tentang interaksi dan pembauran. Dari hasil observasi yang didapat dengan
bapak BS yaitu anak lebih banyak berinteraksi dan berbaur dengan lingkungan yang ada
dipesantren karena EL setiap harinya bertemu dengan teman teman yang ada dipesantren,
maka dari itu peneliti tidak mendapatkan hasil dokumentasi.
Orangtua sebagai pembentuk kepribadian anak dalam interaksi dan pemaburan
telah terlaksana dengan baik yang dimana AZ anak dari Ibu YI sedang bermain dengan
teman sebayanya. Terlihat pada gambar AZ sedang berinteraksi dan berbaur dengan
temannya untuk ikut bermain. Dalam hal ini, interaksi dapat terjadi dikarenakan adanya
hubungan terkait satu pihak dan pihak lainnya yang saling mempengaruhi.
Pada anak, interaksi yang terjadi dapat berupa tingkah laku yang diwujudkan
kepada individu lain dalam hubungan sosial antara anak dengan orang yang terdapat di
sekitarnya. Melalui interaksi, seorang anak akan belajar bagaimana cara memahami
perasaan satu sama lain dan menghargai sesama yang ada di sekitarnya dan dengan adanya
interaksi juga anak anak dapat berbaur dengan lingkungan nya sehingga terjalinnya suatu
hubungan sosial. Hasil obervasi juga diperkuat dengan wawancara peneliti dengan
informan yaitu Ibu YI dan anaknya AZ.

b) Penyesuaian Diri
Berdasarkan hasil observasi sosialisasi secara sekunder yang dilakukan peneliti
diperoleh data mengenai penyesuaian diri yang dimana peneliti melakukan observasi di
lingkungan rumah Ibu YI. Peneliti mengamati bagaimana AZ anak Ibu YI menerapakan
sosialisasi secara sekunder. AZ sedang berbaur dengan teman sebayanya, ia melibatkan
diri dalam relasi dengan orang lain dengan mencoba ikut bermain dengan temannya yang
dimana ini merupakan salah satu contoh dari penyesuaian diri. Maka daripada itu
sosialisasi secara sekunder pada keluarga Ibu YI sudah berjalan dengan baik. Kemudian
pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai penyesuaian diri
yang dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu RW. Peneliti mengamati bagaimana
Ibu RW mengajari KS tentang penyesuaian diri. KS anak dari Ibu RW sedang bermain

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 17


Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

mainan yang dimana mainan tersebut dimainkan bersama. Pada saat temannya memegang
mainan mobil-mobilan KS menghargai temannya untuk bermain bersama ini merupakan
salah satu contoh sikap dari pembauran. Maka daripada itu penyesuaian diri berjalan
dengan baik.
Selanjutnya pada hasil observasi yang dilakukan peneliti diperoleh data mengenai
penyesuaian diri yang dimana peneliti melakukan observasi dengan Ibu EY. Peneliti
mengamati bagaimana Ibu EY mengajari EF tentang penyesuaian diri. EF anak dari Ibu
EY sedang berkumpul dengan temannya yang dimana pada saat datang EF mencoba
menyesuaian apa yang ada dilingkungan tempatnya bermain dengan mengikuti apa yang
temannya bermain ini merupakan salah satu contoh sikap dari pembauran. Maka daripada
itu interaksi dan pembauran berjalan dengan baik. Pada hasil observasi yang dilakukan
peneliti diperoleh data mengenai penyesuaian diri yang dimana peneliti melakukan
observasi dengan Bapak BS. Peneliti mengamati bagaimana Bapak BS mengajari EL
tentang penyesuaian diri. Dari hasil observasi yang diperoleh bapak BS menitipkan
annaknya ke pesantren sehingga bentuk penyesuaian diri yang EL lakukan adalah
beradaptasi dengan lingkungan yang ada dipesantren contoh seperti menyesuaiakan diri
dengan teman sekamarnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai penyesuaian diri, AZ
anak dari Ibu YI telah melaksanakan sosialisasi sekunder dengan baik. Hal ini selaras yang
dimana AZ ikut bergabung dengan teman dan mencoba untuk mulai menyesuaikan diri
atau beradaptasi dengan temannya.

c) Peran Sosial
Berdasarkan hasil observasi sosialisasi secara sekunder yang dilakukan oleh
peneliti diperoleh data mengenai peran-peran sosial yang dimana peneliti melakukan
observasi di lingkungan rumah Ibu RW. Salah satu contoh dari sosialisasi secara sekunder
yang dimana KS anak dari Ibu RW yang sedang menjalankan perannya sebagai anak
dalam membantu orangtuanya di dalam rumah. Maka daripada itu pelaksanaan peran peran
sosial pada keluarga Ibu RW sudah berjalan dengan baik. Selanjutnya peneliti melakukan
observasi di rumah Bapak BS yaitu orangtua dari EL, peneliti mengamati bagaimana EL
anak Bapak BS menerapkan sosialisasi sekunder. Salah satu contoh pelaksanaan sosialisasi
secara sekunder yang berupa peran sosial. Bapak BS yang membuka warung di depan
rumahnya dimana EL anak dari Bapak BS yang sedang membantu menjalankan perannya
sebagai anak yaitu membantu orangtuanya diwarung. Maka daripada itu pelaksanaan peran
peran sosial dalam sosialisasi secara sekunder sudah berjalan dengan baik.
Kemudian peneliti melakukan observasi di rumah Ibu EY yaitu orangtua dari EF,
peneliti mengamati bagaimana EF anak ibu EY menerapkan sosialisasi sekunder. EF anak
dari Ibu EY yang sedang menerapkan sosialisasi secara sekunder yang diaman EF sedang
merapikan mainan di rumahnya ini merupakan salah satu contoh peran sosial karena EF
sadar akan perannya sebagai anak. Maka daripada itu pelaksanaan peran-peran sosial dapat
berjalan dengan baik. Peneliti melakukan observasi di rumah Ibu YI yaitu orangtua dari
AZ, peneliti mengamati bagaimana AZ anak ibu YI menerapkan sosialisasi sekunder. AZ
anak dari Ibu YI sedang mencuci piring, ini merupakan salah satu peran AZ dirumah yaitu
setelah makan ia mencuci piringnya dirumah. Maka daripada itu pelaksanaan peran-peran
sosial dapat berjalan dengan baik. Dalam menerapkan sosialisasi sekunder di dalam
keluarga adalah orangtua mengajarkan anak tentang peran-peran sosialnya baik itu di
rumah. Dan disini juga dapat disimpulkan apa yang diajarkan oleh orangtua dalam

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 18


Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

sosialisasi sekunder di rumah dapat diterapkan anak di lingkungan luar rumah seperti
berinteraksi dengan temannya dan berbaur serta menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 9 Januari – 4 Maret 2021 tentang Sosialisasi Keluarga Dalam Membentuk
Kepribadian Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Rumah Tangga Guru MA Islamiyah
Pontianak). Secara umum peneliti dapat mengatakan bahwa sosialisasi di dalam keluarga
sudah dapat berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan terlaksananya sosialisasi secara
primer dan sekunder.
Pada pelaksanaan sosialisasi primer yaitu dengan menekankan pada nilai dan norma
norma yang ada seperti menghormati yang lebih tua, menjaga sopan santun, bersikap
teladan, beribadah, bersikap mandiri, membantu orang lain, menasehati anak, mengajarkan
anak untuk bersikap tanggung jawab, menabung, jujur dalm berbicara, terbuka tentang
apapun, mencuci tangan sebelum makan, berdoa sesudah dan sbeelum makan, dan pamit
ketika ingin berpergian.
Dan untuk hasil observasi dan wawancara terhadap anak yaitu KS, EF, AZ, dan EL
diperoleh data bagaimana orangtua melaksanakan sosialisasi primer terhadap kepribadian
anak yaitu dengan mengajarkan anak untuk bersikap sesuai aturan dan norma yang ada di
keluarga ataupun lingkungan sekitarnya, kemudian orangtua juga menanamkan nilai nilai
social seperti nilai agama, nilai social, nilai keluarga, nilai ekonomi, nilai kejujuran dan
nilai kerja sama yang harmonis dan juga norma seperti norma kesopanan, norma
kesusilaan dan norma kebiasaan.
Pelaksanaan sosialisasi sekunder yaitu dengan mengajarkan anak untuk
berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya seperti bermain dengan teman, berbaur
dengan keluarga dan lingkungan luar, mengikuti organisasi yang ada dilingkungan rumah,
membiarkan anak bermain dengan teman-temannya, anak diajarkan untuk bersikap sopan,
ramah dan tidak boleh berkelahi dengan temannya dan juga mengajarkan anak untuk
mengerti perannya di keluarga dan dilingkungan luar.
Hasil observasi dan wawancara terhadap anak yaitu KS, EF, AZ, dan EL diperoleh
data bagaimana orangtua melaksanakan sosialisasi sekunder terhadap kepribadian anak
yaitu dengan mengajak anak untuk berkenalan dengan lingkungan nya, membebaskan anak
bermain dengan teman sebaya nya, dan anak juga mengetahui perannya sebagai
anak,abang, dan adik dikeluarganya dan juga anak juga tau perannya disekolah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai peran-peran sosial
didapatkan kesamaan antar teori dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan yang
dimana anak menjalankan hak-hak dan kewajibannya sesuai kedudukan nya seperti KS
anak dari Ibu RW yang sedang membantu orangtuanya dirumah seperti menyapu rumah,
KS sadar akan perannya dirumah yaitu sebagai anak. Kemudian EL anak dari Bapak BS
yang sedang membantu orangtuanya berjualan diwarung ini merupakan salah satu peran
EL yaitu sebagai anak membantu orangtuanya diwarung, dan yang terakhir terlihat pada
gambar 4.9 EF anak dari Ibu EY sedang memrapikan mainan nya, yang dimana EF sadar
akan perannya sebagai anak dan abang dirumah yaitu membantu orangtuanya.
Maka daripada itu pelaksanaan peran-peran sosial dapat berjalan dengan baik. Hasil
observasi juga diperkuat dengan hasil wawancara yaitu dengan Ibu RW, Bapak BS, Ibu
EY, KS, EL dan EF. Dari hal tersebut, bahwa yang menjadi agen sosialisasi di dalam
sosialisasi sekunder ini adalah lingkungan, yang dimana anak diajarkan oleh orangtua nya
untuk berinteraksi dan berbaur dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan mengetahui peran peran sosialnya.Contohnya seperti anak dibiarkan bermain dengan

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 19


Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

teman sebayanya dilingkungan rumah tetapi anak juga masih dalam tetap pengawasan
orangtua.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penyajian data dan pembahasan yang telah dipaparkan dan
dijelaskan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa orangtua dalam melaksanakan
sosialisasi secara primer dan sekunder dapat berjalan dengan baik hal ini dibuktikan bahwa
dengan keterlibatan orangtua dalam menanamkan sosialisasi kepada anak seperti
mengajarkan anak tentang norma sosial, nilai sosial, nilai budaya, enkulturasi, internalisasi,
pendewasaan diri, interaksi, pembauran dengan lingkungan, penyesuaian diri dan peran-
peran sosial. Sosialisasi keluarga secara primer dalam membentuk kepribadian anak pada
keluarga guru MA Islamiyah Pontianak sudah terlaksana hal ini telah dibuktikan bahwa
orangtua telah mengajarkan anak tentang internalisasi nilai-nilai seperti norma kesopanan,
norma kesusilaan, norma kebiasaan, nilai sosial, dan nilai budaya, enkulturasi seperti
pembiasaan yang baik contohnya pembiasaan dalam hal ibadah atau agama, dan
pendewasaan diri seperti anak diajarkan untuk bersikap mandiri. Selain itu, pelaksanaan
sosialisasi keluarga secara sekunder dalam membentuk kepribadian anak pada keluarga
guru MA Islamiyah Pontianak telah berjalan dengan baik hal ini dibuktikan bahwa
orangtua telah mengajarkan anak dalam sosialisasi sekunder untuk mengenal lingkungan
luar seperti anak diajarkan bagaimana berinteraksi dengan orang lain seperti berteman
dengan siapa saja, membaur dan penyesuaian dengan lingkungan seperti bergaul dengan
teman teman dan beradaptasi dilingkungan dimana ia berada dan mengenal perannya baik
itu dilingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat seperti jika dilingkungan rumah
anak membantu orangtuanya dan jika dilingkungan luar anak berperan sebagai pelajar.
Dengan adanya sosialisasi secara sekunder ini yang di ajarkan oleh orangtua nya anak
mampu menerapkan di lingkungan luar rumah sehingga anak dengan mudah dapat
beradaptasi dengan lingkungan nya.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar. (2018). Paradigma sosialisasi dan kontribusinya terhadap pengembangan jiwa
beragama anak. Jurnal Al-Maiyyah, 11(1), 65–79.
Fadli, M. (2016). Peran agen sosialisasi dalam pembentukan perilaku Remaja di Desa
Putik Kecamatan Palmatak Kabupaten Anambas. Jurnal Elektronik Tugas Akhir
Mahasiswa.
Hamid, A. (2016). Metode internalisasi nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam di SMP Negeri 17 kota Palu. Jurnal Pendidikan Agama Islam - Ta’lim,
14(2), 195–206.
Karim, B. A. (2020). Teori kepribadian dan perbedaan individu. Education and Learning
Journal, 1(1), 40–49.
Latuheru, R. D., & Muskita, M. (2020). Enkulturasi budaya pamana. Jurnal Badati, 2(1),
107–113.
Lindriati, S., Suntoro, I., & Pitoewas, B. (2017). Pengaruh sosialisasi dan tingkat
pemahaman masyarakat terhadap minat pembuatan akta kematian di Desa Purworejo.
Jurnal Kultur Demokrasi, 5(6).

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 20


Jurnal Sosialisasi
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian, dan Pengembangan
Keilmuan Sosiologi Pendidikan
Vol. 8, Nomor 2, Juli 2021

Maknunah, A. (2017). Pelaksanaan fungsi keluarga (studi kasus pelaksanaan fungsi


keluarga pada suami pelaku poligami di Kecamatan Kerumutan Kabupaten
Pelalawan). JOM FISIP, 4(2), 1–12.
Moleong, L. J. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). PT. Remaja Rosda
Karya.
Mubaroka, K. U., & Harianto, S. (2016). Sosialisasi primer keluarga pemulung (Kajian
Konstruksi Sosial di Pemakaman Rangkah Kecamatan Simokerto Surabaya). Jurnal
Paradigma, 4(3), 1–7.
Munisa. (2020). Pengaruh Sosialisasi Dan Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap
Minat Pembuatan Akta Kematian di Desa Purworejo. Jurnal Ilmiah Online, 13(1),
102–114.
Nur’aini, R. D. (2020). Penerapan metode studi kasus YIN dalam penelitian arsitektur dan
perilaku. Jurnal Inersia, 16(1), 92–104.
Nurjayanti, A. M., Syarifuddin, R. T. U., Awaru, A. O. T., & Equatora, M. A. (n.d.). Social
Competence and Compensation for Employee Performance through Public Services
in the Office of Women’s Empowerment, Child Protection, Population Control, and
Family Planning.
Soedarmo, U. R., & Suryana, A. (2019). Peran keluarga dalam sosialisasi adat istiadat
komunitas Dusun Kuta. Jurnal Artefak, 6(2), 85–98.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Turama, A. R. (2018). Formulasi teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons. Jurnal
Eufoni, 2(2), 58–69.
Yudhapramesti, P. (2016). Dunia Bentukan Orang Tua: Kajian Fenomenologi tentang
Isolasi Sosial terhadap Anak dan Pembentukan Konsep Diri Serta Karakter Anak.
Avant Garde: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(1).
Yulia, F. (2018). Peran keluarga bekerja dalam mensosialisasikan nilai agama pada anak di
RT 02 RW 02 desa Tarai Bangun kecamatan Tambang kabupaten Kampar. JOM
FISIP, 5(1), 1–14.

Oktovie Ekgea Sawitri, Imran, Iwan Ramadhan 21

Anda mungkin juga menyukai