Artikel ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi
Belajar
Disusun Oleh:
SANI SALAMAH (2208000408)
PEMBAHASAN
1. Interaksi Sosial
Interaksi sosial mengacu pada hubungan dan komunikasi antara individu-
individu dalam suatu kelompok atau masyarakat. Ini melibatkan pertukaran
informasi, emosi, dan tindakan antara orang-orang yang terlibat dalam interaksi
tersebut. Interaksi sosial dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk di
lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, dan dalam komunitas secara umum.
Interaksi sosial melibatkan berbagai aspek, termasuk komunikasi verbal
(percakapan, diskusi, presentasi), komunikasi non-verbal (bahasa tubuh, ekspresi
wajah), kontak fisik (jabat tangan, pelukan), serta berbagi kegiatan dan
pengalaman bersama (Effendi, 2013).
Tujuan utama dari interaksi sosial adalah untuk membangun hubungan,
saling mempengaruhi, dan bertukar informasi antara individu. Interaksi sosial
memungkinkan kita untuk memahami pandangan dan persepsi orang lain, berbagi
ide, nilai-nilai, dan norma sosial, serta membangun rasa saling pengertian dan
empati. Interaksi sosial berperan dalam membentuk kehidupan dan perkembangan
individu. Hal ini memungkinkan kita untuk membangun hubungan, belajar, dan
tumbuh bersama orang lain. Dalam masyarakat, interaksi sosial memainkan peran
krusial dalam membentuk norma dan nilai-nilai, serta membangun jaringan sosial
yang mendukung. Berikut adalah beberapa manfaat dan pentingnya interaksi
sosial:
1. Pembelajaran dan Pertumbuhan
Melalui interaksi sosial, individu dapat belajar dari pengalaman dan
pengetahuan orang lain. Mereka dapat memperoleh pemahaman yang lebih
luas tentang dunia, nilai-nilai sosial, dan norma yang berlaku dalam
masyarakat. Interaksi sosial juga mendorong pertumbuhan pribadi dan
perkembangan kognitif, sosial, dan emosional.
2. Pembentukan Identitas
Interaksi sosial memainkan peran penting dalam pembentukan
identitas individu. Melalui interaksi dengan orang lain, individu dapat
mempelajari tentang peran sosial, nilai-nilai, dan norma yang ada dalam
masyarakat. Mereka dapat mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok
atau individu lain, serta membentuk pemahaman tentang siapa mereka
sebagai individu.
3. Dukungan Sosial
Interaksi sosial memberikan dukungan sosial yang penting bagi
individu. Ini melibatkan memberikan dan menerima dukungan emosional,
dukungan praktis, serta memberikan rasa keterhubungan dan kebersamaan.
Dukungan sosial dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan
kesejahteraan mental, dan memberikan rasa kepercayaan diri.
4. Komunikasi dan Kolaborasi
Interaksi sosial merupakan saluran komunikasi yang penting. Melalui
interaksi, individu dapat berbagi ide, gagasan, dan informasi. Hal ini
memfasilitasi kolaborasi dan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama.
Interaksi sosial yang efektif juga membantu membangun keterampilan
komunikasi yang baik dan kemampuan bekerja dalam tim.
5. Kesejahteraan Emosional
Interaksi sosial dapat memberikan kepuasan emosional dan
kebahagiaan. Keterhubungan dengan orang lain, memiliki hubungan yang
positif, serta mendapatkan dukungan dan persahabatan dapat meningkatkan
kesejahteraan emosional dan meningkatkan kebahagiaan individu (Sugandhi,
2021).
2. Identitas Diri
Identitas diri mengacu pada pemahaman seseorang tentang siapa dirinya,
baik secara individual maupun sosial. Identitas diri melibatkan pemahaman
tentang karakteristik pribadi, keyakinan, nilai-nilai, peran sosial, dan afiliasi
kelompok yang membedakan seseorang dari orang lain. Identitas diri merupakan
konsep yang kompleks dan terbentuk melalui interaksi kompleks antara faktor
internal dan eksternal. Faktor internal melibatkan aspek-aspek seperti kepribadian,
pengalaman hidup, minat, dan tujuan hidup seseorang. Faktor eksternal meliputi
pengaruh lingkungan, seperti keluarga, teman sebaya, budaya, dan masyarakat di
sekitarnya.
Proses pembentukan identitas diri adalah perjalanan psikologis yang
kompleks melalui mana individu mengembangkan pemahaman tentang siapa
mereka sebagai individu unik. Identitas diri mencakup keyakinan, nilai-nilai,
preferensi, peran sosial, dan gambaran tentang diri sendiri yang meliputi aspek
fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Proses pembentukan identitas diri dimulai
sejak awal kehidupan dan terus berkembang sepanjang rentang kehidupan
seseorang. Selama masa perkembangan, anak-anak mulai menjelajahi dan
mengidentifikasi karakteristik mereka sendiri. Mereka mencoba memahami peran
mereka dalam keluarga, komunitas, dan masyarakat yang lebih luas. Proses ini
melibatkan eksplorasi nilai-nilai, minat, bakat, dan tujuan hidup (Pratama &
Budianto, 2022).
Identitas diri juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan budaya.
Sosialisasi dengan keluarga, interaksi dengan teman sebaya, pendidikan, dan
pengaruh media dapat membentuk identitas individu. Norma dan nilai-nilai sosial
juga memainkan peran penting dalam membentuk identitas diri, karena individu
cenderung mengadopsi nilai-nilai dan norma-norma yang dianggap penting oleh
kelompok sosial mereka. Penting untuk diingat bahwa faktor-faktor ini tidak
berdiri sendiri, tetapi saling terkait dan saling mempengaruhi. Identitas diri
seseorang adalah hasil dari interaksi yang kompleks antara faktor-faktor ini
sepanjang kehidupan mereka (Arum & Meilani, 2018).
Identitas diri membantu dalam pembentukan dan pengembangan
kepribadian individu. Identitas diri yang kuat memberikan kerangka kerja bagi
individu untuk mengambil keputusan, mengatasi tantangan, dan memperluas
potensi mereka. Dalam proses pembentukan identitas, individu mengintegrasikan
nilai-nilai, keyakinan, dan pengalaman mereka untuk membentuk pandangan
dunia yang unik dan autentik. Pentingnya identitas diri terletak dalam
memberikan dasar untuk pemahaman diri, keberadaan yang bermakna, dan kohesi
sosial. Identitas diri yang sehat dan kokoh memungkinkan seseorang untuk
mengenali keunikan dan kekuatan mereka sendiri, merasa terhubung dengan
orang lain, dan merasa memiliki tujuan hidup yang bermakna (Subagio &
Masrukhin, 2021).
Namun, perlu dicatat bahwa identitas diri bersifat dinamis dan dapat
berubah seiring waktu. Pengalaman hidup, pencapaian, hubungan, dan
perkembangan pribadi dapat mempengaruhi dan membentuk kembali identitas
seseorang. Proses ini berlanjut sepanjang kehidupan, dan individu memiliki
kesempatan untuk terus mengeksplorasi dan mengembangkan identitas mereka.
Pemahaman yang mendalam tentang identitas diri dapat memberikan dasar yang
kuat bagi seseorang dalam mengambil keputusan, menetapkan tujuan hidup,
menjalin hubungan yang bermakna, dan merasa terhubung dengan dunia di
sekitarnya.
4. Perkembangan Perilaku
Anak-anak usia dini mengalami perubahan perilaku yang signifikan.
Mereka mulai mengembangkan kemampuan motorik halus (seperti
menggambar, menulis, dan mengikat sepatu) dan motorik kasar (seperti
berjalan, melompat, dan berlari). Pada tahap ini, penting bagi orang tua dan
pengasuh untuk memberikan batasan dan aturan yang konsisten guna
membantu anak memahami perilaku yang diharapkan.
5. Perkembangan Bahasa dan Komunikasi
Anak-anak pada usia dini mengalami perkembangan pesat dalam
kemampuan bahasa dan komunikasi. Mereka mulai mengucapkan kata-kata
pertama mereka, memperluas kosakata, dan mempelajari aturan tata bahasa.
Komunikasi non-verbal seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan
penggunaan isyarat juga penting dalam interaksi anak-anak (Kuntoro, 2012).
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa identitas
adalah konsep tentang siapa kita, termasuk pemahaman akan diri sendiri, nilai-
nilai, minat, dan tujuan hidup. Anak usia dini sedang mengembangkan identitas
mereka, yang akan membentuk dasar untuk perkembangan sosial dan psikologis
mereka di masa depan. Interaksi sosial memainkan peran yang penting dalam
pembentukan identitas anak usia dini. Melalui interaksi dengan orang tua,
keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekitarnya, anak-anak belajar tentang diri
mereka sendiri dan membangun pemahaman tentang peran mereka dalam
masyarakat.
Interaksi sosial memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar melalui
pengamatan, peniruan, dan penguatan. Melalui interaksi dengan orang-orang di
sekitarnya, anak-anak belajar norma sosial, nilai-nilai budaya, dan keterampilan
sosial yang penting untuk memahami peran mereka dalam masyarakat. Anak-anak
cenderung mengidentifikasi diri mereka dengan orang-orang penting dalam
kehidupan mereka, seperti orang tua, saudara kandung, atau tokoh inspiratif.
Interaksi dengan orang-orang ini membantu membentuk persepsi anak tentang
siapa mereka dan nilai-nilai yang dianggap penting.
Interaksi sosial yang positif dan mendukung juga penting dalam
membentuk identitas anak usia dini. Ketika anak merasa diterima dan dicintai oleh
orang-orang di sekitarnya, mereka lebih mungkin mengembangkan rasa harga diri
yang positif dan pemahaman yang sehat tentang diri mereka sendiri. Dalam
rangka membantu anak usia dini mengembangkan identitas yang sehat, penting
bagi orang tua, keluarga, pendidik, dan pengasuh untuk memahami pentingnya
interaksi sosial dan menciptakan lingkungan yang mendukung di mana anak-anak
dapat berinteraksi secara positif dengan orang lain. Dengan memperhatikan peran
interaksi sosial dalam pembentukan identitas anak usia dini, kita dapat membantu
mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan memiliki pemahaman
yang kuat tentang siapa mereka dan tempat mereka dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Arum, R. D., & Meilani, I. (2018). Perkembangan Identitas Diri Anak Usia Dini
dalam Keluarga. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 6(2), 67-76.
Azizah, F., & Mardiyono, M. (2021). Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap
Pembentukan Identitas Anak Usia Dini di Kelompok Bermain. Jurnal
Ilmiah Kajian Pendidikan dan Pengajaran, 5(1), 45-56.
Effendi, T. (2013). Komunikasi dan Interaksi Sosial. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Fitria, I. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini: Teori, Penelitian, dan Praktik.
Jakarta: PT Indeks.
Kuntoro, S. (2012). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana.
Lestari, I. P., & Indah, N. K. (2020). Peran Guru dalam Meningkatkan Interaksi
Sosial Anak Usia Dini untuk Membentuk Identitas Positif. Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Perkembangan, 9(1), 45-56.
Munandar, I., & Kurniawati, R. (2022). Peran Interaksi Sosial dalam
Pembentukan Identitas Anak Usia Dini di Sekolah Dasar. Jurnal Kajian
Pendidikan Dasar, 5(2), 123-133.
Pramitasari, A. A., & Budiyanto, A. (2020). Peran Interaksi Sosial dalam
Pembentukan Identitas Anak Usia Dini di Keluarga. Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan, 6(1), 23-33.
Prastuti, R. D., & Riyadi, S. (2022). Peran Keluarga dalam Pembentukan
Identitas Anak Usia Dini melalui Interaksi Sosial. Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan, 11(1), 23-35.
Pratama, H., & Budianto, L. (2022). Peran Keluarga dalam Pembentukan
Identitas Diri Anak di Indonesia. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, 11(2), 85-97.
Riandani, P. R., & Haryanto, B. (2016). Perkembangan Anak Usia Dini: Teori,
Penelitian, dan Praktik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sarwono, S. W. (2014). Psikologi Anak Usia Dini: Dari Konsep Menuju Aplikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Setyowati, E., & Budiningsih, A. (2019). Identitas Diri Anak Usia Dini: Konsep,
Penelitian, dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Subagio, I., & Masrukhin, F. (2021). Membangun Identitas Diri Anak Usia Dini
melalui Lingkungan Pendidikan di Taman Kanak-Kanak. Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 10(1), 25-36.
Sugandhi, R. (2021). Interaksi Sosial dalam Perspektif Psikologi Sosial. Jakarta:
PT. Rajawali Pers.
Susanto, A. B. (2011). Psikologi Interaksi Sosial: Perspektif Psikologi Sosial.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Susilowati, S. (2016). Pengembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media.
Utami, W. S., & Haryanto, E. (2018). Peran Interaksi Sosial dalam Pembentukan
Identitas Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa, 7(2), 174-184.
Wijaya, R., & Astuti, T. (2019). Faktor-Faktor Interaksi Sosial dalam
Pembentukan Identitas Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi, 46(2), 124-135.