Anda di halaman 1dari 25

Teori Interaksionisme Simbolik George Herbert Terhadap Peran Keluarga Dalam

Pembentukan Karakter Anak


Annisa Rahma Fadila
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
annisarfdl@gmail.com

Abstrak
Dilihat dari perkembangan zaman yang semakin maju menjadi era modern, sangat
berpengaruh pada kehidupan. Generasi milenial yang hidup di era modern ini telah
dicap sebagai generasi krisis moral. Oleh karena itu, sebagai keluarga terutama orang
tua perlu adanya koreksi atau pembenahan dalam mendidik pada generasi selanjutnya
supaya tidak terjadi krisis moral dengan pembentukan karakter. Seseorang mendapatkan
Pendidikan, pengasuhan, pembimbingan dan pengawasan untuk pertama kali dari
keluarga, dengan demikian keluarga memiliki andil paling besar dalam pembentukan
karakter seseorang. Dalam lingkungan sosial terkecil yaitu keluarga, dasar-dasar
pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak diterapkan. Interkasi
simbolik menyatakan bahwa norma dan nilai-nilai yang dipegang oleh individu dalam
lingkungan sosial menentukan bagaimana mereka bertindak. Dalam penelitian ini
konsep peran keluarga dalam pembentukan karakter anak ditelaah kedalam teori
interaksionisme simbolik yang dikemukakakan oleh George Herbert Mead, pemahaman
teoritis tentang konsep keluarga berbeda dari pemahaman sebelumnya yang
menggambarkan keluarga sebagai suatu pendekatan interaksi sekelompok orang.
Keyword : Interaksi simbolik, Karakter, Peran, Keluarga,

Pendahuluan
Bangsa Indonesia sedang menghadapi masalah terbesar saat ini yaitu krisis
moralitas. Krisis yang ada di Indonesia saat ini seperti krisis politik, ekonomi, sosial,
budaya, kemanan dan pertahanan semua itu bermula dari adanya krisis moral. Apalagi
pada generasi milenial yang dianggap memiliki penurunan moral berupa sisi kurang
baik dari generasi sebelumnya. Milenial dianggap memiliki karakter yang buruk dan
cenderung bersifat manja, pemalas, egois, dan narsis. Opini tersebut bisa dianggap fakta
karena di era yang dimanjakan dengan kemajuan teknologi membuat kenyamanan dan

1
menyepelekan semua pekerjaan yang ada. Menurunnya moralitas menyebabkan sikap
yang terkesan mementingkan diri sendiri atau “bodo amat” dengan lingkungan sosial
sekitar.
Untuk mencegah dan menangani kasus turunnya moral pada generasi milenial dapat
diusahakan dengan Pendidikan karakter sejak usia dini. Satu-satunya cara untuk
memperbaiki moralitas agar tidak terjadi krisis moral pada generasi-generasi
selanjutnya maka penting bagi masyarakat untuk aware terhadap pengembangan dan
pembentukan karakter pada anak. Seluruh masyarakat harus ikut andil dalam usaha
perbaikan moral generasi milenial, terutama oleh keluarga.
Keluarga merupakan satuan terkecil dalam lingkungan sosial yang disatukan
melalui hubungan darah, adopsi, perkawinan, dan lain-lain yang menyebabkan
terikatnya seseorang. Keluarga, masyarakat, dan sekolah merupakan tiga lingkup yang
bertanggung jawab secara tidak langsung dalam pembentukan karakter seseorang.
Interaksi yang terjadi antar anggota keluarga dapat menjadikan seorang anak tersadar
dengan peran mereka sebagai makhluk sosial yang membutuhkan makhluk lainnya tidak
dapat berdiri sendiri. Keluarga adalah lingkup sosial pertama yang diperkenalkan
kepada anak, yang sekaligus menjadi tempat pertama dalam menerima Pendidikan
informal dan paling berpengaruh dalam pembentukan karakter suatu individu.
Kepribadian seorang anak berawal dari peran keluarga atau orang tua.
Bersosialisasi, Pendidikan, pengasuhan, pengawasan, memngenalkan segala hal positif
dan kebajikan pada lingkungan sosial sekitar kepada anak merupakan peran dari
keluarga. Ada variabel yang diinginkan oleh orang tua dan ada yang tidak diinginkan
bahkan tidak bisa ditangani oleh orang tua. Orang tua tidak dapat menyimpang dari
variabel-variabel ini secara langsung dalam prosesnya.1 Dalam hal membentuk
kepribadian anak, terdapat banyak tanda tanya yang perlu mendapatkan jawaban,
termasuk gagasan apa yang baik untuk mewujudkan sebuat kepribadian baik bagi anak
dan apakah peran dominan orang tua dalam mewujudkan kepribadian dan karakter anak.
Tujuan dari penulisan artikel ini, seperti yang dijelaskan di atas, adalah agar
orang tua dapat membentuk kepribadian anak secara efektif di zaman modern dan
memastikan bahwa anak mendapatkan pola asuh yang baik di masa depan. Selain itu,
diharapkan orang tua dapat mengawasi anak mereka sepanjang perkembangan mereka.

1
Evy Clara and Ajeng Agrita, Sosiologi Keluarga, 1 (Jakarta: UNJ PRESS, 2020), 49.

2
Kontrol masyarakat yang efektif terhadap lingkungan mencegah kejahatan sosial dan
menurunkan nilai moral.
Sesuai pada juarnal yang ditulis oleh Syafi’ah Sukaimi dengan julul artikel
“Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Kepribadian Anak; Tinjauan Psikologi
Perkembangan Islam” dijelaskan tentang keluarga yang sesuai dalam lingkupnya ialah
satuan kelompok sosial yang berdiri atas dasar ikatan suatu hubungan yang diatur. Ayah
sebagai kepada keluarga dan ibu yang mengatur rumah tangga, keduanya sebagai orang
tua dan menjadi aktor dalam Pendidikan, pembimbingan, pertumbuhan, perkembangan
dan pembinaan kepribadian seorang anak. Karakter seorang anak sangat bergantug pada
pola asuh kedua orang tua, karena anak selalu meniru perlakuan apapun yang dilakukan
kedua orang tuanya. Sehingga anak-anak dapat mengerti berbagai tindakan dan
pengalaman sosial melalui bimbingan, asuhan, dan didikan, terutama melalui
pembinaan spiritual yang efektif, orang tua harus melakukan upaya sedini mungkin.
Pola asuh, didikan, dan bimbingan orang tua atau keluarga sangat berpengaruh terhadap
interpretasi mengenai baik buruknya perilaku, akhlak, atau karakter. Lingkungan
keluarga juga menentukan bagaimana anak (keluarga) dapat mempertahankan
kepribadiannya (potensinya) dari pengaruh sosial dan lingkungan.2
Lalu sejalan dengan teori interaksionisme simbolik dalam keluarga yaitu
dikarenakan perspektif orang tentang keluarga sebagai sebuah fenomena sosial yang
ruang lingkupnya kecil dan tidak berhubungan langsung dengan masyarakat sosial
secara luas. Pendekatana melalui interaksionisme simbolik ini tidak terlalu
memperhatikan perubahan sosial yang timbul sebab hubungan atau ikatan anatara
keluarga dan kulturisasi dari luar karena lebih mengutamakan dinamika intern keluarga.
Interaksi simbolik yang dijelaskan oleh Mead dimaknai dengan penggunaan komunikasi
untuk saling mengerti dan memahami Tindakan sosial yang dilakukan antar keluarga.
Tiga pokok pikiran dalam buku Mead yaitu Mind, Self, and Society adalah perspektif
interaksi simbolik. Peran keluarga dalam pembentukan karakter anak dapat
diinterpretasikan dalam teori interaksionisme simbolik yang dikemukakan oleh Mead.
Petama, berdasarkan konsep Mind Mead, pentingnya perilaku manusia dan hubungan.
Kedua, manusia belajar tentang diri mereka sendiri dan berhubungan dengan konsep

2
Syafi’ah Sukaimi, “Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Kepribadian Anak : Tinjauan Psikologi
Perkembangan Islam,” Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender 12, no. 1 (June 2, 2013): 84,
accessed July 2, 2023, https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/marwah/article/view/515.

3
Self mereka. Ketiga, menunjukkan hubungan antara individu dan masyarakat serta
kesinambungan (Mead tentang masyarakat). Dalam penelitian ini, pemahaman teoritis
tentang konsep keluarga berbeda dari pemahaman sebelumnya yang menggambarkan
keluarga sebagai suatu pendekatan interaksi sekelompok orang.
Ungkapan dalam Chris Segrin & Jeanne Flora (2005:9) oleh Wamboldt & Reiss
(1989) menjelaskan bahwa sejatinya keluarga merupakan kelompok sosial yang ikatan
intim, penguasaan emosi, pengalaman, dan mempunyai tujuan pada suatu interaksi
sosial. Dalam komunikasi keluarga, perspektif interaksi simbolik mengacu pada
hubungan intrapersonal atau individu yang berkembang dan berubah dari satuan
individu. Aktor dalam interaksi antar keluarga didasari oleh perspektif interkasi
simbolik tentang pola sosialisasi, sikap, pemaknaan makna simbolik, lalu
mengqidentifikasi dan kisah anggota keluarga. Orang tua, saudara, dan kekuatan luar
lainnya bermain peran dalam bersosialisasi untuk mengubah kepribadian anak-anak
mereka melalui interaksi simbolik. Seorang anak memperhatikan karakter tertentu lalu
membenahi penilaian diri yang tercermin dari ayah ibu dan juga anggota keluarga
lainnya yang penting.
Pembahasan
Interaksi simbolik
“Interaksi” merupakan salah satu hubungan timbal balik atau saling
mempengaruhi dan menguntungkan satu sama lain. Dikemukakan oleh Roestilah
(1994:35) menurutnya interaksi adalah kegiatan atau tindakan dua arah dari
komunikator dan komunikan. Diartikan bahwa interaksi terjadi apabila para pihak saling
memberi feedback, dan juga antar kedua pihak saling mengambil peran. Lalu
“simbolik” memiliki makna perlambangan, perwujudan, conrohnya lukisan-lukisan
(Poerwadarminta, 1976:946). Jadi interaksi simbolik bisa diartikan sebagai proses
interaksi antar individu untuk menjadikan tersebutberwujud atau bermakna. Teori yang
membahas tentang interaksi simbolik dinamakan teori interaksionisme simbolik.
Pemikiran interaksional menekankan nilai individu lebih utama diantara nilai-
nilai lain yang ada. Perspektif interaksional tentang teori interaksi simbolik adalah
termasuk pendekatan yang paling populer dalam studi komunikasi dan mungkin yang
paling "humanis". (Ardianto. 2007: 40). Menurut perspektif interaksional, setiap
individu mempunyai esensi kebudayaan, berinteraksi dalam masyarakat sosialnya, dan

4
menghasilkan definisi "buah pikiran" yang dapat diterima secara luas3. Dapat
disimpulkan, bahwa setiap individu yang melakukan interaksi sosial akan
mempertimbangkan sisi mereka sendiri. Hal ini adalah salah satu karakteristik dari yang
memiliki aliran interaksionisme simbolik dengan paham interaksional.
Individu sebagai hal utama dalam pendekatan interaksionisme simbolik dengan
melakukan penegasan antara simbol dan interaksi dalam hubungannya (Soeprapto.
2007). Dalam konsep sosiologi, para ahli mengungkapkan bahwa individu adalah
elemen yang paling utama. Teori interaksionisme simbolik diawali dari pemikiran
George Herbert mead, Herbert Blumer, John Dewey dan Chales Horton Cooley, yang
sebenarnya dikemukaan untuk menentang teori behaviorisme dari Watson. Tetapi, teori
ini dikembangkan oleh George Herbert mead yang menyatukan antara pemikiran
pragmatism dan behaviorisme.
Interaksionisme; Teori ini mentafsirkan tentang cara manusia dalam berperilaku
terhadap sesama manusia entah individu dengan sesama individu, individu dengan
masyarakat sosial, ataupun masyarakat dengan masyarakat. Interaksionisme simbolik ini
muncul begitu saja secara alami antar individu dan kelompok lingkungan. Hubungan itu
terjadi dan berkembang dengan symbol-simbol yang mereka ciptakan untuk bisa
berinteraksi. Mereka melakukan interaksi secara langsung dengan keadaan sadar juga
berkaitan dengan dinamika atau gerar tubuh, suara, vocal, dan ekspresi tubuh, yang
kemudian semua itu disebut dengan “symbol”.
Dapat dipahami secara sederhana, ciri-ciri interaksi simbolik yaitu 4:
1. Individu akan memberikan tanggapan pada situasi berdasarkan simbol.
2. Individu dalam menanggapi suatu kondisi dan situasi lingkungan mengacu pada
simbol dan makna yang ada dalam bagian-bagian dari lingkunga tersebut;
apabila individu lain memberikan tanggapan, maka tidak selalu sistematis dan
tidak dipengaruhi oleh factor eksternal
3. Produk dari interaksi sosial adalah “makna”, terletak pada simbol-simbol dan
bahasa bukan pada objek.
4. Makna bersifat dinamis tergantung pada situasi lingkungan sosial pada saat
terjadinya interaksi.

3
Nurul Ulfatin, Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan: Teori Dan Aplikasinya (Media Nusa
Creative (MNC Publishing), 2022), 102.
4
Ibid., 101.

5
Interaksi simbolik oleh George Herbert mead
Seorang tokoh filsuf George Herbert Mead lahir di South Hayley Massachusetts
pada 27 Februari 1863. Setelah memulai pendidikannya, Mead mendapatkan gelar
sarjana muda pada tahun 1883 di Oberlin College. Pada tahun 1887, ia melanjutkan
pendidikannya di Universitas Harvard lalu diteruskan ke Universitas Leipzig di Jerman.
Setelah lulus dari Universitas Leipzig, Mead menjadi pengajar di Universitas
Michigan pada tahun 1891, dan tidak lama setelahnya Mead pindah ke Universitas
Chicago tahun 1894 sebab undangan John Dewey. Kemudian George Herbert Mead
meninggal di tahun 1931. Mead belajar di Harvard dan mendapat banyak pelajaran dari
William James mengenai pragmatisme filsafat dalam konsep diri (self), dan salah satu
tokoh dari teori pragmatisme yaitu John Dewey yang memengaruhi pemikiran Mead,
khususnya pemikirannya tentang konsep isyarat (gesture). George Herbert Mead
merupakan ahli utama Teori Interaksionisme Simbolik yang bermazhab Chicago dalam
karyanya Mind, Self and Society (dipublikasikan pada thn 1934). George Herbert Mead,
juga dikenal sebagai "Mead", adalah seorang filsafat yang sangat berpengaruh dalam
perkembangan teori interaksionisme simbolik., yang mengatakan bahwa pertukaran
simbol dan pemaknaan simbol adalah cara komunikasi manusia terjadi.
Teori interaksionisme simbolik berasal dari perkembangan teori pragmatism dan
behaviorisme. Karena pada pragmatism merupakan pemikiran tentang banyak hal
meliputi factor-faktor menularkan pada orientasi sosiologis yang diungkapkan oleh
mead. Pada teori pragmatism, dikatakan realitas pada dasarnya ada pada realitasnya
sendiri yang saat secara sadar bertindak pada dunia nyata. Selanjutnya, manusia
cenderung meletakkan memori ingatan mereka pada sesuatu yang telah terbukti dapat
berguna bagi mereka di dunia nyata, bahkan besar kemungkinan pada hal yang tidak
berkontribusi atau tidak works, tidak akan diingat. 5Manusia menggambarkan objek
sosial dan fisik pada apa yang mereka lihat dengan fungsinya. Apabila ingin memahami
manusia sebagai actor, yang paling mendasar adalah harus memahami poin-poin
tersebut denga napa yang sesuai mereka lakukan didunia nyata. Selain itu, gagasan
mengenai insting merupakan dasar dari kepribadian seseorang dibantah oleh Mead.

5
Wirawan I.B, Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma: fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial
(Kencana, 2012), 121.

6
Karena Mead yakin terbentuknya kepribadian manusia terjadi karena antar komunikasi
antar individu.
Mead menjelaskan manfaat lain dari symbol signifikan yaitu supaya
mendapatkan proses berpikir dan mental sebenarnya. Cukup melalui symbol signifikan
contohnya pada bahasa menjadikan manusia dapat berpikir. Merupakan sebuah interaksi
implisit antara individu dengan dirinya sendiri atau intrapersonal menggunakan isyarat,
Mead dalam mendefinisikan berpikir (thinking). Mead mengungkapkan satu ungkapan
populer “seorang berpikir sama halnya ia berbicara dengan orang lain”. Bisa dikatakan
demikian, bahwa pada proses berpikir melibatkan tindakan berbicara dengan diri
sendiri. Berbicara yang dimaksud meliputi attitude (berbicara) dan itu muncul dalam
diri apabila perilaku dan berpikir terjadi bersamaan. Pada hal ini, Mead menjelaskan
berpikir secara behavioristik.
Simbol signifikan memiliki peran penting dalam pemikiran yang dikembangkan
Mead. Peran utama simbol signifikan oleh David miller dalam teori Mead. Pertama
pikiran (mind) mendefinisikan pikiran sebagai mekanisme seseorang melakukan
percakpan dengan dirinya, juga tidak ada dalam seorang individu, dan menyebutkan
bahwa pikiran termasuk dalam fenomena sosial. Melihat secara pragmatis dari Mead,
sebenrarnya pikiran merupakan sebuah proses berpikir yang menyelesaikan masalah
dan menghasilkan solusi. Pikiran berfungsi untuk berpikir dalam menyelesaikan sebuah
masalah yang kemungkinan berpikir lebih berpotensi menuju kehidupan yang lebih
berkualitas. Kedua, Diri (self) secara umum banyak pemikiran dari Mead, dan khusunya
mengenai soal pikiran, mengimplikasikan ide-ide tentang konsep diri. Diri pada
dasarnya adalah kebolehan untuk melihat diri sendiri sebagai suatu entitas. Diri adalah
kecakapan spesifik untuk menjadi subjek maupun menjadi objek. Refleksi, atau
kemampuan untuk memposisikan diri diluar kendali kesadaran di ranah orang lain dan
berlaku seperti mereka, adalah mekanisme yang paling umum untuk mengembangkan
diri. Maka dari itu seorang indiivdu mampu dan menyadari apa yang sudah lakukan
sebelumnya.
Mead menyatakan bahwasannya interaksi yang ada pada proses sosial dengan
menafsirkan dan mengembalikan pengalaman seseorang terhadap diri seluruhnya,
mengakibatkan terjadinya proses sosial yang mewujudkan sebuah pengalaman individu
tersebut. Maka dari itu, seorang individu dapat mengendalikan dirinya pada proses

7
sosial, lalu dapat menyesuaikan diri pada tindakan sosial tersebut. Selain itu, analisis
George Herbert Mead ini menunjukkan bahwa dia sangat memperhatikan kehidupan
sosial, atau masyarakat. Karena kehidupan sosial keseluruhan secara logis dan temporal
mendahului pikiran individu, Mead selalu memprioritaskan lingkungan masyarakat
sosial untuk dapat memahami sebuah pengalaman sosial.
Teori Interaksionisme simbolik telah dirangkum secara ringkas berdasar pada
premis-premis berikut:
1. Manusia bereaksi pada suatu situasi simbolik, mereka bereaksi pada sekitar
termasuk juga didalamnya objek (benda) dan objek sosial (perilaku) bergantung
pada alat yang terkandung dalam elemen-elemen atau makna lingkungan sekitar
bagi mereka.6
2. Makna yang tercipta merupakan hasil dari interaksi sosial, makna diciptakan
melalui negosiasi tata Bahasa yang digunakan, Tindakan atau peristiwa (ada atau
tidak ada objek fisik) juga gagasan bersifat imajiner yang menjadikan negosiasi itu.
3. Makna yang diinterpretasikan bersifat fleksibel, dapat berubah seiring berjalannya
waktu, sama seperti perubahan situasi pada interaksi sosial. Melakukan komunikasi
dengan diri sendiri dan membentuk mental timbul karena perubahan interpretasi
Gagasan-gagasan tersebut kemudian menciptakan pokok-pokok pandangan
mengenai interaksi simbolik dengan ciri dasar diantanya: merupakan metode formatif
pada haknya sendiri sendiri karena hal tersebut, yang kemudian menciptakan prosedur
yang berlanjutan yaitu peran dualism definisi dan interpretasi digunakan dalam proses
mengubah atau mengembangkan tingkah laku seseorang, melalui interaksi simbolik
proses yang berpusat di dalam diri pribadi manusia menjangkau gambaran partikular
hubungan manusia dan menghasilkan penafsiran dan maksud dari tindakan seseorang
terhadap orang lain.
Gambaran paling mudah dipahami dan paling mendasar dalam sebuah
komunikasi yaitu melalui Bahasa isyarat. Mengapa demikian, karena sebagai manusia
secara kodrati dapat menjadikan dirinya sendiri sebagai objek dan mampu melihat
gerakannya sendiri sebagaimana orang lain melihat dirinya. Dilihat lebiih spesifik
bahwa komunikasi simbolis individu tidak hanya spesifik pada komunikasi isyarat fisik,

6
“Teori Interaksionisme Simbolik: Analisis Sosial-Mikro,” Business Law, last modified October 23, 2019,
accessed June 15, 2023, https://business-law.binus.ac.id/2019/10/23/teori-interaksionisme-simbolik-
analisis-sosial-mikro/.

8
tetapi juga isyarat non fisik. Pengakuan Mead mengenai pranata sosial yang bersifat
stereotip uktrakonservatif, maksudnya dengan adanya perilaku yang tidak kondusif
dapat menghancurkan individualis. Mead mengungkapkan, seharusnya pranata sosial
kreativitas dan individualis memiliki ruang cukup untuk berekspresi. Mead menunjukan
konsepsi dari pranata sosial yang kontemporer, baik menjadikan mereka sebagai
individu yang ekspresif dan kreatif. Interaksionisme simbolik pada awalnya hanya
berfokus pada perilaku manusia kepada hubungan interpersonalnya, tidak pada
keseluruhan struktur masyarakat.
Mind, Self dan Society merupakan karya tunggal Mead. Dikemukakan tiga
paham kritis dalam penyusunan sebuat teori interaksionisme simbolik dengan pengaruh
dari satu sama lain. Salah satu elemen utama dari teori Mead adalah tiga paham
tersebut, serta hubungan antara ketiganya. Interaksionisme simbolis membahas secara
khusus mengenai bahasa, reflektivitas dan interaksi sosial.7
George Herbert Mead menciptakan "Interaksionisme Simbolik" dengan
menguraikan beberapa konsep yang mendasari teori modern, seperti:
1) Tindakan
Tindakan adalah hal paling utama dari teori yang diungkapkan oleh amead.
Mead melakukan pengamatan dan Analisa sebuah Tindakan dalam pendekatan
ialah pendekatan behaviorisme. Dibutuhkan pemusatan tinjauan terhadap stimulan
dan response. Tindakan sosial yang dipelajari Mead mengaplikasikan Teknik
intropeksi yaitu dengan tujuan mengetahui sesuatu yang menjadi latarbelakang
dari sisi actor pada sebuah Tindakan sosial.
Dalam sebuah Tindakan sosial terkandung empat tahap yang berkaitan satu
sama lain, sebagai berikut :
 Impuls , merupakan awal dari semua tahapan yang ada. Impuls dikatakan sebagai
reaksi atau Tindakan pertama (spontanitas) sebagai individu dengan menyadari
bahwa dia berfungsi kepada dirinya sendiri yang memiliki hubungan dengan alat
Indera. Bisa dikatakan bahwa impuls merupakan kemauan yang muncul secara
spotan untuk melakukan sesuatu tanpa melihat sebab atau akibatnya. Tetapi,
terdapat perbedaan pula dibandingkan dengan makhluk tak berakal, seorang
manusia lebih dapat mengontrol impuls yang ada pada dirinya, karena impuls itu

7
I.B, Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma, 123.

9
muncul Ketika manusia itu mau, atau bahkan menunda dan menolak tergantung
pada keadaan aktor itu. Seorang individu bahkan dapat mencegah dan
meminimalisir segala akibat juga resiko negative dari Tindakan yang dilakukan.
 Persepsi (perception), tahap kedua setelah impuls yaitu persepsi, merupakan tahap
dimana seorang individu mempertimbangkan dan menganalisis akibat dari
Tindakan stimulus yang berhubungan dengan impuls sebelumnya. Seorang
individu tidak langsung menanggapi stimulus yang ada secara impulsive, tetapi
akan dipertimbangkan dan disusun bagaimana dengan akibat dari stimulus
tersebut. Individu tersebut mempunyai banyak pilihan alternatif dan mempunyai
otoritas terhadap apa yang datang kepadanya apakah baik atau buruk.
 Manipulasi (manipulation), Tahap ketiga yaitu manipulasi dimana individu
melakukan Tindakan untuk memanipulasi sesuai dengan objek. Tahap manipulasi
ialah tahap dimana individu melakukan interval berkaitan dengan objek yang
dating kepadanya. Bisa juga dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh
individu tanpa paksaan tetapi mengikuti kata hati. Seorang individu sudah
mengerti mana yang dianggap baik dan mempunyai benefit, dan mana yang
dianggap kurang baik dan juga merugikan.
 Konsumsi (consumtion) Tahap yang terakhir yaitu sebuah penyelesaian,
merupakan tahap individu dalam mempertimbangkan seluruhnya dengan berfokus
untuk memuaskan keinginan yang sebenarnya. Setelah mengalami berbagai tahap,
maka seorang individu dapat belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya.
2) Isyarat (Gesture)
Sikap isyarat atau gerak gestur menurut pengertian Mead yaitu gerakan
pertama dalam merespons adanya stimulus yang datang dari satu individu dan
menimbulkan adanya rangsangan berupa tanggapan dari individu lain.
3) Simbol
Merupakan sebuah isyarat yang dengan mudah ditafsirkan oleh manusia.
Simbol diciptakan oleh seorang individu yang menjadikan symbol sebagai sebuah
tanggapan atau respons kepada individu yang menjadi sasaran isyarat tersebut.
Karena yang dapat merespons atau mengerti symbol yang diberikan hanya
individu yang menjad sasaran.
4) Mind (pikiran)

10
Pengakuan Mead tentang pikiran yaitu sebagai proses sosial. Mayoritas
seorang individu dalam melakukan suatu Tindakan sosial pasti menggunakan akal
untuk berpikir dahulu. Satu ciri khusus dari pikiran adalah memiliki kemampuan
untuk menggerakkan individu tidak hanya dengan respon dari satu individu tetapi
juga sekelompok individu. Pikiran dalam konsep Mead dapat bereaksi pada
semuanya dan memaksimalkan suatu respon dengan sistematis. Tidak hanya
memahami simbol dengan arti yang sama, tetapi juga memiliki fleksibilitas yang
berpotensi adanya interaksi dalam situasi tertentu meskipun orang tidak
memahami isyarat simbol yang ditunjukkan dan diluar kendali. Kehidupan
memiliki banyak masalah; tugas pikiran adalah mencoba memecahkan masalah
dan, pada akhirnya, membuat manusia bekerja secara efektif. Akibatnya, akal budi
yang fleksibel memungkinkan orang untuk berinteraksi meskipun ada hal-hal
yang membingungkan atau sulit dipahami.
5) Self (diri)
Menanggapi tindakan individu lain untuk memberikan jawaban itu seperti
memberi tanggapan kepada orang lain dimana kondisi ini sangat impulsive untuk
progress pikiran. Ungkapan Mead bahwa tubuh bukan termasuk diri, tetapi tubuh
akan berubah menjadi diri apabila pikiran sudah berkembang. Self dijabarkan
sebagai berikut8 :
- Selayaknya memberikan jawaban kepada orang lain, dapat memberikan
jawaban pula kepada diri sendiri
- Mengerti norma, hukum dan aturan yang dapat memberi jawaban
- Mengerti dan mampu mengintisari setiap pembicaraan dengan orang lain
- Menyadari dan memperhatikan dengan perkataan dan kebolehan dalam
mempergunakan kesadaran penuh untuk memperhatikan Tindakan apa yang
harus dilakukan setelahnya.
6) Society (Masyarakat)
Masyarakat yang dimaksud dalam teori Mead merupakan masyarakan dengan
lingkup yang lebih sempit dan terstruktur, contoh organisasi. Dalam teori ini,
Mead menggambarkan masyarakat sebagai acuan interaksi dan institusi sosial; dia

8
Putri Ayu Setyo, “Teori Interaksionisme Simbolik Mead,” SosantPedia, December 3, 2017, accessed
June 26, 2023, https://blog.unnes.ac.id/ayusetyo/2017/12/03/teori-interaksionisme-simbolik-mead/.

11
mengkritik bahwasannya sebelum munculnya individu dan proses berpikir,
masyarakat telah ada mendahului.

Keluarga dan Peran


Keluarga merupakan satuan terkecil dalam lingkup sosial masyarakat. Burgess
dalam Evy Clara (Soemanto, 2014: 7) menjelaskan tentang keluarga ialah lingkup yang
paling mudah dijangkau, terdiri dari individu-individu yang saling mengikat karena
ikatan perkawinan, hubungan darah atau adopsi; keluarga serumah; terdapat komunikasi
dan interaksi satu sama lain sesuari dengan peran masing-masing9.
Keluarga sebagai hubungan yang terikat satu sama lain, terdapat keterantungan,
tanggugjawab, dan kewajiban antar anggota. Arti keluarga dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dikatakan keluarga ialah ibu bapak beserta anak-anaknya, unit terkecil
kekerabatanyang sangat mendasar di masyarakat.
Pengertian lain menjelaskan contohnya dalam A-Qur’an ada yang merujuk pada
“keluarga” dengan sebutan Ahlul bait atau keluarga Rasulullah SAW pada Q.S Al-ahzab
ayat 33 . Abu Zahra menjelaskan sebuah keluarga didalamnya meliputi suami, istri,
anak-anak dan ketuurunan dari mereka, dan meliputi pula didalamnya saudara kakek,
nenek, paman dan bibi dengan anak-anak mereka (persepupuan).10
Salvicion dan Celis (1998) menjelaskan sebuah keluarga didalamnya terdapat
dua atau lebih dari mulanya dua pribadi bersatu yang disatukan atas ikatan darah,
hubungan perkawinanan pengankatan, kehidupannya dalam satu rumah tangga, antar
anggota saling berinteraksi dan memainkan perannya masing-masing dalam keluarga
lalu menghasilkan serta mempertahankan suatu habit atau kebiasaan yang menjadi
budaya.11
Menurut UU. No.10 Tahun 1992 menngemukakan keluarga, menurut ialah
satuan sosial minor yang beranggotakan dari ayah dan anaknya, ibu dan anaknya, atau

9
Clara and Agrita, Sosiologi Keluarga, 48.
10
Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Malang: UIN-Malang Press, 2008), 37,38,
accessed July 2, 2023, https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=364711.
11
Robert A. Baron and Donn Byrne, Psikologi Sosial, 10th ed., 1 (Jakarta: Erlangga, 2004), accessed July
2, 2023, https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=40163.

12
suami dan istri.. Menurut Robert R. Bell (1979) dalam Anung (2021) terdapat tiga
pembagian hubungan atau ikatan dalam sebuah keluarga 12:
a. Saudara dekat (conventional kin), merupakan kelompok orang yang terkait satu
sama lain dalam keluarga atas hubungan darah, perkawinan, adopsi, orang tua,
anak, dan antar sepupu.
b. Saudara jauh (discreationari kin), ialah terdiri dari inidvidu yang diikat dalam
keluarga melalui hubungan sedarah, pengadopsian atau perkawinan, akan tetapi
ikatan keluarganya tidak seerat kerabat dekat.
c. Individu yang dianggap keluarga (fictive kin), yaitu dianggap bersaudara karena
sebab adanya ikatan tertentu, contohnya anatara seseorang yang dekat seperti
memiliki hubungan darah padahal tidak.
Berdasarkan dari beberapa uaraian yang membahas keluarga, kemudian dapat
penulis simpulkan bahwa keluarga merupakan orang terdekat seseorang yang terikat
dalam hubungan darah maupun ikatan lainnya, dengan peran dan tanggungjawabnya
masing-masing. Keluarga merupakan tempat pertama individu untuk memperoleh
pendidikan secara informal. Maksud dari Pendidikan informal sendiri yaitu metode
pendidikan yang didapatkan dari keluarga, karena sebagai individu pertama kali
melakukan interaksi sosial dilakukan dengan keluarga. Keluarga sangat mempengaruhi
karakter seorang individu
Peran yang ada dalam keluarga dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi pada
masyarakat sosial. Terdapat dua fungsi keluarga yang nyata maupun tidak terlihat.
Analisis struktural fungsional yang dilakukan oleh Merton menguraikan dua fungsi
keluarga: fungsi manifest intended dan fungsi laten atau unintended. Berikut contoh
delapan dari fungsi manifes dijelaskan oleh Achir dalam Rustina (2014) yaitu:
a. Fungsi keagamaan, mengarahkan dan membimbing sesama individu sebagai
anggota keluarga untuk memperdalam spiritual dengan melekatkan diri
seluruhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Apabila seorang dapat mengontrol
dirinya dengan memperbaiki diri, menjauh dari segala laranganNya dan
melakukan segala perintahNya , maka dapat dikatakan fungsi keagamaan
berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuannya. Kewajiban dalam mendidik dan

12
Anung Al Hamat, “Representasi Keluarga Dalam Konteks Hukum Islam,” YUDISIA : Jurnal Pemikiran
Hukum dan Hukum Islam 8, no. 1 (April 8, 2018): 142, accessed July 2, 2023,
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/view/3232.

13
membimbing anak dimulai dari pemahaman tentang agama berupa tat acara
beribadah, dll.
b. Fungsi sosial budaya menerangkan bahwasannya anggota keluarga memiliki
keharusan untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan kepada keturunannya agar
masa depannya tidak melupakan budaya dan kehidupannya lebih cerah. Termasuk
menjaga dan melestarikan kebudayaan yaitu mengajarkan Bahasa daerah sendiri.
Hal ini akan menjadi pelestarian budaya yang bermanfaat untuk generasi
berikutnya.
c. Fungsi kasih sayang dan cinta, sesama anggota dari keluarga harus saling
menyayangi satu sama lain sebagai upaya mempererat hubungan satu sama lain.
Baik hubungan antar orang tua dengan anak, antara pasangan suami dengan istri,
kemudian ikatan atntar persaudaraan atau kekerabatan dapat diperkuat dengan
saling memperlihatkan kasih sayang, melindungi dan simpatik satu sama lain.
d. Fungsi perlindungan atau proteksi, ialah fungsi dimana seorang individu yang
menjadi anggota keluarga saling menciptakan rasa kehangatan dan rasa aman
kepada sesama anggota keluarga. Apabila fungsi ini dilakukan dengan
sebagaimana mestinya maka tercipta pula rasa aman bagi suatu keluarga tanpa
adanya kekhawatiran yang mendalam.
e. Fungsi reproduksi, merupakan cara keluarga untuk mengatur keturunan sebagai
fungsi melanjutkan generasi dengan mendapatkan keturunan lalu melanjutkan
kehidupan dengan keluarganya nantinya dan hal ini memang diperlukan dalam
rangka agar kehidupan sosial baik dalam lingkup internal, keluarga maupun
masyarakat menjadi seimbang.
f. Fungsi sosialisasi, berupa kewajiban alimentasi meliputi pendidikan merupakan
fungsi paling utama dalam keluarga. Seorang individu yang hidup dan tumbuh
dalam sebuah keluarga dimana itu merupakan menjadikan tempat pertama maka
mereka layak diberikan pendidikan terbaik, Karena Pendidikan mempengaruhi
perilaku dan tindakan yang akan dibawa ke lingkungan masyarakat sosial.
g. Fungsi ekonomi, merupakan salah satu komponen yang dapat membantu keluarga
memperoleh kemandirian. Segala kebutuhan keluarga baik kebutuhan individu
atau masyarakat dipenuhi dengan fungsi ekonomi. Jikalau fungsi ekonomi ini
dapat dikembangkan dan dipahami dengan benar, tentu akan membentuk anggota

14
dengan kemampuan untuk mandiri secara ekonomi, sehingga setiap anggota dapat
memilih jalan ke depannya sesuai dengan kemampuan mereka.
h. Fungsi pembinaan lingkungan. Merupakan fungsi dimana keluarga mampu
menjadi sosok pengawasan, perlindungan, dan pembinaan terhadap individu
disaat situasi dan kondisi yang selalu berubah secara dinamis dalam masyarakat.
Dengan kata lain, sebagai individu tidak akan dilecehkan atau diasingkan di
lingkungannya meskipun berada di lingkungan yang luas karena terdapat keluarga
yang selalu menjadi pembina lingkungan.
Fungsi laten atau disebut juga fungsi yang tersembunyi, karena dampak yang
ditimbulkan merujuk sesuai pada fungsi utama dalam suatu teknik tertentu satu macam
fungsional. Terdapat dua macam fungsi yang tersembunyi atau tersirat dan signifikan
dari sistem tersebut, entah dalam bentuk fungsional ataupun disfungsional. Berkenaan
dari beberapa fungsi laten yang dikemukakan oleh Agustina (2015) sebagai berikut :
a. Keluarga sebagai tempat kembali, dengan maksud tempat yang dirasa paling
nyaman dan aman untuk rehat setelah seharian penuh bekerja di luar rumah.
b. Keluarga sebagai media diri individu untuk mematangkan karakter dan mental
dalam persiapan menghadapi masyarakat sosial secara luas.
Forum keluarga memiliki fungsi tersembunyi, atau laten, yang mengatur masalah
keuangan keluarga yang termasuk ke dalam fungsi ekonomi. Sebagian besar di
antaranya adalah untuk memenuhi kebutuhan saling melengkapi keluarga dalam bagian
ini, yang berarti bahwa bukan hanya ayah yang mencari nafkah yang mencari nafkah,
tetapi juga istri bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu,
keluarga juga mempunyai peran yang utama dalam hal fungsi religious, misalkan karena
pada keluarga yang sebagian besar memeluk agama islam memiliki kebiasaan atau
kebudayaan turun temurun kepada geneasi selanjutnya. 13 Setiap anggota keluarga
kemudian memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan sebagai sesama anggota
keluarga supaya dapat melalui kehidupan religius.

Pembentukan Karakter
Karakter merupakan sekumpulan watak atau kepribadian seseorang yang
mengimplikasikan kepada kebaikan baik dalam bentuk tindakan ataupun lainnya. W.B

13
Sukaimi, “PERAN ORANG TUA DALAMPEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK.”

15
Saunders (1977:126) mengungkapkan mengenai karakter merupakan sifat sebenarnya
yang tidak ditampakkan oleh seorang individu, segenap ciri yang dapat diamati di
individu.
Para pakar memiliki penejasan yang berbeda dan tidak sinkron mengenai
karakter. Penjelasan W.B. Saunders tentang karakter itu bersifat konkret, setiap inividu
tidak selalu dapat mengamati, yang demikian berarti orang akan menunjukkan
karakternya masing-masing, karena sifat dan karakter itu muncul tergantung pada
individu tersebut maka dari itu bisa dikatakan tidak sinkron14. Pusat Bahasa Dediknas
menjelaskan definisi karakter berupa “perangai, hati, jiwa, akhlak, kepribadian, budi
pekerti, perilaku, personalitas, sofat, watak, tempramen, tabiat”. Lalu berkarakter juga
berarti kepribadian, berperilaku, bersifat, serta berwatak.
Seorang pakar psikologi mengamati karakter sebagai sebuah skema mengenai
keyakinan dan habit yang mengarah pada tindakan individu. Jika seorang individu
menampakkan karakter dan kita memiliki pengetahuan untuk mengetahui karakter itu, ,
maka dapat dengan mudah diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bertindak
pada kondisi dan situasi tertentu. Sesuai dengan konsep karakter sebelumnya, dapat
ditafsirkan karakter berupa sikap, watak dan perilaku seseorang untung menanggapi
satu tindakan. Salah satu teori sosial menjelaskan, seorang individu yang berkarakter
memiliki logika berpikir dan perasaan saat menjalin hubungan antara dirinya sendiri
dengan kepribadiannya dalam kehidupan sosial secara luas. Karakter menunjukkan
bagaimana seorang individu berperilaku, pembawaan atau bersikap. Apabila seorang
individu menampakkan sifat kejam, pemarah, keras, tidak jujur ataupun kejam maka
bisa dikatakan individu tersebut memperlihatkan wujud perilakunya yang buruk.
Begitupun sebaliknya, apabila seorang individu berprilaku jujur, suka menolong,
bertanggung jawab, maka bisa dikatakan individu tersebut mewujudkan karakter yang
bernilai baik atau mulia. Istilah karakter juga familiar dengan ‘personality’. Dapat
dinafikan seseorang yang berkarakter (a person of character) jika tingkah laku atau
sikapnya selaras dengan nilai-nilai dan kaidah moralitas. Maka dapat disimpulkan,
untuk memiliki karakter yang baik diantaranya meliputi beberapa komponen seperti
peengetahuan yang baik (moral knowing), akhlak, dan cara bersosialisasi dengan

14
Nirra Fatmah, “Pembentukan Karakter Dalam Pendidikan,” Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman 29,
no. 2 (July 31, 2018): 369~387-369~387, accessed July 2, 2023,
https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/602.

16
masyarakat sosial, akan tetapi juga akan mendapatkan perlakuan baik (moral feeling)
(Abidin, 2012:34).
Keluarga berkewajiban untuk mengajarkan perilaku dan akhlak yang baik kepada
anak-anaknya, adapun contohnya sebagai berikut :
1. Mencontohkan kepada anak hal-hal yang baik. Karena orang tua yang tidak dapat
menguasai dirinya sendiri pasti tidak dapat meyakinkan anak-anaknya untuk
mengikuti moral yang dia ajarkan. Karena itu, sebelum mereka dapat memberikan
contoh moral kepada anak-anaknya, orang tua harus mendidik diri mereka sendiri
sehingga
2. Mmemberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktikkan hal-hal yang baik.
Dalam semua situasi, menjadi orang tua akan mudah ditiru oleh anak-anaknya.
3. Memberikan kewajiban alimentasi yang layak kepada anak sesuai dengan
perkembangannya. Sebagai permulaan orang tua harus mencontohkan dulu
dengan kata lain orang tua juga harus memiliki karakter yang baik. setelah itu
baru lah mencoba memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan hal-hal
yang mereka inginkan sesuai dengan pengajaran orang tua.
4. Sebagai orang tua wajib mengawasi anak dalam bergaul dan bersosialisasi. Oleh
karena itu, orang tua selalu memperhatikan, mengawasi dan memfokuskan anak-
anak mereka, menjaga mereka dari lingkungan sosial seperti teman yang tidak
baik atau menyimpang, dan memberikan perhatian penuh kepada mereka di mana
pun mereka berada.

Interaksionisme simbolik peran keluarga terhadap pembentukan karakter anak


- Ayah, berperan sebagai kepala keluarga dengan kewajiban menafkahi juga memiliki
peran lain dalam pembentukan karakter seorang anak. Sosok ayah sangat
mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosional. Dijelaskan dalam Q.S Lukman
ayat 13-19 terkandung makna tersirat bahwa peran ayah sebagai pemimpin keluarga dan
sekaligus pendidik bagi anaknya. 15
Marak terjadi fenomena fatherless sangat disayangkan, padahal secara
keseluruhana anak membutuhkan peran keduanya antara ayah dan ibu. Kecenderungan
dari personality seorang ayah yang membangun personality seorang anak pula.

15
Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, 55.

17
Kehadiran sosok ayah juga mencegah anak mengalami puberitas dini atau lebih
sederhananya dewasa sebelum waktunya dikarenkan kekurangan kasih sayang.
Sanjungan ayah kepada anak apalagi anak perempuan memiliki pengaruh, terutama
pada anak yang tidak percaya diri dapat membangun raasa percaya diri dan terlihat
menjadi dewasa. Akibatnya anak perempuan tidak mudah termakan pengaruh buruk
ataupun rayuan dari lawan jenis karena dia sudah mendapatkan segala pujian dari ayah.
Kedekatan ayah juga membuat anak lebih pandai dalam mengendalikan stress. Hal-hal
yang memiliki pengaruh besar terhadap anak dilakukan seorang ayah contoh dengan
mengobrol dan berkomunikasi dengan baik anak akan merasa diperhatikan, mengajak
bermain dalam waktu luang akan menumbuhkan chemistry antara ayah dan anak. Pola
asuh ayah akan berpengaruh pada tumbuhnya rasa tanggungjawab, berjiwa leadership,
dan keterampilan sosial.
- Ibu, berperan paling besar dalam pembentukan karakter karena ibu memiliki waktu
paling banyak dalam mengasuh anak setiap tumbuh kembangnya. Ibu memiliki peran
sebagai pendidik pertama dan yang paling utama. Maka dari itu, baik buruknya seorang
anak ada ditangan ibu, seperti hadis riwayat Muslim menjelaskan bahwa setiap dari
individu merupakan pemimpin atas dirinya sendiri, lalu seorang wanita menjadi
pemimpin dalam rumah tangga yang bertugas mengatur pengelolaan rumah tangga dan
mendidik anak juga melayani sang suami.
Ketekunan dan ketelatenan seorang ibu dalam mendidik anaknya menumbuhkan
sifat penyayang dan lemah lembut. Supaya tidak terjadi penyimpangan ibu selalu
mengawasi segala sesuatu yang terima oleh anak. Seorang ibu harus memiliki sifat yang
baik dan teladan untuk anak-anaknya karena anak selalu mengekor apa yang ia lihat dari
orang tua. Peran ibu dalam Pendidikan anaknya cenderung pada hal-hal dasar seperti
mengajari cara sholat, table manner, dan akhlak yang baik contoh jujur, amanah, sabar,
dermawan, menghormati orang yang berumur diatasnya dan lain-lain. Abdul Wahid
dalam Mutiara safa mengungkapkan bahwa peranan seorang ibu dalam hal pendidikan
anak-anaknya merupakan sumber dan pemberi rasa kasih saying, pelindung, tempat
untuk mencurahkan segala isi hati, yang mengatur seisi rumah, pendidik dalam segi-segi
yang impulsif seperti emosional.16

16
Abdul Wahib, “Konsep Orang Tua Dalam Membangun Kepribadian Anak : Jurnal Paradigma Institut”
(December 12, 2015): 3, accessed July 2, 2023,
http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/paradigma/article/view/898.

18
Jadi dalam keluarga memiliki peran masing-masing dan bersama dalam
pembentukan karakte. Karena ayah mempunyai peran sebagai pendidik, pemandu,
pelindung, dan pemimpin atau kepala keluarga, ayah yang bertanggung jawab untuk
mendidik anak. Tanggung jawab lain seorang ibu yaitu mendidik, membina, menjaga
dan mengatur urusan rumah tangga (Ginanjar, 2017).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dideskripsikan selaras dengan pandangan
Mead secara umum dalam perspektif interaksionisme simbolik, dapat dipahami sebagai
berikut:
a. Tindakan ,
Sentral dari teori yang dikemukakan oleh Mead yaitu tindakan. Metode
behaviorisme digunakan Mead untuk menganalisis dan mengamati tindakan sosial.
Maksud dari pendekatan behaviorisme yaitu perhatian terpusat pada stimulan dan
tanggapan (response). Terkait dengan ini adapun tahapannya sebagai berikut :
1) Impuls, merupakan senuah tahapan yang paling awal stimulus panca indera pada
individu secara langsung. Hubungannya peran keluarga dalam pembentukan
karakter kaitannya dengan impuls yaitu ayah dan ibu menyadari peran masing-
masing sebagai orang tua, mencontohkan hal-hal baik dalam pembentukan
karakter anak.
2) Persepsi, yaitu skema lanjutan dan timbal balik dari rangsangan yang diciptakan
oleh impuls. Kaitannya dari penjelasan sebelumnya yaitu anak dapat memilah
dan menyaring apakah perbuatan yang patut ditiru mana atau tidak patut
berdasarkan apa yang orang tua ajarkan.
3) Manipulasi, merupakan sebuah tahap pengalihan atau pembeda dari sebelumnya
supaya impuls tidak terwujud secara impulsive. Ayah dan ibu mengajarkan dan
mengarahkan anak kepada kegiatan-kegiatan positif dan hal-hal kebaikan, dan
anak .
4) Konsumsi. anak menirukan apa yang sudah diajarkan dan dicontohkan oleh
kedua orang tua, dan delalu mendapat pengawasan dari orang tua. Karena itu
anak semakin terbiasa melakukan hal-hal tersebut dengan berbagai
penanganannya menimbulkan terbentuknya model tindakan respon sebagai
pelengkap dari tindakan impuls sebelumnya. Pola asuh yang diterapkan orang
tua mengakibatkan pembentukan pola pikir atau karakter pada anak, missal

19
dengan diajarkan untuk mengucap kata “bismillah” sebelum beraktivitas dari
kecil dengan bimbingan secaara berkelanjutan, maka sampai anak besar masih
melakukan hal tersebut. Semua karakter atau sifat yang tertanam pada diri
individu dipengaruhi kebiasaan pola asuh orang tua.

b. Gestur
Mead menjelaskan gesture merupakan gerakan pertama individu yang berfungsi
menjadi rangsangan khusus dengan berakibat menimbulkan reaksi atau tanggapan
(sosial) dari individu lainnya. Isyarat atau gesture dimiliki oleh manusia maupun
Binatang karena sejatinya sebagai individu apabila bertindak pasti akan menimbulkan
reaksi pada individu lain. Tindakan yang dilakukan orang tua terhadap anak pun juga
kan menimbulkan reaksi dari anak. Misalnya, orang tua selalu memeluk anak saat anak
merasa ketakutan, maka akan menimbulkan reaksi hangat dari anak karena sang anak
merasa ada perlindungan atau tempat aman berupa orang tua.
c. Simbol
Symbol yang mengandung makna (symbol signifikan) merupakan gerak isyarat
atau Tindakan yang hanya dimiliki dan dimengerti oleh manusia. Sebuah isyarat yang
menjadi symbol bermakna apabila diciptakan oleh seorang individu yang membuat
symbol-simbol tersebut sama maksud dengan tanggapan (tidak mesti sama) orang yang
sedang berinteraksi itu atau sasaran isyarat. Dari berbagai jenis isyarat yang paling
mungkin digunakan dan paling mudah dipahami menjadi sebuah symbol bermakna
tertentu merupakan Bahasa. Seorang anak dan orang tua biasanya memiliki isyarat
Bahasa yang hanya bisa dimengerti lingkup keluarga. Misalnya, anak yang belum bisa
berbicara dengan sempurna menggunakan isyarat kata “aem” untuk meminta makan
kepada ibunya, maka ibu pun mengerti isyarat apa yang dimaksud dari anak yaitu
meminta makan. Tetapi belum tentu orang lain mengerti isyarat “aem” tersebut karena
isyarat pun timbul karena kebiasaan interaksi antara ibu dan anak.
d. Pikiran (Mind)
Mind merupakan proses perjawantahan diamana seorang individu melakukan
interaksi dengan dirinya sendiri (komunikasi intrapersonal) dengan meenggunakan
symbol yang signifikan atau gestur yang memiliki makna pula. Pikiran muncul dan
berkembang melalui proses sosial. Sebagian besar manusia melibatkan sebuah proses

20
mental dalam tindakannya, meskipun ada beberapa orang yang bertindak dengan alur
aksi dan reaksi. Ini berarti bahwa melibatkan kegiatan atau pikiran mental adalah proses
dari adanya aksi dan reaksi. Pola asuh atau peran keluarga dalam pembentukan karakter
anak juga berasal dari sebuah pikiran. Proses berpikir yang berorientasi pada pemecahan
masalah termasuk dalam pikiran. Dimana orang tua mengatur strategi atau metode
tentang bagaimana kelak anaknya akan tumbuh menjadi individu yang seperti apa, maka
harus dibentuk karakter yang seperti apa.
e. Diri (Self)
Self  mengacu pada kepribadian yang bersifat teoretis dari individu. Menurut
Mead, kemampuan utnuk untuk memberi jawaban kepada diri sendiri dengan perlakuan
yang sama seperti memberi respon atau jawaban kepada orang lain adalah kondisi yang
sangat krusial untuk mendorong perkembangan mind. Ketika seseorang berpikir tentang
siapa dirinya, self adalah entitas manusia. Dengan kata lain, self adalah suatu proses
berpikir yang sadar pada bukan benda. Refleksi self pada peran keluarga dalam
pembentukan karakter seorang anak yaitu mampu mengendalikan peran masing-masing
dalam usaha untuk menjadikan anak berkarakter baik dan mampu bersosialisasi di
tengah masyarakat. Pada tahapan self yang dikelompokkan oleh Mead ada; (1) Tahap
bermain (play stage) yaitu anak memainkan atau meniru setiap apa yang diberikan
kepadanya , (2) Tahap Permainan (Game Stage) yaitu tahap dimana anak mulai
mengaplikasikan apa yang diajarkan kedua orang tua; dan (3) Generalized Other yaitu
tahap dimana anak telah berhasil melewati dua tahap sebelumnya, yang berarti anak
sudah cukup matang untuk dapat bergaul dan bersosialisasi kepada masyarakat. Masing-
masing tahap akan dialami oleh anak seiring perkembangannya, sebagai orang tua
berperan mendampingi anak supaya berhasil melewati setiap tahap dengan sempurna.
f. I and Me
"I" merupakan subyek diri di mana seseorang bertindak dan memiliki keinginan
alami untuk tetap kreatif dan impulsif. Sedangkan "Me" merupakan objek diri yang
mencerminkan diri melalui bagaimana orang lain berperilaku terhadap individu tersebut.
Ketika seseorang berbicara tentang aku, mereka berbicara tentang aku sebagai subjek
dan aku sebagai objek. Artinya Me merupakan konsep bagaimana orang tua belajar dan
berusaha mendidik anak supaya memiliki karakter yang baik dapat berinteraksi dengan

21
masyarakat sosial. Sedangkan I merupakan hasil ketelatenan dalam mendidik anak
sehingga anak memiliki karakter yang baik dapat disebut dengan I.
g. Masyarakat (Society)
Society atau masyarakat dalam cakupan yang terkoordinir atau lebih sempit.
Mead mengungkapkan bahwa interaksi yang terjadi di antara manusia adalah interaksi
yang paling banyak memiliki makna dan krusial di antara semua makhluk hidup.
Interaksi manusia diubah oleh kemampuan mereka untuk membentuk dan
memperlihatkan secara langsung dengan menggunakan sistem simbol konvensional. Ini
terlepas dari kenyataan bahwa manusia terkadang memberikan respons atau tanggapan
secara otomatis dan tanpa mempertimbangkan gestur orang lain. Jadi, ada banyak
lembaga sosial di tingkat masyarakat. Bahwa lembaga atau seluruh komunitas bertindak
terhadap individu dalam situasi tertentu dengan cara yang sama, dan seluruh komunitas
merespons situasi ini dengan cara yang sama. Cakupan teori interaksionisme simbolik,
yang meliputi komponen dari Mind, Self, dan Society, merupakan sebuah teori yang
mempelajari bagaimana manusia berbuat atau berperilaku dengan simbol yang tersirat
makna, diperoleh dari interaksi dengan orang lain dan berkembang dan berkembang
selama proses interaksi.
Penutup
Kesimpulan
- Interaksionisme simbolik merupakan sebuah teori yang berinti mengenai hubungan
antara individu dan masyarakat sosial dikembangkan oleh George Herbert Mead.
Individu yang meyakini teori ini membenarkan tentang simbol dan Bahasa digunakan
untuk berkomunikasi dengan sesama individu atau kelompok sosial. Setiap interaksi
yang dilakukan sehari-hari baik berupa Bahasa, symbol, Tindakan, hubungan, atau
materi yang bermakna merupakan hal yang impulsive. Lebih sederhananya
interaksionisme simbolik memandang manusia dalam bertindak selalu menggunakan
symbol yang pasti memiliki makna, dimana symbol tersebut diciptakan ketika
berinteraksi dengan individu lain yang memberi tanggapan atas symbol tersebut.
- Pembentukan karakter merupakan ikhtiar untuk memupuk nilai-nilai dasar karakter
merujuk pada kebaikan yang dilakukan dengan aturan dan norma secara sistematis
dengan harapan mampu menerapkan nilai-nilai karakter tersebut berupa sifat, tindakan,
kepekaan sosial dan lain lain di masyarakat. Aktor elementer dalam peciptaan karakter

22
anak adalah keluarga yaitu ayah dan ibu. Mereka berperan penting dalam penciptaan
karakter yang berkualitas untuk anak. Kewajiban keluarga untuk memberikan
perlindungan, pendidikan, pengasuhan dan kasih sayang sehingga anak dapat tumbuh
menjadi generasi yang berkarakter baik.
- Peran keluarga korelasinya dengan interaksi simbolik yaitu seorang ayah dan ibu
menjadi aktor yang melakukan interaksi, tindakan dengan symbol atau isyarat bermakna
berupa pola pengasuhan untuk membentuk karakter pada anak. Tanggapan dari tindakan
tersebut yaitu anak memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai karakter yang diberikan
pada anak. Perspektif interaksi simbolik menyatakan bahwa perilaku manusia pada
dasarnya dihasilkan dari pemahaman mereka tentang dunia sekitar mereka. Jadi, dapat
dikatakan keluarga sebagai suatu cara untuk melihat interaksi dari sekelompok orang,
bukan sebagai bentuk dan fungsinya. Bagaimana keluarga berkomunikasi dan belajar
melalui pembuatan, penafsiran, dan penjagaan terhadap makna simbol dan gagasan
keluarga yang digunakan bersama adalah dasar dari interaksi simbolik.
Daftar Pustaka
Ariyati, Tatik, and Djohni Dimyati. “Pentingnya Peran Keluarga Untuk Penguatan
Karakter Dalam Membentuk Akhlak Baik Pada Anak Usia Dini.” Seminar
Nasional dan Call for Paper “Membangun Sinergitas Keluarga dan Sekolah
Menuju PAUD Berkualitas (2018): 152–158. Accessed July 2, 2023.
https://eprints.uad.ac.id/13547/.

———. “Pentingnya Peran Keluarga Untuk Penguatan Karakter Dalam Membentuk


Akhlak Baik Pada Anak Usia Dini” (n.d.).

Baron, Robert A., and Donn Byrne. Psikologi Sosial. 10th ed. 1. Jakarta: Erlangga,
2004. Accessed July 2, 2023. https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?
id=40163.

Ch, Mufidah. Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender. Malang: UIN-Malang


Press, 2008. Accessed July 2, 2023.
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=364711.

Clara, Evy, and Ajeng Agrita. Sosiologi Keluarga. 1. Jakarta: UNJ PRESS, 2020.

Fatmah, Nirra. “Pembentukan Karakter Dalam Pendidikan.” Tribakti: Jurnal Pemikiran


Keislaman 29, no. 2 (July 31, 2018): 369~387-369~387. Accessed July 2, 2023.
https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/602.

Hamat, Anung Al. “Representasi Keluarga Dalam Konteks Hukum Islam.” YUDISIA :
Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam 8, no. 1 (April 8, 2018): 139–154.

23
Accessed July 2, 2023.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/view/3232.

I.B, Wirawan. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma: fakta sosial, definisi sosial,
dan perilaku sosial. Kencana, 2012.

Marwan, Syaiful, and Aulia Muswara. “Parent’s Symbolic Behavior In Educating


Children : A Gender Perspective.” AGENDA: Jurnal Analisis Gender dan
Agama 3, no. 1 (June 19, 2021): 70–77. Accessed July 2, 2023.
https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/agenda/article/view/2614.

Melia, Yeni. “Model Pendidikan Karakter Dalam Konsep Sosiologis Dab Budaya (Studi
Pada Sekolah Dasar Di Ulak Karang Selatan).” Jurnal Pendidikan Tambusai 4,
no. 1 (June 5, 2020): 528–534. Accessed June 29, 2023.
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/496.

PUSTIKOM-UNG. “Sekilas Tentang Konsep Karakter - Jumadi Mori Salam Tuasikal.”


Dosen.Ung.Ac.Id. Accessed July 2, 2023.
https://dosen.ung.ac.id/JumadiTuasikal/home/2022/8/31/sekilas-tentang-konsep-
karakter.html.

Putri Ayu Setyo. “Teori Interaksionisme Simbolik Mead.” SosantPedia, December 3,


2017. Accessed June 26, 2023.
https://blog.unnes.ac.id/ayusetyo/2017/12/03/teori-interaksionisme-simbolik-
mead/.

Rahmat, Stephanus Turibius. “Peran Keluarga Sebagai Basis Pembentukan Karakter


Anak Dalam Menyongsong Era Bonus Demografi.” Jurnal Lonto Leok
Pendidikan Anak Usia Dini 2, no. 1 (January 1, 2019): 1–20. Accessed July 2,
2023. https://jurnal.unikastpaulus.ac.id/index.php/jllpaud/article/view/344.

Sukaimi, Syafi’ah. “Peran Orang Tua Dalam Pembentukan Kepribadian Anak :


Tinjauan Psikologi Perkembangan Islam.” Marwah: Jurnal Perempuan, Agama
dan Jender 12, no. 1 (June 2, 2013): 81–90. Accessed July 2, 2023.
https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/marwah/article/view/515.

Syarbini, Amirulloh. Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga. Elex Media


Komputindo, 2014.

Ulfatin, Nurul. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan: Teori Dan


Aplikasinya. Media Nusa Creative (MNC Publishing), 2022.

Wahib, Abdul. “Konsep Orang Tua Dalam Membangun Kepribadian Anak : Jurnal
Paradigma Institut” (December 12, 2015). Accessed July 2, 2023.
http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/paradigma/article/view/
898.

Yigibalom, Leis. “Peranan Interaksi Anggota Keluarga Dalam Upaya Mempertahankan


Harmonisasi Kehidupan Keluarga Di Desa Kumuluk Kecamatan Tiom
Kabupaten Lanny Jaya.” ACTA DIURNA KOMUNIKASI 2, no. 4 (November 7,

24
2013). Accessed July 2, 2023.
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/actadiurnakomunikasi/article/view/
2974.

“Teori Interaksionisme Simbolik: Analisis Sosial-Mikro.” Business Law. Last modified


October 23, 2019. Accessed June 15, 2023.
https://business-law.binus.ac.id/2019/10/23/teori-interaksionisme-simbolik-
analisis-sosial-mikro/.

25

Anda mungkin juga menyukai