Anda di halaman 1dari 15

11

Hubungan Interaksi Sosial Dengan Perkembangan Moral Pada Remaja Di


SMA UISU Medan

Anna Waty
Fakultas Psikologi
Universitas Medan Area

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan snteraksi sosial dengan perkembangan moral pada
pemaja di SMA UISU. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi
pada penelitian ini adalah siswa SMA UISU sebanyak 114 siswa/siswi yang terdiri dari kelas X (53 siswa),
dan XI (61 siswa). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling, Sampel yang
digunakan diperoleh dari 50% jumlah keseluruhan siswa dari masing-masing kelas, jadi sampel yang di
dapatkan dari kelas X sebanyak 27 siswa, dari siswa kelas XI sebanyak 30 siswa. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analis korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil analisis
dengan Metode Analisis Korelasi Product Moment, diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara Interaksi sosial dengan Perkembangan moral, dimana r xy = 0,362 ; p = 0.001 < 0,005.
Artinya semakin Baik Interaksi sosial, maka semakin Baik Pekembangan moral. Koefisien determinan (r 2)
dari hubungan antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y adalah sebesar r 2 = 0,131. Ini menunjukkan
bahwa Perkembangan moral dibentuk oleh Interaksi sosial sebesar 13,1%
Kata Kunci: Interaksi Sosial; Perkembangan Moral; Moral Remaja
PENDAHULUAN interaksinya dengan oran lain (Santrock
Menurut Santrock (2003), moral dalam Desmita, 2005).
lebih kuat mengenai tingkah laku yang Pembentukan moral terasa sulit bagi
dapat diterima dan tidak dapat diterima, remaja karena ketidak konsistenan dalam
tingkah laku etis, atau tidak etis, dan konsep benar dan salah yang
caracara dalam berinteraksi. ditemukannya dalam kehidupan seharihari
Seorang remaja akan mengalami yang membuat remaja bingung. Hal ini
perkembangan moral, seiring dengan akan menjadi penghalang bagi remaja
semakin luasnya ia berinteraksi. Pada dalam proses pembentukan moralnya.
awalnya, seorang remaja hanya Banyak faktor yang membuat
berinteraksi di lingkungan keluarganya. remaja menjadi tidak bermoral, seperti
Di sini pembentukan dasar-dasar moral keluarga yang bersikap dingin dan tidak
terjadi dan akan menjadi acuan bagi para perduli satu sama lainnya, pengaruh
remaja ketika ia berinteraksi (Santrock, teman sebaya yang berkelakuan buruk,
2003). Adapun yang dimaksud dengan kecanggihan teknologi yang disalah
perkembangan moral adalah gunakan, hingga faktor lingkungan yang
perkembangan yang berkaitan dengan negatif. Penolakan sosial atau hukuman
aturan mengenai apa yang seharusnya bagi perilaku yang salah, dari penerimaan
dilakukan oleh manusia dalam sosial atau penghargaan bagi perilaku

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


12

yang benar, anak memperoleh motivasi pun selalu tergantung pada lingkungannya
yang diperlukan untuk mengikuti standar dan manusia pasti akan selalu berinteraksi
perilaku yang ditetapkan anggota keluarga dengan lingkungannya.
(Gunarsa, 1991). Faktor yang paling besar Interaksi sosial menurut Shaw
pengaruhnya terhadap moral emaja adalah (dalam Ali, 2004) merupakan suatu
lingkungan sosial anak remaja tersebut. pertukaran antara pribadi yang
Maraknya kasus pelanggaran moral masingmasing orang menunjukkan
yang di alami oleh remaja yang perilakunya satu sama lain dalam
diberitakan di berbagai media massa kehadiran mereka dan masing-masing
akhir-akhir ini sungguh sangat perilaku mempengaruhi satu sama lain.
memperihatinkan. Masalah yang muncul Seorang anak dapat membandingkan
di kalangan remaja bukan hanya dirasakan pemikiran dan pengetahuan yang telah
oleh kalangan remaja sendiri, tetapi juga dibentuknya dengan pemikiran dan
oleh orang tua dan orang lain pengetahuan orang lain.
disekitarnya. Interaksi sosial seperti yang
Fenomena yang terjadi di SMA dikemukakan Bonner (dalam Gerungan,
UISU Medan, dapat digambarkan bahwa 2004) adalah suatu hubungan antara dua
remaja moralnya tidak baik karena individu atau dimana kelakuan individu
menurut pandangan orang tua, guru yang satu mempengaruhi, mengubah atau
bimbingan konseling, itu sendiri. Adapun memperbaiki kelakuan individu yang lain
perilaku yang dapat dikategorikan tidak atau sebaliknya.
bermoral adalah sering melawan orang Berdasarkan uraian di atas bahwa
tua, membentak-bentak, berkata kasar, dalam perkembangan moral salah satu
tidak perduli terhadap keluarga dan faktor yang mempengaruhinya ialah
berbuat sesuka hatinya ketika dirumah. interaksi sosial.
Menurut guru di sekolah, siswa sering KAJIAN PUSTAKA Remaja
melawan ketika mendapat hukuman, Masa remaja (adolescence) dimulai
memaki, dan ketika belajar mereka sering kira-kira antara usia 10-13 tahun dan
menaikan kakinya dalam proses belajar berakhir kira-kira antara usia 18-22 tahun
mengajar di atas meja. (Santrock, 2005). Menurut Hurlock
Lingkungan sering disebut patokan (Sobur, 2005) masa remaja adalah masa
utama pembentukan perilaku. Semuanya transisi dari anak menuju dewasa, yaitu
dikaitkan dengan lingkungan dan manusia usia 11-21 tahun.

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


13

Piaget (Hurlock, 1999) menyukai teman- teman yang mempunyai


mengemukakan secara psikologis, masa sifat-sifat yang sama dengan dirinya,
remaja adalah usia individu berintegrasi remaja berada dalam kondisi kebingungan
dengan masyarakat dewasa, usia saat anak karena masih ragu harus memilih yang
tidak merasa di bawah tingkat orangorang mana, peka atau peduli, ramai- ramai atau
yang lebih tua melainkan berada dalam sendiri, optimis atau pesimis, dan
tingkat yang sama, sekurangkurangnya sebagainya.
dalam masalah hak integrasi dalam c. Remaja akhir.
masyarakat (dewasa) mempunyai aspek Tahap ini adalah masa mendekati
efektif, kurang lebih berhubungan dengan kedewasaan yang ditandai dengan
masa puber, termasuk juga perubahan pencapaian: 1) minat yang semakin
intelektual yang mencolok. mantap terhadap fungsi-fungsi intelektual.
Menurut Sarwono (2010) dalam 2) egonya mencari kesempatan untuk
proses penyesuain diri menuju bersatu dengan orang lain dan
kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan mendapatkan pengalaman-pengalaman
remaja yaitu : baru; 3) terbentuknya identitas seksual
a. Remaja awal yang tidak akan berubah lagi; 4) ego
Pada tahap ini, remaja masih sentrisme (terlalu memusatkan perhatian
terheran-heran akan perubahan-perubahan pada diri sendiri) diganti dengan
yang terjadi pada tubuhnya dan keseimbangan antara kepentingan diri
dorongandorongan yang menyertai sendiri dengan orang lain; 5) tumbuh
perubahanperubahan itu, mengembangkan dinding pemisah antara diri pribadi
pikiranpikiran baru, cepat tertarik pada dengan masyarakat umum.
lawan jenis dan mudah terangsang secara Menurut Ali (2005) ada beberapa
erotis, ditambah dengan berkurang nya perkembangan secara fisik dan psikis
kendali terhadap “ego” menyebabkan para yang terjadi pada masa ini, seperti: a)
remaja awal ini sulit mengerti dan perkembangan fisik; b) erkembangan
dimengerti oleh orang dewasa. kepribadian; c) perkembangan emosi; d)
b. Remaja madya perkembangan interaksi social; e)
Pada tahap ini, remaja sangat perkembangan moral remaja
membutuhkan kawan-kawan ada Perkembangan Moral
kecenderungan narsistik yaitu mencintai Perkembangan moral adalah
dirinya sendiri, dengan cara lebih perubahan penalaran, perasaan, dan

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


14

perilaku tentang standar mengenai benar dan orang tua; i) santun dan memiliki
dan salah. Perkembangan moral memiliki adab kesopanan; j) adil dalam pekerjaan
dimensi intrapersonal, yang mengatur dan permainan; k) murah hati dan pemaaf,
aktivitas seseorang ketika dia tidak mampu memahami bahwa balas dendam
terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi tidak ada gunanya; l) selalu ingin
interpersonal yang mengatur interaksi melayani, memberikan sumbangan pada
sosial dan penyelesaian konflik (Santrock, keluarga, masyarakat, negara, agama dan
2005). Lebih lanjut dikatakan bahwa sekolah; m) pemberani; n) tenang, damai,
ketika manusia dilahirkan, manusia tidak dan tentram.
memiliki moral (immoral). Akan tetapi Aspek-aspek perkembangan moral
dalam dirinya terdapat potensi moral yang menurut Piaget (dalam Santrock, 2005)
siap untuk dikembangkan. Melalui adalah sebagai berikut: a) keinginan untuk
pengalamannya berinteraksi dengan orang bertanggung jawab; b) keinginan untuk
lain (orangtua, saudara dan teman mendapat keadilan; c) keinginan untuk
sebaya), anak belajar memahami tentang menyelesaikan tugas.
perilaku mana yang baik, yang boleh Kohlberg (dalam Dariyo, 2004)
dikerjakan dan tingkah laku mana yang menyatakan bahwa aspek-aspek yang
buruk yang tidak boleh dikerjakan. terkandung dalam perkembangan moral
Karakteristik perkembangan moral adalah: a) orientasi patuh dan takut
menurut (Wahyuning W, Jash, hukuman; b) orientasi naif egoistis
Rachmadiana M.H, 2003) yaitu: a) setia, (hedonisme instrumental); c) orientasi
jujur dan dapat dipercaya; b) baik hati, anak atau person yang baik; d) orientasi
penyayang, empati, peka dan toleran; c) pelestarian otoritas dan aturan social; e)
pekerja keras, bertanggung jawab dan orientasi kontrol legalistis; f) orientasi
memiliki disiplin diri; d) mandiri, mampu yang mendasarkan atas prinsip dan
menghadapi tekanan kelompok; e) murah kesadaran sendiri.
hati, memberi dan tidak mementingkan Menurut Piaget (dalam Hurlock,
diri sendiri; f) memperhatikan dan 1980) perkembangan moral mempunyai
memiliki penghargaan tentang otoritas empat aspek, yakni: kematangan,
yang sah, peraturan dan hukum; g) pengalaman, transmisi sosial, ekulibrasi,
menghargai diri sendiri dan hak orang Berdasarkan uraian tersebut dapat
lain; h) menghargai kehidupan, disimpulkan bahwa aspek-aspek
kepemilikan alam, orang yang lebih tua perkembangan moral terdiri atas:

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


15

keinginan untuk bertanggung jawab, Menurut (Hurlock, 1999) ada empat


mendapat keadilan, mengikuti peraturan, faktor-faktor yang mempengaruhi
menyelesaikan tugas, orientasi patuh dan perkembangan moral yaitu:
takut hukuman, orientasi naif egoistis a. Mempelajari apa yang diharapkan
(hedonisme instrumental), orientasi anak kelompok sosial dari anggotanya
atau person yang baik, orientasi pelestarian sebagaimana dicantumkan dalam
otoritas dan aturan sosial, orientasi kontrol hukum, kebiasaan, dan peraturan
legalistis, orientasi yang mendasarkan atas b. Mengembangkan hati nurani
prinsip dan kesadaran sendiri, kematangan, c. Belajar mengalami perasaan bersalah
pengalaman, transmisi sosial, dan dan rasa malu bila prilaku individu
ekuilibrasi. tidak sesuai dengan harapan kelompok
Dari hasil penelitian, Kohlberg d. Mempunyai kesempatan untuk interaksi
(dalam Desmita, 2005) mengemukakan sosial untuk belajar apa saja yang
enam tahap (stadium) perkembangan diharapkan kelompok
moral dilakukan dengan interval tiga Perkembangan nilai terjadi melalui
tahun, dari masa remaja awal (10-16 identifikasi dengan orang-orang yang
tahun) sampai menginjak usia dewasa dianggapnya sebagai model. Pada usia 12
(2430 tahun) yang berlaku secara sampai 16 tahun, gambaran ideal yang di
universal dan dalam urutan tertentu. Ada identifikasi adalah orang-orang dewasa
tiga tingkat perkembangan moral menurut yang berwibawa atau simpatik,
kohlberg, yaitu tingkat 1) orangorang terkenal, dan hal-hal ideal
prakonvensional; 2) konvensional 3) yang diciptakannya sendiri. Moral dan
pasca-konvensional. Masing-masing nilai menyatu dalam konsep superego,
tingkatan moral tersebut terdiri dari dua yang dibentuk melalui jalan internalisasi
tahap, sehingga keseluruhan ada enam larangan-larangan atau perintah-perintah
tahapan yang berkembang secara yang datang dari luar, khususnya dari
bertingkat dengan urutan yang tetap. orangtua (Desmita, 2005).
Tidak setiap orang dapat mencapai tahap Sarwono (dalam Desmita, 2005)
terakhir perkembangan moral. menyatakan bahwa hubungan
Menurut Piaget (dalam Desmita, anakorangtua bukanlah satu-satunya
2005) moral bisa dibagi menjadi tiga jenis sarana pembentukan moral, karena
yaitu: moral individual, moral sosial, dan masyarakat juga mempunyai peran
moral religi. penting dalam pembentukan kode moral.

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


16

Tingkah laku yang terkendali disebabkan rasa malu, mempunyai kesempatan untuk
oleh adanya kontrol dari masyarakat itu interaksi sosial, faktor lingkungan, faktor
sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi pribadi anak juga ikut berperan dalam
tersendiri bagi yang melanggar. Jadi, pembentukan kode moral.
dalam usaha membentuk perilaku sebagai Interaksi Sosial
pencerminan nilai-nilai hidup, jelaslah Menurut Herimanto (2008),
bahwa faktor lingkungan memegang Interaksi Sosial merupakan hubungan
peranan penting. Di antara segala unsur sosial yang dinamis, yang menyangkut
lingkungan sosial yang berpengaruh hubungan timbal balik antar individu,
adalah manusiamanusia yang langsung antar kelompok manusia, maupun antara
dikenal oleh seseorang sebagai orang dengan kelompok manusia.
perwujudan dari nilai tertentu. Dalam hal Interaksi sosial menurut Sitorus (1995),
ini lingkungan sosial terdekat adalah merupakan suatu konsep abstrak yang
orang tua dan guru mereka. dapat diterapkan pada kejadian-kejadian
Selanjutnya, Gunarsa (dalam yang tak terbilang banyaknya dalam hidup
Desmita, 2005) mengatakan bahwa teori sehari-hari. Dalam interaksi sosial, orang
perkembangan moral yang dikemukakan yang satu bertemu dengan yang lain entah
oleh Kohlberg menunjukkan bahwa sikap secara tatap muka atau secara tidak
moral bukan hasil sosialisasi yang langsung, entah untuk bekerja sama atau
diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal yang bersaing, dan seterusnya. Inti pokok
berhubungan dengan nilai kebudayaan dalam kehidupan sosial adalah interaksi,
melainkan terjadi dari aktivitas spontan yaitu aksi atau tindakan yang dibalas
pada masa kanak-kanak. Anak memang dengan reaksi.
berkembang melalui interaksi sosial, Menurut Homans (dalam Santosa,
tetapi interaksi ini mempunyai corak yang 1992), aspek-aspek interaksi sosial adalah
khusus dan faktor pribadi anak ikut sebagai berikut a) adanya motif atau
berperan. tujuan yang sama; b) adanya suasana
Berdasarkan uraian di atas dapat emosional yang sama; c) adanya
diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor hubungan; d) adanya internal dan
yang mempengaruhi perkembangan moral eksternal sistem; e) adanya pimpinan.
ialah mempelajari apa yang diharapkan Sedangkan menurut Huky (2008) ada
kelompok, mengembangkan hati nurani, empat aspek penting dari interaksi sosial
belajar mengalami perasaan bersalah dan

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


17

yaitu: komunikasi, norma kelompok, interpersonal yang mengatur interaksi


sikap (attitude), tingkah laku kelompok. sosial dan penyelesaian konflik (Santrock,
Berdasarkan uraian di atas dapat 2005). Sigmund Freud (dalam Santrock,
disimpulkan bahwa aspek yang mendasari 2005) mendasarkan bahwa karakter dan
terjadinya interaksi sosial adanya motif moralitas seseorang akan nampak lebih
atau tujuan, suasana emosional yang jelas lagi pada sat ia mulai bergaul dan
sama, adanya hubungan, adanya eksternal bergaul dengan orang lain. Seiring dengan
dan internal sistem, adanya pimpinan, perkembangan sosial, anak juga
komunikasi, norma kelompok, sikap mengalami perkembangan moral. Adapun
(attitude), dan tingkah laku kelompok. yang dimaksud dengan perkembangan
Adapun bentuk-bentuk interaksi moral adalah perkembangan yang
sosial yaitu kerja sama (cooperation), berkaitan dengan aturan mengenai apa
persaingan (competition), akomodasi yang seharusnya dilakukan oleh manusia
(accommodation), dan pertentangan atau dalam interaksinya dengan oran lain
pertikaian (conflict). Keempat bentuk (Santrock dalam Desmita, 2005).
pokok interaksi itu dimulai dari kerja Gunarsa (1995) mengatakan bahwa
sama, kemudian menjadi persaingan, seseorang dikatakan memperlihatkan
memuncak menjadi pertikaian, dan adanya perkembangan moral, jika
akhirnya sampai pada akomodasi perilakunya sesuai dengan aturan-aturan
(Santosa, 2004). yang ada dalam masyarakatnya, dengan
Faktor yang mempengaruhi kata lain perkembangan moral bersangkut
interaksi social menurut Gerungan (2004) paut dengan bertambahnya kemampuan
adalah: imitasi, sugesti, identifikasi, menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan
simpati. atau kaidah-kaidah yang ada dalam
Hubungan Interaksi Sosial dengan lingkungan hidupnya atau dalam
Perkembangan Moral masyarakatnya dan diperlihatkan dalam
Perkembangan moral merupakan perilaku yang terus-menerus atau bersifat
kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi tetap.
oleh seseorang dalam berinteraksi dengan Interaksi sosial memegang peran
orang lain. Perkembangan moral memiliki penting dalam perkembangan moral
dimensi intrapersonal, yang mengatur pertama, dengan memberi anak standar
aktivitas seseorang ketika dia tidak perilaku yang disetujui kelompok
terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi sosialnya dan kedua dengan memberi

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


18

mereka sumber motivasi untuk mengikuti Meninjau uraian di atas dapat


standar tersebut melalui persetujuan dan disimpulkan bahwa perkembangan moral
ketidaksetujuan. Tanpa interaksi dengan mempengaruhi interaksi sosial seperti
orang lain anak tidak akan mengetahui Interaksi sosial memegang peran penting
perilaku yang disetujui secara sosial, dalam perkembangan moral: pertama,
maupun memiliki sumber motivasi yang dengan memberi anak standar perilaku
mendorongnya untuk tidak berbuat sesuka yang disetujui kelompok sosialnya dan
hatinya. Interaksi sosial awal terjadi di kedua dengan memberi mereka sumber
dalam kelompok keluarga (Hurlock, motivasi untuk mengikuti standar tersebut
1999). melalui persetujuan dan ketidaksetujuan.
Anak belajar dari orangtua, saudara Tanpa interaksi dengan orang lain anak
kandung, dan anggota keluarga lain apa tidak akan mengetahui perilaku yang
yang dianggap benar dan salah oleh disetujui secara sosial, maupun memiliki
kelompok sosial tersebut. Penolakan sumber motivasi yang mendorongnya
sosial atau hukuman bagi perilaku yang untuk tidak berbuat sesuka hatinya.
salah, dan dari penerimaan sosial atau METODOLOGI PENELITIAN
penghargaan bagi perilaku yang benar, Jenis penelitian yang digunakan
anak memperoleh motivasi yang dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
diperlukan untuk mengikuti standar Populasi pada penelitian ini adalah siswa
perilaku yang ditetapkan anggota SMA UISU sebanyak 114 siswa/siswi
keluarga. Banyak faktor yang membuat yang terdiri dari kelas X (53 siswa), dan
remaja sekarang menjadi seorang individu XI (61 siswa).
yang kurang bermoral, seperti keluarga Teknik pengambilan sampel yang
yang bersikap dingin dan tidak perduli digunakan adalah random sampling,
satu sama lainnya, pengaruh teman sebaya Sampel yang digunakan diperoleh dari
yang berkelakuan buruk, kecanggihan 50% jumlah keseluruhan siswa dari
teknologi yang disalah gunakan hingga masing-masing kelas, jadi sampel yang di
faktor lingkungan yang negatif. Selain dapatkan dari kelas X sebanyak 27 siswa,
keluarga, faktor yang paling besar dari siswa kelas XI sebanyak 30 siswa.
pengaruhnya terhadap moral remaja Interaksi sosial dalam penelitian ini
adalah lingkungan sosial anak remaja merupakan suatu proses hubungan sosial
tersebut, Hurlock (1999). yang terjadi karena adanya hubungan
timbal balik dan kerja sama yang baik dan

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


19

adanya kontak langsung antara individu perkembangan moral berarti semakin baik
dengan individu, individu dengan pula perkembangan moral yang dimiliki
kelompok dan kelompok dengan individu dan sebaliknya semakin rendah
kelompok. Interaksi sosial diukur dengan nilai yang diperoleh dari skala
menggunakan skala interaksi sosial yang perkembangan moral maka semakin buruk
disusun berdasarkan aspek-aspek yang pula perkembangan moral individu
dikemukakan (Huky, 2008) yaitu: tersebut.
komunikasi, norma kelompok sikap Data penelitian ini dibedakan atas
(attitude), dan tingkah laku kelompok, data interaksi sosial dan data
dengan asumsi semakin tinggi nilai yang Perkembangan moral. Kedua data ini
diperoleh dari skala interaksi sosial berarti diperoleh dengan memberikan skala
semakin baik pula interaksi sosial yang interaksi sosial dan skala perkembangan
dimiliki individu dan sebaliknya semakin moral untuk diisi oleh subjek penelitian.
rendah nilai yang diperoleh dari skala Skala perkembangan moral disusun
interaksi sosial maka semakin buruk pula menggunakan skala Guttman, sedangkan
interaksi sosial individu tersebut. skala interaksi sosial disusun dengan
Perkembangan moral dalam menggunakan skala Likert yang
penelitian adalah kebiasaan atau aturan menggunakan 4 pilihan jawaban.
yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam Skala Perkembangan Moral dalam
berinteraksi dengan orang lain. penelitian ini disusun bedasarkan
Perkembangan moral diukur dengan aspekaspek perkembangan moral yang
menggunakan skala perkembangan moral dikemukakan menurut Kohlberg (dalam
yang disusun berdasarkan aspek-aspek Dariyo, 2004) yaitu:
yang dikemukakan oleh Kohlberg (dalam 1. Orientasi patuh dan takut hukuman,
Dariyo, 2004) yaitu: orientasi patuh dan merupakan suatu perilaku dinilai benar
takut hukuman, orientasi naif egoistis bila tidak dihukum dan salah bila perlu
(hedonisme ininstrumental), orientasi dihukum.
anak atau person yang baik, orientasi 2. Orientasi naif egoistis (hedonisme
pelestarian otoritas dan aturan sosial, instrumental), merupakan masih
orientasi kontrol legalistis, orientasi yang mendasarkan pada orang atau kejadian
mendasarkan atas prinsip dan kesadaran di luar diri individu, namun sudah
sendiri dengan asumsi semakin tinggi memperhatikan alasan perbuatannya.
nilai yang diperoleh dari skala

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


20

3. Orientasi anak atau person yang baik, 4. Tingkah laku kelompok, merupakan dua
merupakan anak menilai suatu orang atau lebih berkumpul di suatu
perbuatan itu baik bila ia dapat tempat tertentu, mereka akan
menyenangkan orang lain. menampilkan perilaku yang sama sekali
4. Orientasi pelestarian otoritas dan aturan berbeda dari pada ciri-ciri tingkah laku
sosial, merupakan anak melihat aturan individu-individu itu masing-masing.
sosial yang ada sebagai sesuatu yang Untuk uji validitas, teknik yang
harus dijaga dan dilestarikan digunakan adalah analisis Product
5. Orientasi kontrol legalistis, merupakan Moment dari Pearson dengan rumus
memahami bahwa peraturan yang ada sebagai berikut :
dalam masyarakat merupakan kontrol
(perjanjian) antara diri orang dan 𝑟𝑥𝑦
√[∑𝑋2 – 𝑁 ] [∑𝑌2 − 𝑁
masyarakat.
]
6. Orientasi yang mendasarkan atas
prinsip dan kesadaran sendiri, Uji reliabilitas dilakukan dengan

merupakan peraturan dan norma adalah alat ukur yang dipakai adalah teknik Hoyt

subjektif, begitu pula batasanbatasanya dengan rumus:

adalah subjektif dan tidak pasti. 𝑀𝑘𝑡


𝑟𝑡𝑡 = 1 −
Skala Interaksi Sosial dalam
𝑀𝑘𝑠
penelitian ini disusun berdasarkan
Metode analisa data yang digunakan
aspekaspek interaksi sosial menurut
dalam penelitian ini adalah teknik kolerasi
(Huky, 2008) yaitu:
product moment.
1. Komunikasi, merupakan proses
pengiriman berita dari seseorang
𝑟𝑥𝑦
kepada orang lainnya. √∑𝑋2 – 𝑁 ∑𝑌2 −
2. Norma kelompok, merupakan nilainilai
𝑁 HASIL DAN PEMBAHASAN
yang berlaku dalam suatu kelompok
yang membatasi tingkah laku individu Teknik analisis data yang digunakan
dalam kelompok itu. dalam penelitian ini adalah teknik analis
3. Sikap (attitude), merupakan tindakan korelasi Product Moment. Namun,
senang atau perasaan biasa-biasa saja sebelum dianalisis dengan teknik analisis
dari seseorang. korelasi Product Moment, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi terhadap variabel

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


21

yang menjadi pusat perhatian, yaitu Sebagai kriterianya, apabila p beda


interaksi sosial sebagai data variabel < 0.05 maka dinyatakan mempunyai
bebas dan perkembangan moral sebagai derajat hubungan yang linear (Sugiyono,
variabel terikat yang meliputi uji 2011). Hubungan tersebut dapat dilihat
normalitas sebaran, dan uji linearitas pada tabel berikut ini :
hubungan. Tabel 2.
Rangkuman Hasil Uji Linearitas Hubungan
Berdasarkan uji coba diketahui KORELASIONA F p KETERANGAN
L Beda Beda
skala interaksi sosial dari 42 aitem X–Y 8.276 0.006 Linier

terdapat 36 aitem yang valid dengan skor Keterangan :


X = Interaksi sosial
bergerak dari rbt = 0,345 sampai rbt = Y = Perkembangan moral
F BEDA = Koefisien
0,841. Sedangkan skala perkembangan linieritas p BEDA = Proporsi
moral dari 56 aitem terdapat 52 aitem peluang ralat
Hasil Perhitungan Analisis Data
yang valid dengan skor bergerak dari rbt
Berdasarkan hasil analisis dengan
= 0,341 sampai rbt = 0,912.
Metode Analisis Korelasi Product
Uji normalitas sebaran dianalisis
Moment, diketahui bahwa terdapat
dengan menggunakan teknik
hubungan positif yang signifikan antara
KolmogorovSmirnov Goodness of Fit Test.
Interaksi sosial dengan Perkembangan
Tabel 1.
Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas moral, dimana rxy = 0,362 ; p = 0.001 <
Sebaran
Variabel RERATA SD K-S P Keterangan 0,005. Artinya semakin Baik Interaksi
Variabel Perkembangan
moral 44.035 11.209 1.321 0,056 Normal sosial, maka semakin Baik Pekembangan
Variabel Interaksi social 117.772 14.702 0.929 0.354 Normal moral.
Keterangan :
RERATA = Nilai rata-rata Koefisien determinan (r2)
K-S =Koefisien Kolmogorov-Smirnov SB
dari hubungan antara variabel bebas X
=Simpangan Baku
p = Peluang Terjadinya Kesalahan dengan variabel terikat Y adalah sebesar r2
Berdasarkan uji lineritas, dapat
=
diketahui apakah variabel bebas dan
0,131. Ini menunjukkan bahwa
variabel tergantung dapat atau tidak dapat
Perkembangan moral dibentuk oleh
dianalisis secara korelasional. Hasil
Interaksi sosial sebesar 13,1%. Tabel di
analisis menunjukkan bahwa variabel
bawah ini merupakan rangkuman hasil
terikat (perkembangan moral)
perhitungan r product moment.
mempunyai hubungan yang linearitas Tabel 3.
terhadap variabel bebas (interaksi sosial). Rangkuman Perhitungan Analisis Korelasi
Product Moment
Statisti Koefisien Koef. P BE% Ket

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


22

k (rxy) Det. dimana faktor tersebut dalam penelitian


(r2)
X–Y 0.362 0.131 0.003 13.1 S ini tidak dilihat. Hasil penelitian ini
Keterangan : sejalan dengan pendapat Hurlock (1999)
X = Interaksi Sosial
Y = Perkembangan Moral rxy = Koefisien yang menyatakan bahwa salah satu satu
hubungan antara X dengan Y R2 =
Koefisien determinan X terhadap Y p =
faktor perkembangan moral yaitu interaksi
Peluang terjadinya kesalahan BE% = sosial. Interaksi sosial memegang peran
Bobot sumbangan efektif X terhadap Y
dalam persen penting dalam perkembangan moral
Ket = Sangat signifikan pada taraf
signifikansi 5% atau p < 0,010. pertama, dengan memberi anak standar
Tabel 4 perilaku yang disetujui kelompok
Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Hipotetik
dan Empirik sosialnya dan kedua dengan memberi
Variabel SB / Nilai Rata-Rata Keteranga
SD Hipoteti Empiri n mereka sumber motivasi untuk mengikuti
k k
Perkembanga 11.20 26.00 44.035 Baik standar tersebut melalui persetujuan dan
n moral 9
Interaksi 14.70 90.00 117.77 Tinggi ketidaksetujuan. Tanpa interaksi dengan
sosial 2 2
orang lain anak tidak akan mengetahui
Pembahasan
perilaku yang disetujui secara sosial,
Berdasarkan analisis Product
maupun memiliki sumber motivasi yang
Moment diperoleh hasil bahwa terdapat
mendorongnya untuk tidak berbuat sesuka
hubungan positif yang signifikan antara
hatinya. Interaksi sosial awal terjadi di
interaksi sosial dengan perkembangan
dalam kelompok keluarga.
moral pada remaja di SMA UISU Medan
dengan koefisien korelasi rxy = 0,362 Santrock (2003) Pada awalnya,

berarti p = 0.000 < 0,050, yang artinya seorang remaja hanya berinteraksi di

semakin baik interaksi sosial maka lingkungan keluarganya. Sigmund Freud

semakin baik perkembangan moral (dalam Santrock, 2005) mendasarkan

remaja, sebaliknya semakin buruk bahwa karakter dan moralitas seseorang

interaksi sosial maka semakin buruk akan nampak lebih jelas lagi pada sat ia

perkembangan moral remaja. mulai bergaul dan bergaul dengan orang


lain. Saat remaja keluar dari lingkungan
Dari penelitian ini membuktikan
keluarganya, maka lingkungan tempat
bahwa interaksi sosial memiliki andil
tinggal tersebut yang menjadi tempat
yang cukup berarti dalam menentukan
bersosialisasi. Karakter lingkungan tempat
perkembangan moral remaja. Interaksi
tinggal merupakan faktor terpenting
Sosial memberi pengaruh sebesar 13,1%
setelah keluarga dalam pembentukan
terhadap Perkembangan Moral. Masih
pribadi, perilaku, dan moral remaja.
terdapat 86,9% pengaruh dari faktor lain,

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


23

Perkembangan moral memiliki dimensi perkembangan moral remaja. Dengan


intrapersonal, yang mengatur aktivitas demikian maka, hipotesis didalam
seseorang ketika dia tidak terlibat dalam penelitian ini diterima.
interaksi sosial dan dimensi interpersonal Interaksi sosial memberikan
yang mengatur interaksi sosial dan pengaruh 13,1% terhadap perkembangan
penyelesaian konflik . Interaksi ini akan moral. Masih terdapat 86,9% pengaruh
menjadi pembelajaran bagi remaja dalam dari faktor lain seperti mempelajari apa
menentukan moral yang akan dibentuk yang diharapkan kelompok, hati nurani,
(Santrock, 2005). perasaan bersalah, dan pribadi anak
Hasil yang diperoleh dari penelitian dimana faktor tersebut dalam penelitian
ini diketahui bahwa subjek penelitian ini ini tidak dilihat.
yakni SMA UISU Medan memiliki Pada siswa SMA UISU Medan
interaksi sosial dengan perkembangan memiliki interaksi sosial dengan
moral yang baik. Sebab pada interaksi perkembangan moral yang baik. Sebab
sosial dapat dilihat nilai empirik sebesar interaksi sosial dapat dilihat nilai
117.772 lebih besar dari pada nilai empiriknya 117.772 lebih besar dari pada
ratarata hipotetiknya, yakni 90. Demikian nilai rata-rata hipotetiknya, yakni 90.
pula halnya dengan perkembangan moral, Demikian pula halnya dengan
nilai empirik 44.035 lebih kecil dari pada perkembangan moral, nilai empirik
nilai rata-rata hipotetiknya yakni 26. 44.035 lebih kecil dari pada nilai rata-rata
PENUTUP Simpulan yakni
Berdasarkan hasil-hasil yang telah 26.
diperoleh dan melalui pembahasan yang Saran
telah dibuat, maka dapat disimpulkan Sejalan dengan hasil penelitian serta
bahwa terdapat hubungan positif yang kesimpulan yang telah dibuat, maka
signifikan antara interaksi sosial dengan halhal yang dapat disarankan adalah
perkembangan moral. Hal ini dibuktikan sebagai berikut : Orang tua dan guru
dengan koefisien korelasi rxy = 0,362 diharapkan mampu lebih meningkatkan
berarti p = 0.000 < 0,050, yang artinya gambaran moral yang berhubungan
semakin baik interaksi sosial maka dengan interaksi sosial terhadap anak
semakin baik perkembangan moral sehingga dapat membentuk moral yang
remaja, sebaliknya semakin buruk baik pada anak. Orang tua tetap
interaksi sosial maka semakin buruk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


24

anak di tengah kesibukannya dan orang Desmita. (2005). Psikologi


tua meluangkan waktunya untuk bercerita Perkembangan. Bandung : Rosda.

dengan anak mengenai masalah yang Gunarsa, S. (1991).Psikologi Untuk


sedang dihadapi anak. Membimbing. Jakarta; PT.Rineka
Cipta
Subjek diharapkan dapat
memperbaiki moral dalam dirinya karena ________, S, D & Gunarsa, Y. (1995).
Psikologi Praktis : Anak, Remaja
buruknya moral dapat menyebabkan
dan Keluarga. Jakarta : PT. BPK
remaja bertindak kriminal, melukai Gunung Mulia.
dirinya sendiri, dan orang lain.
Gerungan, W. A. (2004). Psikologi Sosial.
Memperbaiki moral dengan cara Bandung: PT.Eresco.
meningkatkan interaksi dengan orang tua,
dan lebih bersifat terbuka terhadap orang Herimanto, Drs. (2008). Ilmu Sosial &
tua dalam hal apapun dan berani dalam Budaya Dasar. Jakarta:
Bumi
mengungkapkan pendapat. Aksara
Menyadari bahwa penelitian ini
masih memiliki berbagai kekurangan, Hurlock, (1999). Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Erlangga
maka disarankan kepada peneliti
selanjutnya yang ingin melanjutkan ------------(1999). Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Erlangga
penelitian yang sejenis untuk mengontrol
faktor-faktor lain yang diperkirakan Huky, W. (1986). Pengantar
mempengaruhi perkembangan moral. Sosiologi.Surabaya: Usaha Nasional
DAFTAR PUSTAKA
Idrus, M. (2009). Pengaruh Penelitian
Ali, Moh dan Asrori, Moh (2004). Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga
Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi
Aksara. Santosa, (1992). Pengantar Psikologi
Sosial. Cetakan II. Bandung: Eresco
_______, dan Asori, M. (2005). Psikologi
Perkembangan Remaja Santosa, Slamet. (2004).
Peserta Dinamika Kelompok.
Didik. Jakarta: Bumi Aksara . Jakarta :Bumi Aksara

Daradjat, Z, (1996), Ilmu Jiwa Agama, Santrock, J. W. (2003).


Jakarta: Pt.Bulan Bintang Adolesence :Perkembangan
Remaja.Edisi
Dariyo, A. (2004). Psikologi Keenam.Jakarta: Erlangga.
Perkembangan Remaja. Bogor:
Ghalia Indonesia. _________. (2005). Perkembangan
Remaja. Jakarta: Erlangga.

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017


25

Sarwono, S.W. (2010). Psikologi


Remaja.Jakarta: Rajawali Press

Sobur, Alex, Drs. (2005). Psikologi


Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sitorus, M. (1995). Sosiologi.Jakarta:


Erlangga

Soekanto, Soerjono. (2012).Sosiologi


Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajawali Pers.

Wahyuning W, Jash, Rachmadiana M.H.


(2003).
Mengkomunikasikan Moral
Kepada Anak, Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 10 No.1, Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai